Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yeng maha Esa karena begitu
besar rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan
judul ''PEMBERIAN OKSIGEN PADA ANAK"ini tepat pada waktunya ,adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas kelompok,
mata kuliah keperawatan anak dari dosen pengampuh,selain itu juga tujuan dari
makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang topic makalah bagi para
pembaca dan juga penulis,penulis juga mengucapkan banyak terima kasih bagi
dosen yang telah memberikan tugas makalah ini untuk dikerjakan,begitu juga
untuk teman-teman kelompok dan orang tua yang turut dalam pembuatan
makalah ini,penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………….i
Kata pengantar…………………………………………………………………ii
Daftar isi………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
A.LATAR BELAKANG……………………………………………………
B.RUMUSAN MASALAH …………………………………………………
C.TUJUAN PENULISAN…………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Mengidentifikasi dan menjelaskan mengenai pemberian oksigen
B. Menjelaskan perawatan yang dilakukan untuk pasien anak dengan
gangguan respirasi
C. Menyusun Rencana Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Gangguan
Respirasi
D. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan
respirasi.
E. Membuat SOP Pemberian oksigen .
BAB IV PENUTUP
A.KESIMPULAN…………………………………………………………..
B.SARAN…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
A
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh
(Potter, 2005). Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara
ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan
hematologis. kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam
proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat
dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah
(Corwin, 2009).
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. (Potter, 2005).
Metode dalam pemberian oksigen terbagi dalam dua teknik yaitu aliran rendah
dan aliran tinggi (Potter, 2005). Pada neonatus dengan masalah penurunan saturasi
oksigen memerlukan alat yang dapat memberikan konsentrasi oksigen tinggi dan
tentunya tidak menggangu pergerakan dan pernafasan neonatus. Metode yang
digunakan dengan aliran tinggi adalah dengan alat head box. Alat ini dipakai
untuk memberikan konsentrasi oksigen tinggi (FiO2) dengan dosis yang tepat.
Pada neonatus dosis yang diberikan adalah 2-3 L/kgBB dengan pemantauan
saturasi oksigen. Pemantauan saturasi diperlukan untuk menghindari penumpukan
CO2 dan keracunan oksigen.
terapi oksigen secara signifikan meningkatkan saturasi oksigen pada bayi dengan
nilai p value 0,001. Jenis alat yang dipakai salah satunya adalah head box dengan
waktu pengukuran saturasi oksigen 30 menit dan 60 menit pertama (Roamanian
Journal, 2012).
Oksigen yang dapat dinilai dengan alat oksimetri dapat mengetahui oksigenasi
yang mencapai jaringan perifer. Tidak hanya itu saja, dengan dilakukannya
penilaian oksigenasi dengan oksimetri juga dapat menekan resiko terjadinya
keracunan pada bayi karena kelebihan dosis. Suplementasi oksigen pada neonatus
dengan masalah pernapasan sangat diperlukan dengan pemberian yang tepat dan
pemantauan saturasi yang cermat.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan.
\
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengidentifikasi dan menjelaskan mengenai pemberian oksigen
(5 Jurnal)
JURNAL 1.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN
PENEUMONIA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
JURNAL. 3
PENGGUNAAN HIGH FLOW NASAL CANNULA PADA PASIEN ANAK
DENGAN ASMA DI UGD: KAJIAN LITERATUR
1 Pengkajian Keperawatan
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil
(onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits,
sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa
oba, makanan, udara, debu.
C.Pemeriksaan fisik
3) Tanda-tand vital:
- Nadi: takikardi
- Suhu: hipertermi
5) Hidung:
2.DIAGNOSA KEPERAWTAN
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak
dengan masalah pneumonia:
3.INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kemudahan bernapas
ketika beraktifitas
4. Lakukan terapi
2. Warna kulit idak pucat non farmakologis
(terapi musik)
3. Kemudahan dalam
melakukan ADL 5. Kolaborasi
pemberian terapi
Ket: farmakologis
untuk mengurangi
1. Sangat terganggu kelelahan
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu 6. Beri Penyuluhan
4. Sedikit terganggu kepada keluarga
5. Tidak terganggu dan pasien tentang
nutrisi yang baik
dan istirahat yang
adekuat
f. Defisiensi Pengetahuan : Manajemen Pengajaran
pengetahuan pneumonia
berhubungan proses penyakit
dengan kurang Definisi :
sumber 1. Kaji tingkat
Tingkat pemahaman yang pengetahuan tentang
pengetahuan disampaikan tentang proses penyakit
pneumonia,
pengobatannya dan 2. Jelaskan tentang
pencegahan komplikasinya penyakit
2. mengetahui faktor
penyebab (dapat
menyebutkan
penyebab)
3. mengetahui faktor
resiko kekambuhan
(dapat menyebutkan
faktor resiko)
4. mengetahui tanda dan
gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit
(dapat menyebutkan
tanda dan gejala)
Ket :
1. Tidak ada
pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh
perawat secara langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau tidak
teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. METODE
Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat meningkatkan fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi 27%,
pendapat lain menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang efisien sebab hanya oksigen yang
mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan
salah satu carauntuk mengatasi kurang efisiennya metode pemberian oksigen dengan kanula nasal. Keuntungan kateter transtrakeal
adalah mengurangi volume ruang rugi anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung melalui trakea, mengurangi
iritasi nasal, telinga dan fasial serta mencegah bergesernya alat tersebut pada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara
pemberian seperti ini adalah emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi kateter, infeksi di lubang trakea tempat
masuknya kateter transtrakeal dan mucous ball yang bisa mengakibatkan keadaan menjadi fatal. Terapi oksigen dengan ruang
hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang terbuat dari baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam tekanan yang
lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar termasuk bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh
darah. Oksigen murni yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel karena tekanan tinggi akan oksigen
larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai kesetiap jaringan tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka semua jaringan
sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga metabolisme tubuh pun akan berlangsung lebih baik. Penggantian
jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan
ini juga dapat membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakityang ada didalam 15. 14 tubuh. Dengan metabolisme maksimal
makaproses penuaan pun akan dapat dihanbat sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di
Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan terapi ini seperti diabetes, stroke, anemia berat,
hingga cedera atau luka seperti cedera olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada sekarang bisa
menampung beberapa pasien sekaligus. Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi bagi penyelam
untuk menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam dimasukkan kedalam Hyperbaric Chamber atau Ruang Udara
Bertekanan Tinggi (RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung dengan menggunakan masker.
Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap
oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan
udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Hiperbarik ini mempunyai manfaat
yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian saraf Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik
sangat baik untuk menormalkan jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada oksigen), dan meningkatkan
kemampuan lekosit membunuh kuman. Tak hanya itu, terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan darah)
dan proliferasi (pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati penyakit dekompresi. Belakangan, para ilmuwan
menemukan bahwa terapi oksigen tersebut juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke. Bahkan, dikota-kota besar
di luar negri maupun di Jakarta dan di Surabaya, penggunaan terapi oksigen ini berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai
dikenal sebagai terapi yang dapat membuat tubuh sehat dan bugar, bahkan menjadi salah satu jurus ampuh untuk tampil awet muda
dengan cara paling aman. Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga
sekitar 2,4 atmosfer absolut. Dengan tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang
terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu 16. 15 terkonsumsi dalam terapi hiperbarik
oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding bernafas dalam keadaan biasa. Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat
dikerjakan di dalam kamar tunggal (monoplace chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber). Kamar udara bertekanan tinggi
ganda dapat digunakan oleh banyak orang, maximum 10 orang.di sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter yang
ikutmengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar udara bertekanan tinggi ganda ini penderita menghisap oksigen
100% melalui masker. Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita yang karena keadaannya perlu
seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan lainnya. Dengan terapi
oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu panjang, paling hanya satu jam. Meski demikian, dengan mekanisme sel yang mudah
dipercepat menjadi tua, dan yang tua dengan cepat diganti yang muda, metabolisme sel tubuh menjadi sempurna kembali dalam
waktu yang relatif singkat.
Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam:
1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara dapat diatur dengan
alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244 cuff), tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah
murah harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang praktis dalam pengisian dan
mudah meledak.
2. Oksigen cair17. 16 Oksige n cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4
untuk mengubah oksigen cair menjadi gas sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang dapat
menyimpan O2 cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound oksigen yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai
terus-menerus dengan aliran 2 liter permenit.
3. Oksigen konsentrat Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar menggunakan metode molekuler sieve.
Oksigen diekstraksi sehingga dapat diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.
C. PROSES OKSIGENASI
a. Ventilasi Proses ini merupakan proses pertukaran gas antara paru-paru dan udara luar yang terjadi melalui inspirasi (menghirup
udara luar) dan ekspirasi (menghembuskan udara keluar)
b. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke alveoli.
c. Trasportasi Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 dibawa dari paru keseluruh tubuh dan CO2 dari seluruh tubuh
dibawa ke paru. Frekuensi pernafasan normal Dewasa : 12 – 20 x/menit Anak : 20 – 40 x/menit Bayi : > 40 x/menit 18. 17
D. GANGGUAN / MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Hipoksia Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat peningkatan
penggunaan oksigen ditingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).
b. Bradipnea merupakan pola pernafasan yang lambat abnormal, kurang dari 10 x/menit.
c. Hiperventilasi merupakan proses kompensasi tubuh akibat peningkatan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat
dan dalam, ditandai dengan peningkatan denyut nadi, nafas pendek, nyeri dada, dll
d. Kussmaul merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 agar pernafasan lebih lambat dan dalam, ditandai dengan nyeri
kepala, penurunan kesadaran, otot-otot pernafasan lumpuh, dll.
f. Dispnea merupakan sesak nafas atau rasa barat saat bernafasditunjukan dengan retraksi dada.
g. Ortopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru-paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernafasan
dimulai lagi dari siklus baru.
i. Pernafasan paradoksal merupakan pernafasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawan arah dari keadaan normal.
j. Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes,akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
19. 18
k. Sridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernafasan.
1. Nasal kanul
4. Nonrebreather mask
F. PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN
Persiapan alat :
1. Tabung oksigan
2. Flowmeter oksigen
3. Humidifier
4. Nasal kanul
5. Plester 2 buah
7. Catton bad / lidi waten dan sarung tangan dalam bak instrumen
8. Tanda peringatan (dilarang meroko, menyalakan api karena oksigen sedang digunakan)
9. Aqua bidest
1. Persiapan : sambungkan flowmeter dengan oksigen, isi himudifier dengan aqua bidest sampai batas yang telah
ditentukan kemudian sambungkan ke flowmeter
9. Kaji kondisi mulut dan hidung pasien dengan menggunakan senter (bila kotor mintakan
pasien untuk membersihkan, bila pasien tidak sadar bersihkan lubang hidung dengan lidi waten yang telah
dilembabkan dengan cairan Nacl 0,9%)
12. Masukkan ujung kanul ke dalam waskom yang berisi air untuk memastikan apakah oksigen telah mengalir
dengan baik (tanda oksigen mengalir dengan baik adalah terdapatnya gelembung-gelembung udara dalam air)
13. Pasangkan nasal kanul pada hidung klien dengan hati-hati dan tidak menimbulkan rasa sakit serta posisi kanul
dengan tepat
14. Beri fiksasi/plester pada kanul dan untuk direkatkan pada samping hidung/pipi klien
19. Catat semua kegiatan yang telah dilakukan, serta respon klien
21. 20 Gambar alat pemberian oksigen : Nasal kanul - Indikasi : Flow rate: 1-6 L/menit Konsentrasi O2 : 20-45% Keuntungan :
Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canula Nyaman untuk semua usia Kerugian : Mudah terlepas / salah posisi Harus
punya lubang hidung yang paten Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman Simple
face mask
22. 21 - Indikasi : Flow rate: 5-8 L/menit Konsentrasi O2 : 40-60% Keuntungan : Efektif untuk pernafasan via mulut atau yang
mengalami sumbatan hidung Kerugian : Penggunaan flow rate sedikitnya 5L/menit mencegah rebreatheing CO2 Partial rebreather
mask - Indikasi : Flow rate: 8-12 L/menit Konsentrasi O2 : 50-80% Keuntungan : Mengirimkan O2 dalam konsentrasi tinggi
Kerugian : Kantong harus tidak melintir / melipat, dan hindari obstruksi oksigen Nonrebreather mask
23. 22 - Indikasi : Flow rate: 10-15 L/menit Konsentrasi O2 : 60-80% Keuntungan : Mengirimkan konsentrasi oksigen yang paling
tinggi Kerugian : Mati lemas jika aliran oksigen terobstruksi dan masker rapat menempel, kecuali jika masker dilengkapi dengan
suatu mekanisme katup spring (spring valve) yang dapat membuka manakala pasien inspirasi. Tabung oksigen flow meter humidifier
Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini antara lain adalah orang dengan kelainan paru-paru karena bisa
mengakibatkan pecahnya paru-paru dalam ruangan bertekanan tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, infeksi saluran nafas atas,
cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakit-penyakit menular lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada
dalam ruangan tertutup). Karena itu, biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil foto rontgen
paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik ini. Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen mutakhir
dengan cara menghirup oksigen murni dalam ruangan hiperbarik ini tentu saja tak ada salahnya, tetapi jangan lupa untuk memenuhi
persyaratan dan prosedurnya serta satu hal yang paling penting yaitu harus terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi pada ahlinya
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
24. 23 Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan kasus-kasus penyelamanyang membutuhkan waktu hingga lima jam,
dari survey didapat data kirakira sekitar satu jam untuk tujuan kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama sedikit untuk penyakit-
penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini dilakukan secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut
selama satu jam tergantung pada tempat penyedia fasilitasnya. Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita
pneumothorak yang belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi
pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang hamil. Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan
patent ductus arteriosus bersifat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung. Namun demikian, ada juga penelitian yang
menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu tidak terjadi. Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas. Meskipun demikian
penggunaannya relatif masih kecil dibanding jumlah penduduk Indonesiayang sedemikian besar.
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50%
terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN
dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi
gas karbondioksida dan atelektasis. Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada bakteri, jamur,
biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan
teriritasi,
25. 24 menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan
kerusakan jaringan paru. Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O 2, selanjutnya mengalami gangguan
menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini
adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada matayang dapat
mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan
tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.
B. Pemberian atau mesangan oksigen ini, terdiri dari 4 tahap yaitu (pra interaksi, orientasi, tahap kerja, dan terminasi). Lebih
lengkapnya, mari simak berikut ini :
Pertama, anda harus mengidentifikasi kebutuhan pasien akan oksigen. Yaitu mengukur respirasi rate dalam 1
menit, dan mengukur saturasi oksigennya. Pastikan orang yang akan diberikan terapi tepat sasaran.
Lakukan cuci tangan yang benar, yaitu dengan 6 langkah dan 4 gerakan.
Persiapkan peralatan yang telah disebutkan diatas, sesuaikan juga dengan ketersediaan alat, dan kebutuhan
pasien.
Tahap Orientasi
Ucapkan salam kepada pasien, serta panggil nama pasien untuk meningkatkan keakraban dan kepercayaan
Jelaskan juga tujuan dilakukan tindakan dan berbagai hal tentang informasi tindakan. Baik ketidaknyamanan
dan manfaatnya.
Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya tentang tindakan yang akan dilakukan. Jika klien tidak mau
diberikan tindakan, jelaskan kembali manfaat dan dampak yang akan timbul. Jika masih menolak, sebaiknya
minta tanda tangan untuk persetujuan penolakan tindakan. Hal ini akan berguna bagi anda, jika anda
mendapat masalah dengan hukum.
Tahap Kerja
Atur posisi pasien senyaman mungkin, dalam hal ini, posisi yang paling tepat adalah posisi semi fowler.
Karena dengan posisi ini, pernapasan akan terjadi secara maksimal.
Pasang berbagai peralatan yang telah tadi disediakan. Hubungkan antara oksigen dengan flow meter dan
humidifier. Hubungkan juga dengan selang oksigen.
Nyalakan oksigen dengan aliran yang sudah sesuai dengan rencana tindakan (advis).
Periksa apakah oksigen mengalir dengan baik atau tidak.
Sambungkan nasal kanul, kateter kanul, atau mask dengan selang oksigennya.
Pasangkan nasal kanul, kateter kanul, atau mask dengan hidung pasien.
Dalam pemberian oksigen dengan nasal kanul, masukan ujung lubang nasal kanul tetap masuk kedalam 2
lubang hidung pasien. Selanjutnya eratkan selang baik kebelakang kepala, atau mengikat ketelinga dan dagu.
Sedangkan untuk pemasangan oksigen dengan kateter nasal, yaitu ukur terlebih dahulu jarak kateter dari
hidung ke lubang telinga, lalu tandai area tersebut dengan plester. Olesi ujung kateter dengan jely dan masukan ke
salah satu lubang hidung secara perlahan sampai masuk pada bagian yang ditandai tadi. Untuk melihat letak selang,
buka mulut klien dengan tong spetel dan senter, lalu tarik sedikit agar tidak terlalu panjang, rekatkan dengan
plaster pada bagian hidung agar tidak lepas.
Pemasangan mask oksigen lebih simple, yaitu anda hanya perlu memasangkan mask menutupi hidung dan mulut,
lalu kaitkan tali kebelakang kepala pasien.
Kaji respon pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan, pengkajian dilakukan setelah 15 sampai 30 menit
dari pemasangan. Hal-hal yang perlu dikaji yaitu gerakan dada, respirasi rate, kenyamanan, saturasi oksigen,
dan sebagainya sesuai kebutuhan.
Setelah 30 menit pemasangan, periksa kembali aliran dan cairan humidifier, pastikan dalam tabung humidifier
terisi air.
Kaji pasien secara berkala untuk mengetahui adanya hipoxia, cemas, gelisah, dan sebagainya.
Kaji juga apakah terdapat iritasi pada hidung pasien. Berikan cairan ataupun pelumas, untuk melemaskan
membran mukosa.
Catat Permulaan terapi oksigenasi dan hasil pengkajian
Tahap Terminasi
Evaluasi kembali pasien setelah dilakukan tindakan, tanyakan juga bagaimana respon pasien setelah diberikan
tindakan.
Hasil data yang terkumpul di dokumentasikan untuk kebutuhan tindakan selanjutnya.
Kontrak dengan pasien untuk tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
Bereskan peralatan dan akhiri kegiatan
Lakukan cuci tangan kembali setelah selesai tindakan
Itulah dia susunan SOP atau Standar Operasional Prosedur pemasangan oksigen. terimakasih banyak sudah
membagikan tulisan ini kepada teman anda. tombol share ada dibawah, sampai berjumpa di lain waktu, salam
sehat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan
khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Sistem pemberian
oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam: oksigen dimampatkan bertekanan tinggi, oksigen
cair, dan oksigen berkonsentrat.Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi
penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke. Macam-macam alat pemberian O2; Nasal
kanul, Simple face mask, Partial rebreather mask, Nonrebreather mask.Salah satu resiko terapi oksigen adalah
keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama
1-2 hari.
B. SARAN
Terapi oksigen sangat penting dan perlu tindakan secepat mungkin bagi penderita yang sudah mengalami resiko
tinggi kekurangan oksigen. Dalam makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, maka dari itu penyusun membutuhkan masukan-masukan yang bersifat
konstruktif guna menyempurnakan isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. (2010). Nursing theory: Utilitazion & application (4th ed.). Philadephia: Mosby.
BachtiarA, Hidayah N & Ajeng A. (2015).“Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen pada PasienGangguan Pernafasan ”.
Jurnal Keperawatan Terapan, Vol. 1 No.2, hal.48-49
Dechman, D. (2011). Still Counting Biodiversity Exploration for Conservation: The First 20 Years of the Rapid
Assesment Program. Arlington: Conservation International
C.-C. Huang et al., “Use High-Flow Nasal Cannula for Acute Respiratory Failure Patients in the Emergency
Department: A Meta-Analysis Study,” Emerg. Med. Int., vol. 2019, pp. 1–10, 2019, doi: 10.1155/2019/2130935.
Maidartati. (2014). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Usia 1-5 Tahun
Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung. Ilmu Keperawatan,
2(1), 47–56.