Anda di halaman 1dari 10

GEOGRAPHY

Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan


http://journal.ummat.ac.id/index.php/geography
Vol. 9, No. 1, April 2021, Hal. 62-71
e-ISSN 2614-5529 | p-ISSN 2339-2835

PENGARUH ARUS DAN SUBSTRAT TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN


HARIAN RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PANTAI KABUPATEN ALOR

Paulus Edison Plaimo1*, Imanuel Lamma Wabang2


1,2
Perikanan, Universitas Tribuana Kalabahi, Indonesia
ediplaimo@untribkalabahi.ac.id1, imanuelwabang@untribkalabahi.ac.id2

ABSTRAK
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus dan substrat
terhadap pertumbuhan harian rumput laut jenis Euchema cotonii (K alvarezi) di
perairan pantai desa Allumang, Kabupaten Alor. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah Daily Growth Rate/Laju pertumbuhan harian (%/hari). Hasil
penelitian menemukan laju pertumbuhan harian pada stasiun (1) 6,150%; stasiun (2)
6,170%; stasiun (3) 6,130%, sehingga diperoleh rata-rata pertumbuhan harian rumput
laut Euchema cotonii (K alvarezi) di perairan Desa Allumang 6,15%. Kecepatan arus
37,2 cm/s. dengan karaketristik substrat berpasir.

Kata Kunci: Arus; Substrat; Rumput laut; Desa Allumang.

Abstract: This study aims to determine the influence of currents and substrates on the
daily growth of euchema cotonii (K alvarezi) seaweed in the coastal waters of Allumang
village, Alor Regency. The method used in the study was daily growth rate (%/day). The
results found a daily growth rate at (1) 6.150%; station (2) 6,170%; station (3) 6,130%, so
obtained the average daily growth of seaweed Euchema cotonii (K alvarezi) in the
waters of Allumang Village 6.15%. Current speed is 37.2 cm/s. with a caraketristic sandy
substrate.

Keywords: Current; Substrate; Seaweed; Allumang village.

Article History:
Received: 06-03-2021
Revised : 28-03-2021
Accepted: 01-04-2021 This is an open access article under the
Online : 03-04-2021 CC–BY-SA license

62
63
Paulus Edison Plaimo, Pengaruh Arus dan Substrat…

A. LATAR BELAKANG
Desa Allumang merupakan salah satu Desa diwilayah administrasi Kabupaten
Alor, yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah menjadi salah satu pusat produksi
Rumput Laut (makro alga). Secara geografis Desa Allumang berada pada
8˚22ꞌ54ˮLS-123˚57ꞌ32ˮBT. Perairan pantai Desa Allumang memiliki jenis pantai
substrat berpasir dengan topografi, kemiringan yang landai sehingga dapat
digunakan sebagai lokasi sentra budidaya rumput laut (Data Demografi Desa
Allumang, 2019). Panjang garis pantai Desa Allumang 4769m2 Seluruhnya
dimanfaatkan sebagai lokasi Budidaya dan menyumbang 53 Ton dari 223 Ton total
rumput laut selama Tahun 2019, yang dikespor oleh Kab. Alor ke berbagai tujuan
ekspor (DKP Alor, 2019).
Perairan pantai Desa Allumang bagian barat berbatasan dengan Pulau Kambing
sehingga terlindung oleh terjangan gelombang yang datang dari barat, namun di
bagian utara dan selatan terdapat selat yang menimbulkan sirkulasi arus yang
cukup kuat dari utara ke selatan maupun sebaliknya.
Kondisi lingkungan yang demikian merupakan kriteria yang tepat untuk
pertumbuhan rumput laut, sehingga masyarakat yang berdomisili di Desa
Allumang, sebanyak 74% atau 542 KK dari jumlah total 732 KK berprofesi sebagai
petani rumput laut, dengan produktivitas panen yang terus meningkat setiap
tahunnya seperti tahun 2017 38 ton; 2018 46 ton; 2019 53 ton (Data Demografi
Desa Allumang, 2019). Sejalan dengan itu Erlania & Radiarta, (2015); Hasnawi et
al., (2016); Ratoe Oedjoe et al., (2019) menyatakan lokasi budidaya memberikan
andil yang positif untuk pertumbuhan harian rumput laut yang dibudidaya.
Selanjutnya Sari & Muslimin, (2015); Erlania & Radiarta, (2015a); Utama, (2018)
menyatakan areal budidaya rumput laut yang ideal merupakan daerah yang semi
tertutup atau tidak terpapar langsung terhadap hampasan gelombang yang
ekstrim. Kemampuan sumberdaya alam di Desa Allumang ini ditentukan oleh
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik terdiri dari faktor fisika-kimia seperti
substrat, arus, suhu, kedalaman, pH air, salinitas dan kandungan bahan organik
diperairan. Sedangkan faktor biotik nya meliputi aktivitas manusia dan
keberadaan biota diperaiaran pantai Desa Allumang yang juga berperan sebagai
faktor pembatas bagi perkembangan organisme budidaya termasuk pertumbuhan
rumput laut.
Irmayani et al., (2014); Wulandari et al., (2015); Zamroni et al., (2019) bahwa
kemampuan sumberdaya alam ditentukan faktor-abiotik dan biotik antara lain
substrat, arus, suhu, kedalaman, pH air, salinitas dan kandungan bahan organik
dan faktor biotik adalah organisme disekitarnya yang berperan menentukan
stabilitas lingkungan tersebut. Potensi sumberdaya alam yang baik terhadap
proses pembudidayaan rumput laut jenis Euchema cotonii (K alvarezi) ini perlu
diketahui informasi penyebabnya sebagai karakterisktik lingkungan perairan
pantai Desa Allumang, termasuk beberapa faktor pendukung nya yaitu faktor arus
dan substrat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus dan subtrat terhadap
pertumbuhan harian rumput laut Euchema cotonii (K alvarezi) di perairan pantai
Desa Allumang, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kabupaten Alor.
64 | GEOGRAPHY: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Vol. 9, No. 1, April 2021, hal. 62-71

