Anda di halaman 1dari 14

PAPER SEJARAH EROPA I

“KAISAR NERO, SANG TIRANI DARI IMPERIUM ROMANUM”

Oleh :

- Adriana Lir Aspuri (K4420001)


- Anisa Rahmawati (K4420007)
- Aris Rizky (K4420014)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
SEBELAS MARET 2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kaisar
Nero: Sang Tirani dari Imperium Romanum“ ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Hieronymus Purwanta, M. A. selaku dosen mata kuliah Sejarah Eropa 1
atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah
ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

Surakarta, 16 Juni 2021.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................................................


i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Sejarah Kenaikan Tahta Nero di Romawi........................................................................2
B. Kebijakan Kaisar Nero Pada Masa Pemerintahannya......................................................3
C. Akhir dari Kisah Hidup dan Kekuasaan Kaisar Nero.......................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan.......................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosok Kaisar Nero sebagai seorang Kaisar Romawi terakhir dari Dinasti
JulioClaudian terkenal dengan kisah hidup dan kepemimpinannya sebagai seorang kaisar
yang bengis. Kebengisan Nero dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai seorang
kaisar tercermin melalui berbagai tindakan dan kebijakan yang dilakukan Nero selama
menjadi kaisar. Pembakaran terhadap Roma, pembunuhan yang dilakukan Nero kepada
ibu dan dua istrinya, dan penganiayaan terhadap umat Kristiani adalah bukti dari
kebengisan seorang Nero Claudius. Kisah Nero yang penuh dengan kekejaman dalam
memimpin Imperium Romanum (Kekaisaran Romawi) tersebut menjadi suatu daya tarik
bagi kelompok kami, sehingga kelompok kami memilih tema Kekaisaran dengan judul
“Kaisar Nero, Sang Tirani dari Imperium Romanum” untuk dapat mempelajari dan
membahas tentang Kaisar Nero dalam memimpin Kekaisaran Romawi sebagai seorang
Tiran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kenaikan tahta Kaisar Nero di Romawi ?
2. Bagaimana kebijakan yang diberlakukan oleh Kaisar Nero hingga ia menyandang
julukan sebagai "kaisar bengis" pada masa Romawi Kuno?
3. Bagaimana akhir dari kisah hidup dan kekuasaan Kaisar Nero?

C. Tujuan
a. Mengetahui kenaikan tahta Kaisar Nero di Romawi
b. Mengetahui kebijakan ynag diberlakukan oleh Kaisar Nero hingga ia
menyandang julukan “kaisar terbengis” pada masa Romawi Kuno
c. Mengetahui akhir dari kisah hidup dan kekuasaan Kaisar Nero.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Kenaikan Tahta Nero di Romawi


Nero Claudius Caesar Augustus Germanicus terlahir dengan nama Lucius
Domitius Ahernobarbus pada 15 Desember 37 M di Kota Antium (Anzio) Italia. Nero
merupakan anak dari pasangan Gnaeus Domitius Ahenobarbus dan Agrippina the
Younger. Ia mempunyai hubungan garis keturunan dengan Julius Caesar Augustus yang
merupakan kaisar pertama Romawi, baik dari pihak ibunya (Agrippina) maupun pihak
ayahnya (Gnaeus Domitius). Agrippina merupakan cicit dari Augustus sekaligus saudara
perempuan Caligula, sedangkan Gnaeus Domitius merupakan cucu dari kakak perempuan
Augustus yang bernama Octavia. Gnaeus Domitius meninggal saat usia Nero masih 3
tahun. Sepeninggal Gnaeus Domitius, pada 49 M Agrippina menikah dengan Claudius
yang saat itu menjadi Kaisar Romawi ke 4 sebelum Nero. Agrippina juga memengaruhi
Claudius untuk mengadopsi Nero menjadi anaknya.

Kenaikan tahta Nero menjadi Kaisar Romawi ke-5 tidak terlepas dari peran licik
Agrippina kepada Claudius. Agrippina mempunyai ambisi yang kuat untuk kenaikan tahta
Nero menjadi kaisar Romawi. Ia memengaruhi Claudius untuk mengangkat Nero menjadi
putera mahkota. Diangkatnya Nero menjadi putera mahkota dari Claudius ini tentu
menggeser kedudukan Btitannicus, putra Claudius. Agrippina juga mendorong Claudius
untuk menyetujui pernikahan antara Nero dan putri Claudius, yaitu Octavia.

Nero menjadi pewaris tahta dinasti Julio-Claudians setelah pembunuhan


berencana yang dilakukan oleh Agrippina kepada Claudius berhasil. Agrippina diduga
adalah dalang dari kematian Claudius pada 13 Oktober 54 Masehi. Agrippina
melancarkan pembunuhan terhadap Claudius dengan memberikan hidangan yang
mengandung jamur beracun kepada Claudius. Agrippina menggunakan racun yang diracik
oleh peracik racun terkenal di
Romawi pada masa Nero, yaitu Locusta. Jenis racun yang digunakam oleh Locusta adalah
Amanita Phalloidesa (racun kematian). Racun tersebut ditaburkan ke hidangan Claudius
melalui perantara seorang pelayan Claudius yang bernama Holotus. Setelah memakan
hidangan beracun tersebut kemudian Claudius mengalami berbagai gejala, seperti sakit
perut, sesak napas, tekanan darah rendah, muntah, dan diare, sebelum akhirnya meninggal

2
pada usianya yang ke-64 tahun. Kematian tersebut mengakhiri kekuasaan Claudius yang
sudah bertakhta sejak 41 M.

Tidak hanya melakukan pembunuhan terhadap Claudiyus, untuk melancarkan


kenaikan tahta Nero sebagai Kaisar Romawi, Agrippina juga membunuh anak Claudius
yang bernama Britannicus melalui cara yang digunakannya saat membunuh Claudius,
yaitu menggunakan racun racikan dari Locusta. Nero berhasil naik tahta menggantikan
kepemimpinan Claudius pada tahun 54 M. Kenaikan tahta Nero menjadi penguasa ke-5
Romawi dideklarasikan oleh Pengawal Praetorian dengan prefek nya yang bernama
Sextus Afrainus Burrus. Selain itu Nero juga didampingi oleh seorang filsuf bernama
Lucius Annaeus Seneca yang menjadi gurunya.

B. Kebijakan Kaisar Nero Pada Masa Pemerintahannya


Dalam sepanjang sejarah mengenai sejarah Romawi Kuno, Romawi memiliki
popularitas karena banyaknya kaisar yang memiliki sifat yang “buruk” di mata
masyarakatnya bahkan dunia. Salah satu kaisar yang ternama dari Romawi adalah Nero.
Kaisar Nero Claudius Caesar Augustus Germanicus atau biasa disebut dengan Kaisar
Nero merupakan seorang kaisar kelima sekaligus yang paling akhir dari dinasti di
Kerajaan Romawi, Dinasti Julio-Claudian. Ia memimpin Roma dalam kurun waktu
selama empat belas tahun lamanya, yakni pada Oktober 54‒Juni 68 Masehi. Setiap kali
mendengarkan kata “Nero” hal yang terlintas di pikiran adalah mengenai sifat kebengisan
dan kekejamannya selama pemerintahannya. Di bawah kepemimpinannya itu, Roma
selalu berada dalam bayang-bayang kehancuran.

