DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Antoneta Kora
Barabalina Supulatu
Catrian Latumeten
Febelensya Luhukay
Fenska Sapakoly
Fyoleta Paays
Gavrilya Matiary
Hans Cinde (A)
Jeferson Lapisara (A)
Jenifer Louhenapessy(A)
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDY KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021
1
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
Kata Pengantar
Segala Puji Syukur kelompok kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
hikmat dan anugrahNya,sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok kami dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul
tugas Analisa Jurnal Evidance Based Practice Hepatitis c
Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,kami
juga mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami
membuka saran dan kritik untuk mengupdate makalah ini
Daftar Isi
2
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB PEMBAHASAN
1. Analisa Jurnal
2. Lampiran Jurnal
Daftar Pustaka
BAB PEMBAHASAN
3
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
1. Analisa Jurnal
I. Analisa Jurnal 1
4
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan
tentang perilaku penggunaan jarum suntik ada hubungan
yang bermakna dengan titer anti HCV. Sedangkan dari
hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
perilaku mempunyai hubungan yang bermakna dengan
penularan hepatitis C.
5
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
didapatkan pada studi yang dilakukan Lissen dkk (9,2%) dan Gabrielli dkk
(9,5%). Hal ini dapat disebabkan oleh kesamaan karakteristik subyek pemilihan
sampel yaitu pasangan seksual dari penyalah guna narkotika suntik tanpa faktor
risiko parenteral utama seperti pengguna narkotika suntik dan transfusi darah.
Angka kejadian hepatitis C yang hampir sama disebabkan sampel penelitian ini
hampir homogen (99,2% merupakan non pengguna narkotika suntik) dan transfusi
darah yang dilaporkan oleh subyek dilakukan setelah diberlakukannya penapisan
anti HCV pada darah donor. Selain itu, kejadian hepatitis C pada penelitian ini 2,5
kali lebih tinggi dibandingkan pada studi yang melibatkan populasi dewasa pada
rumah tangga di Jakarta Pusat tahun 1994. Pada studi rumah tangga tersebut,
didapatkan prevalensi hepatitis C sebesar 3,9%. Hal ini dapat disebabkan adanya
perbedaan populasi risiko tinggi seperti pengguna narkotika suntik, transmisi
seksual dan tato.
Sebagian besar subyek pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan
median usia 26 tahun serta tidak terdapat kelompok subyek dengan hepatitis C
yang mempunyai lama berpasangan lebih dari 10 tahun.
I : Jumlah hubungan seksual menggambarkan total hubungan seksual yang terjadi
selama subyek berpasangan. Variabel ini bergantung pada variabel lama
berpasangan dan kekerapan kontak seksual. Penelitian lain mendapatkan sebaran
jumlah hubungan seksual pada subyek tidak seimbang dengan median 296 kali.
Penelitian lain yang menggunakan variabel ini adalah studi kohort pada pasangan
monogami hepatitis C kronik. Namun pada penelitian tersebut tidak didapatkan
insidens hepatitis C selama follow-up 10 tahun. Karena perbedaan karakteristik
tersebut, maka penelitian ini menetapkan median sebagai batasan operasional
variabel ini.
Pada penelitian ini, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara penggunaan
narkotika suntik dan kejadian hepatitis C, meskipun didapatkan risiko 10,7 kali
lebih tinggi pada subyek dengan pengguna narkotika suntik. Hal ini dapat
disebabkan oleh cara pengambilan sampel consecutive sampling dan karakteristik
subyek di poliklinik pokdisus yang hampir homogen sehingga jumlah subyek
dengan penggunaan narkotika suntik pada penelitian ini terlalu kecil (lebih dari
1%). Penggunaan narkotika suntik merupakan prediktor yang paling kuat terhadap
kejadian hepatitis C, meskipun demikian variabel ini tidak dapat dianalisis lebih
lanjut karena tidak adanya subyek dengan pengguna narkotika suntik yang tidak
tertular hepatitis C
C : Dalam jurnal ini tidak ada pembanding yang dipakai hanya 1 jurnal
O : Hubungan antara status HIV positif dengan meningkatnya kejadian hepatitis
C pafa pasangan dapat dijelaskan bahwa infeksi HIV secara independen
berhubungan dengan lebih tingginya kadar HCV RNA serum dan kadar HCV
6
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
7
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
8
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
2. Lampiran Jurnal
9
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
Abstrak
Hepatitis C merupakan penyakit infeksius akibat virus RNA yang sering tidak bergejala
dan dapat menimbulkan komplikasi serius seperti kanker hati. Hal tersebut masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di sejumlah negara
berkembang. Area urban dan rural memiliki perbedaan karakteristik sosiodemografi,
tetapi seroprevalensi hepatitis C berdasarkan antibodi terhadap virus hepatitis C
(hepatitis C virus, HCV) di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 menunjukkan proporsi yang sama, yaitu 1,0% sehingga
memunculkan dugaan adanya perbedaan faktor risiko infeksi HCV antara kedua
kategori tempat tinggal. Analisis ini bertujuan mengidentifikasi determinan tersebut
yang meliputi faktor sosiodemografi, kondisi lingkungan sekitar berikut perilaku higienis
dan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, kondisi pejamu serta komorbiditas di luar
faktor risiko utama. Analisis menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 melalui
teknik complex samples regresi logistik dan uji alternatif. Hasil analisis menunjukkan
perbedaan determinan seroprevalensi HCV pada responden perkotaan dan
perdesaan, antara lain: jenis kelamin, status pengangguran kepala keluarga,
prediabetes, abnormalitas kadar HDL dan trigliserida, gangguan ginjal, dan malaria.
Karena itu, strategi penatalaksanaan hepatitis C di Indonesia memerlukan pendekatan
yang berbeda untuk populasi perkotaan dibandingkan dengan perdesaan.
Kata kunci: hepatitis C, determinan, faktor risiko, perkotaan, perdesaan, Riskesdas
2013
Abstract
10
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
11
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
12
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
13
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
Jenis Kelamin
14
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
Kelompok Umur
1-4 tahun 0,27 0,27 1 1
15
Seroprevalensi Hepatitis C pada Populasi Perkotaan dan Perdesaan ... (Frans Dany dan Sarwo Handayani)
1,492
(0,172-12,940)
1,588
(0,225-11,234)
0,892
(0,076-10,452)
0,688
(0,071-6,642)
0,619
(0,065-5,927)
0,616
(0,065-5,814)
0,770
(0,080-7,372)
0,845
(0,090-7,961)
0,462
(0,048-4,411)
1,219
(0,130-11,424)
1,073
(0,110-10,499)
16
1,665
>60 tahun 0,95 0,94 1,277
(0,219-12,663) (0,142-11,473)
Pendidikan (Kepala Keluarga)
1,703 1,048
Tidak/belum pernah sekolah 0,40 0,71
(0,614-4,721) (0,299-3,676)
1,243 1,358
Tidak tamat SD/MI 0,32 0,68
(0,518-2,981) (0,458-4,025)
1,277 1,329
Tamat SD/MI 0,35 0,65
(0,595-2,741) (0,464-3,808)
1,245 1,231