B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan pada bulan september dan desember 2020,
lokasi penelitiannya adalah Desa Allumang, Kecamatan Pantar Barat, Kabupaten
Alor, dengann posisi 8˚22ꞌ54ˮLS-123˚57ꞌ32ˮBT. Lokasi ini merupakan habitat yang
tepat untuk pengembangan rumput laut dengan kawasan yang cukup luas yang
telah dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat. Peta lokasi penelitian disajikan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Bibit rumput laut yang digunakan dalam penelitian ini adalah Euchema cotonii
yang berasal dari hasil budidaya masyarakat dilokasi penelitian. Bibit kemudian
ditimbang kemudian dihomogenkan berat awal yaitu 50gr dengan ciri-ciri sesuai
pernyataan Rusli et al., (2020) sebagai berukut: (1) bibit rumput laut bercabang
banyak; (2) ujungnya berwarna kuning kemerah-merahan; (3) mempunyai thallus
yang tebal; (4) bila dipegang tekstur nya elastis; (5) thalus tidak ada bercak-bercak
putih dan tidak terkelupas.
Teknik pemeliharaan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode
longline sesuai petunjuk Damayanti et al., (2019), dimana bibit rumput laut
kemudian diikatkan pada longline yang menggunakan tali berbahan poliethylene
(PE) yang kedua ujung tali diikat patok kayu dan ditempatkan pada 3 stasiun
sebagai reperesentasi dari panjang pantai lokasi budidaya rumput laut dimana
stasiun ditempatkan 3 tali longline untuk mengikat rumput laut yang dijadikan
sampel. Penggunaan metode longline disesuaikan karaketristik lingkungan
perairan landai dan dangkal selain itu lebih ekonomis.
Pemeliharaan sampel untuk penelitian penting untuk dilakukan untuk
mengantisipasi sampel rumput laut dari predator maupun kotoran yang melekat,
hingga waktu yang ditetapkan untuk pengukuran berat rumput laut setiap 7 hari
selama masa pemeliharaan selama 49 hari sehingga diperoleh 8 kali pengambilan
sampel, sedangkan untuk pengukuran faktor fisika-kimia lingkungan dilakukan
bersamaan setiap minggunya.
65
Paulus Edison Plaimo, Pengaruh Arus dan Substrat…

Gambar 2. Model pemeliharaan sampel penelitian sesuai dengan


proses budidaya di Desa Allumang.