Kenaikan tahta dari Kaisar Nero tidak lepas dari pemgaruh ibunya yang bernama
Agrippina Muda yang merupakan saudara perempuan dari Kaisar Caligulla, keponakan
dari Augustus, serta bagian dari Dinasti Julian-Claudian. Singkat cerita, ketika Romawi
berada dalam masa pemerintahan Caligulla, Agrippina dipandang sebelah mata oleh
Caligulla serta dianiaya beserta keluarganya. Pasca terbunuhnya Caligulla akibat
pembunuhan yang dilakukan oleh Claudius, nasib Agrippina menjadi berubah karena ia
berhasil dinikahi oleh Claudius, keponakannya. Dalam pernikahannya tersebut, Agrippina
berusaha untuk membujuk Claudius agar anaknya, Nero dijadikan sebagai penerus
tahtanya serta perintah untuk menikahkan putri dari Claudius, Claudia Octavia dengan
Nero. Akan tetapi, agaknya Claudius tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh
Agrippina. Untuk itu, Agrippina merencanakan sebuah pembunuhan berencana
menggunakan racun dengan memanfaatkan putranya, Nero agar dapat melenyapkan

3
Claudius demi kepuasan pribadinya untuk mendapatkan kekuasaan. Sehingga, di umur
yang masih sangat muda, Nero telah menjadi orang yang turut serta membunuh ayah
tirinya sendiri dan menikah dengan saudara tirinya demi menjaga kekuatan dalam garis
keturunannya.

Sedari awal, sudah terlihat bahwa Kaisar Nero merasa dirinya tidak patut untuk
menjadi seorang pemimpin Roma. Dia lebih menyukai pertunjukan teater dan
meluangkan waktunya untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan
seni, seperti bernyanyi serta berpose menggunakan kostum untuk pertunjukan drama.
Kenaikan tahtanya bukanlah berasal dari keinginan dirinya sendiri. Namun, karena
besarnya ambisi dan sifat licik yang ada dalam diri Agrippina untuk dapat menguasai
Romawi, maka ia bersikeras untuk tetap mewujudkan impiannya itu melalui anaknya,
Nero. Ketika belum genap berumur 17 tahun, Nero telah diangkat sebagai seorang kaisar
dengan Agrippina sebagai pendampingnya yang mencoba meyakinkan Nero bahwa
pemerintahan akan berjalan dengan baik bersamanya.

Pada masa lima tahun pertama, di bawah pemerintahannya yang juga dibantu oleh
dua orang menteri, yaitu Seneca dan Burrus, kebijakan yang dilakukan oleh Nero dapat
dikatakan berjalan dengan progresif dan cenderung positif. Ia mendapatkan reputasi yang
baik karena kebijakannya yang baik dalam berpolitik, seperti menawarkan pembagian
kekuasaan bersama senat, menindakpidanakan pelaku korupsi, melarang adanya hukuman
mati, memotong pajak yang terlalu tinggi, serta meniadakan sidang politik yang tertutup.
Agrippina yang posisinya merasa terancam akan kehadiran kedua menteri tersebut terus
menerus menyaingi mereka agar tetap bisa mempertahankan dominasinya dalam
menguasai kerajaan, tetapi Seneca dan Burrus tetap dapat mengendalikan kekuasaannya
tersebut.

Pada tahun 55 Masehi, saudara tiri dari Nero yang bernama Britannicus
dikabarkan meninggal dunia. Dalam klaimnya, Nero mengatakan bahwa penyebab
kematiannya adalah karena adanya epilepsi yang mendadak. Akan tetapi, di dalam catatan
sejarah mengungkapkan bahwa sebenarnya Nero sendirilah yang memberikan racun ke
dalam gelas anggur milik Britanicus ketika sedang diadakan pesta besar di istana.
Kemudian, pada tahun 59 Masehi, target selanjutnya yang disingkirkan oleh Nero adalah
Agrippina, ibunya sendiri. Dalam hal ini, Nero tentu memiliki motif atau alasan di balik
keberaniannya dalam membunuh ibunya tersebut. Seperti yang telah diketahui bahwa
sejak awal, Agrippina merupakan orang yang paling dominan di dalam pemerintahan

4
kekaisaran. Nero merasa bahwa ibunya terlalu mencampuri segala urusan dalam
pemerintahan yang seharusnya merupakan tanggung jawabnya. Sehingga menciptakan
sebuah kesan bahwa Nero adalah pemimpin boneka dari Agrippina.Karena merasa jenuh
akibat perlakuan ibunya tersebut, maka Nero merasa pantas untuk segera menyingkirkan
Agrippina. Dalam menyukseskan rencana pembunuhan terhadap ibunya, Nero
menginginkan agar kematian ibunya tersebut nampak seperti sebuah kecelakaan, sehingga
ia memerintahkan pasukannya untuk membuat sebuah perahu jebakan, yang mana perahu
tersebut akan tenggelam di air ketika ia telah ditumpangi oleh Agrippina. Akan tetapi,
usaha tersebut gagal sebab Agrippina mampu menyelamatkan diri dengan cara berenang
sekuat tenaga menuju ke tepi pantai. Walaupun begitu, Nero tetap bersikukuh untuk
membunuh ibunya. Ia pun lantas mengirimkan beberapa pembunuh untuk segera
membunuh Agrippina yang telah terkapar lemah di tepi pantai. Karena telah mengetahui
bahwa hal tersebut merupakan rencana dari Nero, maka ketika para pembunuh itu tengah
mengelilingi dirinya, ia bersikap passrah sembari menunjukkan perutnya agar
menghunuskan pedang mereka ke perutnya. Dan, berakhirlah sudah kehidupan Agrippina.

Mengenai kehidupan keluarganya, Nero memiliki beberapa istri yang semuanya


berakhir dengan tragis. Pada tanggal 9 Juni 53 Masehi, Nero menikah dengan saudara
tirinya sendiri, yaitu Claudia Octavia. Pada masa pernikahannya dengan Claudia,
kehidupan rumah tangganya tidak berjalan dengan sempurna. Claudia digambarkan
sebagai istri yang sangat perhatian dan begitu menghormati suaminya. Akan tetapi,
ternyata Nero tidak menyukai perilaku yang dilakukan oleh Claudia karena perilakunya
tersebut tidak sesuai dengan ekspektasinya. Sesekali, ketika Nero sedang berada dalam
puncak amarahnya, ia meluapkan emosinya tersebut dengan mencekik Claudia. Selain itu,
Nero juga menginginkan seorang anak dari Claudia, tetapi selama bertahun lamanya, ia
tidak kunjung hamil juga. Tanpa adanya seorang anak, maka tentu tidak akan ada juga
seorang pewaris tahta dari Nero. Kemudian, ia memutuskan untuk menikah dengan
Poppaea Sabina dan berhasil mengandung anak dari Nero. Oleh sebab itu, Claudia lantas
diceraikan dan diusir oleh Nero untuk keluar dari istana karena merasa telah bosan
dengannya. Pengusiran terhadap Claudia tersebut mendapatkan respons yang buruk dari
rakyat Romawi karena Claudia merupakan orang yang dicintai oleh rakyatnya. Namun,
protes tersebut tetap saja tidak digubris oleh Nero. Ia justru memilih untuk mengeksekusi
Claudia pada tanggal 8 Juni 62 Masehi dengan cara memenggal kepalanya kemudian
mengirimkan kepala tersebut sebagai persembahan untuk Poppaea. Pada tahun 63 Masehi,
Poppaea berhasil melahirkan putri pertamanya yang bernama Claudia Augusta. Namun,

5
usianya hanya bertahan hanya selama empat bulan. Pada masa kehamilan keduanya,
hubungan Poppaea dengan Nero tidak berjalan dengan baik. Bahkan suatu ketika pernah
terjadi pertengkaran hebat antara keduanya hingga menyebabkan emosi Nero memuncak
dan menendang perut Poppaea yang kala itu sedang mengandung. Akibat tendangan yang
dilakukan Nero tersebut, Poppaea beserta janin yang dikandungnya meninggal pada saat
itu juga.

Peristiwa yang terjadi pada malam hari tanggal 18 Juli 64 Masehi merupakan
sebuah peristiwa kelam yang sangat menyeramkan bagi masyarakat Romawi. Peristiwa
tersebut disebut dengan Great Fire of Rome atau Api Besar Roma. Kobaran api ini
bergejolak selama enam hari lamanya tanpa henti di Aventine Hill, yang merupakan satu
dari tujuh lereng di Roma yang kemudian setelah beberapa waktu kembali berkobar lagi
selama tiga hari. Dalam waktu sembilan hari tersebut, terjadi berbagai kerusakan parah
pada dua pertiga kota Roma akibat kebakaran tersebut, baik rumah warga maupun istana.
Segala fasilitas yang ada di dalam kota Roma terbakar habis hampir sekitar 70 persen.
Rumor yang beredar mengatakan bahwa Nero-lah yang menjadi pelaku utama dari
pembakaran ini. Namun, pada waktu yang bertepatan dengan kebakaran tersebut, ia tidak
sedang berada di Roma, melainkan berada di sebuah vila yang letaknya sejauh 30 mil dari
kota Roma. Sehingga kecil kemungkinan bahwa ialah yang menjadi orang di balik
peristiwa ini. Akan tetapi, juga ada sedikit kemungkinan bahwa kebakaran tersebut
merupakan “perintah” dari Nero. Setelah mendengar adanya Great Fire ini, Nero
bergegas kembali ke Roma dan memberikan tempat perlindungan di istana untuk para
tunawisma dengan memberikan mereka makanan dan tempat berteduh untuk sementara.
Meskipun begitu, nampaknya desas-desus tentang Nero sebagai aktor dari Great Fire ini
masih terus saja berkembang di masyarakat. Untuk membantah tuduhan sekaligus
memperbaiki citranya, Nero kemudian mengambinghitamkan umat Kristiani, yang pada
waktu itu masih merupakan minoritas di Romawi sebagai pelaku pembakaran kota Roma.
Nero memerintahkan pasukannya untuk mengarak dan membunuh seluruh umat Kristiani.
Setelah mereka semua mati, Nero pun tak segan-segan untuk menyuruh segerombolan
anjing untuk merobek-robek kulit mereka dan beberapa dibakar secara hidup-hidup
layaknya obor yang menyala yang terbuat dari manusia.

C. Akhir dari Kisah Hidup dan Kekuasaan Kaisar Nero.


Memburuknya kondisi finansial sebagai akibat dari berjalannya pembangunan
kembali kota Roma yang telah dibakar oleh Nero dalam peristiwa The Great Fire serta

6
pembangunan Domus Aurea sebagai istana baru bagi Kaisar Nero setelah pembakaran
Roma membuat Nero melakukan berbagai kebijakan terkait mata uang kekaisaran yang
membuat Nero semakin dibenci oleh rakyatnya. Nero melakukan devaluasi terhadap mata
uang, menurunkan kadar dinar perak pada uang koin yang dicetak oleh Roma, serta
menaikkan pajak yang harus dibayar oleh rakyat kepada Nero. Tidak hanya masalah
finansial, kemerosotan pemerintahan Nero juga dilatar belakangi oleh konflik yang terjadi
pada masa-masa akhir sebelum keruntuhan nya. Konflik tersebut adalah terjadinya
pemberontakan di Inggris dan Yudea serta konflik dengan Parthia.

Kebencian masyarakat kepada Nero dan keinginan mereka akan tumbangnya


kekuasaan Nero didiwujudkan dengan adanya pemberontakan Gaul di bawah pimpinan
Julius Gaius Vindex untuk melawan Nero. Ketika Nero pulang dari Yunani setelah ia
meninggalkan Roma untuk menghibur diri dengan menyaksikan pertunjukan seni musik
serta teater, dan mengikuti olimpiade kereta, pemberontakan Gaul yang terjadi di Roma
pada 68 M tidak dapat dibendung oleh Nero. Kondisi Romawi yang kacau membuat
seorang Gubernur dari Gaul yang bernama Gaius Julius Vindex untuk mengalihkan
kesetiannya dari Nero kepada Galba (Servius Sulpicius Galba Caesar Augustus). Galba
merupakan seorang gubernur Romawi di Hispania Tarraconensis yang menyatakan
durinya sebagai utusan Senat dan orang Romawi. Galba juga menyatakan bahwa Nero
adalah musuh rakyat Roma. Merosot nya kekuasaan Nero sebagai Kaisar Romawi juga
diperpah dengan keputusan para Senat serta pengawal Pretorian untuk meninggalkan
Nero dan memilih untuk memberikan dukungannya kepada Galba.

Rakyat Romawi benar-benar sudah tidak menginginkan keberadaan Nero sebagai


penguasa. Rakyat Roma sangat menginginkan kematian Nero, dan Nero juga paham akan
hal ini. Usaha Nero untuk melarikan diri dari Roma agar terhindar dari serangan
orangorang yang akan membunuh dirinya juga gagal, karena Nero tidak lagi mendapatkan
bantuan dari Pretorian yang telah berpihak kepada Galba. Akhirnya Nero memutuskan
untuk melakukan tindakan bunuh diri dan mengakhiri tahta nya di Romawi dengan
sebilah belati yang ditusukkan ke leher Nero. Keputusan Nero untuk melakukan bunuh
diri ini karena ia tidak ingin dieksekusi mati dengan hukuman cambuk yang
dipertontonkan kepada ribuan rakyat Roma yang menunggu kematiannya.

Kematian Nero pada bulan Juni tahun 68 Masehi mengakhiri kekuasaannya


sebagai seorang tiran Romawi, serta mengakhiri masa pemerintahan dinasti Julius-
Claudian yang berlangsung sejak Augustus pada 27 SM. Dengan berakhir nya dinasti

7
Julius-Claudian pada masa Nero maka muncul Kaisar Galba sebagai kaisar baru Romawi
menggantikan Nero. Naiknya Galba menjadi kaisar Romawi yang baru menandai
kemunculan Tahun Empat Kaisar.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Nero Claudius Caesar Augustus Germanicus terlahir dengan nama Lucius
Domitius Ahernobarbus pada 15 Desember 37 M di Kota Antium (Anzio) Italia. Nero
merupakan anak dari pasangan Gnaeus Domitius Ahenobarbus dan Agrippina the
Younger. Kenaikan tahta Nero menjadi Kaisar Romawi ke-5 tidak terlepas dari peran
licik Agrippina kepada Claudius. Agrippina mempunyai ambisi yang kuat untuk
kenaikan tahta Nero menjadi kaisar Romawi.

Pada masa lima tahun pertama, di bawah pemerintahannya yang juga dibantu
oleh dua orang menteri, yaitu Seneca dan Burrus, kebijakan yang dilakukan oleh Nero
dapat dikatakan berjalan dengan progresif dan cenderung positif. Akan tetapi, pada
masa selanjutnya, Nero berubah menjadi sosok pemimpin yang begitu menakutkan
untuk para rakyatnya. Kebijakan-kebijakan yang diambil dinilai sangat merugikan
banyak pihak hingga selama kepemimpinannya itu ia mendapatkan label sebagai
“Kaisar Keji” di masa Romawi Kuno. Label tersebut erat kaitannya dengan tindakan
gila yang ia ambil, seperti membunuh saudara dan ibu kandungnya sendiri, membunuh
kedua istrinya, serta pembantaian besar-besaran terhadap umat Kristen yang masih
menjadi minoritas pada masa itu. Pembakaran Kota Roma yang dapat dikatakan
sebagai pusat dari Romawi Kuno pun menyebabkan kerugian yang tidak ada habisnya.
Hal tersebut mengakibatkan reputasi Nero kian merosot di kalangan rakyatnya.

Masa akhir dari Nero terjadi ketika Nero tidak sanggup mengatasi
permasalahan finansial yang terjadi di Romawi Kuno. Oleh karena itu, ia menerapkan
berbagai kebijakan untuk dapat menutupi masalah tersebut. Namun, kebijakan yang

8
diambil tersebut justru menjadi boomerang bagi Nero, karena secara tidak langsung
tindakannya menyebabkan dirinya sendiri berada di ambang kehancura masa
kepemimpinannya. Kebijakan yang menyebabkan pro kontra tersebut direspons
dengan adanya Pemberontakan yang dilancarkan oleh Gaius Julius Vindex.

Pada tahun 68 Masehi, Nero dikabarkan meninggal dunia akibat bunuh diri
sebagai upayanya untuk menghindari hukuman yang diberikan oleh rakyatnya akibat
perbuatan yang dilakukannya. Kematian Nero ini memulai adanya sebuah babak baru,
bernama Tahun Empat Kaisar.

B. Saran
Kami sebagai penulis paper menyadari bahwa dalam penulisan kami masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami membutuhkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sebagai sebuah bahan evaluasi untuk ke
depannya agar kami dapat berproses lebih baik lagi dalam melakukan penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Addley Esther. (2021, 22 April). Was Nero Cruel? British Museum Offers Hidden Depths to
Roman Emperor. Diakses dari
https://www.theguardian.com/culture/2021/apr/22/wasnero-cruel- british-museum-
offers-hidden-depths-to-roman-emperor

BBC. Historic Figures: Nero (37-68 AD). Diakses dari


http://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/nero.shtml

Daily History. What Was The Impact of The Emperor Nero on The Roman Empire?. Diakses
dari
https://dailyhistory.org/What_was_the_impact_of_the_Emperor_Nero_on_the_Roma
n_Empire?.

History.com editors. (2019). Nero. Diakses dari

https://www.google.com/amp/s/www.history.com/.amp/topics/ancient-history/nero

9
Indozone.id. (2020). Kaisar Neto, Kaisar Terkejam dalam Sejarah Romawi.

Diakses dari
https://www.google.com/amp/s/www.indozone.id/amp/0ysX8qJ/kaisarnero-kaisar-
terkejam-dalam-sejarah-romawi

Jarus, Owen. (2014). Emperor Nero: Facts & Biography. Diakses dari

https://www.google.com/amp/s/www.livescience.com/amp/40277-emperor-

nerofacts.html

Kristanti, Elin Yunita. (2018). 8-6-68: Aksi Bunuh Diri Kaisar Romawi Nero, Manusia

Paling Kejam di Muka Bumi. Diakses dari


https://m.liputan6.com/global/read/3554450/8-6-68-aksi-bunuh-diri-kaisar-
romawinero-manusia-paling-kejam-di-muka-bumi

Kumparan. (2021). Locusta, Ahli Racun Pembunuh Berantai Pertama dalam Sejarah.

Diakses dari
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/potongannostalgia/locusta-
ahli-racun-pembunuh-berantai-pertama-dalam-sejarah1vDsfSMeUx9

Sky History. Was Nero Responsible For The Great Fire of Rome?. Diakses dari

https://www.history.co.uk/article/was-nero-responsible-for-the-great-fire-of-rome

The Editors of Encyclopedia Britannica. (2021). Nero, Roman Emperor. Diakses dari

https://www.britannica.com/biography/Nero-Roman-emperor

Tomes, Luke. (2021, 21 Januari). 10 Fascinating Facts About Emperor Nero.

Diakses dari https://www.historyhit.com/facts-about-emperor-nero/

Wilkes, Jonny. (2020). Emperor Nero: The Tyrant of Rome. Diakses dari

https://www.historyextra.com/period/roman/emperor-nero-facts-biography-

tyrantcrimes-accomplishments/

10
11

Anda mungkin juga menyukai