Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Asma bronkiale adalah penyakit saluran nafas dengan
karakteristik berupa peningkatan reaktifitas (hiperaktifitas) trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi berupa
penyempitan saluran nafas yang menyeluruh. ( Leksana, dkk, 2005 )
Asma adalah penyakit obstruktif yang dapat pulih yang dicirikan
oleh peningkatan reaktifitas trakea dan bronkus terhadap rangsangan,
dimanifestasikan oleh mengi, dan dispnea, penyempitan karena
kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa, dan peningkatan
sekresi. ( Susan Martin Tucker, 1998 )
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma
bronkial :
 Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkial jika terpapar dengan faktor pencetus.
 Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contoh : debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan dan obat-
obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam, dan jam tangan.
 Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
 Stres
Stres/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stresnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
 Olahraga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tipe, yaitu :
 Ekstrinsik (Alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang di sebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering di hubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
 Intrinsik (non alergik0
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
 Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non alergik.
D. Patofisiologi
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, sumbat mukus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas
menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal
tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa di ekspirasi. Keadaan
hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran
gas berjalan lancar. Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada
saluran nafas yang besar besar, sedang, maupun kecil. Gejala mengi
menandakan ada penyempitan di saluran napas besar , sedangkan pada
saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding
mengi. Penyempitan saluran napas pada asma akan menimbulkan hal-hal
sebagai berikut ;
1. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi.
2. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak
setara dengan sirkulasi darah paru.
3. Gangguan difusi gas tingkat alveoli
Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan :
a. Hipoksemia
b. Hiperkapnia
c. Asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut
E. Manifestasi klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan,
serta tanpa otot-otot bantu pernafasan, mengi (wheezing), batuk, dan
pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan
asam yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain :
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi,
dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam
hari.
F. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul antara lain :
1. Status amatikus, adalah setiap serangan asma ringan atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refracter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi intensif.
2. Atelektasis, adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia, adalah tubuh kekurangan oksigen.
4. Pneumotoraks, adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema, adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
laus.
G. Penatalaksaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah
1. Menghilangkan obstuksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya
mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerja sama dengan dokter dan perawat yang
merawat.
4. Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkial terbagi dua yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencentus
- Pemberian cairan
- Fisioterpi
- Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator, merupakan obat yang melebarkan saluran
nafas. Terbagi dalam dua golongan :
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat : orsiprenalin (alupent), fenoterol (barotec),
terbutalin (bricasma)
b. Santin (teofilin)
Nama obat : aminofilin (amicam supp), aminofillin
(euphilin retard), teofilin (amilex). Penderita penyakit
lambung sebaiknya harus hati-hati dengan penyakit ini.
- Kromalin, kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan
obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan
bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya bru
terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Biodata
1). Identitas Klien

Nama : Tn. B

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat :Jl. Perunggu Utara no.5


Podosugih, Pekalongan

Diagnosa Medis : Astma Bronchiale

b. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data
sebagai berikut :
1. TD : 120/80 Mmhg
2. RR : 27 x/ menit
3. Nadi : 82x/menit
4. Terdengar bunyi ronchi
5. Terlihat banyak lendir diarea mulut
6. Pasien tidak dapat melakukan batuk efektif
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk
yang tidak efektif.
b. Ketidakefektifan pola nafas ditandai dengan klien
terlihat sesak nafas, terdengar bunyi ronchi dan
terlihat banyak lendir diarea mulut. RR: 27x/ menit,
TD: 120/80 Mmhg, Nadi : 82x/menit
c. Defisit perawatan diri.
d. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari batas normal
beruhubungan dengan penurunan masuka peroral
dan peningkatan metabolik.
3. Perencanaan keperawatan
a. Gangguan pola tidur :
- Memberikan kondisi dan suasana tempat klien
yang nyaman dan kondusif.
- Memposisikan pasien dengan posisi flowler
yaitu posisi setengah duduk dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi.
b. Ketidakefektifan pola nafas :
- Memposisikan pasien dengan posisi flowler
yaitu posisi setengah duduk dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi.
- Kolaborasi pemberian oksigen 2ltr/menit.
- Kolaborasi pemberian obat salbutamol 3x1.
- Kolaborasi pemberian obat ambroxol 3x1.
c. Defisit perawatan diri :
- Mengajari keluarga klien bagaimana cara
perawatan diri terhadap klien.
- Membantu klien dalam perawatan diri
d. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan :
- Menyarankan pasien untuk makan teratur
- Memberi tahu keluarga agar menjaga
keseimbangan nutrisi pasien
4. Implementasi
- Mengkaji frekuensi nafas dan mencatat rasio
inspirasi dan ekspirasi
- Memberikan penjelasan kepada klien untuk
banyak minum air putih.
- Mengajarkan klien batuk efektif
- Mengobservasi karakteristik batuk
- Memberikan obat sesuai resep dokter :
Salbutamol 3x1
Ambroxol 3x1
- Mengatur posisi pasien flowler
- Memberikan kolaborasi oksigen
- Mengajarkan perawatan oral
- Mengkaji tingkat kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas sehari-hari
5. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi dari rencana
keperawatan diperoleh data sebagai berikut :
- TD : 120/80 Mmhp
- RR : 20x/ menit
- Nadi 80x/ menit
- Tidak terdengar bunyi ronchi
- Pasien tidak mengalami sesak
- Keadaan mulut bersih tidak ada lendir
- Pasien dapat batuk efektif
- Batuk pasien tidak berdahak
- Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari
-

Anda mungkin juga menyukai