Pengukuran pertumbuhan bobot rumput laut ditimbang berat basah rumput


laut pada setiap 7 hari menggunakan rumus dikemukakan oleh Hung et al (2009)
dalam Damayanti et al., (2019) sebagai berukut:

A={[Wt/Wo]1/t-1}x100% (1)

Keterangan:
A = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
Wt = Berat rata-rata akhir (gram)
Wo = Berat rata-rata awal (gram)
T = Waktu penanaman

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia seperti salinitas,
pH, DO, suhu, kecerahan dan kecepatan arus dan jenis susbtrat. Sejalan dengan itu
Atmanisa et al., (2020) menyatakan bahwa faktor fisika-kimia menjadi faktor
penentu dalam pertumbuhan rumput laut dimana dapat berperan sebagai faktor
penunujang pertumbuhan tetapi sekalian pula sebagai faktor pembatas. Menurut
Ain et al., (2014); Yuliyana et al., (2015); Gultom et al., (2016); Ramdhan, (2018);
Atmanisa et al., (2020) bahwa parameter fisika-kimia memiliki peranan yang
penting bagi pertumbuhan rumput laut. Sedangkan menurut Radiarta & Erlania,
(2015); (Ramdhan, 2018) bahwa air merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut, sehingga kualitas air menjadi penting untuk
diperhatikan.

Tabel 1. Data faktor fisika-kimia pada lokasi penelitian yang diambil pada Bulan
September-Desember 2020
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Rata-rata
Kecepatan Arus (cm/s) 38 37 37 37,3
Suhu (˚C) 30,7 29,3 30,3 30,1
Salinitas (psu) 32 32,7 32 32,2
pH 8,6 8,0 8,8 8,4
66 | GEOGRAPHY: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Vol. 9, No. 1, April 2021, hal. 62-71

Hasil pengkuran parameter kualitas peraiaran pada lokasi penelitian dikatakan


berada dalam kisaran kualitas yang masih dalam kategori sangat baik untuk
pertumbuhan rumput laut.

Tabel 2. Data pebanding hasil pengamatan parameter kualitas perairan di lokasi


penelitian dengan nilai ideal parameter kualitas perairan untuk pertumbuhan rumput laut
Euchema cotonii (K alvarezi) berdasarkan kajian pustaka.
Lokasi Pengamatan
Rata- Nilai
No Variabel Stasiun Stasiun Stasiun Pustaka
rata Optimum
1 2 3
Mudeng at al
Kecepatan
(2015) dalam
1 Arus 38 37 37 37,3 20-40
Damayati et al
(cm/s)
(2019)
Jenis
2 Berpasir Berpasir Berpasir - -
Substrat
Dawes et al
(1981) dalam
3 Suhu (˚C) 29-32 28-31 29-32 30,1 27-30
Wulandari et al
(2015)
Febrianto
Salinitas (2007) dalam
4 30-35 31-34 30-33 32,2 30
(psu) Wulandari et al
(2015)
Romimohtarto
dan Juwana
0,20- 0,20- 0,20- 0,20-
5 Kedalaman <5m (2009) dalam
1,10 1,10 1,10 1,10
Wulandari et al
(2015)
Zatnika dan
Angkasi (1994)
6 pH 8,6 8,0 8,8 8,8 6-9 dalam
Wulandari
(2015)

Data hasil pengamatan parameter suhu di lokasi penelitian rata-rata 30,1˚C. Hal
ini menunjukkan suhu pada lokasi penelitian relatif stabil dan tidak terjadi
perubahan yang drastis, karena adanya paparan sinar matahari pada areal
penelitian secara merata dengan kecerahan yang tinggi, akibatnya sinar matahari
dapat menembus sampai pada dasar perairan, sehingga memenuhi syarat untuk
pertumbuhan rumput laut. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Dawes et al
(1981) dalam Wulandari et al., (2015) bahwa suhu ideal bagi pertumbuhan
rumput laut berkisar dari 27-30˚C.
Hasil pengukuran salinitas dilokasi penelitian rata-rata 30 psu, kondisi ini
sejalan dengan pernyataan Febrianto (2007) dalam Wulandari et al., (2015) Bahwa
nilai salinitas yang ideal untuk mendukung pertumbuhan rumput laut 30 psu.
Salinitas merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan rumput laut.
Sejalan dengan itu Prasetya & Rajab, (2018); Ramdhan, (2018) menyatakan, setiap
organisme masing-masing memiliki toleransi terhadap faktor salinitas yang
berbeda-beda termasuk rumput laut. Sehingga salinitas merupakan faktor penting
bagi kelanjutan hidup dan pertumbuhan suatu organisme.
Nilai dearajat keasaman (pH) dalam suatu perairan menentukan kelangsungan
kehidupan organisme yang hidup dalam perairan tersebut termasuk rumput laut
67
Paulus Edison Plaimo, Pengaruh Arus dan Substrat…

