Anda di halaman 1dari 35

PENGAIRAN (IRIGASI)

NAMA KELOMPOK : 6
1. M. FIRDAUS (21)

2. M. RYAN P. A. (22)

3. NADILLAY.M. (23)

4. NIKMATUS M.N.A (24)


1. MAKSUD DAN TUJUAN PENGAIRAN

 PENDAHULUAN
Irigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu
lahan dengan cara membendung sumber air.
Atau dalam pengertian lain irigasi adalah usaha
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian.
Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat
dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air
tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa
air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu.
 TUJUAN PENGAIRAN
Selain itu untuk mengairi lahan pertanian, irigasi juga memiliki
tujuan lain, yaitu :
• Memupuk atau merabuk tanah,  Air sungai juga memiliki zat –
zat yang baik untuk tanaman.
• Membilas air kotor, Biasanya ini didapat di perkotaan. Saluran
– saluran di daerah perkotaan banyak sekali terdapat kotoran
yang akan mengendap apabila dibiarkan, sehingga perlu
dilakukan pembilasan.
• Membersihkan tanah, Membersihkan tanah, dilakukan pada
tanah yang tidak subur akibat adanya unsur-unsur racun dalam
tanah. Salah satu usaha misalnya penggenangan air di sawah
untuk melarutkan unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air
genangan dialirkan ketempat pembuangan.
• Memberantas hama, Gangguan hama pada tanaman seperti
sudep, tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara
menggenangi permukaan tanah tersebut dengan air sampai
batas tertentu.
• Mengatur suhu tanah, Mengatur suhu tanah, misalnya pada
suatu daerah suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai
untuk pertumbuhan tanaman maka suhu tanah dapat
disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang bertujuan
merendahkan suhu tanah.
2). KEBUTUHAN PEMAKAIAN AIR
 SUMBER AIR
Air adalah sumber daya paling penting di bumi karena mahluk hidup seperti
Tumbuhan, Hewan dan Manusia sangat membutuhkan air untuk bisa bertahan
dan bertumbuh kembang dalam kehidupan. Sebagian besar industri juga
membutuhkan air untuk berbagai aplikasi, sehingga ekonomi global juga
bergantung pada air. Sebagian besar air di Bumi adalah air asin, yang tidak
dapat digunakan oleh organisme terestrial. Gletser adalah sumber air tawar
yang sangat banyak tetapi membeku dalam bentuk ES dan berada di Kutub,
sementara mahluk hidup hewan dan manusia umumnya
menggunakan limpasan permukaan yang terdapat di danau dan sungai karena
mudah ditemukan dan didapatkan.
 MACAM-MACAM SUMBER DAYA AIR
• Air permukaan adalah air yang terdapat di sungai, danau, atau rawa air
tawar. Air permukaan secara alami dapat tergantikan
dengan presipitasi dan secara alami menghilang
akibat alirann menuju lautann, penguapann, dan penyerapan menuju ke
bawah permukaan.
• Air Tanah adalah sumber daya air yang terdapat didalam tanah. Ketika
akuifer terperangkap di antara dua lapisan batuan yang kedap air,
tekanan yang dihasilkan dapat menciptakan sumur Artesi yang membawa
air ke permukaan. Pompa juga bisa membawa air tanah ke permukaan
melalui sumur. Air tanah umumnya berkualitas tinggi tetapi harus ada
perawatan yang mana tidak boleh diambil terlalu banyak pada wilayah
yang kering, karena hanya terbarui secara perlahan. Air adalah sumber
daya terbarukan melalui air di permukaan lautan menguap ke atmosfer
sebagai tetesan air tawar di awan, kemudian jatuh sebagai hujan atau
salju. Hujan yang turun berupa air jatuh ke tanah beberapa terserap oleh
pori pori tanah melalui celah celah batu menuju akuifer dan menjadi air
tanah.
 ATURAN PEMAKAIAN AIR
Pengaturan Air Irigasi
Pasal 41:
1) Pelaksanaan pengaturan air irigasi didasarkan atas rencana
tahunan pengaturan air irigasi yang memuat rencana tahunan
pembagian dan pemberian air irigasi.
2) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi
disusun oleh dinas kabupaten/kota atau dinas provinsi sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan rencana tahunan penyediaan
air irigasi dan usulan perkumpulan petani pemakai air mengenai
kebutuhan air dan rencana tata tanam.
3) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas dan disepakati oleh
komisi irigasi kabupaten/kota atau komisi irigasi provinsi sesuai
dengan daerah irigasinya dengan memperhatikan kebutuhan air
untuk irigasi yang disepakati perkumpulan petani pemakai air di
setiap daerah irigasi.
4) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air
irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang telah
disepakati oleh komisi irigasi ditetapkan oleh
bupati/walikota atau gubernur sesuai dengan kewenangan
dan/atau wewenang yang ditugaskan kepada pemerintah
daerah.
5) Pembagian dan pemberian air irigasi berdasarkan rencana
tahunan pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dimulai dari petak primer,
sekunder sampai dengan tersier dilakukan oleh pelaksana
pengelolaan irigasi sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
Pasal 42:
1) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi pada daerah
irigasi lintas provinsi dan strategis nasional yang belum ditugaskan kepada
pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi disusun oleh instansi pusat
yang membidangi irigasi berdasarkan usulan perkumpulan petani pemakai air
mengenai kebutuhan air dan rencana tata tanam serta usulan pemakai air lainnya.
2) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati oleh komisi irigasi antarprovinsi.
3) Dalam hal komisi irigasi antarprovinsi belum terbentuk, rancangan rencana tahunan
pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas
dan disepakati oleh komisi irigasi provinsi.
4) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi yang telah
disepakati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh
Menteri.
5) Rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan oleh instansi pusat yang
membidangi irigasi, dinas provinsi, atau dinas kabupaten/kota dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan.
6) Pembagian dan pemberian air irigasi berdasarkan rencana tahunan pembagian dan
pemberian air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimulai dari petak
primer, sekunder sampai dengan tersier dilakukan secara terukur oleh pelaksana
pengelolaan irigasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Pasal 43:
1) Pembagian air irigasi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder
dilakukan melalui bangunan bagi atau bangunan bagi-sadap yang telah
ditentukan.
2) Pemberian air irigasi ke petak tersier harus dilakukm melalui bangunan sadap
at
Pasal 44:
3) Penggunaan air irigasi di tingkat tersier menjadi hak dan tanggung jawab
perkumpulan petani pemakai air.
4) Penggunaan air irigasi dilakukan dari saluran tersier atau saluran kuarter
pada tempat pengambilan yang telah ditetapkan oleh perkumpulan petani
pemakai air.
5) Penggunaan air di luar ketentuan ayat (2), dilakukan dengan izin dari
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 45:
6) Dalam hal penyediaan air irigasi tidak mencukupi, pengaturan air irigasi
dilakukan secara bergilir yang ditetapkan oleh bupati/walikota atau gubernur
sesuai dengan tanggung jawabnya.
3. SUSUNAN DAERAH PENGAIRAN

