Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKHIR SEMESTER

Bust of Roman Emperor Nero:


Sebuah Refleksi atas Kekuasaan Seorang Pemimpin

(Tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai ujian mata kuliah Arkeologi Kristiani)

Dosen Pengampu :

Y.P.H. Jelantik, STL

OLEH:
GABRIEL GALLILEO
700119002

INSTITUTUM THEOLOGICUM
IOHANNIS MARIAE VIANNEY SURABAYANUM
2020
Pengantar
Bust of Roman emperor Nero menjadi gambaran kejahatan kekaisaran Romawi yang
dipimpin oleh Nero sebagai salah satu penjahat terbesar di dalam sejarah dan membuat nama
Nero kemudian menjadi identik dengan kejahatan. Selama masa pemerintahannya Nero
memprakarsai serangan ke Yerusalem yang berakhir dengan kehancuran kota dan Kuil di bawah
Vespasian dan akhirnya Titus pada tahun 70 M. Titus menjadi Kaisar Roma pada 79 M ketika
ayahnya Vespasian meninggal dan dia menyelesaikan dan mendedikasikan Amfiteater Flavia
(Colosseum). Patung Nero menjadi nilai penting dalam studi Arkeologi Kitab Suci
mengungkapkan bagaimana sesungguhnya citra Kaisar tersebut yang melakukan penganiayaan
terhadap orang-orang Kristen dengan berat dan memerintahkan penghancuran terhadap kota
Yerusalem pada tahun 68 M tepat sebelum ia bunuh diri.
Hal ini hendak mengungkapkan bagaimana kehancuran Yerusalem juga telah diramalkan
oleh Yesus 40 tahun sebelumnya:

"Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu
orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.
Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai
sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan!" (Matius 23: 37-39)