(Ruslaini, 2013). Hasil pengukuran nilai pH pada daerah penelitian menunjukkan


rata-rata 8,8. Menurut Sa’adah & Widyaningsih, (2018) bahwa air laut mempunyai
kemampuan menyangga yang cukup besar untuk mengantisipasi adanya
perubahan nilai pH. Perubahan pH dari kondisi alami akan memberikan petunjuk
terhadap gangguan dilingkungan yang membuat ketidakseimbangan kadar CO2
sehingga dapat membahayakan kehidupan organisme dilingkungan tersebut oleh
karena gangguan metabolisme. Hampir semua alga dapat tumbuh pada kisaran pH
6-9, sehingga pH tidak bermasalah bagi kehidupan rumput laut dilokasi budidaya
(Ramdhan, 2018). hal ini sejalan dengan pernyataan Zatnika dan Angkasi (1994)
dalam Wulandari et al., (2015) bahwa nilai pH yang ideal untuk pertumbuhan
rumput laut berkisar antara 6-9.

1. Pengaruh Arus terhadap Pertumbuhan Rumput Laut


Faktor arus memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan rumput laut. Menurut Radiarta & Erlania, (2015); Ramdhan, 2018)
bahwa arus mempunyai faktor negatif dan positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan rumput laut. Arus dapat menyebabkan teraduknya sedimen yang
berlumpur sehingga dapat menyebabkan kekeruhan dan mengurangi proses
fotosintetis. Di sisi lain manfaat arus adalah penyuplai nutrisi, kelarutan oksigen,
penyebaran plankton dan penghilang CO2 maupun sisa-sisa produk biota laut
lainnya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Wulandari et al., (2015) bahwa
kecepatan arus merupakan faktor primer ekologi untuk memungkinkan terjadinya
aerasi, rumput laut akan memperoleh unsur hara secara tetap dan terhindar dari
bahan-bahan tersuspensi didalam air (silt) dan (epifit).

Tabel 3. Data kecepatan arus pada lokasi penelitian yang diambil pada
Bulan September-Desember 2020.
Kecepatan Arus (Cm/s)
Stasiun 1 38
Stasiun 2 37
Stasiun 3 37
Rata-rata 37,2

Data kecepatan arus hasil pengamatan pada lokasi penelitian 37,3 cm/s, jika
dikomperasi dengan kajian pustaka misalnya menurut Mudeng et al (2015) dalam
Damayanti et al., (2019), kecepatan arus yang idael untuk pertumbuhan rumput
laut adalah 20-40cm/s, karena dalam hal ini rumput laut akan memperoleh
nutiren yang cukup dan pergerakan air melalui arus akan mencuci atau
membersihkan thallus dari kotoran-kotoran yang menempel.
Kondisi ini, disebabkan karena kedaan topografi lokasi penelitian, dimana
merupakan adanya selat dari utara ke selatan atau sebaliknya. Karena dibagian
barat berhadapan langsung pada Pulau Kambing menghalangi pergerakan
gelombang dan arus dari arah barat. Menurut Atmanisa et al., (2020) arus
merupakan salah satu faktor pembatas untuk pertumbuhan rumput laut oleh
karena zat hara atau nutrien yang terbawa oleh arus, sekaligus arus juga berperan
sebagai pembersih kotoran yang tersangkut pada thallus rumput laut sehingga
rumput laut terlihat bersih dan sehat. Sejalan dengan itu Mudeng et al (2015)
dalam Damayanti et al., (2019) menyatakan kecepatan arus yang ideal dapat
berfungsi sebagai media pengahantar nutrisi dan pembersih thallus rumput laut.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan ini dapat dikatakan lokasi budidaya rumput
68 | GEOGRAPHY: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Vol. 9, No. 1, April 2021, hal. 62-71

laut Desa Allumang merupakan habitat yang tepat untuk pertumbuhan rumput
laut.

2. Pengaruh Substrat terhadap pertumbuhan Rumput Laut


Rumput laut adalah tanaman tingkat rendah, tidak mempunyai akar, batang
dan daun sejati, hanya memiliki batang yang disebut thallus (Fikri et al., 2015). Jika
tumbuh secara alami memerlukan substrat untuk melekat melalui holdfast (Asni,
2015; Fikri et al., 2015; Ariyati et al., 2016). Akan berbeda manakala rumput laut
dibudidayakan, bibit rumput laut diikatkan pada longline yang telah ditempatkan
pada perairan. Dalam kebiasaan masyarakat pembudidaya rumput laut Desa
Allumang mereka mengikat pada tiang pancang (patok) kedua sisi tali longline
yang telah disematkan bibit rumput laut kemudian longline itu ditebar.
Karakteristik substrat di lokasi penelitian atau budidaya adalah berpasir putih
sehingga tingkat kecerahan sangat baik oleh karenanya proses fotosintesis
berjalan secara maksimal. Sedimen pada substrat tidak terlihat lumpur, apabila
terjadi pergerakan arus dan adanya pengadukan, perairan tidak mengalami
kekeruhan dan menghalangi proses fotosintesis situsi ini berdampak pada
produktivitas rumput laut yang tinggi. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Cyntya
et al., (2018) bahwa substrat juga menjaga stabilitas sedimen yang melingkupi
perlindungan dari arus air dan pengolahan dan pemasukan unsur hara.

3. Laju Pertumbuhan Rumput Laut.


Data hasil perhitungan laju pertumbuhan rumput laut dari tiga stasiun
pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Laju pertumbuhan rata-rata rumput laut di tiga stasiun


pengamatan yang diambil pada bulan September-Desember.
Stasiun Laju pertumbuhan harian
1 (50 gr) 6,150%
2 (50 gr) 6,170%
3 (50 gr) 6,130%
Rata-rata 6,15%

Data pada tabel 4 terlihat bahwa rata-rata persentase laju pertumbuhan


rumput laut harian pada ketiga stasiun, dari stasiun 1, 2 dan 3 menunjukkan
pertumbuhan yang sangat baik, dimana pertumbuhan harian rata-rata pada
daerah penelitian 6,15%. Hal ini merupakan indikator lingkungan yang sehat
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan rumput laut. Sejalan dengan
kondisi ini Aryanti et al., (2016) dalam Damayanti et al., (2019) menyatakan,
pertumbuhan rumput laut lebih dari 2% per hari merupakan pertumbuhan dengan
kategori baik.
Faktor arus memberikan pengaruh terhadap ketersediaan nutrien dalam
perairan. Menurut Ain et al., (2014); Wulandari et al., (2015) bahwa semakin kuat
arus suatu perairan maka pertumbuhan alga laut akan semakin cepat karena
diffusi nutrien kedalam sel thallus semakin banyak akibatnya metabolisme
dipercepat. Pergerakan massa air yang cukup kuat akan membuat rumput laut
bersih dari sedimen sehingga semua bagian thallus akan berfungsi melakukan
fotosintesis.
Selain itu peranan substrat dengan karaketristik berpasir terhadap terhadap
pertumbuhan rumput laut sangat signifikan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
Wulandari et al., (2015); Novianti et al., (2017), menyampaikan bahwa tipe
69
Paulus Edison Plaimo, Pengaruh Arus dan Substrat…

substrat yang paling baik untuk pertumbuhan rumput laut yaitu pasir dan karang
mati karena perairan dengan substrat demikian biasanya dilalui oleh arus yang
sesuai dengan pertumbuhan rumput laut. Hal ini diperkuat Kurnianto & Triandiza,
(2013) yang menyatakan substrat berfungsi menjaga stabilitas sedimen yang
mencakup perlindungan dari arus dan tempat pengolahan dan pemasukan nutrien.
Jika substrat dengan sedimen berlumpur maka arus yang kuat akan mengangkat
sedimen ke permukaan dan menimbulkan kekeruhan sehingga mengurangi proses
fotosintesis, kemudian thallus akan terkontaminasi dengan kotoran yang
menempel akibatnya kualitas rumput laut menurun (Atmanisa et al., 2020). Sejalan
dengan itu Ramdhan, (2018) menyatakan bahwa substrat dengan kombinasi pasir
berlumpur dapat menghalangi sirkulasi udara karena ditutupi oleh tanah pekat
atau lumpur sehingga mengurangi kadar DO dalam air.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Adapun kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah laju
pertumbuhan harian rumput laut Euchema cotonii (K alvarezi) pada lokasi
peneltian, stasiun (1) 6,150%; stasiun (2) 6,170%; stasiun (3) 6,130%, sehingga
rata-rata 6,15%. Kecepatan arus 37,2 cm/s. Karaktersitik substrat berpasir.
Adapun saran yang disampaikan sebagai berikut: terhadap Pemerintah Daerah
diharapakan memberikan perhatian dengan adanya anggaran yang disiapkan
untuk penelitian terhadap potensi usaha pengembangan budidaya rumput laut di
Kab. Alor, sedangakan saran yang disampaikan kepada Perguruan Tinggi agar
terus mengabdikan ilmunya kepada masyarakat dengan melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya untuk mendapatkan informasi ilmiah sebagai rujukan
pengembangan sumberdaya perairan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tribuana Kalabahi dan
Program Studi Perikanan, yang telah mendukung kegiatan penelitian ini dengan
mengucurkan anggaran penelitian dari anggaran belanja PT, ucapan terima kasih
juga di sampaikan kepada Pemerintah Desa Allumang yang mendukung baik
secara moril maupun materil selama kegiatan ini dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN
Ain, N., Ruswahyuni, -, & Widyorini, N. (2014). Hubungan Kerapatan Rumput Laut Dengan
Substrat Dasar Berbeda Di Perairan Pantai Bandengan, JEPARA. Management of
Aquatic Resources Journal (MAQUARES). https://doi.org/10.14710/marj.v3i1.4426
Ariyati, R. W., Widowati, L. L., & Rejeki, S. (2016). Performa Produksi Rumput Laut
Euchema Cottonii Yang Dibudidayakan Menggunakan Metode Long-Line. Seminar
Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan Dan Kelautan.
Asni, A. (2015). Analisis Poduksi Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) Berdasarkan
Musim Dan Jarak Lokasi Budidaya Di Perairan Kabupaten Bantaeng. Jurnal Akuatika
Indonesia.
Atmanisa, A., Mustarin, A., & Anny, N. (2020). Analisis Kualitas Air pada Kawasan Budidaya
Rumput Laut Eucheuma Cottoni di Kabupaten Jeneponto. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian. https://doi.org/10.26858/jptp.v6i1.11275
Cyntya, V. A., Santosa, G. W., Supriyantini, E., & Wulandari, S. Y. (2018). Pertumbuhan
Rumput Laut Gracilaria sp. Dengan Rasio N:P Yang Berbeda. Journal of Tropical
Marine Science. https://doi.org/10.33019/jour.trop.mar.sci.v1i1.655
Damayanti, T., Aryawati, R., & Fauziyah. (2019). Laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma
cottonii ( Kappaphycus alvarezi ) dengan bobot bibit awal berbeda menggunakan
70 | GEOGRAPHY: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Vol. 9, No. 1, April 2021, hal. 62-71

metode rakit apung dan long line di perairan Teluk Harun, Lampung. Maspari Journal,
11(October 2017), 17–22.
Erlania, E., & Radiarta, I. N. (2015a). Distribusi Rumput Laut Alam Berdasarkan
Karakteristik Dasar Perairan Di Kawasan Rataan Terumbu Labuhanbua, Nusa
Tenggara Barat: Strategi Pengelolaan Untuk Pengembangan Budidaya. Jurnal Riset
Akuakultur. https://doi.org/10.15578/jra.10.3.2015.449-457
Erlania, E., & Radiarta, I. N. (2015b). Pengembangan Budidaya Rumput Laut: Implikasi
Penerapan Blue Economy Di Teluk Sereweh, Nusa Tenggara Barat. Media Akuakultur.
https://doi.org/10.15578/ma.10.2.2015.97-101
Fikri, M., Rejeki, S., & Widowati, L. L. (2015). Produksi dan Kualitas Rumput (Eucheuma
cattonii) dengan Kedalaman Berbeda Di Perairan Bulu Kabupaten Jepara. Journal of
Aquaculture Management and Technology.
Gultom, R. C., Dirgayusaa, I. G. N. P., & Puspitha, N. L. P. R. (2016). Perbandingan Laju
Pertumbuhan Rumput Laut ( Eucheuma cottonii ) Dengan Menggunakan Sistem
Budidaya Ko-kultur dan Monokultur di Perairan Pantai Geger , Nusa Dua , Bali.
Journal Of Marine Research And Technology.
Hasnawi, H., Makmur, M., Paena, M., & Mustafa, A. (2016). Analisis Kesesuaian Lahan
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Di Kabupaten Parigi Moutong
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Riset Akuakultur.
https://doi.org/10.15578/jra.8.3.2013.493-505
Irmayani, Yusuf, S., & Nispar, M. (2014). Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Rumput Laut
di Desa Mallasoro Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Jurnal Bisnis Perikanan.
Kurnianto, D., & Triandiza, T. (2013). Pengaruh musim terhadap pertumbuhan dan hasil
rumput laut Eucheuma cottoni yang ditanam pada dua lokasi perairan di Maluku
Tenggara. Seminar Nasional Sains & Teknologi V, Lembaga Penelitian Universitas
Lampung.
Novianti, D., Rejeki, S., & Susilowati, T. (2017). Pengaruh bobot awal yang berbeda
terhadap pertumbuhan rumput laut latoh yang dibudidaya didasar tambak, Jepara.
Journal of Aquaculture Management and Technology.
Prasetya, F. V. A. S., & Rajab, A. (2018). Analisis Distribusi Parameter Fisika Dan Kimia
Pada Kawasan Budidaya Rumput Laut Di Provinsi Jawa Timur Dengan Menggunakan
Citra Satelit Terra MODIS. Elipsoida.
Radiarta, I. N., & Erlania, E. (2015). Indeks Kualitas Air Dan Sebaran Nutrien Sekitar
Budidaya Laut Terintegrasi Di Perairan Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat: Aspek
Penting Budidaya Rumput Laut. Jurnal Riset Akuakultur.
https://doi.org/10.15578/jra.10.1.2015.141-152
Ramdhan, M. (2018). Kondisi Parameter Fisiko-Kimiawi Perairan Dan Pengaruhnya
Terhadap Produksi Rumput Laut Di Wilayah Pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan. Jurnal Kelautan Nasional. https://doi.org/10.15578/jkn.v13i3.6288
Ratoe Oedjoe, M. D., Rebhung, F., & Sunadji, S. (2019). Rumput Laut (Kappaphycus
Alvarezii) sebagai Komoditas Unggulan dalam Meningkatkan Nilai Tambah Bagi
Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Nusa Tenggara Timur <br><i>[Seaweed
(Kappaphycus Alvarezii) as Potential Commodity in Added Value Development for
The Prosperity of Sumba Timur Regency Communities, Nusa Tenggara Timur
Province]<i>. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan.
https://doi.org/10.20473/jipk.v11i1.10992
Ruslaini. (2013). Kajian Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Gracilaria
verrucosa) Di Tambak Dengan Metode Vertikultur. Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan.
Rusli, A., Dahlia, D., Ilijas, M. I., Alias, M., & Budiman, B. (2020). Strategi pengelolaan
budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii di Kabupaten Pangkep, Sulawesi
Selatan. Agrokompleks: Jurnal Teknologi Perikanan, Perkebunan Dan Agribisnis.
Sa’adah, N., & Widyaningsih, S. (2018). Pengaruh Pemberian CO2 terhadap pH Air pada
Pertumbuhan Caulerpa racemosa var. uvifera. Jurnal Kelautan Tropis.
https://doi.org/10.14710/jkt.v21i1.2460
Sari, W. K. P., & Muslimin. (2015). Budidaya Rumput Laut Sargassum sp. Pada perairan
dengan substrat dasar berbeda. In Jurnal STP.
71
Paulus Edison Plaimo, Pengaruh Arus dan Substrat…

Utama, R. Z. (2018). Potensi Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii)


di Pulau Tidung. Skripsi Universitas Indonesia.
Wulandari, S. R., Hutabarat, S., & Ruswahyuni, -. (2015). Pengaruh arus dan substrat
terhadap distribusi kerapatan rumput laut di perairan Pulau Panjang sebelah barat
dan selatan. Management of Aquatic Resources Journal.
Yuliyana, A., Rejeki, S., Widowati, L. L., Perikanan, J., & Diponegoro, U. (2015). Pengaruh
Salinitas Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Latoh (Caulerpa
lentillifera) Di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai (LPWP) Jepara. Journal
of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015,
Halaman 61-66.
Zamroni, A., Nurlaili, N., & Witomo, C. M. (2019). Peluang Penerapan Konsep Blue
Economy Pada Usaha Perikanan Di Kabupaten Lombok Timur. Buletin Ilmiah Marina
Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan. https://doi.org/10.15578/marina.v3i2.7388

Anda mungkin juga menyukai