 LUAS SAWAH DAERAH PENGAIRAN


Irigasi Luas lahan sawah daerah pengairan di
Indonesia pada tahun 2016 mencapai 8,19
juta hektar (ha) atau meningkat 1,16% dari tahun
sebelumnya. Berdasarkan data Kementerian
Pertanian, jumlah tersebut terdiri 4,78 juta ha
merupakan sawah  irigasi dan 3,4 juta ha sawah non irigasi.

Pada Tahun 1980, luas lahan sawah hanya 7,7 juta ha dan kemudian meningkat
menjadi 8,31 juta ha pada tahun 1990. Namun, setelah itu mengalami penurunan
seiring terjadinya alih fungsi lahan sawah, terutama  di Pulau Jawa. Alhasil,
lahan sawah menyusut menjadi 7,74 juta ha pada tahun 2005. Namun, setelah
itu berbalik naik kembali di atas 8 juta ha pada tahun 2009.
 PENGURUSAN BIDANG TANAH
Tanah adalah media tumbuh tanaman atau tumbuh-tumbuhan, tempat
bepinjak akar sehingga tanaman tegak berdiri. sumber penyedia unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. Untuk itu tanaman akan tumbuh baik jika unsur
hara tersebut tidak berkurang unsur haranya. Untuk itu di sini akan di
jelaskan cara merawat tanah yang baik, sehingga tanaman menjadi subur.
Cara merawat tanah adalah :
1) Memberi pupuk / pemupukan sesuai dengan jenis tanah baik pupuk
kandang maupun pupuk buatan.
2) Membuat saluran irigasi untuk pengairan sawah yang jauh dari mata air.
Membuat sengkedan untuk mencegah erosi tanah.
3) Menjaga tanah dari penggunaan zat / bahan-bahan kimua yang
merugikan. Menanami lahan yang gundul untuk membantu terjadinya
erosi.
4) Melakukan rotasi tanaman alias gonta-ganti jenis tanaman yang ditanam
pada suatu bidang tanah.
5) Melaksanakan penghijauan dengan cara memberi humus pada tanah.
6) Memelihara cacing tanah dalam tanah untuk membantu menggemburkan
tanah.
 PENYUSUNAN SALURAN PENGAIRAN
Untuk keperluan pengairan maka daerah atau areal pertanian dibagi-bagi atas petak
dengan susunan sebagai berikut :
1) Petak primer adalah petak yang dialiri oleh saluran primer. Petak ini dibagi
menjadi beberapa daerah petak yang lebih kecil yang dinamakan petak
sekunder.
2) Petak sekunder adalah petak yang dialiri oleh saluran sekunder.
3) Petak tersier adalah bagian dari petak sekunder yang dialiri oleh saluran tersier.
Meskipun petak tersier merupakan bagian petak terakhir, saluran tersier masih
dapat dibagi lagi menjadi beberapa saluran yaitu saluran sub tersier atau saluran
kwarter. Perlu diperhatikan bahwa pengambilan tidak boleh dilakukan pada
saluran primer
atau sekunder, sebab jika hal itu dilakukan
maka akan mengakibatkan susunan saluran
primer atau sekunder menjadi tidak
rasional lagi dan banyaknya exploitasi air
menjadi sulit, selain itu juga akan
mengakibatkan banyaknya bangunan
pengairan yang dibuat sehingga jaringan
irigasi memerlukan biaya yang besar.
 PENYUSUNAN BANGUNAN PENGAIRAN
Beberapa bagian yang ada pada sistem irigasi antara lain :
1) Bangunan Bendung, Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai
untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang
diperlukan agar air dapat dialirkan kesaluran irigasi dan petak tersier.
Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command area).
Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat
dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup
apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling
umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.
2) Bangunan Pengambilan, Banguan pengambilan adalah bangunan yang dibuat
ditepi sungai yang menalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi. Dalam
keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari
daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin
cukup.

3) Bangunan Pembilas atau Penguras, Bangunan pembilas adalah bangunan


dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan, dipakai untuk
mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk mengurangi
tingginya biaya, banguanan ini dapat digabung dengan bangunan pelimpah.
4) Kantong Lumpur adalah bagian potongan melintang saluran yang diperbesar
untuk memperlambat aliran dan memberikan waktu bagi sedimen untuk
mengendap. Kapasitas pengangkutan sedimen kantong lumpur harus lebih
rendah daripada yang dimiliki oleh jaringan saluran irigasi.

5) Bangunan Bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan


sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara
dua saluran atau lebih.
6) Siphon adalah bagian bendung yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
dengan menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan, anak
sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air dibawah jalan,
jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan
saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan
sangat dipengaruhi oleh tinggi tekanan.

7) Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya,
saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran
didalam talang adalah aliran bebas.
8) Gorong-gorong dipasang ditempat-tempat dimana saluran lewat
dibawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuangan
lewat  di bawah saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya
aliran bebas.

9) Talud dipasang di sepanjang sungai yang berfungsi sebagai penjaga


stabilitas tanah pinggiran sungai.
10) Pengukuran Tinggi, Aliran akan di ukur di hulu (udik) saluran primer, di
cabang saluran jaringan primer dan dibangunan sadap sekunder maupun
tersier. Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran atas bebas
(free overflow) dan alat ukur  aliran bawah (underflow). Beberapa alat ukur
yang dipakai untuk mengatur aliran air.