Tamat SLTP/MTS 0,51 0,45
(0,555-2,792) (0,408-3,716)
1,651 0,761
Tamat SLTA/MA 0,68 0,26
(0,772-3,533) (0,252-2,296)
Tamat D1/D2/D3/PT 0,65 0,28 1 1
Status Pekerjaan (Kepala Keluarga)
1,618 0,907
Tidak bekerja 1,02 0,41
(1,077-2,432) (0,488-1,686)
Bekerja 0,38 0,55 1 1
3,968 0,656
Sekolah 0,49 0,49
(0,493-31,937) (0,094-4,570)
Kuintil Indeks Kepemilikan
0,627 0,489
Terbawah 0,12 0,76
(0,237-1,658) (0,222-1,075)
1,091 0,672
Menengah bawah 0,31 0,77
(0,584-2,039) (0,332-1,358)
0,515 0,627
Menengah 0,43 0,54
(0,298-0,888) (0,300-1,312)
0,954 0,702
Menengah atas 0,61 0,34
(0,574-1,585) (0,305-1,618)
Teratas 0,80 0,24 1 1
Status Kawin
1,178 0,297
Belum menikah 0,34 0,26
(0,620-2,237) (0,117-0,751)
Menikah & hidup bersama 0,48 0,62 1 1
1,559 1,065
Cerai hidup 0,56 1,12
(0,443-5,489) (0,380-2,986)
3,213 2,672
Hidup terpisah 1,22 1,22
(0,530-19,485) (0,591-12,084)
1,358 1,272
Cerai mati 0,65 0,74
(0,662-2,787) (0,682-2,374)
Tabel 2. Perbedaan Gambaran Determinan Pejamu meliputi Anemia, Status Gizi, Metabolisme,
dan Status Kehamilan dengan Seroprevalensi Hepatitis C antara Populasi Perkotaan
dan Perdesaan Indonesia Tahun 2013
Proporsi Proporsi Firth’s Logistic Regression Chi-square
OR (95% CI) (P Value)
(%) (%)
Determinan Pejamu
aHCV (+) aHCV (+) Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Perkotaan Perdesaan
tahun)
Kolesterol Total normal 0,57 0,64 1 1 ref ref
Kolesterol Total di atas 0,649 1,459
0,35 0,46 3,200 (p=0,074) 0,120 (p=0,729)
normal (0,325-1,295) (0,738-2,884)
HDL normal 0,51 0,53 1 1 ref ref
1,032
HDL rendah 0,44 0,73
(0,567-1,878) 1,600
0,014 (p=0,905) 4,488 (p=0,034)
(0,974-2,631)
LDL normal 0,58 0,65 1 1 ref ref
0,835 0,649
LDL di atas normal 0,37 0,47 0,002 (p=0,968) 0,484 (p=0,486)
(0,487-1,433) (0,350-1,205)
Trigliserida normal 0,51 0,62 1 1 ref ref
Tabel 3. Perbedaan Gambaran Determinan Lingkungan meliputi Kondisi Tempat Tinggal dan
Sekitar, Perilaku Higienis serta Akses ke Fasilitas Kesehatan dengan Seroprevalensi
Hepatitis C antara Populasi Perkotaan dan Perdesaan Indonesia Tahun 2013
Determinan Ling- Proporsi (%) Proporsi (%) OR (95% CI)
kungan dan Akses aHCV (+) perkotaan aHCV (+) perdesaan Perkotaan Perdesaan
Kondisi Tempat Tinggal
dan Lingkungan Sekitar
Layak 0,46 0,54 1 1
Tidak layak 0,32 0,36 0,349 (0,102-1,193) 0,569 (0,229-1,415)
Perilaku Higienis
Baik 0,48 0,53 1 1
Buruk 0,19 0,57 0,988 (0,313-3,122) 0,668 (0,349-1,279)
Akses ke Faskes
Cukup memadai 0,46 0,52 1 1
Tidak memadai 0,30 0,78 1,766 (0,459-6,789) 1,170 (0,541-2,533)
Tabel 4. Perbedaan Gambaran Determinan Komorbiditas Penyakit Menular dan Tidak
Menular dengan Seroprevalensi Hepatitis C antara Populasi Perkotaan dan Perdesaan
Indonesia Tahun 2013
Proporsi Proporsi Firth’s Logistic Regression Chi-square
OR (95% CI) (P Value)
(%) (%)
Determinan Komorbiditas
aHCV (+) aHCV (+) Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Perkotaan Perdesaan
Komorbiditas ISPA
Tidak ada 0,45 0,52 1 1 ref ref
1,077 (0,609- 1,019 (0,624-
Ada 0,43 0,60 1,903) 0,179 (p=0,672) 0,571 (p=0,450)
1,664)
Komorbiditas Diare
Tidak ada 0,46 0,52 1 1 ref ref
0,879 (0,253- 1,052 (0,524-
Ada 0,32 0,74 3,059) 0,227 (p=0,634) 1,228 (p=0,268)
2,114)
Komorbiditas Pneumonia
Tidak ada 0,46 0,52 1 1 ref ref
0,354 (0,062- 1,334 (0,498-
Ada 0,26 0,77 2,023) 0,072 (p=0,789) 1,212 (p=0,271)
3,575)
Komorbiditas Malaria
Tidak ada 0,45 0,52 1 1 ref ref
1,391 (0,338- 3,196 (1,171-
Ada 0,70 1,39 5,720) 5,123 (p=0,024) 4,451 (p=0,035)
8,723)
Komorbiditas Kanker p Value (Fisher’s exact) Firth’s Chi-square
Tidak ada 0,45 0,53 ref ref
Ada 0,00 1,27 0,536 (p=0,464) 2,149 (p=0,143)
43. Sulkowski MS, Poordad F, Manns MP, Bronowicki JP, Reddy KR, Harrison SA, et
al. Anemia during treatment with peginterferon alfa-2b/ribavirin and
boceprevir: analysis from the serine protease inhibitor therapy 2 (SPRINT-2) trial.
