NIM :1906090013
KELAS : A
JURUSAN ARSITEKTUR
SEMESTER 5
2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati saya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan. saya juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya dalam
pembuatan laporan ini dan berbagai sumber yang telah saya pakai sebagai data dan
fakta pada laporan ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan laporan ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal
dapat saya deskripsikan dengan sempurna dalam laporan ini. saya melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang saya miliki.
Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki laporan saya di masa datang.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN.
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...…..…20
BAB I
PENDAHULUAN
Papua adalah provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian
paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara
Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup
seluruh wilayah Pulau Papua. Sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi, dengan
bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai
nama Papua Barat (Pabar). Provinsi Papua memiliki luas 312.224,37 km2 dan
merupakan provinsi terbesar dan terluas pertama di Indonesia.
Provinsi Papua memiliki luas sekitar 312.224,37 km2, pulau Papua berada di ujung
timur dari wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis
dan strategis, dan telah mendorong bangsa-bangsa asing untuk menguasai pulau
Papua.
Kabupaten Puncak Jaya merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota
yang terendah adalah kota Merauke. Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan,
pulau Papua memiliki kelembapan udara relatif lebih tinggi berkisar antara 80-89%
kondisi geografis yang bervariasi ini memengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang
tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan
meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006 dan 4.303.707 jiwa pada tahun
2020.n Dengan ketinggian 4.884 m, Puncak Jaya merupakan puncak tertinggi di
Indonesia sekaligus di Oseania.
Kelompok suku asli di Papua terdiri dari 255 suku, dengan bahasa yang masing-
masing berbeda. Suku-suku tersebut antara lain :
Ansus
Amungme
Asmat
Ayamaru, mendiami daerah Sorong
Bauzi
Biak
Dani
Empur, mendiami daerah Kebar dan Amberbaken
Hatam, mendiami daerah Ransiki dan Oransbari
Iha
Komoro
Mee, mendiami daerah pegunungan Paniai
Meyakh, mendiami Kota Manokwari
Moskona, mendiami daerah Merdei
Nafri
Sentani, mendiami sekitar danau Sentani
Souk, mendiami daerah Anggi dan Manyambouw
Waropen
Wamesa mendiami daerah sebelah selatan Teluk Wondawa ( wandamen )
Muyu
Tobati
Enggros
Korowai
Fuyu
Suku Dani merupakan suku yang mendiami pedalaman Papua, tepatnya di Lembah
Baliem. Suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku besar (Ap Kain) ini
menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam dan beternak babi.
Kekayaan yang berlimpah ruas pada suku Dani salah satunya adalah rumah
Tradisional.
Rumah tradisional dari suku Dani adalah rumah adat Honai.
1.3 Tujuan
Untuk membahas lebih mendalam mengenai arsitektur Honai, mulai dari sosial budaya,
pola tata tapak, ruang dalam arsitektur, serta struktur dan konstruksinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Suku Dani dikenal juga sebagai suku yang menghuni Lembah Baliem yang terletak di
pegunungan tengah Papua. Ketinggian lembah ini berada 1.650 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Suku ini dikenal karena pria-nya mengenakan koteka.
Berbeda dengan wilayah lainnya, Suku Dani punya kebiasaan mandi yang unik di mana
mereka suka mandi di siang hari saat matahari sudah tinggi.Menurut keterangan dari
peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, kebiasaan mandi Suku Dani yang
tinggal di perkampungan dekat Sungai Baliem disebabkan oleh suhu udara di siang hari
yang terasa hangat dan tidak sedingin di pagi hari.Bagi suku Dani, waktu pagi hari
merupakan waktu untuk bekerja. Biasanya mereka beraktivitas di kebun menanam
keladi dan ubi jalar. Seusai berkebun barulah mereka mandi di sungai.
Suku Dani memiliki satu tradisi unik dalam mengungkapkan rasa berduka cita. Uniknya
mereka tidak akan menangis atau membaca doa- doa. Mereka justru akan memotong
jari mereka (ruas jari) sebagai perwujudan rasa sakit karena telah di tinggalkan. Suku
ini biasanya akan memotong jari dengan benda tajam, digigit hingga putus atau ditali
hingga jari mati baru dipotong.
Bagi Suku Dani, jari adalah simbol dari keluarga, kekerabatan dan juga kebersamaan.
Saat salah satu keluarga meninggal akan mengungkapkan rasa sakit yang sangat
hebat itu dengan ikipalin atau potong jari.
Satu hal yang menarik dan membedakan Suku Dani dengan suku lainnya adalah
mereka punya mumi. Biasanya mumi ini warnanya hitam dan memiliki posisi duduk dan
kepala mendongak ke atas. Mumi tersebut adalah leluhur yang dianggap memiliki jasa
yang sangat besar. Salah satu mumi paling tua di tempat ini berusia 300 tahun. Mumi
ini memiliki nama Wim Motok Mabel dan selalu di tempatkan di pilamo atau rumah laki-
laki.
Banyak sekali suku-suku di dunia ini yang melakukan perang untuk memperebutkan
wilayah, memperebutkan makanan hingga menjaga harga diri. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Suku Dani.
Di masa lalu mereka melakukan perang hingga banyak korban berjatuhan.Tapi, diera
modern seperti sekarang, perang tidak dilakukan sampai membuat banyak orang
terluka hingga meninggal. Perang dilakukan untuk menyambut wisatawan yang datang
untuk melihat tradisi Suku Dani yang sangat unik. Setahun sekali di Lembah Baliem
yang jadi tempat tinggal Suku Dani selalu ada festival Baliem.
Suku Dani sering sekali mengadakan pesta besar untuk menyambut acara pernikahan
kelahiran dan juga kemenangan perang. Pesta ini akan disiapkan oleh semua orang
yang ada di desa tanpa terkecuali. Suku Dani suka sekali memasak babi dan umbi-
umbian. Bahan makanan ini akan dimasukkan ke dalam lubang yang telah diberi batu
dan daun-daun. Mereka memasak bahan makanan yang sangat banyak untuk
dibagikan ke semua orang
Rumah adat Honai adalah rumah bagi suku Dani yang tinggal di bagian lembah Baliem
atau Wamena, suku Lani di Pegunungan Toli, dan suku-suku asli Papua lainnya.
Rumah Honai terdiri atas 3 jenis, yaitu: Honai: Rumah untuk para lelaki. Ebei: Rumah
untuk para wanita.
Rumah hanoi dari papua ini dibuat berdasarkan kontu tanah yang ada sehingga rumah
ini bersifat adaptis.
Dengen ketinggian satu meter di atas permukaan tanah memenfaatkan kayu sebagai
pondasi dari rumah hanoi ini. Jika rumah berada di tempat rata maka akan disusun batu
untuk mengatur ketinggian bangunan ini sehingga air tidak mengalis kedalam
bangunan.rumah ini sebaiknya dibangun di tempat dengan kontur rata jika berkontur
miring maka harus dilakukan perataan pada kontur tersbut.
2.3 Ruang dalam arsitektur Rumah Adat Honai
Suku Dani membangun rumah dari kayu dengan atap berbentuk kerucut. Rumah ini
disebut rumah honai. atap rumah honai terbuat dari jerami atau ilalang. Tumpukan
jerami atau ilalang di atap tersebut bisa mencapai 2,5 meter. "Honai mempunyai pintu
yang kecil dan tidak memiliki jednela. Tujuannya untuk menahan hawa dingin Papua.
Rumah honai terbagi dalam tiiga macam, yaitu untuk laki-laki atau disebut honai, untuk
wanita yang disebut ebei, dan kandang babi yang disebut wamai. Rumah honai
biasanya dihuni oleh lima sampai sepuluh orang. Rumah honai pada umumnya terbagi
atas dua tingkat. Kedua lantai tersebut dihubungkan dengan tangga dari bambu. Suku
Dani membuat perapian di dasar lantai rumah untuk penerangan. Mereka membuat
tungku dengan menggali tanah di dasar rumah.
1. Substruktur
Jika dilihat dari bentuk struktur serta ketinggian lantai satu, dapat disimpulkan
bahwa rumah adat hanoi menggunakan sub struktur dari
tiang kayu yang sekaligus berfungsi sebagai tiang penyangga atau kolom.
Berbeda dengan kebanyakan rumah adat di Indonesia yang berstruktur panggung,
rumah Honai sendiri memiliki lantai berupa tanah. Lantai rumah honai ada 2, lantai
pertama yang beralas tanah biasanya digunakan untuk tempat berkumpul,
bermusyawarah, dan beraktivitas saat malam hari, dan lantai kedua yang beralas
papan digunakan untuk tempat tidur.
2. Supper struktur
Super struktur pada bangunan rumah hanoi ini, terdiri dari dua bagian yaitu dinding dan
tiang atau kolom dan lantai dua.
Tiang-tiang penyangga rangka atap terbuat dari kayu bulatan berukuran kecil,
dindingnya terbuat dari bilah papan bagian luar, lantai kedua terbuat dari papan.
3. Upper struktur
Sistem struktur atap pada rumah hanoi adalah atap dengan bentuk bulat melengkung
disesuaikan dengan bentukan rumah hanoi sendiri. atapnya yang melengkung terbuat
dari jerami atau alang-alang kering.
BAB lll
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku Dani dikenal juga sebagai suku yang menghuni Lembah Baliem yang terletak di
pegunungan tengah Papua. Ketinggian lembah ini berada 1.650 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Suku ini dikenal karena pria-nya mengenakan koteka.
Rumah adat Honai adalah rumah bagi suku Dani yang tinggal di bagian lembah Baliem
atau Wamena, suku Lani di Pegunungan Toli, dan suku-suku asli Papua lainnya.
Rumah Honai terdiri atas 3 jenis, yaitu: Honai: Rumah untuk para lelaki. Ebei: Rumah
untuk para wanita.