11) Banguna Terjunan, Bangunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air
(dan tinggi energy) dipusatkan di satu tempat. Bangunan ini bias memiliki
terjun tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energy mencapai
beberapa meter maka konstruksi got miring dipertimbangkan.
 SUSUNAN NAMA OBJEK PENGAIRAN
◦ Irigasi Pasang-Surut di Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatra,
Kalimantan, dan Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi Pasang-
Surat (Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkan di sini adalah:
pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa,
di mana air diperoleh dari sungai pasang-surut di mana pada waktu
pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu diperoleh 4 sampai
5 waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak Abad XIX.
Pada waktu itu, pendatang di Pulau Sumatra memanfaatkan rawa
sebagai kebun kelapa. Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha
yang ada cocok untuk dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan
dengan pengalaman Jepang di Wilayah Sungai Chikugo untuk wilayah
Kyushu, di mana di sana dikenal dengan sistem irigasi Ao-
Shunsui yang mirip.
◦ Irigasi Pertanian di Niigata Jepang.
Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di Niigata
Prefecture. Di sini terlihat adanya manajemen persediaan air
yang cukup pada pengelolaan pertaniannya. Sekitar 3 km dari
tempat tersebut tedapat sungai besar yang debit airnya cukup dan
tidak berlebih.  Air sungai dinaikan ke tempat penampungan air,
dari tempat penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air
bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya.
4. PEMBUATAN RENCANA PEKERJAAN PENGAIRAN

 KEADAAN TANAH
Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang tersusun dari bahan organik dan
mineral. Tanah tidak tercipta dengan sendirinya, melainkan dari proses
pelapukan batuan maupun sisa tumbuhan dalam jangka waktu yang sangat lama.
Banyak faktor dalam pembentukan tanah, seperti bahan induk, iklim, organisme
yang berperan dan juga waktu. Faktor-faktor tersebut yang akan membuat sifat
masing-masing jenis tanah berbeda. Tanah memiliki peran penting untuk
keberlangsungan makhluk hidup di bumi. Dari sektor pertanian dapat dikatakan
tanah merupakan kebutuhan utama, Tanah mampu menyediakan kebutuhan hara
bagi tanaman, tetapi tidak semua cocok untuk pertumbuhannya. Dari setiap jenis
tanah memiliki karakteristik dan kegunaan tersendiri yang bisa dimanfaatkan
oleh tanaman.
• Tanah Regosol
terbentuk dari material yang dikeluarkan letusan gunung berapi yang belum
mengalami perkembangan sempurna. Tanah jenis ini bertekstur kasar dan berbahan
organik rendah. Sifat demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan
mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik. Tanah regosol lebih cocok untuk
tanaman palawija dan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Tanah ini
tersebar di Jawa, Sumatera dan Nusa Tenggara.
• Tanah Litosol

Tanah litosol hampir mirip dengan tang regosol karena sama-sama terbentuk dari
aktivitas gunung Merapi. Tanah ini memiliki kedalaman yang dangkal dan peka
terhadap erosi. Kandungan bahan organik tanah ini masih rendah. Tanah litosol
cocok untuk tanaman seperti palawija dan tanaman keras. Tanah ini tersebar di
Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Papuan.
• Tanah Latosol

Tanah latosol terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tanah ini
sebagian besar terbentuk dan berkembang di daerah yang lembab. Kandungan
bahan organik tanah ini bisa berubah-ubah dari sedang sampai tinggi. Tanah latosol
mampu menyerap air dengan baik sehingga bisa menahan erosi. Tanah latosol lebih
cocok untuk tanaman seperti tebu, cokelat, kopi dan karet. Tanah ini tersebar di
Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi.
• Tanah Organosol
Tanah organosol terbentuk dari pelapukan bahan organik. Tanah ini biasa ditemui di
daerah rawa atau daerah yang bayak tergenang air. Tanah organosol ini terbagi
menjadi dua macam, yaitu tanah humus dan tanah gambut.
• Tanah Grumusol

Tanah grumusal terbentuk di ketinggian tidak lebih dari 300 m di atas permukaa laut
dengan topografi yang berbukit. Tanah ini sangat lekat ketika basah dan menjadi
pecah-pecah ketika kering. Tanah ini mampu menyerap air yang tinggi dan juga
mampu menyimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah grumusol cocok untuk
tanaman seperti rumput-rumputan dan jati. Tanah ini banyak ditemui di Jawa,
Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Timur.
• Tanah Alluvial

Tanah alluvial terbentuk dari material halus yang diendapkan di aliran sungai. Tanah
termasuk jenis tanah muda karena belum mengalami perkembangan. Tanah ini
memiliki ciri-ciri berwarna kelabu dengan struktur sedikit lepas-lepas. Kesuburan
tanah alluvial tergantung pada sumber bahan asal aliran sungai, namun biasanya
memiliki kandungan hara yang tinggi. Tanah alluvial cocok untuk tanaman seperti
padi, tebu, kelapa dan buah-buahan. Tanah ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki sungai-sungai besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Papua

 PERHITUNGAN SALURAN PENGAIRAN
1. Data luas daerah irigasi yang dialiri pada sebelah kanan dan kiri adalah
1000 Ha
2. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 1,181/dt/ha
3. Debit penggambilan adalah 0,383m3/dt

Untuk mendimensikan saluran ada beberapa unsur, disini dipakai Rumus


Striky

q=vxF
v=Kx x
Dimana :
q = debit saluran/dt
v = kecepatan aliran m/dt
I = kemiringan dasar saluran
R = jari jari hidrolis (m), dimana R = A/O
O = keliling basah (m)
 BENTUK SALURAN YANG MENGUNTUNGKAN
Bentuk yang menguntungkan adalah bentuk yang minimal bagian
yang berisi berisi syarat-syarat teknis harus dipenuhi dalam
merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan persyaratan
dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan
keperluannya.Persyaratan Teknis terdiri dari bagian-bagian berikut:
PT – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
PT – 02 Topografi
PT – 03 Penyelidikan Geoteknik
PT – 04 Penyelidikan Model Hidrolis
 GERAK AIR
SISTEM PENGAIRAN TERUS MENERUS
• Yaitu air irigasi dari saluran distribusi dialirkan secara terusmenerus ke petak-
petak sawah di seluruh area irigasi, melalui pintu sadap di pematang sawah.
Sedangkan dalam petak-petak sawah, air mengalir dari petak satu ke petak
yang lain sampai seluruh petak tergenang dan jika ada kelebihan air dialirkan
dari petak ke saluran pembuang.
• Dengan demikian besarnya debit air yang harus dialirkan dari saluran kuarter
ke petak sawah adalah jumlah dari evapotranspirasi, perkolasi, rambesan dan
kelebihan air yang dibuang melalui saluran pembuan
SISTEM PENGAIRAN TERPUTUS PUTUS
• Sistem pemberian air yang telah di uraikan sebelumnya (continous flow)
adalah untuk mempertahankan permukaan lapisan tanah tetap jenuh. Karena
itu genangan diatas permukaan sawah tetap dipertahankan.
• Sistem secara gilir pada petak tersier pada saat saat tertentu kandungan air
pada lapisan tanah permukaan dibiarkan turun sampai dibawah tingkan
kejenuhan atau sampai genangannya habis, kemudian sawah digenangi lagi.
Namun tetap dijaga batas kandungan air yang dapat menyebabkan
menurunnya produksi ,yaitu masih cukup lembab keadaan tanah nya.
 PENGUKURAN DAN PENETAPAN DEBIT AIR
Debit Air
Mengetahui kehilangan air di saluran pada dasarnya perlu mengetahui debit air di
saluran. Debit (discharge) atau besarnya aliran saluran adalah volume aliran yang
mengalir melalui suatu penampang melintang saluran per satuan waktu. Biasanya
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3 /detik) atau liter per detik
(l/detik).
Aliran adalah pergerakan air di dalam alur 30 saluran. Pada dasarnya pengukuran
debit adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran.
Rumus umum yang biasa digunakan adalah: Q = ∑ (A x V)

Dimana:
Q = debit (m3 /detik)
A = luas bagian penampang basah saluran (m2 )
V = kecepatan aliran rata-rata pada luas bagian penampang basah saluran
(m/detik)
5. BANGUNAN- BANGUNAN PENGAIRAN