Hepatology.2013;57(3):974-84.
44. Hammerstad SS, Grock SF, Lee HJ, Hasham A, Sundaram N, Tomer Y. Diabetes and
hepatitis C: a two-way association. Front Endocrinol.2015;6(134). DOI: 10.3389/
fendo.2015.00134
45. Dai CY, Yeh ML, Huang CF, Hou CH, Hsieh MY, Huang JF, et al. Chronic hepatitis C
infection is associated with insulin resistance and lipid profiles. J Gastroenterol
Hepatol.2015;30:879-84.
46. Mukhtar NA, Ayala C, Maher JJ, Khalili M. Assessment of factors associated with
pre- diabetes in HCV infection including direct and dynamic measurements of
insulin action. J Viral Hepat.2012;19(7):480-7.
47. Oliveira LPM, de Jesus RP, Boulhosa RSSB, Mendes CMC, Lyra AC, Lyra LGC.
Metabolic syndrome in patients with chronic hepatitis C virus genotype 1 infection
who do not have obesity or type 2 diabetes. Clinics.2012;67(3):219-23.
48. Edessy M, El-Rasheedy MI, Ali AENAEG, Ahmed S, Hashim Am Nasr AAM, et al.
Prevalence of hepatitis C virus among pregnant women of upper Egypt. European J
Pharm Med Res.2017;4(2):76-81.
49. Al-Kubaisy WA, Niazi AD. Socio- demographic characteristics as risk factors for HCV
infection among pregnant women in Iraq. J Womens Health Issues Care.2013;2(2).
DOI: 10.4172/2325-9795.1000106
50. Jabbar SF. Epidemiological insights on the association between female genital
mutilation and hepatitis C infection in Egypt: an examination using demographic
and health survey data of egypt 2008. [Thesis]. Georgia State University;2013.
51. Reilley B, Leston J, Redd JT, Geiger R. Lack of access to treatment as a barrier to
HCV screening: a facility-based assessment in the Indian health service. J Public
Health Management Practice.2013;0(0):1-4.
52. Kim YA, Estevez J, Le A, Israelski D, Baatarkhuu O, Sarantuya T et al -Screening and
management of viral hepatitis and hepatocellular carcinoma in Mongolia: result
from a survey of Mongolian physicians
27
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
bmjgast-2016-000119
28
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
https://doi.org/10.22435/mpk.v28i4.632
Abstrak
Virus Hepatitis C (HCV) merupakan penyakit virus yang menjadi masalah kedua dunia
setelah penyakit virus hepatitis B. Prevalensi HCV 3% atau sekitar 130-170 juta orang di
dunia terinfeksi HCV. Di sebagian besar negara maju prevalensi di bawah 1%, tetapi di
negara-negara Asia prevalensinya lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari
hubungan antara pengetahuan responden tentang perilaku penularan hepatitis C dengan
kekebalan hepatitis C (titer anti-HCV) dari data Riskesdas 2007. Desain penelitian cross-
sectional, dengan menganalisis data titer anti-HCV dan data variabel umur, jenis kelamin
dan variabel pengetahuan tentang perilaku (penggunaan jarum suntik, penggunaan pisau
cukur, pemakaian kondom, dan perilaku seksual). Total responden yang diperiksa
antibodi sebanyak 20.648. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Oktober
2014. Hasil penelitian variabel perilaku (penggunaan pisau cukur bersama, menggunakan
kondom saat berhubungan seks dan berganti pasangan) tidak ada hubungan yang
bermakna dengan titer antibodi anti hepatitis C, sedangkan variabel umur dan variabel
penggunaan jarum suntik terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,001.
Kesimpulan penelitian ini tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku
(penggunaan pisau cukur bersama sama, penggunaan kondom dan berganti ganti
pasangan seks) antara orang-orang yang pernah menderita hepatitis C dengan titer
antibodi anti hepatitis C.
Kata kunci: virus hepatitis C (HCV); anti bodi anti hepatitis C, data Riskesdas 2007
Abstract
Hepatitis C virus (HCV) is a viral disease that becomes the world’s second problem after
hepatitis B virus disease. The prevalence of HCV 3% or about 130-170 million people in
29
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
the world are infected with HCV. In most developed countries the prevalence is below
1%, but in Asian countries the prevalence is higher. The aim of this study was to find the
relationship between hepatitis C immunity (anti-HCV titre) behavior from the Riskesdas
2007. Data was a cross-sectional study, by analyzing anti-HCV titre data and data on
age, gender and behavioral variables (use of needles injections, use of razors, condom
use and sexual behavior). The total number of respondents who were tested for
antibodies was 20,648. The reseach was done in March – October 2014. The results of
the study of behavioral variables (using a shared razor, using condoms during sex and
changing partners) had no significant association with anti hepatitis C antibody titers,
while the age variable and syringe use variables had a significant correlation with p =
0.001. The conclusion of this study was that there was no significant relationship
between treatment (shared razor use, condom use and changing sex partners) between
people who had hepatitis C and anti hepatitis C antibody titers.
Keywords: hepatitis C virus (HCV); anti hepatitis C antibody; Riskesdas 2007 data
PENDAHULUAN negara di Eropa Timur dan Amerika Latin,
Penyakit hepatitis adalah suatu negara-negara Uni Soviet, dan negara-
penyakit yang menyerang hepar atau liver. negara tertentu di Afrika, Timur Tengah,
Penyakit ini dapat disebabkan oleh dan Asia Selatan.4 Mesir memiliki tingkat
bermacam sebab antara lain obat-obatan, hepatitis C tertinggi di dunia yang
perlemakan hati, alkohol, parasit, virus lain diperkirakan
selain virus hepatitis C, dan virus lain >10%5 dan sebagian besar negara-negara
(dengue, herpes).1 Hepatitis yang Afrika lainnya memiliki tingkat prevalensi
disebabkan oleh virus cara penularannya berkisar antara 2% - > 3%.
melalui oral vekal adalah hepatitis A dan Dalam tiap tahunnya, lebih
hepatitis E, sedangkan yang melalui cairan dari
tubuh adalah virus hepatitis B, C, dan D. 350.000 kematian oleh infeksi HCV
Cara penularan hepatitis C atau B dapat sebagian besar disebabkan oleh sirosis hati
melalui hubungan seksual yang tidak aman, dan HCC.6 Diperkirakan 27% dari sirosis
transfusi darah, penggunaan jarum suntik dan 25% dari HCC dapat dikaitkan dengan
yang tidak steril, dan kontak dengan darah hepatitis C di seluruh dunia, dan tingkat
yang terkontaminasi. Tahapan penyakit penyakit dapat menjadi lebih besar di
hepatitis dimulai dengan tanpa gejala, jika negara-negara dengan beban tinggi infeksi.
tidak diobati akan menjadi hepatitis kronik Misalnya di Jepang, hingga 90% dari semua
dan jika berlanjut akan menjadi sirosis dan kasus yang dilaporkan HCC disebabkan
kemudian akan menjadi hepatoseluler oleh infeksi HCV. Data yang tersedia
karsinoma (HCC) yang berakibat fatal. menunjukkan bahwa infeksi HCV
Data hepatitis C yang bervariasi menurut negara dan wilayah.7-9
diterbitkan Hampir setiap tahunnya kematian oleh
oleh World Health Organization (WHO)
mengungkapkan bahwa tingkat infeksi
HCV bervariasi di seluruh dunia, bahkan di
antara negara-negara di wilayah geografis
dalam negara yang sama.2 Beban hepatitis
C di banyak negara maju (misalnya
Australia dan sebagian besar negara di
Eropa Barat) adalah mirip dengan yang di
Amerika Serikat <2%.3 Tingkat infeksi
HCV yang lebih tinggi (≥3%) di banyak
30
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
infeksi HCV sebagian besar disebabkan adalah data titer anti- HCV pada responden
oleh sirosis hati dan hepatoseluler usia 1- >60 tahun dengan demografi yang
karsinoma (HCC).6,10 Tujuan dari terdiri dari umur, jenis kelamin, dan
penelitian ini untuk mencari hubungan pengetahuan tentang perilaku yang terdiri
antara pengetahuan sikap dengan dari penggunaan jarum suntik
kekebalan hepatitis C (titer anti-HCV) dari terkontaminasi, pemakain pisau cukur
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terinfeksi, perilaku melalui hubungan
2007. seksual dengan berganti pasangan, dan
pemakaian kondom yang tidak steril.
METODE Analisis data dilakukan dengan
Data yang diolah merupakan data cara
sekunder dari Riskesdas tahun 2007, yakni chi square untuk memperoleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan karakteristik dari masing-masing variabel
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan untuk mencari hubungan antara data titer
Kementerian Kesehatan RI yang berupa antibodi anti hepatitis C (anti-HCV)
survei yang dilakukan secara cross dengan data kesehatan masyarakat. Ethical
sectional yang bersifat deskriptif.11 Desain Clearance (persetujuan responden untuk
penelitian adalah cross sectional dan jenis mengikuti penelitian Riskesdas) mengikuti
penelitian adalah penelitian deskriptif. Ethical Clearance dari Riskesdas 2007.11
Penelitian analisis lanjut dilakukan pada Analisis data dilakukan menggunakan
bulan Maret- Oktober 2014. Populasi program SPSS 17.00 yang sudah melalui
adalah data titer anti-HCV dari individu proses pembobotan.
yang terpilih pada daerah perkotaan dalam
Riskesdas 2007 dan data kesehatan HASIL
masyarakat yang dilakukan pada 33 Jumlah total sampel serum dari
provinsi di Indonesia.11 Kriteria inklusi responden pada Riskesdas 2007 untuk
adalah data titer anti- HCV pada semua umur adalah
responden usia 1- >60 tahun yang bisa 34.133 sampel. Jumlah data titer anti-HCV
dihubungkan dengan data kesehataan pada umur 1 - >60 tahun setelah melalui
masyarakat. Faktor risiko yang dianalisis proses cleaning
31
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
Tabel 1. Hubungan Antara Data (Umur, Jenis Kelamin) dengan Titer Antibodi Anti
Hepatitis C (Anti-HCV) Hasil Riskesdas 2007
Titer antibodi hepatitis C
Variabel OR 95% CI p
Negatif (%) Positif (%)
Umur
1-10 tahun 3.656 (99,43) 21 (0,57) rujukan
11-20 tahun 3.795 (98,4) 63 (1,63) 1,49 1,055-1,1934 0,001
21-29 tahun 11.513 (97,43) 304 (2,57)
60-79 tahun 1.684 (96,2) 69 (3,88))
Jenis Kelamin
Laki-laki 10.234 (98,2) 190 (1,8) 1,915 (0,745-2,864) 0,267
Perempuan 11.722 (97,5) 296 (2,5)
32
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
ada hubungan yang bermakna. Namun negara di Eropa Barat) adalah mirip
pada variabel usia, hasil analisis dengan yang berada di Amerika Serikat <
hubungan antara usia dengan titer antibodi 2%.3 Tingkat infeksi HCV yang lebih
anti hepatitis C (anti HCV) menunjukkan tinggi (≥3%) terjadi di negara-negara
ada hubungan yang bermakna. Ini
membuktikan bahwa kemungkinan
perlindungan dari infeksi HCV pada usia
yang lebih muda masih kurang, karena
sampai saat ini belum ada program
imunisasi hepatitis C pada anak.
Pengetahuan responden tentang penularan
penyakit hepatitis C dengan perilaku
penggunaan jarum suntik, ternyata
menggunakan jarum suntik mempunyai
risiko 1,364 kali dibandingkan dengan
responden yang menjawab tidak
mempunyai pengetahuan tentang
penggunaan jarum suntik. Dari hasil
analisis secara chi square diperoleh nilai
kemaknaan (p = 0,22) dan OR=1,364,
serta 95% CI = ( 1,046 -1,778).
Menurut WHO, HCV
merupakan
masalah kesehatan penyakit menular
kedua di dunia setelah virus hepatitis B.
Diperkirakan prevalensi HCV sebesar 3%
atau sekitar 130- 170 juta orang terinfeksi
HCV atau sekitar 2-3% dari populasi
dunia terinfeksi HCV/hidup dengan
HCV.12 Infeksi ini terutama dalam bentuk
kronis, yang terkait dengan morbiditas dan
mortalitas yang cukup besar. Setiap
tahunnya lebih dari
350.000 kematian disebabkan oleh infeksi
HCV dan sebagian besar disebabkan oleh
sirosis hati dan (HCC).6 Diperkirakan
27% dari sirosis dan 25% dari HCC dapat
dikaitkan dengan hepatitis C di seluruh
dunia, dan tingkat penyakit dapat menjadi
lebih besar di negara-negara dengan beban
infeksi tinggi. Misalnya di Jepang, hingga
90% dari semua kasus yang dilaporkan
HCC disebabkan oleh infeksi HCV. Data
yang tersedia menunjukkan bahwa infeksi
HCV bervariasi menurut negara dan
wilayah.8,9
Beban hepatitis C di negara maju
(misalnya Australia dan sebagian besar
33
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
34
Hubungan Antara Pengetahuan Responden yang Pernah.....(Noer Endah Pracoyo. et al)
35
SARAN
Perlu adanya pemahaman tentang penularan penyakit, salah satunya tentang
penyakit yang tertular karena virus. Selain itu perlu adanya gerakan sosialisasi di jenjang
pendidikan atau bahkan dari rumah agar terhindar dari penularan penyakit, pendidikan
penyuluhan agar terhindar HCV dengan meningkatkan kesadaran pentingnya
pemahaman dan pengetahuan tingkah laku yang berisiko tertularnya penyakit hepatitis C
dan cara agar terhindar dari penyakit. Dengan berkembangnya pemeriksaan laboratorium
klinik diharapkan pemerintah mampu memberikan pemeriksaan yang terkait dengan
HCV yang bisa terjangkau.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Kebijakan program pencegahan dan pengendalian
hepatitis dan PISP di Indonesia, disampaikan pada pertemuan koordinasi,
sosialisasi, dan advokasi dalam pengendalian hepatitis Provinsi Riau, Pekan Baru,
2-5 Mei 2018.
2. Alter MJ. Epidemiology of hepatitis C virus infection. World J Gastroenterol
2007;13:2436–41.
3. Sievert W, Altraif I, Razavi H, et al. A systematic review of hepatitis C virus
epidemiology in Asia, Australia and Egypt. Liver Int 2011; 31(Suppl 2):61–80.
4. Clinical Practice Guidelines. EASL Clinical Practice Guidelines: Management of
hepatitis
C. Journal of Hepatology. 2011;55:245.
5. Shepard CW, Finelli L, Alter M. Global epidemiology of hepatitis C virus infection.
Lancet Infect Dis 2005; 5:558–67.
6. World Health Organization. Global blood
safety and availability: facts and figures from
the 2007 Blood Safety Survey. 2009. Available at:
http://www.who.int/bloodsafety /global_
database/blood_safety_factsheet_2009.pdf. Accessed 5 September 2018.
7. Cornberg M, Razavi HA, Alberti A, et al. A systematic review of hepatit C virus
epidemiology in Europe, Canada and Israel. Liver In 2011; 31(Suppl 2):30–60.
8. World Health Organization. Global burden of disease (GBD) for hepatitis C. J Clin
Pharmacol 2004; 44:20–9.
9. Perz JF, Armstrong GL, Farrington LA, Hutin Y, Bell B. The contribution of hepatitis
B virus and hepatitis C virus infections to cirrhosisand primary liver cancer
worldwide. J Hepatol 2006; 45:529–38.
10. Qureshi H, Bile KM, Jooma R, Alam SE, Afridi HUR. Prevalence of hepatitis B
and C viral infections in Pakistan: findings of a nationalsurvey appealing for
effective prevention and control measures. EastMediterr Health J 2010; 16(suppl):
S15– 23.
11. Badan Litbangkes. Laporan Riskesdas 2007. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2008.
12. Sievert W, Altraif I, Razavi H, et al. A systematic review of hepatit C virus
epidemiology in Asia, Australia and Egypt. Liver Int 2011; (Suppl 2):61–80.
13. Holmberg S. Hepatitis C. In: CDC Health Information for International Travel 2012
(yellow book). Oxford, UK: Oxford UniversityPress, 2012:186–7.
14. IOM (Institute of Medicine). Hepatitis and liver cancer: a national strategy for
prevention and control of hepatitis B and C. Washington DC: The National
Academies Press, 2010.
15. Arab Republic of Egypt, Ministry of Health and Population National Committee
for the Control of Viral Hepatitis. Egyptian nationalcontrol strategy for viral
hepatitis 2008–2012. Available at: http://www.pasteur-
international.Org/ip/resource/filecenter/ document/01s-000042-0da/nsp-10-
april-200 final.pdf. Accessed 5 Januari 2018.
16. Francisco M. Averhoff, Nancy Glass, and Deborah Holtzman. Global Burden of
Hepatitis C: Considerations for Healthcare Providers in the United States. Clinical
Infectious Diseases 2012;55(S1):S10–15.
17. Simmons. Consesus Proposals for a Unified System of Nomenclatureof Hepatitis C
virus Genotypes. Hepatology 2005;42-932-973. 2012;55(S1):S10–15 2012.