Anda di halaman 1dari 5

Super Hornet Tersingkir dari Program FFCP Kanada

Ada kabar terbaru dari Kanada terkait pengadaan pesawat tempurnya, mengutip laporan
TheDrive.combahwa pesawat F/A-18E/F Super Horner telah tersingkir dari kompetisi pesawat tempur
masa depan negara itu. Berita tersebut juga sudah dikondirmasi melalui Governtment of Canada pada
hari Rabu (01/12/2021). Hal itu tentu saja membut Boeing merasa kecewa berat karena gagal
mengamankan kontrak bernilai fantastis dari negara tersebut.

Kanada sendiri meluncurkan program bernama Future Fighter Capability Project (FFCP) pada Oktober
2018, program ini bertujuan untuk mencari pesawat tempur baru untuk menggantikan armada CF-18
Hornet mereka yang sudah menua. Kanada menggelontorkan dana sekitar US$ 14 miliar untuk membeli
pesawat tempur baru, di mana mereka dikabarkan mengincar sekitar 88 jet tempur baru.

Pada tahun 2018 Kanada menrerbitkan proposal pra-kualifikasi kepada beberapa manufaktur pesawat
tempur ternama, tercatat ada lima manufaktur yang ikut dalam program FFCP. Kelima manufaktur itu
antara lain Boeing yang menawarkan F/A-18E/F Super Hornet Block III, Saab menawarkan Gripen,
Lockheed menawarkan F-35, Rafale buatan Prancis, serta Eurofighter Typhoon buatan konsorsium
negara-negara Eropa. Dari kelima peserta tersebut, Typhoon dan Rafale akhirnya mengundurkan diri
sebelum program itu dimulai.

Quote:

Super Hornet Tersingkir dari Program FFCP Kanada

F/A-18E Super Hornet Block III.

Foto: US Navy

Tidak tepilihnya manufaktur pesawat asal Eropa yang terlibat dalam FFCP pun mengundang berbagai
kecurigaan, beberapa manufaktur pesawat di Eropa menuduh jika kompetisi yang dilakukan Kanada
bertujuan hanya untuk memberi kesempatan kepada manufaktur asal Amerika. Ditambah dengan
eratnya hubungan AS dan Kanada dalam hal pertahanan, membuat negara ini sulit untuk tidak membeli
pesawat buatan AS.
Tapi hal menarik dari program FFCP Kanada adalah lolosnya Gripen dalam program ini, menjadikannya
sebagai satu-satunya pesawat asal Eropa yang masih bertahan. Namun, jika yang tersingkir justru Super
Hornet, maka lawan Gripen saat ini adalah F-35. Dan kemungkinan Gripen untuk terpilih sangat kecil,
meski pesawat ini menawarkan biaya operasional dan harga jual yang lebih murah.

Program Pesawat Tempur Kanada Membingungkan

Walaupun TS bukan warga Kanada, tapi melihat proses pengadaan pesawat tempur negara tersebut, TS
jadi ingat program pengadaan pesawat tempur di negeri sendiri yang tak kalah membingungkan.
Sebagai tambahan informasi gan, Kanada sendiri sebenarnya juga masih terlibat dalam proyek "Joint
Strike Fighter" yang melahirkan F-35. Tapi yang menarik, meski Kanada terlibat dalam proyek JSF,
mereka justru tidak terikat kontrak untuk membeli pesawat tersebut. Mereka hanya berpartisipasi
dalam bentuk investasi uang dan kerja sama pembuatan suku cadang F-35.

Menurut TheDrive.com Kanada telah menjadi anggota program F-35 sejak awal, tetapi hanya sebagai
mitra industri “Level 3” tanpa komitmen kuat untuk membeli pesawat. Kontrak ini membantu
perusahaan kedirgantaraan Kanada mengamankan lusinan kontrak terkait dengan pengembangan dan
produksi Joint Strike Fighter. Pada tahun 2010, pemerintah yang dipimpin Partai Konservatif Kanada
mengumumkan rencana untuk membeli 65 F-35. Namun, prosesnya berjalan lambat dan mendapat
banyak kritik dari partai-partai oposisi.

Dan ketika Partai Liberal memenangkan pemilihan pada tahun 2015, Perdana Menteri baru Justin
Trudeau bersumpah untuk membatalkan kesepakatan pembelian pesawat tersebut dan membuka
kembali program tender pengadaan pesawat tempur. Sementara itu, pihak Lockheed Martin terasa tidak
ikhlas dan keberatan jika Kanada membuka tender pengadaan pesawat tempur baru pada tahun 2018
lalu. Mereka berharap agar Kanada berkomitmen penuh pada program JSF, karena mereka sudah ikut
program ini sedari awal, dan pada akhirnya Lockheed ingin Kanada memilih F-35 daripada pesawat yang
lain.

Quote:

Super Hornet Tersingkir dari Program FFCP Kanada


CF-18A+.

Foto: Royal Canadian Air Force

Pada tahun 2017 Perdana Menteri Justin Trudeau mememparkan wacana mengakusisi Super Hornet
sebagai pesawat sementara sembari mencari pesawat tempur apa yang layak digunakan Angkatan
Udara Kanada di masa depan. Namun, apesnya pada tahun 2017 terjadi perselisihan terkait perjanjian
perdagangan antara Boeing dan perusahaan pesawat Kanada Bombardier, yang akhirnya menyebabkan
berbagai ancaman sanksi ekonomi baik dari Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Kanada
Trudeau. Kanada kemudian membeli F/A-18A/B Royal Australian Air Force untuk melengkapi CF-18 yang
ada, keputusan ini pada akhirnya menuai kritik keras di dalam negeri.

Perselisihan itu pada akhirnya mengakhiri kesepakatan yang sudah direncanakan untuk membeli
sejumlah F/A-18E/F baru sebagai jet tempur sementara. Dan setahun kemudian Kanada baru
meluncurkan program FFCP, di mana Boeing masuk dalam tender tersebut. Dan sejak saat perselisihan
itu, Boeing telah menghadapi tantangan spesifiknya sendiri dalam memasukkan Super Hornet ke dalam
kompetisi jet tempur Kanada. Kemungkinan perselisihan pada tahun 2017 adalah salah satu faktor
penyebab tersingkirnya Super Hornet.

Quote:

Super Hornet Tersingkir dari Program FFCP Kanada

Gripen E milik Brazil.

Foto: Linus Svensson/Saab


Menurut Boeing, angka untuk biaya operasional Super Hornet sekitar US$ 18.000 pada tahun fiskal
2020, sementara F-35 menghabiskan biaya operasional US$ 33.600 pada tahun fiskal yang sama. Boeing
juga telah lama menggembar-gemborkan bahwa penawaran Super Hornet ke Kanada akan memberi
kemampuan yang akan menjadi nilai khusus bagi negara tersebut, terutama untuk misi domestik dan
asing, termasuk tangki bahan bakar yang disesuaikan dan sistem sensor pencarian dan pelacakan
inframerah (IRST) pod. Perusahaan juga menekankan bagaimana infrastruktur CF-18 milik RCAF yang ada
sekarang akan dengan mudah diintegrasikan ke Super Hornet. Selain itu Boeing juga menjamin
tersedianya 250.000 lapangan pekerjaan baru di Kanada untuk 4 dekade mendatang.

Sementara itu, Gripen yang menjadi kandidat satu-satunya asal Eropa sepertinya akan menawarkan
proses pengembangan dan produksi suku cadang Gripen bersama dengan Kanada. Hal tersebut
sebelumnya telah sukses mereka terapkan kepada Brazil, di mana kini Brazil mulai memproduksi Gripen
di dalam negeri serta ikut mengembangkan Gripen F varian dua kursi.

F-35 Akan Terpilih Lagi

Sementara itu dua pesaing Eropa lainnya, Eurofighter Typhoon, dan Dassault Rafale, keduanya
meninggalkan kompetisi sebelum dimulai, mereka mengeluh bahwa proses tersebut menguntungkan
perusahaan AS. Dan dengan demikian, mungkin diharapkan bahwa F-35A sekarang akan menjadi favorit
untuk program FFCP, terutama karena Kanada masih terus membayar program F-35 sebagai mitra
industri.

Mengutip laporan skiesmag.com Kanada sampai saat ini masih membayar uang program F-35 untuk
mempertahankan posisinya sebagai negara-negara yang berpartisipasi dalam program pembangunan
yang dipimpin AS. Pembayaran terakhir sebesar US$ 71,7 juta terjadi pada bulan Juli 2021, sehingga
total investasi Kanada dalam program F-35 menjadi US$ 613 juta sejak tahun 1997. Pemerintah
mengatakan investasi tersebut menghasilkan kontrak senilai US$ 2 miliar untuk pertumbuhan bisnis
Kanada.

Memang agak aneh jika Kanada membuka tender pesawat baru di saat mereka sudah berpartisipasi
selama 24 tahun dalam program JSF, dan selama hampir lebih dari dua dekade sebenarnya mereka bisa
meningkatkan status mereka dalam program JSF ini. Ditambah dengan semakin banyaknya negara yang
ingin meminang F-35, tentu pundi-pundi dollar akan mengalir terus ke kas Kanada setiap tahunnya. Dan
meski Gripen masih masuk dalam nominasi, sepertinya pesawat ini tidak akan terpilih. Mengingat
Kanada selalu memakai pesawat tempur buatan AS untuk memudahkan mereka dalam misinya bersama
AS.

Lalu, apa yang sebenarnya diinginkan Kanada dari program Future Fighter Capability Project ?

Quote:

Super Hornet Tersingkir dari Program FFCP Kanada

F-35A

Foto: USAF

Referensi Tulisan: TheDrive.com, Governtment of Canada& skiesmag.com

Sumber Foto: sudah tertera di atas

Anda mungkin juga menyukai