Masa pemerintahan Kaisar Nero menjadi sebuah pengalaman yang menarik untuk
diperdalam untuk memperoleh gambaran bagaimana situasi yang terjadi pada masa
pemerintahan Kaisar Nero. Banyaknya catatan sejarah berusaha untuk mengungkapkan
bagaimana situasi saat Kaisar Nero berkuasa. Tentu, banyak perdebatan terkait dengan catatan-
catatan tersebut yang menyatakan bahwa masa pemerntahan Kaisar Nero sangatlah kejam, tetapi
di sisi lain menyatakan tidak semua sikap dari Kaisar Nero buruk. Melalui tulisan ini, penulis
hendak menyajikan catatan-catatan terkait dengan masa pemerintahan Kaisar Nero dikaitkan
dengan pengalaman iman yang tertuang dalam Kitab Suci.
Riwayat Tiberius Claudius Nero
Nero merupakan Putra dari keluarga terkemuka Romawi tua, Domitti. Berdasarkan garis
keturunan ibunya, Ia merupakan piut dari Agustus yang kemudian diangkat oleh Kaluidius ahli
warisnya untuk naik takhta menjadi seorang kaisar pada tahun 54 M. Kekejaman kekuasaan
sekaligus kelemahannya dalam memimpin kekaisaran Romawi pada akhirnya menghancurkan
kebanggaan keluarganya yang telah sekian lama berkuasa dengan sikap dan perilakunya yang
buruk. Sebagai seorang pemuda yang penuh dengan semangat dan cita-cita yang luar biasa, Ia
1
mempermalukan zamannya dengan hasil karya-karya artistiknya. Nero menjadi objek pujaan
bagi orang Yunani yang tidak jemu-jemunya menyanjung keinginnan Nero untuk memperoleh
hadiah-hadiah di dalam pesta-pesta kesusastraan. Nero dikenal sebagai sosok pemimpin yang
kejam, bahkan oleh kalangannya sendiri.1
Pada delapan tahun pertama dalam masa pemerintahannya, Ia memimpin kekaisaran
Romawi dengan cukup stabil berkat bantuan dari para penasihat kaisar yang cukup pandai.
Setelah masa-masa tersebut, Nero tidak dapat dikendalikan lagi sehingga menjadi tidak lagi
populer di mata para bangsawan maupun masyarakat. Kesombongan serta kehausan akan
kekuasaan yang timbul dari dalam hatinya tidak lagi dapat dibendung. Hal ini terbukti lewat
sikapnya yang begitu kejam, sampai-sampai sahabat, anak-anak, dan bahkan isterinya sendiri
dibunuh atas dasar kecurigaan. Kebakaran yang menghanguskan separuh kota Roma sekitar
tahun 64, membuat popularitasnya menjadi hancur. Muncul berbagai macam tuduhan bahwa
Nero yang menjadi tokoh yang memerintahkan untuk membebaskan tanah demi pembangunan
istananya. Menyikapi tuduhan tersebut, Nero dengan cerdik menimpakan tuduhan tersebut
kepada orang-orang Kristen, sehingga banyak diantara ditangkap dan dibunuh secara sadis.2
Fakta dalam Kitab Suci
Masa pemerintahan kekaisaran Romawi yang dipimpin oleh Nero dinilai sangat kejam
dan tidak menempatkan hati dalam segala keputusan yang dibuatnya. Oleh karena kekuasaan, ia
bertindak seturut dengan kepentingannya pribadi tanpa memperdulikan masyarakat bahkan
keluarganya sendiri. Hal ini juga dapat ditinjau dari tulisan yang tertuang dalam Kitab Suci yang
menjadi bukti akan kekejaman kekuasaan dari Kaisar Nero.
Dalam Kisah Para Rasul di ceritakan bahwa;
(Kis. 5:8) Sebaliknya Paulus membela diri, katanya: "Aku sedikit pun tidak bersalah,
baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi maupun terhadap Bait Allah atau terhadap Kaisar."
25:9 Tetapi Festus yang hendak mengambil hati orang Yahudi, menjawab Paulus, katanya:
"Apakah engkau bersedia pergi ke Yerusalem, supaya engkau dihakimi di sana di hadapanku
tentang perkara ini?" (Kis.25:10) Tetapi kata Paulus: "Aku sekarang berdiri di sini di hadapan
pengadilan Kaisar dan di sinilah aku harus dihakimi. Seperti engkau sendiri tahu benar-benar,
sedikit pun aku tidak berbuat salah terhadap orang Yahudi. (Kis.25:11) Jadi, jika aku benar-
benar bersalah dan berbuat sesuatu kejahatan yang setimpal dengan hukuman mati, aku rela mati,
tetapi, jika apa yang mereka tuduhkan itu terhadap aku ternyata tidak benar, tidak ada seorang
pun yang berhak menyerahkan aku sebagai suatu anugerah kepada mereka. Aku naik banding
kepada Kaisar!" (Kis. 25:12) Setelah berunding dengan anggota-anggota pengadilan, Festus
menjawab: "Engkau telah naik banding kepada Kaisar, jadi engkau harus pergi menghadap
Kaisar."
1
Enslikopedi Alkitab Masa Kini (judul asli: The New Bible Dictionary), Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM,
Jakarta:1995, hlm. 153.
2
A Heuken SJ., Enslikopedi Gereja, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta:2005, hlm. 31-32.
2
(Kis.25:21) Tetapi Paulus naik banding. Ia minta, supaya ia tinggal dalam tahanan dan
menunggu, sampai perkaranya diputuskan oleh Kaisar. Karena itu aku menyuruh menahan dia
sampai aku dapat mengirim dia kepada Kaisar." (Kis.27:24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus!
Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang
ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (Kis.28:19) Akan
tetapi orang-orang Yahudi menentangnya dan karena itu terpaksalah aku naik banding kepada
Kaisar, tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku.

Kisah di dalam Kisah Para Rasul ini tentu menjadi gambaran bagaimana kekaisaran
Romawi berkuasa dan memerintah, secara khusus pada masa kepemimpinan Kaisar Nero.
Kekuasaan tertinggi tetap menjadi milik kekaisaran, sehingga segala keputusan berada
sepenuhnya di tangan kaisar. Oleh karena itu, situasi yang dialami oleh Paulus hendak
menunjukkan bagaimana kekuatan penuh kekaisaran Romawi tidak dapat dikompromikan.
Demikian Paulus mengajukan banding kepada kaisar seturut dengan hukum yang berlaku.
Bukti-bukti Arkeologis
Pada saat itu, daerah kekuasaan Nero sangatlah luas, membentang mulai dari bagian
utara daerah Britania selatan hingga ke selatan daerah Maroko, daerah timur Atlantik hingga
barat laut Kaspia sedemikian kuat penampilan luarnya. Namun Roma justru ada di pusat dari
seluruh negara imperialis itu, dan Nero pun memegang tampuk kekuasaan secara total, segala
kekuasaan negara berada di tangan sang kaisar seorang. Satuan tentara Roma adalah basis dari
kekuasaannya. Rakyat tak punya hak bicara, lembaga tinggi negara sepertinya hanya nama saja.
Kaisar ialah penguasa tertinggi, hukum dan segala perangkatnya ada dalam genggamannya.
Nasib orang di seluruh negeri tergantung pada suka atau tidaknya sang kaisar seorang. Pada saat
Nero mewarisi takhta kerajaan, Roma waktu itu masih tergolong sangat makmur, termasuk
bagian dari tahun yang paling makmur dan jaya di sejarah Roma. Akan tetapi kecemerlangan
segemerlap apa pun tetaplah sebuah kecemerlangan yang tersisa, ditambah lagi dengan sifat
bawaan Nero yang jahat dan tidak terkendali, maka dengan cepat sekali mengembang, jadi saat-
saat yang baik pun layu dengan cepat seperti bunga. Pada malam tanggal 18 Juli 64 M, terjadi
kebakaran besar di Roma. Berlangsung selama 39 hari, 3 daerah musnah terbakar, 7 rusak berat,
sisanya 4 dari 14 daerah seluruhnya.3

Menyikapi kecaman dari kebakaran yang disengaja, Nero memilih penganut Nasrani
untuk mengemban tanggung jawab, pertama-tama ia menuduh merekalah yang melakukan
pembakaran secara sengaja, lalu menuduh mereka "bermusuhan terhadap umat manusia".
Karena kebanyakan penganut Nasrani waktu itu orang miskin semuanya, budak belian dan orang

3
Nero, https://en.wikipedia.org/wiki/Nero, diunduh pada tanggal 15 Oktober 2020, pk. 17.45 WIB.
3
asing, jadi untuk menindas mereka itu sangatlah mudah. Tapi justru karena Nero dalam
kedudukan yang sangat kuat dan lupa daratan, tiba-tiba di Italia bagian tengah kota Napules
muncul seorang ahli kebatinan, dia beteriak dengan keras dari bawah tembok dan mencela Nero
adalah seorang raja lalim serta bengis dan juga mengatakan bahwa arwah Britannicus tidak akan
membiarkan selamanya. Akhirnya, ahli kebatinan ini dijebloskan ke dalam penjara, setiap orang
mengira bahwa pasti dia bakal mati karena siksaan berat, namun siapa pula bakal tahu bahwa dia
adalah seorang yang sakti, tak sampai setengah hari sudah lolos dari penjara. Sejak saat itu,
orang Roma menyebutnya seorang ahli kebatinan pembalas dendam, Nero yang marah besar
karena dipermalukan, mengutus orang untuk menangkapnya ke semua tempat, namun ternyata
gagal.4
Kekayaan Nero yang luar biasa, kekuasaan yang mengerikan, pembunuhan secara gila-
gilaan dan penindasan terhadap kaum Nasrani itu, membangkitkan rasa kontra bagi lembaga
tinggi negara. Tak seorang rakyat yang tidak terasa benci terhadapnya. Dari kalangan rakyat
kecil, tentara, orang terkemuka dan terpandang hingga pejabat tinggi, serta parlemen, tidak tahan
terhadap pemerintahan tirani itu. Pada saat menjelang fajar, tiba-tiba dari kejauhan sana
terdengar suara teriakan manusia dan pekikan kuda, karena tempat persembunyiannya telah
diketahui. Nero yang sudah putus asa itu meletakkan sebilah belati ke tangan seorang jongos,
lalu menggenggam tangan sang jongos untuk menusukkannya ke leher dia sendiri. Dia berteriak
dengan kencang sekali dan tersungkur ke dalam genangan darah. Nero meninggal pada usia 31
tahun dan telah bertakhta 14 tahun lamanya.5
Kebenaran Fakta
Pada tahun 2007, saat melakukan studi dampak untuk jalur kereta bawah tanah baru yang
akan menembus jantung kota, seorang arkeolog Romawi dengan Kementerian Kebudayaan Italia
bernama Fedora Filippi sedang menggali langsung di bawah Corso Vittorio Emanuele II yang
sibuk ketika dia menemukan pangkalan sebuah kolom. Menggali lebih jauh, di bawah gedung
era Mussolini di sepanjang Piazza Navona, Filippi menemukan serambi dan di dekatnya, tepi
kolam. Butuh lebih dari satu tahun analisis stratigrafi dan meneliti teks-teks sejarah sebelum dia
menyimpulkan bahwa dia telah menemukan gimnasium umum yang sangat besar yang dibangun
oleh Nero beberapa tahun sebelum Kebakaran Besar 64. Gimnasium adalah bagian dari
perubahan besar yang dibawa Nero di Roma. Dia memperkenalkan konsep budaya Yunani dan
dengan itu, ide pendidikan fisik dan intelektual pemuda, dan segera menyebar ke seluruh
kekaisaran. Sebelumnya, pemandian semacam itu hanya untuk kaum bangsawan. Ini mengubah
hubungan sosial, karena menempatkan semua orang pada level yang sama, dari senator hingga

4
Nero, https://en.wikipedia.org/wiki/Nero, diunduh pada tanggal 15 Oktober 2020, pk. 17.45 WIB.
5
Ibid.
4
penunggang kuda. Selain Gimnasium Neronis, bangunan umum kaisar muda termasuk
amfiteater, pasar daging, dan kanal yang diusulkan yang akan menghubungkan Napoli ke
pelabuhan Roma di Ostia untuk melewati arus laut yang tidak dapat diprediksi dan memastikan
perjalanan yang aman dari makanan kota. Usaha semacam itu membutuhkan biaya, yang
biasanya diperoleh kaisar Romawi dengan menyerbu negara lain. Tapi pemerintahan Nero yang
tidak berperang menutup pilihan ini.6
Refleksi
Kekaisaran Romawi dibawah pimpinan Nero penuh dengan pertanyaan akan
kebenarannya. Kaisar Nero yang dinilai kejam dalam kepemimpinannya tidak bisa secara cermat
dinilai, karena ini menyangkut karakter kepribadian seseorang. Hal yang dapat diupayakan
adalah mempelajari beberapa catatan sejarah dan meneliti peninggalan-peninggalan bekas
kekaisaran Romawi. Kekejaman, keegoisan, keserakahan Nero dapat tergambar jelas melalui
luasnya wilayah yang dapat ia kuasai, juga situs-situs bangunan yang amat besar dan terbilang
megah pada zaman itu. Hal ini cukup menggambarkan bagaimana Nero memerintah kekaisaran
Romawi dengan penuh hasrat untuk memenuhi kepentingan diri, haus akan pujian dan penuh
dengan kekerasan oleh karena tidak ingin takhtanya direbut.
Kisah kuno kekaisaran Romawi di bawah pemerintahan Nero ini tidak hanya tercatat
dalam sejarah, tetapi juga digambarkan dalam Kitab Suci. Hal ini semakin mempertegas
bagaimana situasi yang terjadi selama pemerintahan Nero berkuasa, di mana orang-orang
Kristiani menjadi korban kekejaman Nero sepertoi yang dialami oleh Paulus dan Petrus.
Pengalaman ini tentu menarik untuk direfleksikan sebagai sebuah pembelajaran bagaimana
seharusnya menjadi seorang pemimpin yang sejati. Seorang pemimpin sejati pertama-tama
mengupayakan kesejahteraan rakyatnya dan tidak serta-merta memenuhi kepentingannya
sendiri. Seorang pemimpin yang sejati mengutamakan hati yang penuh kebijaksanaan, adil,
terbuka dan rendah hati. Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan Nero sangatlah kejam, itu
semua disebabkan karena keserakahan yang tidak lagi dapat dibendung akan kekuasaan yang
gemilang. Kebijaksanaan seorang kaisar tidak dinilai sejauh mana ia dapat membangun sebuah
kerajaan, memperluas kerajaan, tetapi bagaimana ia memiliki keutamaan-keutamaan dalam
memimpin seluruh rakyatnya.

6
Robert Draper, Rethinking Nero, https://www.nationalgeographic.com/magazine/2014/09/emperor-nero/,
diunduh pada tanggal 15 Oktober 2020, pk. 18.05 WIB.
5

Anda mungkin juga menyukai