Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 4, No. 3, Maret 2020, hlm. 789-797 http://j-ptiik.ub.ac.id

Implementasi Metode Extreme Learning Machine pada Klasifikasi Jenis


Penyakit Hepatitis berdasarkan Faktor Gejala
Salsabila Multazam1, Imam Cholissodin2, Sigit Adinugroho3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1salsabilamultazam@gmail.com, 2imamcs@ub.ac.id, 3sigit.adinu@ub.ac.id

Abstrak
Infeksi Virus merupakan permasalahan dalam dunia medis yang sangat serius. Terhitung saat ini banyak
virus yang berada di Indonesia antara lain Human Immunodeficiency Virus (HIV), Novel Coronavirus
(COVID-19), Dengue Virus (DENV), dan Hepatitis Virus A&B (HVA&HVB). Tercatat pada tahun
2014 penderita penyakit Hepaitits semakin meningkat tiap tahunnya pada penduduk yang berusia 15
tahun keatas yaitu Hepatitis A (19,3%), dan Hepatitis B (21,8%). Pencermatan pada penyakit merupakan
hal yang sangat penting mengingat para penderita Hepatitis seringkali tidak mengetahui bahwasanya
mereka sudah terinfeksi Hepatitis. Pada penelitian ini, peneliti melakukan klasifikasi terhadap jenis
penyakit Hepatitis berdasarkan faktor gejala dengan ELM. Data yang digunakan merupakan data primer
dengan mengkaji data menggunakan dokumen pasien yang terjangkit Hepatitis. Terdapat 100 jumlah
data untuk 20 fitur pada 2 kelas yakni Hepatitis A dan Hepatitis B. Penelitian ini dilakukan dalam
beberapa tahap yaitu normalisasi data, kemudian melakukan proses pelatihan terhadap data latih
kemudian proses pengujian digunakan dengan masukan berupa beberapa data uji dan juga hasil proses
pada pelatihan. Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan rasio terbaik antara data latih dengan data uji
sebesar 80 : 20. Penelitian menggunakan beberapa parameter untuk mencapai hasil yang optimal yakni
menggunakan 7 Hidden Neuron dan fungsi aktivasi yang dipakai Sigmoid Biner. Elemen parameter
yang telah diinisasikan pada penelitian ini, didapatkan rata-rata hasil akurasi sebesar 80,00%.
Kesimpulan yang diperoleh yakni pengunaan metode Extreme Learning Machine mampu mengatasi
permasalahan objek klasifikasi dengan baik.
Kata kunci: Klasifikasi, Virus Hepatitis, Extreme Learning Machine
Abstract
Virus infection becomes very serious problem in medical world. Currently there are many viruses in
Indonesia, including Human Immunodeficiency Virus (HIV), Novel Coronavirus (COVID-19), Dengue
Virus (DENV), and Hepatitis A&B (HVA & HVB). It was recorded that in 2014 Hepaitits sufferers
increased every year for the population aged above 15 years that is Hepatitis A (19.3%) and Hepatitis
B (21.8%). To highly pay attention to the disease is very curcial considering Hepatitis sufferers often
do not know already got infected by hepatitis. In this thesis the researchers is classifying Hepatitis types
based on their symptoms using ELM method.The data being used is primary one gotten from the
documents of patients infected by Hepatitis. There are 100 data with 20 features and 2 classes, namely
Hepatitis A and Hepatitis B. This research was conducted in several stages from data normalization,
followed by training process of the obtained data and then finally to verify the tested data input as well
as data from the training process result. Based on the test results, the best ratio between train data and
test data is 80: 20. This study uses several parameters to get optimal results including using 7 Hidden
Neurons and the activation function used by Sigmoid Binary. By using these parameters obtained an
average accuracy of 80.00%. It can be concluded that the use of the Extreme Learning Machine method
can solve classification problems quite well.
Keywords: Classification, Hepatitis Virus, Extreme Learning Machine

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 789
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 790

kualitas waktu dan mengutamakan kecepatan


1. PENDAHULUAN pembelajaran dan kinerja generalisasi terbaik.
Dalam kondisi normal, virus dapat ELM lebih unggul jika dibandingkan dengan
mengakibatkan kerusakan ringan pada sel-sel metode Backpropagation (Huang, Zhu dan
yang sudah memiliki peringkat diferensiasi Siew, 2006). Berdasarkan penelitian sebelumnya
yang tinggi sehingga tidak mengakibatkan yakni pemanfaatan metode ELM dalam
gejala apapun. Sebaliknya, virus yang dapat Klasifikasi Penyimpangan Kembang Tumbuh
menimbulkan kerusakan akan menimbulkan Anak memakai porsi data berjumlah 100 pada
gejala yang serius, khususnya penyakit kriteria sebesar 38 pernyataan didapatkan
Hepatitis (Gips dan Wilson, 1989). Sebagian akurasi sebesar 76,67% dengan menggunakan
infeksi virus berjalan seiring dengan gangguan fungsi Sigmoid Biner dengan rasio yang
– gangguan fungsi hati antara lain virus didapatkan paling baik sebesar 70:30
Sitomegalus (VSM), virus Hepatitis A (HVA) (Ariestyani, Adikara dan Perdana, 2018).
dan virus Hepatisis B (HVB). Penelitian berikutnya mengenai Extreme
Pada tahun 2013, Prevalensi Hepatitis di Learning Machine untuk Prediksi Rating
Indonesia ada di poin sebesar 1,2 % meningkat Otomatis Berdasarkan Review Pada Zomato
dua kali dibandingkan riset yang dilakukan menghasilkan akurasi sebanyak 80,01% dengan
oleh Riskesdas tahun 2007 yang sebesar 0,6%. parameter yang paling optimal untuk jumlah
Angka tertinggi prevalensi Hepatitis pada total K sebesar 10 dan memakai hidden neuron
2013 terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 7 pada Fungsi Sigmoid Biner dengan
dengan prevalensi sebesar 4,3%. Jumlah interval bobot -0,5 hingga 0,5 (Tania,
prevalensi semakin meningkat ditandai dengan Cholissodin dan Dewi, 2019).
penduduk yang berusia diatas 15 tahun yaitu Dengan keunggulan Extreme Learning
Hepatitis A (19,3%) , Hepatitis B (21,8%), dan Machine pada beberapa hasil penelitian telah
Hepatitis C (2,5%) (Kementerian Kesehatan dijabarkan diyakini dapat mengatasi
Republik Indonesia, 2014). permasalahan yang terjadi dan diharapkan dapat
Pencermatan terhadap penyakit yang memudahkan tenaga medis dalam menangani
dialami sangatlah penting, bahwasanya dan memberikan aksi cepat terhadap gejala
banyak ketidakpahaman terhadap penyakit Hepatitis sehingga dapat ditanggulangi pada
karena kelalaian dalam pengamatan secara masyarakat awam lebih dini.
detil. Pada penderita penyakit ini seringkali
2. DASAR TEORI
tidak memahami bahkan mengalami gejala
yang terjadi sehingga tidak dapat mengetahui
2.1. Klasifikasi
bahwasanya mereka sudah terinfeksi hepatitis
dan gejala yang ditimbulkan seperti mata dan Klasifikasi yakni proses menyatukan data
kulit menjadi kuning, demam, hingga mual secara berkelompok ke dalam suatu kategori
(Wright dan Grulich, 2009). Efek yang terjadi dengan karakteristik yang sudah ditentukan
ialah sulit untuk membedakan penyakit yang sebelumnya. Penamaan suatu label memiliki ciri
dialami oleh pasien karena gejala yang dialami khas pola yang serupa yang akan menjadi tolak
hampir sama. ukur dalam tahap klasifikasi.Klasifikasi
Dalam sebuah wawancara bersama Dr. memilikit tujuan antara lain membagi suatu
Syifa Mustika, SP.PD-KGEH selaku dokter objek dan juga dapat melakukan perhitungan
penyakit dalam menyampaikan sampai saat ini prediksi (Tata, Adinugroho dan Adikara, 2019).
belum ada software dan hardware yang dapat
mengkalkulasikan pasien terjangkit penyakit 2.2. Jaringan Saraf Tiruan
hepatitis A dan Hepatitis B. Dengan adanya Mengenali dan mengklasifikasikan hingga
permasalahan tersebut perlu adanya suatu mempelajari serangkaian pola-pola suatu
software/hardware dalam mengkalkulasikan masukkan yang akan direpresentasikan sebagai
awal penyakit Hepatitis diperlukan untuk suatu kesatuan vektor merupakan pemahaman
membantu para tenaga ahli medis lainnya dalam dari Jaringan Saraf Tiruan. Bidang
mengkalkulasikan awal penyakit pada pasien. Neurobiology yang saat ini mengalami
Extreme Learning Machine menyandang kemajuan mengundang para peneliti dalam
kemampuan dalam menyelesaikan persoalan menciptakan model matematika guna
mengenai regresi hingga klasifikasi dari segi mensimulasikan tingkah laku jaringan saraf pada

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 791

manusia yang terletak dalam sel-sel syaraf Hepatitis A tetap menjadi suatu persoalan
manusia (Jatmiko et al., 2011). Artificial Neural penting di bidang kesehatan di banyak negara-
Network adalah permrosesan informasi berbasis negara industri diantara kelompok risiko tinggi
sistem yang menyandang karakteristik sejenis seperti Petugas kesehatan, pekerja sanitasi,
dengan jaringan neural biologis. Adapun penyalahgunaan obat, kelompok
karakteristik dari neural network ditentukan homoseksual,hingga mereka yang melakukan
sebagai berikut: transmigrasi daerah dengan curah endemisitas
1. Arsitektur, Pola pembelajaran antara level paling rendah ke tinggi hingga beberapa
masing-masing neuron. rumah tahanan (Sulaiman, Akbar dan Lesmana,
2012).
2. Learning Algorithm, Metode untuk
menentukan bobot dari hubungannya.
2.3.2. Hepatitis B
3. Activation Function, Fungsi dalam
menghasilkan sinyal output. Hepatitis B atau yang sering kita dengar
HBV merupakan infeksi serius yang ditularkan
Menurut Fauset, Jaringan Saraf Tiruan melalui darah ataupun cairan tubuh. Virus
dapat diterapkan kedalam berbagai macam Hepatitis B dapat dijumpai di ruang dengan
masalah layaknya menyimpan dan mengingat endemik yang tinggi, dan penyebaran infeksi
suatu data, mengklasifikasikan suatu pola, HBV berlaku melalui infeksi musim perinatal
memetakan pola input ke pola output hingga dengan istilah masa induk kanak-kanak dengan
dapat menemukan solusi untuk masalah yang proses yang dinamis antara virus, hepatosit, dan
optimasi yang terkendala (Fausett, 1994). sistem imun manusia. Hasil yang didapatkan
Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) 2007
2.3. Virus Hepatitis memperlihatkan bahwasanya prevalensi pasien
Hepatitis merupakan peradangan yang terjangkit Hepatitis B sejumlah 9,4%
(pembengkan) pada hati hinngga liver dengan memiliki arti bahwasanya satu dari sepuluh
penyebab utama infeksi, virus, melakukan satu penduduk Indonesia terjangkit Hepatitis B
tubuh dengan pengguna, hingga penggunaan (HBV) dan data tersebut divisualisasikan dengan
jumlah keseluruhan penduduk Indonesia di
obat-obatan juga faktor lainnya. Selain
disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, tahun 2007, maka jumlah penderita virus HBV
dapat mencapai 23 juta orang (Ahmad dan
hepatitis juga terjadi karena kerusakan pada
hati yang disebabkan senyawa kimia utamanya Kusnanto, 2017). Hepatitis B menimbulkan
alkohol (Kementerian Kesehatan Republik gejala yang beragam mulai dengan tanpa gejala
hingga gejala yang dikategorikan sangat berat
Indonesia, 2014). Konsumsi alkohol jangka
panjang dapat menyebabkan kerusakan sel-sel seperti Hematemesis (Muntah Darah) maupun
hati menjadi permanen hingga dapat tumbuh koma. Masa perinatal merupakan kasus yang
menimpa banyak sekali terinfeksi Hepatitis B
berkembang menjadi gagal hati yang kita
kenal dengan istilah sirosis. Pemakaian obat- dan dapat menjadi kronik pada 90% kasus
(Sulaiman, Akbar dan Lesmana, 2012). Berikut
obatan melebihi dosis atau paparan yang telah
merupakan salah satu gejala Hepatitis B.
ditetapkan oleh dokter juga dapat
menyebabkan Hepatitis.

2.3.1. Hepatitis A
Hepatitis infeksiosa atau yang sering kita
kenal dengan (HVA) merupakan infeksi virus
pada hati salah satunya dapat ditularkan melalui
air tercemar bahkan sebagian besar dapat
diltularkan juga melalui transmisi oleh endemik
ataupun sporadik dengan bersifat tidak terlalu
dramatis. Pravelensi infeksi diindikasikan pada
tingkatan antibodi anti HVA yang sudah
diketahui universal dan memiliki keterkaitan erat Gambar 1. Salah Satu Gejala Hepatitis B yaitu
antar setiap hubungan dengan sanitasi daerah Ikterus
Sumber: (Sulaiman, Akbar dan Lesmana, 2012)
yang bersangkutan dimana masih tergolong
dibawah standar internasional. Infeksi Virus

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 792

2.4. Normalisasi Data 2. Proses hitung matriks output hidden layer


Proses normalisasi data adalah suatu teknik Hinit = 𝑋𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 . 𝑊𝑡 +𝑏 (2)
dalam memecah data yang tidak terstruktur dan
Keterangan :
beragam menjadi sama. Metode penelitian yang
Hinit = Hasil Output Hidden Layer
digunakan dalam normalisasi data pun beragam,
𝑋𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 = Data Training
salah satunya Min-Max Normalization (Jain dan
𝑊 𝑡 = Matriks Transpose Weight
Kumar, 2011). Pada normalisasi ini melakukan
𝑏 = Nilai bias
linier transformasi pada data sesungguhnya dan
Min-Max Normalization juga tetap 3. Perhitungan matriks output hidden layer
mempertahankan hubungan diantara nilai data memakai fungsi aktivasi. Fungsi aktivasi
asli. Metode Min-Max Normalization (Fungsi ambang batas) sendiri bertujuan
digambarkan sebagai berikut: dalam membatasi amplitudo output sebuah
(X ij −Minj )
neuron (Feng dan Lu, 2019). Adapun fungsi
𝑋𝑛 = (1) yang digunakan yakni Fungsi Sigmoid
(Max j −Minj )
biner, Fungsi Sin, Fungsi Sigmoid Bipolar,
Keterangan : dan Fungsi Hyperbolic Tangen.
𝑋𝑛 = Hasil keluaran akhir a. Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner
Xij = Data sebelum normalisasi
1
Minj = Dataset bilangan terkecil 𝐻(𝑥) = (3)
1+𝑒𝑥𝑝(−𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡)
Maxj = Dataset bilangan terbesar
b. Fungsi Aktivasi Sin
2.5. Extreme Learning Machine 𝐻(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛(𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡) (4)
Extreme Learning Machine merupakan c. Fungsi Aktivasi Sigmoid Bipolar
jaringan saraf tiruan feedforward guna dalam 1−𝑒𝑥𝑝(−𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡)
menangani adanya kelemahan pada jaringan 𝐻(𝑥) = (5)
1+𝑒𝑥𝑝(−𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡)
saraf tiruan feedforward utamanya tatkala
d. Fungsi Aktivasi Hyperbolic Tangen
kondisi learning speed (Huang, Zhu dan Siew,
2006). Kecepatan Extreme Learning Machine 𝑒𝑥𝑝(𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡)−𝑒𝑥𝑝(−𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡)
𝐻(𝑥) = (6)
𝑒𝑥𝑝(𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡)+𝑒𝑥𝑝(−𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡)
dapat beribu kali lebih cepat dengan penggunaan
metode Backpropagation dan memperoleh hasil Keterangan :
kinerja generalisasi menjadi lebih baik. (𝑥) = Menyatakan 𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡

𝒙𝟏 Berdasarkan penjabaran diatas mengenai


N1
fungsi ambang batas, untuk tahap training
menggunakan fungsi Sigmoid Biner pada
𝒙𝟐 N1 Persamaan 3.
4. Perhitungan selanjutnya yaitu mencari nilai
Moore Penrose Generalized. Proses hitung
𝒙𝟑 N1 ini memanfaakan nilai hidden layer dengan
fungsi aktivasi.
Input hidden output
Neurons layer neurons neurons 𝐻 + = (𝐻𝑇 ∗ 𝐻)−1 ∗ 𝐻𝑇 (7)
Keterangan :
Gambar 2. Model Arsitektur ELM
𝐻 + = Matriks Moore Penrose Generalized
𝐻 = Nilai Hidden layer dengan fungsi
aktivasi
2.4.1. Extreme Learning Machine Training 𝐻𝑇 = Matriks Hidden layer transpose
(𝐻𝑇 ∗ 𝐻)−1 = Matriks inverse pada
Dalam tahapan ELM, proses yang
dilakukan pertama adalah training (Cholissodin perkalian antara hidden layer fungsi
dan Sutrisno, 2018), yakni: aktivasi dengan hidden layer transpose
1. Inisialisasi nilai masukan pada weight dan 5. Pada proses hitung output weight didapati
nilai bias dengan secara sembarang. Range dengan melakukan proses kali antara nilai
nilai random antara -1 hingga 1 dan nilai Moore Penrose Generalized serta target
hidden neuron dimasukkan secara acak. prediksi.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 793

𝛽 = 𝐻+ ∗ 𝑌 (8)
Mulai
Keterangan :
𝐻+ = Matriks Moore Penrose
Generalized
𝑌 = Target Prediksi Data Pasien
Hepatitis
2.4.2. Extreme Learning Machine Testing
Proses testing memiliki tujuan guna Normalisasi
melakukan evaluasi terhadap metode ELM yang
dilakukan berdasarkan proses training. Proses Training
1. Mengambil hasil nilai input weight dan bias ELM
proses latih yang sebelumnya.
2. Melakukan perhitungan proses matriks Proses Testing
output hidden layer testing memakai ELM
Persamaan 2 dan juga output hidden layer
memakai fungsi ambang batas pada
Persamaan 3. Perbedaan signifikan terdapat Prediksi Kelas
dalam data yang dipakai, yaitu data testing. Hepatitis

3. Proses perhitungan terakhir yaitu


menghitung matriks prediksi kelas.
Selesai
ŷ=𝐻∗ 𝛽 (9)
Keterangan :
Gambar 3. Diagram Alir
ŷ = Nilai Prediksi kelas
𝐻 = Output Hidden layer dengan fungsi
aktivasi
𝛽 = Matriks Output Weight 3.3. Data Penelitian
Penelitian Implementasi Metode Extreme
3. METODOLOGI Learning Machine pada klasifikasi penyakit
Hepatitis berdasarkan faktor gejala
3.2. Lokasi Penelitian menggunakan data sebanyak 100 data, dengan
total pembagian data hepatitis A sebanyak 34
Lokasi pada penelitian Implementasi data, dan hepatitis B sebanyak 70. Adapun fitur
Metode Extreme Learning Machine Klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
Penyakit Hepatitis Berdasarkan Faktor Gejala 20 (termasuk Usia Pasien, ALT/SGOT dan
dilakukan di Laboratorium Riset Komputer AST/SGPT) dan memiliki 2 kelas yaitu Hepatitis
Cerdas Fakultas Ilmu Komputer Universitas A dan Hepatitis B.
Brawijaya dan RSUD Saiful Anwar Malang.
Tabel 1. Dataset Penulisan Faktor Gejala
3.1. Strategi Penelitian Kelas
Faktor Gejala
Penelitian Implementasi Metode Extreme A B
Learning Machine pada Klasifikasi Jenis Hilang nafsu makan √ √
Penyakit Hepatitis Berdasarkan Faktor Gejala Mual √ √
memiliki strategi penelitian pada studi kasus
Diare √
yang dijadikan stretegi dalam observasi. Studi
kasus penelitian ini menyandang tujuan guna Ikterus √ √
menarik kesimpulan sehingga mendapatkan Demam √ √
suatu sistem untuk dapat dimanfaatkan sesuai Air seni berwarna pekat √ √
dengan manfaat penelitian dan juga Berat badan menurun √
menganalisis kasus dengan objek yang Nyeri perut √ √
diobservasi yakni klasifikasi penyakit Hepatitis Kotoran berwarna dempul √
berdasarkan faktor gejala
Abdomen √

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 794

Urtikaria √ 71,0%

Rata-Rata Akurasi
Artritis √ √ 70,0% 70,00%
Sakit kepala √ √ 69,0% 69%
68,0%
Pilek √ √ 67,0% 66,6%
66,0% 66,5% 66,64%
Batuk √
65,0%
Kelelahan √ √ 64,0%
Muntah √ √ 55 : 45 60 : 40 70 : 30 80 : 20 85 : 15
Presentase Data

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 4. Grafik Pengujian Data Training dan Data
Testing
4.1. Pengujian Presentase Jumlah Data
Training dan Data Testing.
Pada pengujian bertujuan untuk mengetahui
porsi data training dan testing yang ideal. 4.2. Pengujian dan Analisis Jumlah Hidden
Pengujian ini akan digunakan sebanyak 100 data Neuron
dengan 5 kali uji coba. Pengujian menggunakan Pengujian merujuk hasil terpilih pada
hidden neuron berjumlah 5 dengan fungsi pengujian yang telah dilakukan sebelumnya
ambang batas yakni sigmoid biner, serta yakni pengujian Presentase Jumlah Data
parameter pembagian data training dan testing Training dan Data Testing dengan dengan
berkisar dari 55:45 sampai 85:15. Banyaknya pembagian porsi 80 data training dan 20 data
fitur berjumlah 20 dan interval pada jumlah testing. Pengujian ini memakai 6 kali uji coba
bobot yang digunakan -1 hingga 1. jumlah Hidden Neuron sebanyak yaitu 7, 10, 15,
25, 50, dan 100. Fungsi aktivasi yang dipakai
Tabel 2. Pengujian Data Training dan Data Testing pada pengujian Hidden Neuron yakni memakai
Prese Akurasi Percobaan Ke- Rata- fungsi ambang batas Sigmoid Biner untuk nilai
ntase 1 2 3 4 5 Rata interval bias pada -1 hingga 1.
55 :
66,6 64,4 77,7 66,6 57,7 66,6% Tabel 3. Pengujian Jumlah Hidden Neuron
45
60 : Akurasi Percobaan Ke- Rata-
67,5 62,5 65,0 67,5 70,0 66,5% H
40 1 2 3 4 5 Rata
70 : 7 70,0 65,0 75,0 75,0 90,0 75,0%
73,3 70,0 76,6 60,0 66,6 69%
30
10 65,0 65,0 60,0 75,0 60,0 65,0%
80 :
70,0 55,0 75,0 75,0 75,0 70,0% 15 70,0 75,0 55,0 70,0 55,0 65,0%
20
85 : 25 50,0 65,0 60,0 65,0 65,0 61,00%
60,0 73,3 73,3 60,0 66,6 66,6% 50 50,0 50,0 45,0 45,0 50,0 48,00%
15
100 70,0 65,0 70,0 50,0 30,0 57,00%
Hasil pada pembagian data sebanyak 60:40
menghasilkan nilai yang terendah yaitu Berdasarkan pada Tabel 3. Menghasilkan
menghasilkan nilai rata-rata sejumlah 66,5% nilai rata-rata akurasi yang cukup bervariasi dari
sementara untuk rata-rata tertinggi ditemui pada 48% hingga 75%. Pada pengujian menggunakan
pembagian porsi 80:20 yaitu dengan nilai rata- jumlah Hidden Neuron, nilai Hidden Neuron
rata sebesar 70%. Hasil analisa menampilkan beragam yaitu 7, 10, 15, 25, 50, dan 100. Hasil
bahwasanya nilai pembagian porsi semakin terbaik didapatkan ketika nilai hidden berjumlah
menuju angka yang besar maka data training 7 yaitu menghasilkan akurasi rata-rata sebesar
dapat melakukan pembelajaran dengan baik dan 75,00%. Nilai yang dihasilkan setiap jumlah
juga akurat. Berdasarkan hasil pada pengujian hidden neuron sangat bervariasi. Hal ini
tersebut dapat dilihat persentase grafik pada dikarenakan overfitting dan juga underfitting.
pengujian yang ditampilkan pada Gambar 4. Jumlah hidden neuron yang sangat tinggi tidak
baik dalam pola pembelajaran dan akan terjadi
overfitting. Underfitting juga terjadi pada proses
training tidak dapat melakukan pengenalan
pembelajaran dengan baik yang disebabkan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 795

jumlah hidden neuron berjumlah sedikit Hiperbolik Tangen karena kedua fungsi ini
(K.Gnana dan S.N, 2013). Pada Gambar 5 merupakan fungsi logistic (Shenouda, 2006).
ditunjukkan visualisasi pada banyaknya total
hidden neuron.
Hiperbolik Tangen 63,00%

Fungsi Aktivasi
Sigmoid Bipolar 70,00%
80,00% 75,00% 65,00%
Rata-Rata Akurasi

60,00% 48,00% Sin 62,00%


65,00% 61,00%
40,00% 57,00% Sigmoid Biner 80,00%
20,00%
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
0,00%
Rata-Rata Akurasi
H=7 H= H= H= H= H=
10 15 25 50 100
Jumlah Hidden Neuron Gambar 6. Grafik Pengujian Fungsi Aktivasi

Gambar 5. Grafik Pengujian Jumlah Hidden Neuron


4.3. Analisis Global dan Hasil Pengujian
Penggunaan hidden neuron yang
4.3. Pengujian Fungsi Aktivasi
nominalnya terlalu sedikit membuat nilai akurasi
Penelitian ini menggunakan 4 Fungsi akan tidak maksimal, dan penggunaan hidden
ambang batas yakni Sigmoid Biner, Sin, neuron yang nominlnya terlalu tinggi juga akan
Sigmoid Bipolar dan juga Hyperbolic Tangen. tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini
Pembagian porsi data pada pengujian fungsi dikaitkan dengan istilah overfitting dan
aktivasi ini yakni 80 data latih dan 20 data uji underfitting. Penggunaan hidden neuron terlalu
menggunakan hidden neuron sebanyak 7 dan minim membuat sistem sulit membaca pola
interval nilai bobot yaitu -1 hingga 1. pembelajaran data pada proses training sehingga
Perhitungan pengujian mendapat rata-rata nilai ketika dilakukan pengujian akan menghasilkan
akurasi yang berbeda disebabkan nilai input nilai akurasi yang dikatakan rendah. Begitu pun
weight dan nilai bias diinisialisasikan dengan penggunaan hidden neuron yang terlalu
menggunakan nilai acak. tinggi dapat mengakibatkan pembelajaran
terhadap pola data terlalu banyak sehingga
Tabel 4. Pengujian Fungsi Aktivasi mengakibatkan overfitting.
Akurasi Percobaan Ke- Rata- Hasil analisis global juga didapatkan
Fungsi
1 2 3 4 5 Rata dengan melakukan perbandingan dengan
Sigmoid algoritme lain pada klasifikasi jenis penyakit
80 75 80 90 75 80,00% Hepatitis. Pada analisis global pertama dengan
Biner
Sin 60 60 50 70 70 62,00% membandingkan menggunakan algoritme K-
Sigmoid Nearest Neighbor (KNN) sebagaimana
75 70 70 65 70 70,00%
Bipolar perhitungan pada jarak menggunakan Euclidean
Hiperbo Distance dan jumlah nilai tetangga terdekat (K)
65 60 70 60 60 63,00%
Tangen sebanyak 5 buah yakni K=3, K=5, K=7, K=9 dan
K=11 dengan perbandingan porsi data sebanyak
Berdasarkan Tabel 4. menghasilkan nilai 80:20. Pada algoritme KNN menghasilkan
rata-rata akurasi yang cukup bervariasi. Adapun akurasi rata-rata sebesar 76,0%.
kesimpulan singkat yang didapatkan pada Hasil analisis global selanjutnya dengan
pengujian aktivasi memiliki formula yang melakukan perbandingan algoritme lainnya
berbeda-beda dan Fungsi Sigmoid Biner yaitu Naive Bayes. Pada analisis global yang
memiliki fungsi ambang batas yang sesuai kedua ini dengan melakukan pembagian porsi
dengan penelitian ini. Hal ini menunjukkan jika data sebanyak 55:45, 60:40, 70:30, 80:20, dan
fungsi aktivasi yang dipakai yaitu SigmoidBiner 85:15 pada Multinomial Naive Bayes. Akurasi
sesuai dengan metode pada observasi ini. Hasil rata-rata pada analisis global menggunakan
akurasi cukup akurat dihasilkan ketika Naive Bayes didapatkan sebesar 70,2%.
menggunakan fungsi aktivasi Sigmoid dan juga