 BANGUNAN BENDUNG
• Bangunan bendung adalah bangunan utama yang benar-benar dibangun didalam
air. Bangunan bendung diperlukan untuk memungkinkan dibelokannya air
sungai ke jaringan irigasi dengan jalan menaikan muka air disungai atau dengan
memperlebar pengambilan didasar sungai seperti pada tipe bendungan saringan
sawah (bottom rock weir).
• Bangunan bendung adalah sebuah ambang yang diletakan melintang diatas
dasar sungai supaya permukaan air pada sungai tersebut menjadi lebih tinggi
dari tinggi air semula. Tetapi jika muka air sungai sudah cukup tinggi, dapat
dipertimbangkan pembuatan pengmbilan bebas bangunan yang dapat
mengambil air dalam jumlah yang cukup banyak selama waktu pemberian air
irigasi tanpa membutuhkan tinggi muka air yang tetap disungai.
 MENENTUKAN KONTRUKSI DAN UKURAN
Syarat-Syarat Konstruksi Bendung
1) Bendung harus stabil (terutama terhadap tekanan air)
2) Dapat menahan bocoran (bahaya piping)
3) Elevasi punggung bendung harus memenuhi syarat kebutuhan pengairan
daerah yang dilayani
4) Muka air bendung serendah mungkin
5) Biaya pembuatan dan pembuatan semurah mungkin
6) Bentuk peluap harus sedemikian rupa sehingga batu dan pasir dapat
dijatuhkan pada dasar sungai hilir dengan tidak merusak konstruksi
7) Macam-Macam Bendung Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, bendung dapat dibagi menjadi: 
1. Bendung pada sungai

Bendung pada sungai dipilih pada bagian sungai yang lurus.


 
2. Bendung pada caupure

Bendung pada caupure dibangun jika dijumpai bagian sungai yang membelok
tajam dan kembali lagi.
6. PEMELIHARAAN

 PENGURUSAN
Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi meliputi :
a) Pengamanan
Kegiatan pengamanan jaringan irigasi antara lain:
• Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang berbahaya,
misalnya, di sekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya
curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
• Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran
berupa portal, patok.
Kegiatan pencegahan antara lain:
 Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ± 500 m
sebelah hulu dan ± 1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah
ditentukan dengan memasang papan larangan.
 Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
 Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan
mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran.
 PEMELIHARAAN
Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan
supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
• Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang
melebihi kelas jalan.
• Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.
• Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran
irigasi.
• Mengadakan penyuluhari/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait
tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.

Pemeliharaan Rutin
Kegiatan perawatan rutin ini biasanya muncul setiap tahun seperti:
 Membersihkan sampah, lumpur dan lain-lain pada bangunan ukur dan pintu
air.
 Memotong rumput dan tumbuhan pengganggu di sepanjang saluran.
 Merapihkan lubang saluran.
 Menutup bocoran kecil.
 Memberi pelumas pintu air.
Pemeliharaan Berkala
Kegiatan pemeliharaan berkala meliputi:
1) Kegiatan pemeliharaan berkala yang muncul setiap 2 tahun sampai dengan 5
tahun, misalnya:
 Mengecat pintu air.
 Mengganti skolt balk yang lapuk.
 Menggali endapan di saluran.
 Memperbaiki sayap bangunan, tembok saluran.
 Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan-bangunan bagi.

2) Kegiatan perawatan rutin ini biasanya muncul setiap tahun seperti:


 Meninggikan tanggul saluran
 Memperbaiki bendung (sayap, pintu air dan lain-lain)
 Mengganti pintu air yang rusak
 Memperbaiki kerusakan akibat bencana alam secara permanen, dimana lebih
dulu sudah dilaksanakan dengan perbaikan darurat.
 Membeli kendaraan roda 4 (untuk mengganti yang sudah rusak).
 Membeli peralatan hidrologi/hidrometri.
 Meninggikan tanggul sungai, tanggul saluran.
Perbaikan Darurat
 Perbaikan darurat adalah perbaikan sebagai akibat bencana alam dan/atau
kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa dan perlu penanggulangan
darurat agar jaringan irigasi dapat segera berfungsi. Tergantung pada tingkat
kerusakannya, maka pelaksanaan kegiatan perbaikan darurat dapat dilaksanakan
oleh petani, pengurus P3A atau petugas pemerintah (kondisi seperti ini dengan
sendirinya memerlukan musyawarah untuk kesepakatan). Kemudian kalau sudah
tersedia dana, barulah dilaksanakan perbaikan permanen dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai