Anda di halaman 1dari 4

Koneksi Antar Materi

Modul 2.1

Setiap anak didik memiliki perbedaan yang tentunya khas pada setiap anak. Perbedaan ini
tentunya bukanlah penghalang agar mereka mendapatkan pendidikan yang sama. Menjadi
sebuah kewajiban bagi seorag pendidik agar mampu memahami setiap perbedaan itu dan mampu
mengelola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

Pada awalnya berpikir bahwa pembelajaran berdiferensiasi akan banyak merepotkan guru. Guru
akan dibebani dengan tambahan pekerjaan dalam mengelola pembelajaran untuk setiap individu
peserta didik yang berbeda baik dari segi minat, kesiapan belajar, maupun profil belajar. Setelah
mempelajari bagaimana sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi saya merasa terbantu dan lebih
siap lagi dalam memberikan pelayanan pembelajaran pada seluruh peserta didik yang saya ampu
sesuai mata pelajaran saya.

Menurut Tomlinson (2001:45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan


proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
Miskonsepsi tentang pembelajaran diferensiasi bahwa guru harus mengajar dengan cara yang
berbeda-beda sesuai jumlah peserta didik yang diampunya itu adalah salah besar,
pengelompokkan peserta didik berdasarkan kecepatan belajarnya dan memberikan soal yang
lebih banyak kepada mereka adalah suatu kesalahan juga dalam mengartikan pembelajaran
berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal
(common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Karakterisktik pembelajaran berdiferensiasi diantaranya: kurikulum yang memiliki tujuan


pembelajaran yang didefiniskan secara jelas, bagaimana guru menanggapi atau merespon
kebutuhan belajar muridnya, bagaimana cara menciptakan lingkungan belajar yang
“mengundang” murid untuk belajar, manajemen kelas yang efektif, dan Penilaian berkelanjutan

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan belajar murid dan bagaimana
guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Artinya seorang guru harus melakukan identifikasi
kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap
kebutuhan belajar murid-muridnya. Bagaimana cara melakukan pemetaan kebutuhan belajar
murid?

Ada 3 aspek yang disampaikan Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to
Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom:

1. Kesiapan belajar (readiness) murid


2. Minat murid
3. Profil belajar murid
Proses pembelajaran yang memperhatikan kesiapan belajar murid akan menunjukkan kinerja
yang baik dari peserta didik karena disesuaikan dengan keterampilan dan pemahaman yang
mereka miliki sebelumnya. Tugas-tugas yang diberikan akan menimbulkan rasa keingintahuan
mereka sehingga menimbulkan minat, dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka
untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai maka hal tersebut mencerminkan profil belajar
mereka yang berbeda-beda.

Pada saat merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan penilaian dan


merencankan tindak lanjut dalam pembelajaran berdiferensiasi, maka guru dituntut untuk
terampil dan memiliki kemampuan sehingga pembelajaran dapat memperhatikan kebutuhan
setiap anak didik sesuai tiga aspek diatas.

1. Kesiapan Belajar

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang
mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman
mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka
tetap dapat menguasai materi baru tersebut.  

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa
merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada
stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan
menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan
“tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka
untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas
Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita
gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid.

2. Minat Murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi
atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.Tomlinson (2001: 53),
mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah
membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri
untuk belajar; mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; menggunakan
keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau
keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan meningkatkan motivasi murid
untuk belajar.

3. Profil Belajar Murid


Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar.
Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar
adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.
Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih
gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki
profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. 

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat
kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,  dsb. 
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu
bising, terlalu terang, dsb.  

Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal. Preferensi


gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan
mengingat informasi baru.  

Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:


- visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan
diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer ); 
- auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca
dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik); 
- kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh,
kegiatan hands on, dsb).

Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi
guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.

Preferensi berdasarkan kecerdasan  majemuk (multiple  intelligences): visual-spasial,


musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-
matematika. 

Menurut Tomlinson (2001) strategi pembelajaran berdiferensiasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Diferensiasi Konten
Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid-murid. Konten berkaitan dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid dengan cara kita memodifikasi dan
memilih cara yang tepat kepada murid berdasarkan kebutuhan murid. Namun dengan tetap
memperhatikan berdasarkan kesiapan belajar murid, minat murid, dan profil belajar murid
2. Diferensiasi Proses
Proses yaitu mengacu pada bagamana murid akan memahami atau memaknai informasi atau
materi yang dipelajari. Proses yang perlu dipersiapkan agar murid belajar sesuai dengan
kebuthannya yaitu dengan proses kegiatan yang berjenjang, tantangan berbeda, pertanyaan
pemandu, membuat agenda individual, variasi lama waktu, kegiatan bervariasi dan
pengelompokkan yang fleksibel
3. Diferensiasi Produk
Produk yaitu tagihan apa yang diharapkan dari murid. Pemahaman murid harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran, yang meliputi dua hal yaitu memberikan tantangan dan variasi serta
membetikan murid pilhan untuk mendemostraskan pelajaran yang dinginkan

Dengan keunikan anak didik tentunya kebutuhan individunya pun berbeda. Setiap anak terlahir
sesuai dengan kodrat alam dan zamannya sehingga seorang guru harus mampu menuntun mereka
sesuai kodratnya. Dengan memperhatikan kebutuhan anak didik, bukan berarti guru memberikan
pembelajaran dengan metode yang berbeda-beda akan tetapi guru dituntut mengetahui kesiapan
belajar, minat belajat dan profil belajar anak didiknya

Seorang guru harus dapat menjadi among yang menuntun tumbuh kembang anak didik sesuai
kodratnya sehingga seorang guru tidak boleh memaksakan kehendaknya dalam pembelajaran di
kelas.

Seorang guru penggerak yang memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif akan
selalu berusaha sekeras tenaga dalam menjalankan perannya dalam mewujudkan “Merdeka
Belajar” anak didiknya. Seorang guru penggerak harus mampu tergerak, bergerak dan
menggerakan rekan kerja disekolahnya untuk berkolaborasi menemukan kesiapan, minat, dan
profil belajar setiap anak didiknya. Dengan demikian goal profil pelajar Pancasila dapat terwujud
dalam setiap hela napas pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai