Anda di halaman 1dari 3

LEARNING JOURNAL

MATA KULIAH SEJARAH AUSTRALIA & OCEANIA

Nama : ANISA RAHMAWATI


NIM/Kelas : K4420007/A
Pertemuan ke : 6 (Kebijakan Asimilasi Aborigin Half Caste di Australia Tahun 1937-1967)

Ringkasan Penting Perkuliahan

A. Pengertian Asimilasi dan Half Caste


a. Asimilasi
Asimilasi adalah bentuk penghilangan atau eliminasi terhadap satu dari dua
kebudayaan yang ada. Sedangkan kebudayaan yang satunya menjadi kebudayaan yang
mendominasi. Secara sederhana dalam kasus Australia ini dapat dikatakan bahwa
Inggris berusaha untuk "meng-Inggriskan" atau “meng-Eropa-kan” orang-orang
Aborigin, terutama Aborigin Half Caste.
b. Aborigin Half Caste
- Secara Etimologi
Secara etimologi caste diambil dari bahasa Latin Castus yang berarti murni atau
tidak tercemar. Kemudian dalam bahasa Inggris modern disebut sebagai Chaste.
Dengan demikian Half Caste berarti “setengah murni” atau campuran.
- Secara Terminologi
Aborigin Half Caste merupakan sebutan bagi hasil perkawinan orang-orang kulit
putih dengan orang-orang suku Aborigin di Australia atau bahasa sederhananya
adalah blasteran Aborigin dan Eropa.

Sebelum digunakan di Australia untuk menyebut keturunan campuran kulit


putih dengan kulit hitam, sebenarnya istilah half caste ini sudah terlebih dahulu
digunakan di koloni Inggris lainnya, yaitu India.
B. Asal-Usul Half-Caste
Kemunculan orang-orang Aborigin Half Caste berawal dari minimnya perempuan
kulit putih di Australia sehingga mendorong laki-laki kulit putih untuk melakukan hubungan
secara seksual dengan perempuan Suku Aborigin. Terdapat sebanyak dua cara yang
dilakukan oleh pria kulit putih dalam mendapatkan perempuan kulit hitam, yaitu :
a. Sukarela : Maksud dari cara sukarela adalah bahwa orang-orang kulit putih
mendapatkan perempuan kulit hitam dari pria Aborigin sendiri yang menyerahkan
istri serta anak mereka kepada orang kulit putih karena alasan ekonomi, agar istri
serta anak tersebut dapat mendapatkan makanan serta upah dari orang kulit putih.
b. Paksa : Maksud dari cara paksa adalah bahwa orang kulit putih mendapatkan
perempuan Aborigin dengan cara penculikan untuk kemudian dilecehkan secara
seksual.
C. Latar Belakang dan Tujuan Asimilasi Half Caste
a. Latar belakang
Latar belakang dari diterapkannya politik Asimilasi Aborigin Half Caste di Autralia ini
adalah karena kecemasan orang kulit putih dengan semakin bertambahnya populasi
Aborigin Half Caste. Kecemasan tersebut terjadi karena beberapa hal, yaitu yang pertama
orang kulit putih yang mempunyai prinsip untuk menjaga kemurnian ras mereka (Anglo
Saxon), jika populasi Aborigin terus bertambah maka dalam kurun 15-20 tahun mereka akan
mengalahkan populasi orang kulit putih karena mereka akan lebih sulit punah jika
dibandingkan dengan Aborigin full-blood. Hal tersebut dinilai oleh orang-orang kulit putih
sebagai sesuatu yang membahayakan, terutama dalam hal persaingan mencari pekerjaan
Aborigin half castle akan menjadi saingan orang kulit putih dalam mencari pekerjaan dan
merusak dominasi pekerja Inggris di Australia.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diadakan sebuah konferensi pada tahun
1937 di Canberra. Hasil dari konferensi tersebut adalah disepakatinya pelaksaanaan
Asimilasi Aborigin Half Caste dengan cara biologis serta pendidikan. Penyerapan biologis
dengan cara perkawinan antara half-caste dengan orang kulit putih serta dengan jalan
pemberian pendidikan barat kepada half caste.
b. Tujuan
Maksud atau tujuan dari dilaksanakannya kebijakan asimilasi terhadap Aborigin Half Caste,
yaitu :
- Untuk mengubah budaya atau kebiasaan orang-orang Aborigin menjadi
kebudayaan orang Eropa atau hal ini bisa disebut dengan Dekulturisasi.
- Untuk menjadikan Aborigin Half Caste menjadi mempunyai peradaban seperti
orang Inggris.
- Untuk menjaga dominasi orang-orang Inggris di Australia agar tidak terkikis
seiring dengan meningkatnya populasi Aborigin Half Caste.
D. Kebijakan Asimilasi Half Cast
a. Segregasi
Segregasi adalah kebijalan pemisahan anak-anak campuran (Half caste) dengan
orang tua mereka dengan tujuan agar kebudayaan kulit hitam tidak mendominasi.
Mereka dibawa ke reservasi-reservasi atau tempat-tempat semacam panti asuhan
untuk menampung anak-anak half caste. Anak-anak half caste yang disegregasi ini
kemudian disebut sebagai Stolen Generations atau generasi yang dicuri.
b. Proteksi
Setelah menjalankan kebijakan segregasi terdapat kebijakan proteksi. Dalam
kebijakan proteksi, anak-anak half caste “dilindungi” di reservasi atau
penampungan. Mereka dididik dengan pendidikan barat. Adapun cara-cara orang
barat dalam melakukan pendidikan-pendikan ala barat, yaitu :
- Melarang penggunaan bahasa tradisional Suku Aborigin.
- Melarang anak-anak half caste untuk menganut dreamtime, namun harus
memakai ajaran agama Nasrani.
- Dilarang menggunakan kultur atau kebiasaan orang-orang Aborigin. Sebagai
gantinya orang kulit putih mewajibkan anak-anak half caste untuk melakukan
kultur barat, seperti cara berpakaian, cara makan, cara bercocok tanam, dll.
E. Dampak Asimilasi Half Caste
a. Agama
Dalam bidang agama, Aborigin Half Caste mengalami perubahan terkait ajaran
yang dianut, dari yang sebelumnya kepercayaan mereka adalah Dreamtime menjadi
menganut ajaran Agama Nasrani. Hal tersebut dikarenakan orang-orang kulit putih
mendidik mereka dengan ajaran Agama Nasrani, serta dilarang untuk melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan sistem kepercayaan Dreamtime.
b. Sosial Budaya
- Lunturnya bahasa tradisional Aborigin.
Lunturnya pemakaian bahasa tradisional Suku Aborigin terjadi karena adanya
kebijakan yang melarang orang-orang Aborigin Half Caste untuk menggunakan
bahasa tradisional mereka. Selama berada di reservasi mereka dididik untuk
berbahasa seperti orang kulit putih, sehingga mereka tidak lagi mengenal dan
menguasai bahasa mereka sendiri. Karena penutur bahasas tradisional Aborigin
semakin sedikit, maka eksistensi dari bahasa Aborigin menjadi terancam dan
luntur.
- Hilangnya Identitas Aborigin Half Caste
Aborigin Half Caste kehilangan idenditas atau jati diri mereka yang sebenarnya
karena pemerintah dari kulit putih sengaja menghilangkan identitas mereka,
contohnya adalah nama anak-anak Half Caste yang diganti menjadi nama yang
bergaya barat. Pemerintah juga menghilangkan data-data pribadi yang dimiliki
oleh anak-anak half caste.
- Kehilangan hak atas tanah.
Anak-anak Aborigin Half Caste kehilangan hak waris atas tanah yang seharusnya
dapat mereka miliki sebagai keturunan Aborigin. Hal tersebut dikarenakan
mereka yang sudah terpisah dari orang tuanya sejak masih kecil akan kesulitan
untuk mencari keluarga mereka sendiri. Kalaupun mereka berhasil menemukan
keluarganya mereka akan tetap kesulitan diterima oleh kelompok Aborigin
karena dari segi tradisi mereka tidak menjalankan tradisi seperti orang Aborigin.
- Kesulitan mendapatkan peran pada komunitas Suku Aborigin.
Karena sejak kecil anak-anak half caste berpisah dengan kelompok Suku
Aborigin dan mendapatkan pendidikan bergaya Eropa, maka anak-anak half
caste tidak mengenali kehidupan tradisional Suku Aborigin, hal ini membuat
mereka sulit untuk diterima kembali oleh kelompok atau komunitas Aborigin.

c. Ekonomi
Kebijakan asimilasi juga berdampak pada berubahnya sistem perekonomian
pada Aborigin Half Caste, dari yang sebelumnya mereka menjalankan kegiatan ekonomi
tradisional menjadi ekonomi modern. Hal tersebut terjadi karena di penampungan atau
reservasi mereka dilatih untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih modern.
Untuk perempuan dari yang sebelumnya berkegiatan mengumpulkan makanan (buah
dan sayur) berubah menjadi pembantu rumah tangga. Sedangkan untuk laki-laki, jika
sebelumnya mereka bekerja sebagai pemburu hewan berubah menjadi penggembala
sapi.
d. Psikologi
Gangguan psikologi muncul pada diri Stolen Generations karena kekerasan demi
kekerasan yang mereka dapatkan dari orang-orang kulit putih, baik kekerasan secara
psikologi, fisik, maupun kekerasan seksual di reservasi. Akibatnya anak-anak tersebut
mengalami depresi serta trauma. Selain itu, tindakan bunuh diri juga sering terjadi pada
Stolen Generations.

Anda mungkin juga menyukai