Oleh;
Nurulistyawan Tri Purnanto1), Suryani2), Sulistiyarini3)
1) Dosen STIKES An Nur Purwodadi, Email; nurulistyawan.tp@gmail.com
2) Dosen STIKES An Nur Purwodadi, Email; suryanilatifa@gmail.com
3) Dosen STIKES An Nur Purwodadi, Email; sulistiyarini0@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya. Mayoritas penderita telah terdekti setelah kronis. Di Indonesia pada tahun 2019,
data menyebutkan lebih dari 877 orang terdiagnosa dengan hepatitis dan separo dari jumlah
tersebut mengalami komplikasi. Ada banyak faktor penyebab hepatitis yang salah satunya
adalah pengetahuan dan perilaku perawat dalam pencegahan hepatitis.
Tujuan: tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan
perilaku pencegahan hepatitis di Kabupaten Grobogan.
Metode: desain penelitian ini menggunakan quantitatif dengan pendekatan cross-sectional.
Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 109 responden yang dipilih secara simple random
sampling. Data dianalisa dengan menggunakan chi-square.
Hasil: Tingkat pengetahuan responden tentang hepatitis adalah baik yaitu sebanyak 58
(53,2%); perilaku perawat dalam pencegahan hepatitis berada pada level baik yaitu 98
(89,9%) dan terdapat hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Perilaku pencegahan
hepatitis (p-value; 0,001 dengan nilai r sebesar 0,824)
Kesimpulan: terdapat hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Perilaku pencegahan
hepatitis
36
THE CORRELATION BETWEEN NURSE KNOWLEDGE AND BEHAVIOURS OF
HEPATITIS PREVENTION IN GROBOGAN REGENCY
By;
Nurulistyawan Tri Purnanto1), Suryani2), Sulistiyarini3)
1) Lecturer of STIKES An Nur Purwodadi, Email; nurulistyawan.tp@gmail.com
2) Lecturer of STIKES An Nur Purwodadi, Email; suryanilatifa@gmail.com
3) Lecturer of STIKES An Nur Purwodadi, Email; sulistiyarini0@gmail.com
ABSTRACT
37
PENDAHULUAN penderita. Hal ini dikarenakan pada tahap
Hepatitis adalah penyakit infeksi awal, hepatitis tidak menunjukkan tanda
(akut / kronis) akibat virus hepatitis A, B, dan gejala walupun penderita telah
C, D dan E (CDC, 2018). Penyakit ini terinfeksi. Penderita biasanya akan
merupakan fenomena gunung es, melakukan pemeriksaan dan pengobatan
dikarenakan penderita akan terdeteksi setelah kronis dan mengalami komplikasi
setelah mengalami kronis dan komplikasi sehingga risiko kematian pada penderita
(WHO, 2016). Data dari Center of Disease menjadi cukup tinggi.
Control and Prevention (CDC) (2018), di Hasil studi pendahuluan di RS Panti
Amerika virus hipatitis A menyerang Rahayu Purwodadi selama 2 tahun terakhir
sekitar 4.000 orang sedangkan hepatitis B mencatat sebanyak 118 kasus hepatitis
dan C menyerang jauh lebih banyak yaitu pada tahun 2017 dan meningkat menjadi
sebesar 21.000 dan 41.000 setiap tahunnya 174 kasus ditahun 2018. Sedangkan pada
(CDC, 2018). tahun 2019 sampai bulan Agustus, data
Indonesia juga merupakan negara mencatat sudah ada 126 kasus pasien yang
endemis penyakit hepatitis B setelah dirawat dengan diagnosa hepatitis (Laporan
Myanmar. Kemenkes RI (2014) mencatat Kasus RS Panti Rahayu, 2019).
jumlah hepatitis B kronis adalah 240 Berdasarkan angka tersebut, data mencatat
penderita sedangkan hepatitis C sebanyak lebih dari separo penderita telah dinyatakan
170 penderita (Kemenkes RI, 2014). PMI mengalami komplikasi seperti serosis
juga melaporkan adanya temuan 10 dari hepatis yang menjadi masalah terbesar dari
100 orang yang melakukan uji saring darah penyakit hepatitis.
dinyatakan positif menderita hepatitis B Data di RS Panti Rahayu (2019)
dan C (Riskedas, 2017). menyebutkan pasien dengan komplikasi
Puncak epidemiologi hepatitis terjadi seroris hepatis terdapat 31 kasus ditahun
pada tahun 2019 di Jawa Timur khususnya 2017, 51 kasus ditahun 2018 dan 47 kasus
di daerah Pacitan. Data mencatat ditahun 2019 (Laporan Kasus RS Panti
setidaknya 877 warga terjangkit virus Rahayu, 2019). Data tersebut membuktikan
hepatitis yang tersebar sedikitnya 5 akan bahayanya hepatitis serta perlunya
kecamatan di Pacitan (BBC Indonesia, tindakan pencegahan secara tepat mulai
2019). Sedangkan di Jawa Tengah hanya dari individu dan pelayanan kesehatan
terdapat 11 kasus di tahun 2015 (Riskesdas, seperti rumah sakit.
2017). Penurunan angka ini belum dapat Berdasarkan penyebaran kasus
dipastikan sebagai penurunan jumlah hepatitis tersebut, ada banyak faktor
38
penyebab dari hepatitis antara lain; data menggunakan kuesioner yang telah
makanan dan minuman yang dilakukan uji validitas dan reliabilitas
terkontaminasi, sanitasi buruk, tindakan sebelumnya. Data dianalisa dengan
medis seperti jarum suntik, alat-alat menggunakan chi-square (Nursalam,
kesehatan, donor darah, perilaku tidak 2012).
sehat, dan infeksi vertical dari ibu hamil ke
bayi yang dilahirkan (CDC, 2018). HASIL
Berdasarkan cara penyebaran 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1;
tersebut, Rumah Sakit merupakan tempat Distribusi Umur Responden
Kategori f
yang paling berpotensi terhadap penularan
Mean 32,70
dan penyebaran hepatitis. Hal ini
Median 32,00
dikarenakan adanya penggunaan alat
Mode 28(a)
kesehatan yang bergantian dengan pasien
Std. Deviation 5,102
lain, penggunaan alat yang mungkin
Minimum 24
kurang steril, dan perilaku pencegahan
Maximum 44
yang kurang baik dilakukan oleh perawat
Sum 3564
(Muhlisin, 2012). Oleh karena itu
dibutuhkan tingkat pengetahuan perawat
yang baik tentang pencegahan penularan Tabel 4.2; Distribusi Jenis Kelamin
39
Tabel 4.5; Distribusi Jabatan Responden
Tabel 4.4; Distribusi Lama Kerja di Ruangan
Kategori f Jabatan f %
Mean 5,63 Kepala Ruang 4 3,7
Median 6,00 Ka.Tim / Ka.Shift 15 13,7
Mode 6 Pelaksana 90 82,6
Std. Deviation 2,012 Total 109 100,0
Minimum 2
Maximum 9
Sum 614
109
41
diharapkan lebih memiliki perilaku caring banyaknya informasi yang diterima,
yang lebih baik terhadap pasien sehingga usia dan pengalaman. Sejalan dengan
dengan caring yang baik diharapkan juga teori Notoatmodjo (2007) yang
perilaku pencegahan hepatitis pada perawat menyebutkan bahwa pendidikan dan
juga dapat ditingkatkan. pengalaman akan menentukan sesorang
dalam bertindak / berperilaku.
2. Pengetahuan Perawat Hasil penelitian juga
Hasil penelitian diketahui bahwa menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
tingkat pengetahuan responden berada responden mayoritas adalah DIII
pada tingkatan baik yaitu sebanyak 58 keperawatan sehigga responden
(53,2%), sedangkan yang memungkinkan telah memiliki
berpengetahuan cukup sebanyak 51 pengetahuan yang baik tentang
(46,8%). Hasil tersebut memunjukkan hepatitis. Tingkat pendidikan ini juga
bahwa responden telah memahami diharapkan akan memudahkan untuk
tentang penyakit hepatitis. Tingkat menerima informasi yang pada
pemahaman ini ditunjukkan bahwa akhirnya pengetahuan seseorang akan
responden telah tahu tentang lebih baik dan mampu untuk
pengertian hepatitis, penyebab, berperilaku baik dalam pencegahan
penularan, pencegahan dan pengobatan hepatitis khususnya dirumah sakit. Jadi,
dari hepatitis. semakin baik tingkat pengetahuan
Secara teori, Notoatmodjo (2007) diharapkan akan mampu meningkatkan
menyebutkan bahwa semakin baik pemahaman seseorang sehingga
tingkat pengetahuan seseorang maka mampu untuk menguatkan perilaku.
akan semakin baik pula perilaku yang
dihasilkan. Hasil penelitian ini 3. Perilaku Perawat
menunjukkan mayoritas responden Berdasarkan hasil penelitian
telah memiliki pengetahuan baik, dapat diketahui bahwa terdapat 98
sehingga dengan baiknya pengetahuan (89,9%) responden memiliki perilaku
ini diharapkan dapat meningkatkan baik dalam pencegahan hepatitis. Hal
pula perilaku perawat dalam ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas
pencegahan hepatitis. perawat telah melakukan praktik
Ada beberapa faktor yang pencegahan penyebaran hepatitis
mempengaruhi pengetahuan seseorang selama berada di Rumah Sakit.
antara lain jenjang pendidikan,
42
Tindakan ini dilakukan dengan (Notoatmodjo, 2010). Ketiga faktor inilah
cara menghindari faktor-faktor yang yang menjadikan perawat mampu
berisiko terhadap penularan seperti cuci berperilaku baik dalam pencegahan
tangan dengan sabun, menggunakan hepatitis.
sarung tangan sebelum tindakan, Ditinjau dari hasil penelitian,
membuang barang infeksius ke tempat penelitian ini juga menyebutkan bahwa
sampah infeksius, memberi label nama tingkat pendidikan responden mayoritas
pasien pada sample darah, merendam adalah berpendidikan DIII keperawatan
alat dengan desinfektan, mensterilkan sebanyak 102 (93,6%) responden dan 7
alat, memakai jarum suntik satu kali (6,4%) responden lainnya berpendidikan
pakai, tidak menggunakan barang Ners. Menurut UU Keperawatan nomor 38
pribadi pasien secara bergantia dan tahun 2014 jenjang diploma merupakan
menganjurkan pola hidup sehat pada jenjang pendidikan vokasi yang sah dan
pasien. legal bagi perawat (UU Nomor 38, 2014).
Hal ini sesuai dengan teori Berdasarkan undang-undang tersebut
Muhlisin (2018) yang menyebutkan dapat disimpulkan bahwa pendidikan DIII
bahwa hepatitis dapat dicegah dengan Keperawatan merupakan pendidikan dasar
cara menghindari faktor-faktor yang bagi perawat, sehingga responden telah
berisiko terhadap penularan terutama cukup mengenal tentang hepatitis dan cara
diarea klinik dan rumah sakit. untuk melakukan pencegahannya.
Ada banyak faktor yang dapat Teori, Notoatmodjo (2007)
mempengaruhi perilaku pada perawat, menyebutkan bahwa pengetahuan
diantaranya pengetahuan, sikap merupakan dasar dari perilaku. Artinya
keyakinan dan nilai, lingkungan, semakin tinggi pengetahuan seseorang
fasilitas serta peran dan sikap dari maka akan semakin baik pula perilaku
petugas kesehatan itu sendiri. Hal ini yang dihasilkan dari orang tersebut.
sesuai dengan teori Lowrence Green Hasil penelitian menyebutkan bahwa
yang menyebutkan bahwa terdapat 3 responden telah memiliki pendidikan dasar
faktor yang dapat mempengaruhi vokasi keperawatan sehingga responden
perilaku diantaranya predisposisi faktor telah memiliki pengetahuan yang baik
(pengetahuan, sikap dan kepercayaan), tentang hepatitis. Tingkat pengetahuan
faktor pendukung inilah, diharapkan akan menjadi dasar bagi
(lingkungan dan fasilitas) serta faktor responden untuk berperilaku yang baik
pendorong (perilaku petugas kesehatan) pula dalam pencegahan hepatitis.
43
Hasil penelitian juga
menyebutkan terdapat 11 (10,1%) 4. Hubungan antara Pengetahuan dan
responden yang memiliki perilaku Perilaku Perawat dalam Pencegahan
kurang baik dalam pencegahan Hepatitis
hepatitis. Hasil ini menunjukkan masih Berdasarkan hasil diketahui
adanya responden yang kurang bahwa terdapat hubungan antara
kesadaran dalam melakukan Pengetahuan Perawat dengan Perilaku
pencegahan penularan hepatitis. pencegahan hepatitis dengan nilai
Hasil penelitian menunjukkan pvalue (0,001) dan (r-0,824). Hasil
bahwa masih adanya responden yang tersebut menunjukkan bahwa ada
malas melakukan cuci tangan dengan kaitan yang erat antara pengetahuan
sabun, dan kurangnya kesadaran dan perilaku.
memakai handscon saat tindakan ke Sejalan dengan Nototatmodjo
pasien. Contoh ini menunjukkan (2007) dimana semakin baik
kurang sadarnya responden dalam pengetahuan maka akan semakin baik
menjaga diri dan pasien untuk pula perilaku yang dihasilkan. Hal ini
pencegahan hepatitis. dikarenakan individu dapat berfikir dan
Ditinjau dari segi teori, perilaku menentukan hal yang baik tentang
yang menjadi kebiasaan dan diulang dirinya karena banyaknya informasi
secara terus menerus serta bersifat yang didapat dan persepsi yang baik.
menetap akan sulit untuk dirubah tanpa Hasil penelitian ini dapat
melalui kesadaran dan kemauan dari diasumsikan bahwa responden telah
dalam dirinya sendiri (Notoatmodjo, memiliki pengetahuan yang baik
2007). Hal ini dapat diartikan bahwa, tentang hepatitis, tahu tentang
perilaku yang kurang baik pada bagaiaman melakukan pencegahan dan
responden tersebut merupakan perilaku tahu dampak yang diakibatkan dari
yang salah namun dianggap benar oleh hepatitis sehingga dengan semakin baik
responden karena telah menjadi pengetahuan maka responden mampu
kebiasaan. Disini dibutuhkan kesadaran untuk berperilaku baik dalam upaya
dari untuk merubah perilaku kearah pencegahan hepatitis.
yang lebih baik serta perlu adanya Pencegahan yang baik ini diharapkan
paksaan dari pihak lain untuk akan mampu untuk mengurangi insiden
berperilaku baik dalam pencegahan penyebaran hepatitis khususnya di
hepatitis di Rumah Sakit. lingkungan rumah sakit.
44
Berdasarkan kekuatan hubungan, 7. Terdapat hubungan antara
nilai r-0,824 diartikan sebagai Pengetahuan Perawat dengan Perilaku
hubungan yang sangat kuat. pencegahan hepatitis (p-value; 0,001
Maksudnya adalah, perbedaan dengan nilai r sebesar 0,824)
pengetahuan sangat berdampak pada
perilaku yang dihasilkan. Pengetahuan DAFTAR PUSTAKA
yang baik akan menghasilkan perilaku BBC Indonesia. 2019. KLB Hepatitis A di
Pacitan : Lima Hal yang perlu Anda
yang baik, dan sebaliknya pengetahuan
Ketahui. Availabel source:
yang kurang akan menghasilkan https://www.bbc.com/indonesia/indo
perilaku yang kurang kuat juga nesia-48782786
45
Laporan Kasus RS Yakkum,
2019. Laporan Penyakit Menular.
RS. Panti Rahayu Purwodadi.
46