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 796

Tabel 5. Analisis Global dan Hasil Pengujian 4,00% dan akurasi pada Naive Bayes lebih
Algoritme Rata-Rata rendah sebanyak 9,80% terhadap rata-rata
K-Nearest Neighbor 76,0 %
akurasi yang dihasilkan Extreme Learning
Naive Bayes 70,2 %
Machine yakni sebesar 80,00%.
Extreme Learning
Machine
80,0 % DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. dan Kusnanto, H., 2017. Prevalensi
Setelah melakukan perbandingan tersebut infeksi virus Hepatitis B pada bayi dan
didapatkan hasil global yaitu Algoritme pada anak yang dilahirkan ibu dengan HBsAg
Extreme Learning Machine (ELM) untuk positif. Journal of Community Medicine
klasifikasi jenis penyakit Hepatitis cukup kuat and Public Health, 33, pp.515–520.
diantara K-Nearest Neighbor (KNN) dan juga
Naive Bayes. Hasil yang paling optimal Ariestyani, M.C., Adikara, P.P. dan Perdana,
dihasilkan menggunakan fungsi Sigmoid Biner R.S., 2018. Klasifikasi Penyimpangan
dan total hidden neuron sejumlah 7 hingga Tumbuh Kembang Anak Menggunakan
pembagian porsi data sebanyak 80:20 pada Metode Extreme Learning MachineNo
algoritme ELM menghasilkan rata-rata akurasi Title. 2, pp.1620–1629.
sebanyak 80,00%. Cholissodin, I. dan Sutrisno, S., 2018. Prediction
of Rainfall using Simplified Deep
5. KESIMPULAN Learning based Extreme Learning
Berbagai hasil pengujian dan juga hasil Machines. Journal of Information
analisis mengenai implementasi metode Extreme Technology and Computer Science, 3(2),
Learning Machine pada klasifikasi jenis p.120.
penyakit Hepatitis berdasarkan faktor gejala Fausett, L., 1994. Fundamentals of Neural
sudah ditampilkan maka didapatkan beberapa Networks, Architecture, Algorithms, and
kesimpulan yakni: Application. Upper Saddle River: Prentice
1. Berdasarkan pengujian pada implementasi Hall.
metode Extreme Learning Machine pada Feng, J. dan Lu, S., 2019. Performance Analysis
klasifikasi jenis penyakit Hepatitis of Various Activation Functions in
berdasarkan faktor gejala dengan jumlah Artificial Neural Networks. Journal of
keseluruhan data sebanyak 100 data yang Physics: Conference Series, 1237(2).
dibagi antara data training dan data testing
sebanyak 80:20. Parameter optimal Gips, D.C.. dan Wilson, D.J.H.., 1989.
didapatkan dengan menggunakan Diagnosis dan terapi "Penyakit Hati dan
parameter nilai hidden neuron sebanyak 7 Empedu (Lever en galwegen diagnostiek
dan menggunakan fungsi aktivasi yaitu en therapie). Jakarta: Jakarta: Hipokrates,
Sigmoid Biner menghasilkan rata-rata 1989.
akurasi sebesar 80,00%. Huang, G.., Zhu, Q.. dan Siew, C.., 2006.
2. Pada hasil perbandingan yang dilakukan Extreme Learning Machine : Theory and
meliputi metode klasifikasi sederhana yang Application Extreme Learning Machine :
dipakai yaitu algoritme K-Nearest Theory and Application. 70, pp.489–501.
Neighbor dan dengan Naive Bayes. Hasil
pengujian pada algoritme K-Nearest Jain, Y. dan Kumar, B.S., 2011. Min max
Neighbor mendapatkan total rata-rata normalization based data perturbation
akurasi sebanyak 76,00% pada method for privacy protection.
perbandingan porsi data sebanyak 80:20 International Journal of Computer &
dan menggunakan k sebanyak 5. Hasil communication Technology, 2(8), pp.45–
pengujian lainnya pada Naive Bayes 50.
mendapatkan nilai akurasi rata-rata sebesar Jatmiko, W., Fajar, M., Tawakal, M.I.,
70,2% pada lima kali uji percobaan pada Trianggoro, W., Rambe, R.S. and Fauzi,
setiap data training dan data testing 2011. Implementasi Berbagai Algoritma
berlainan. Pada hasil pengujian tersebut, Neural Network dan Wavelet Pada Field
dapat disimpulkan nilai akurasi pada K- Programmable Gate Array. Perpustakaan
Nearest Neighbor lebih rendah sebanyak Nasional.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 797

K.Gnana, S. dan S.N, D., 2013. Review on


Methods to Fix Number of Hidden
Neurons in Neural Networks.
Mathematical Problems in Engineering,
Vol. 2013, p.11.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2014. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI (Situasi
Penyakit Hepatitis B di Indonesia). ISSN
2442-.
Shenouda, E.A.M.A., 2006. A quantitative
comparison of different MLP activation
functions in classification. Lecture Notes
in Computer Science (including subseries
Lecture Notes in Artificial Intelligence
and Lecture Notes in Bioinformatics),
3971 LNCS, pp.849–857.
Sulaiman, H.A., Akbar, H.N. dan Lesmana,
L.A., 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati.
1st ed. Jakarta: CV SAGUNG SETO.
Tania, D., Cholissodin, I. dan Dewi, C., 2019.
Prediksi Rating Otomatis Berdasarkan
Review Restoran pada Aplikasi Zomato
dengan menggunakan Extreme Learning
Machine (ELM). Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer,
Vol.3, No., pp.4687–4693.
Tata, D., Adinugroho, S. dan Adikara, P., 2019.
Klasifikasi Pengidap Kanker Payudara
Menggunakan Metode Voting Based
Extreme Learning Machine (V-ELM). 3,
pp.2180–2186.
Wright, E. dan Grulich, A., 2009. Hepatitis B
Fact Sheet For People With Chronic
Infection. Australasian Society for HIV
Medicine (Cancer Council), pp.1–3.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai