Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

DENGAN DIAGNOSA BRONKOPNEUMONIA

DI RUANG RAWAT INAP

RS. AL KAROMAH HOLISTIK

Di Susun guna menyelesaikan tugas akhir

Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Oleh :

IRMA SEPTYANINGRUM

2015399

PRODI KEPERAWATAN

SMK KESEHATAN MEDIKA FARMA

PETARUKAN-PEMALANG

2017/2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disahkan

oleh Pembimbing Lapangan dan Akademik

Hari :

Tanggal :

Pemalang......................................2018

Pembimbing Lapangan Pembimbing PKL

RS. Al Karomah Holistik SMK Kesehatan Medika Farma


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disahkan oleh Tim Evaluasi

SMK Kesehatan Medika Farma Petarukan Pemalang

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Kaprodi Keperawatan Kepala Sekolah

SMK Kesehatan Medika Farma SMK Kesehatan Medika Farma


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Peserta Didik (Lengkap) : IRMA SEPTYANINGRUM


2. Nomor Induk : 2015399
3. NISN :
4. Tempat Tanggal Lahir : PEMALANG, 14 JULI 1998
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Agama : Islam
7. Status dalam Keluarga : ANAK KANDUNG
8. Anak ke : 1 (satu)
9. Alamat Peserta Didik : Desa Nyamplungsari
RT. /RW.
KECAMATAN PETARUKAN
KABUPATEN PEMALANG
10. Sekolah Asal : SMP N 5 PETARUKAN
11. Diterima di Sekolah ini :
Di Kelas : X KEPERAWATAN I
Pada tanggal :
12. Nama Orang Tua :
a. Ayah : Kusmanto
b. Ibu : Puryanti
13. Alamat Orang Tua : Desa Nyamplungsari
RT. /RW.
KECAMATAN PETARUKAN
KABUPATEN PEMALANG
14. Pekerjaan Orang Tua :
a. Ayah : Petani
b. Ibu : Ibu Rumah Tangga
RIWAYAT PENDIDIKAN

NO. SEKOLAH TAHUN

1. SD 04 LONING 2006-2012

2. SMP N 05 PETARUKAN 2012-2015

3. SMK KESEHATAN MEDIKA FARMA 2015-2018


MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian. pneumonia adalah
keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh arena infeksi atau iritasi dari bahan kimia
sehingga alveoli terisi dengan eksudat peradangan. (Murwani, 2009)
World Health Organization (WHO) tahun 2005 menyatakan Propotional Mortality
Ratio (PMR) akibat pneumonia di seluruh dunia sekita 19% atau berkisar 1,6-2,2 juta dan
sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang terutama di Afrika dan asia Tenggara.
Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
Menurut hasil penelitian Johnson, dkk di afrika Barat, dari 323 kasus pneumonia
ditemukan 127 (39,3%) bronkopneumonia, 39 (12,1%) lobar pneumonia dan 23 (7,1%)
bronkopneumonia dan lobar pneumonia.
Infeksi saluran nafas bawah yang didalamnya termasuk bronkopneumonia masih
menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun maju. Berdasarkan hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyakit saluran nafas bawah
merupakan penyakit penyebab kematian kedua di Indonesia. Laporan WHO tahun 2000
menyebutkan, penyebab kematian akibat infeksi adalah infeksi saluran akut termasuk
influenza dan pneumonia.
Diketahui bahwa bronkopneumonia menempati urutan kesepuluh setelah faringitis
dan campak dengan presentase sebesar 1,53% (tahun 2000 hanya 1,04%) dengan jumlah
3,37. Pada tahun 2001 presentasi meningkat menjadi 1,61% setelah bronkitis akut (Badan
Litbang Kesehatan, 2001)
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur, dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluass ke parenkin paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,
2002:572).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).
Sedangkan bronkopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan didekat lobules,
disebut juga pneumonia lobaris (Whaley % Wong, 2000)
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan Laporan Kerja Lapangan (PKL) ini penulis tulis dengan beberapa tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi mengenai teknologi terbaru atau produk yang dihasilkan
oleh dunia kerja.
b. Untuk mengaplikasikan pengetahuan teori di bangku sekolah dalam dunia kerja.
c. Untuk mengukur kemampuan diri sendiri.
d. Sebagai pertanggung jawaban penulis atas tugas PKL
e. Memberikan informasi dunia kerja.
f. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk penilaian PKL.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Adapun manfaat praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui secara langsung pengaplikasian dari teori yang diperoleh dari bangku
sekolah.
b. Mengenal dan mengetahui secara langsung tentang Rumah Sakit sebagai salah satu
penerapan disiplin dan pengembangan karier.
c. Meningkatkan hubungan kerja sama antara sekolah dengan rumah sakit.
d. Memberikan kesempatan masuk penempatan kerja.
e. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa
sekolah dan menambah wawasan juga pengalaman.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih areal terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer dan
Suzanne C, 2002 : 572)
Bronkopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan
diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi (sylvia
A, Price dan Lorraine M.W, 1995 : 710)
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopunden yang
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini
sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam imfeksi
yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. (Sudigdiodi dan
Imam Supardi, 1998)
2.2 Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : refleks glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ dan
sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa, mikrobakteria, mikroplasma, dan riketsia. (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682) antara lain :
1) Bakteri : streptococcus, staphylococcus, H. Influenzae, iktebsiella
2) Virus : legionella pneumoniae
3) Jamur : Aspergilius spesies, candida albicans
4) Aspirasi makanan, sekresi orofariogeal atau isi lambung ke dalam paru-paru.
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranil, mycoplasma. (Smeltzer
dan Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettaria, 2001 : 682).
2.3 Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang di sebabkan oleh bakteri staphylococcus, haemophyllius influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut memasuki ke
saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadnya infeksi kuman
ditempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran
pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
1) Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal yaitu dilatasi
pembuluh darah alveolar, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
2) Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian menginfeksinya
mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibta usus mengalami melabsorpsi terhadap gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soparman, 1991)

2.4 Anatomi dan Fisiologi


a) Anatomi

Sistem pernafasan terdiri atas :

1. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalorkan udara ke
dan dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan kedalam paru-
paru.
2. Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region yaitu : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring.

3. Laring atau tenggorokan


Struktur epitel kartilago yang menghubungakan faring dan trakea. Fungsi
utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring
sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis, glotis,
kartilago, tiroid, kartilago krikoid, kartilago antenoid, dan pita suara.
4. Trakea atau batang tenggorokan
merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari
tulang-tulang rawan.
5. Bronkus atau cabang tenggorokan
merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 yaitu bagian kanan dan kiri, dimana
paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-pari kiri terdiri dari 2 lobus.
b) Fisioologi
Proses pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernafasan yang
terjadi sewaktu pernafasan , yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau
menarik nafas adalah proses aktif yang di selenggarakan oleh kerja otot.
Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah yaitu
vertikal . penarikan iga-iga dan sternum rongga dada kedua sisi dan dari
depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran
otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru
itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses aktif. Proses ventilasi dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru, adanya kemampuan thoraxs dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi, reflkes batuk dan muntah.
2. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru
dan CO2 dikapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan
perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu curah jantung (kardiale output), kondisi pembuluh
darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.
2.5 Klasifikasi
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
indonesia yang dikeluarkan perhimpunan dokter paru indonesia, 2003
menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
1. Pneumonia komuniti (comunity acquired pneumonia)
2. Pneumonia nosokomial, (hospital acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia)
3. Pneumonia aspirasi
4. Pneumonia pada pendenta immunocom promised.
b. Berdasarkan bakteri penyebab
1. Pneumonia bakteri / tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi
menyerang seseorang yang peka misalnya klebsiela pada penderita
alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
Pneumonia tipikal disebabkan mycoplasma, legionella dan chalamydia.
2. Pneumonia virus
3. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder . predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan tubuh lemah (immunocompromised)
c. Berdasarkan predileksi infeksi
1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak
infeksi pada berbagai tempat diparu. Bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
3. Pneumonia interstisial.
2.6 Pathway

Bakteri Stafilokokus aureus

Bakteri Haemofilus influezae

 Penderita sakit berat yang dirawat di RS


 Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
Saluran Pernafasan Atas
 Kontaminasi peralatan RS

Kuman berlebih di Kuman terbawa di Infeksi Saluran Pernafasan Bawah


bronkus saluran pencernaan

Proses peradangan Infeksi saluran Dilatasi Peningkatan Edema antara


pencernaan pembuluh darah suhu kaplier dan
alveoli
Akumulasi sekret
di bronkus Peningkatan flora
Eksudat plasma Septikimia Iritasi PMN
normal dalam usus
masuk alveoli eritrosit pecah

Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan dalam plasma Peningkatan Edema paru
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi pertukaran gas Evaporasi Pengerasan
sedap meningkat dinding paru
Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari
kebutuhan Hipoksia

Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu

Akumulasi asam
Retraksi dada / laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue

Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas

2.7 Komplikasi

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga

thorax (seperti efusi pleura, empisema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia

dan hematologi. Meningitis, artritis supuratis, dan osteomielitus adalah komplikasi

yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi (Bradley et.al.2011)

2.8 Manifestasi klinis

Broncopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disaluran pernafasan

bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkopneumonia

mengalami tanda dan gejala yang khas seperti mengigil, demam, nyeri pada

pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot

aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C, long 1996:435)

Terdengar adanya krekets diatas paru yang sakit, dan terdengar ketika terjadi

konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra. M, Mettina, 2001:683)

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2

macam yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012 : Bradley et.al.2011)

1. Penatalaksanaan umum

a. Pemberian oksigen lembab 2-4L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2

pada analisis gas darah Z 60 torr.

b. Pemasangan infus untu dehidrasi dan koreksi elektrolit.

c. Asidosis dilatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2. Penatalaksanaan khusus

a. Mukolitik, ekspetoran dan obat penurunan panas sebaiknya tida diberikan

pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interprestasi reaksi

antibiotik awal.

b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,

takikardi, atau penderita kelainan jantung.

c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan

manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilini 10-25mg/kgBB/dosis (di

wilayah dengan angka resistensi penisilin tinggi dosis dapat dinaikan

menjadi 80-90mg/kgBB/hari)

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :

1. Kuman yang dicurigai atas dasar klinis, etiologis dan epidemiologis.

2. Berat ringan penyakit

3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis.

4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari.

Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus

dipertimbangkan berdasarkan pengalaman empiris yaitu bila tidak ada


kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut

kelompok usia :

1. Neonatus dan bayi muda (<2bln)

a) Ampicillin + aminoglikosid

b) Amoksisilin – asam klavikulanat

c) Amoksisilin + aminoglikosid

d) Sefalosparin generasi ke 3

2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)

a) Beta laktam amoksisilin

b) Amoksisilin – asam klavulanat

c) Golongan sefalosporin

d) Kotrimoksazol

e) Makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah

a) Amoksisilin / makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)

b) Tetrasiklin (pada anak usia >8 thun).


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI BRONKOPNEUMONIA

3.1 PENGKAJIAN

a) Aktifitas / istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomsnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktifitas.

b) Sirkulasi

Gejala : riwayat gagal jantung kronis

Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

c) Integritas ego

Gejala : banyak stressor, masalah finansial

d) Makanan / cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual muntah, riwyat DM

Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor

buruk, penampilan malnutrisi.

e) Neurosensori

Gejala : sakit kepala dengan frontal

Tanda : perubahan mental

f) Nyeri atau kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat, dan batuk myalgia, atralgia.

g) Pernafasan

Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan

dangkal, penggunaan obat aksesori, pelebaran nasal.

Tanda : sputum merah muda, berkarat atau purolen.

Perkusi : pekak diatas area konsolidasi, gesekan fleksi pleural.

Bunyi nafas : menurun atau tak ada diatas area yang terlibat atau nafas

bronkial.

Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi.

Warna : pucat atau sianosis bibir.

h) Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin

pada kasus rubela / varisela.

i) Penyuluhan

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

( Doenges, 1999 : 166)

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus

kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman

oksigen ( Doenges, 1999 : 177)

3. Pola nafas tida efektif berhubungan dengan prose inflamasi dalam alveoli.

(Doenges, 1999 : 166)

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubugan dengan

kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral, (Dengoes, 1999 : 172)

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan

metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang

berhubungan dengan toksin bakteri bau sputum, distensi abdomen atau gas

(Doenges, 1999 : 171 )

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufiensi oksigen untuk aktifitas

sehari-hari. ( Doenges, 1999 : 170 )

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tida efektif berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

Tujuan :

a. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

b. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan skret.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya mengi,

krekels, dan ronkhi.


b. Kaji atau pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.

c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya semi flowler.

d. Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir.

e. Observasi karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memperbaiki

keefektifan upaya batuk.

f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus

kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengirimaan

oksigen.

Tujuan :

Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang

normal dan tidak ada distres pernafasan.

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan.

b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya

sianosis.

c. Kaji status mental

d. Awal frekuensi jantung/irama

e. Awasi suhu tubuh

f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan

batuk efektif.

g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi.

3. Pola nafas tida efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.

Tujuan : pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang

normal dan paru jelas / bersih.


Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, dan ekspansi dada.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventius.

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

d. Observasi pada batuk karakter sekret.

e. Bantu pasien untuknafas dalam dan latihan batuk efektif.

f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan

g. Berikan humidifikasi tambahan.

h. Bantu fisioterapi dada, postural drainase.

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

Tujuan : menunjukan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital, seperti peningkatan suhu, takikardi,

hipotensi.

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah)

c. Catat laporan mual/muntah.

d. Pantau masukan dan pengeluaran urine.

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,

anoreksia, distensi abdomen.

Tujuan : menunjukan peningkatan nafsu makan, meningkatkan atau

mempertahankan berat badan.

Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah.

b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin,

bantu kebersihan mulut.

c. Jadwakan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebeum makan.

d. Auskutasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.

e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau

makanan yang menarik untuk pasien.

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas

hidup sehari-hari.

Tujuan : peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi :

a. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas.

b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.

c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktifitas dan istirahat.

d. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan.


BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A

BRONKOPNEUMONIA Di Ruangan Mantima 2 ( Ruang Inap)

R.S. H.A. Karomah Holistik

4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama : Tn. A
Umur : 37 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa, indonesia
Pendidikan : SD sederajat
Status : Menikah
Pekerjaan : Cleaning Servise
Tanggal masuk R.S : 7-8-2017
Tanggal Pengakajian : 8-8-2017
No. Rekam Medis : 395302
Diagnosa Medis :
Penanggung Jawab
Naman : Tn. B
Umur : 40 Th
Pekerjaan : Cleaning Servise
Hubungan dgn Pasien : Kakak.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemas, tidak mula, muntah, nafsu makan
kurang, batuk.
b. Riwayat keperawatan dahulu
Penyakit ini sudah diderita selama 3 tahun, hipertensi.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarganya ada yang menderita
penyakit yang sama yaitu ayahnya.
4. Pola pengkajian kebutuhan fungsional menurut “GORDON” :
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.

Keterangan Sebelum Sakit Saat sakit


Mandi 2x/sehari Lap air hangat
Mencuci Rambut 1 minggu sekali -
Gosok Gigi 2x/sehari -
Gunting Kuku 1 bulan sekali -
b) Pola nutrisi dan cairan

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Selera Baik Tidak ada nafsu
makan/minum makan
Menu Nasi, Ikan, sayur, buah, Bubur ekstra/ air
makan/minum air putih putih, buah
Frekuensi 3x/hari/2000-2500/hari 5x/hari/1000-
1500mc/hari
Posisi Dihabiskan Tidak dihabiskan
makan/minum
Keluhan (-) Nyeri ulu hati
c) Pola eleminasi

Kondisi Sebelum MRS Saat MRS


BAB BAK BAB BAK
Frekuensi 2x/hari 4-5x/hari (-) 2-3x/hari
Konsistensi Lembek (-) Keras (-)
Warna Kuning Kuning (-) (-)
kecoklatan
Bau Khas Khas (-) (-)
Keluhan (-) (-) konstipasi (-)

d) Pola aktual dan latihan


Kemampuan perawatan diri

Aktifitas Sebelum masuk rumah sakit Saat masuk rumah sakit


0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi U U
Berpakaia U U
n
Eliminasi U U
Mobilisasi U U
di tempat
tidur
Pindah U U
Ambulasi U U
Naik U U
Tangga
Makan dan U U
Minum
Gosok U U
Gigi
e) Pola Kognitif
Pasien sering bertanya dan tampak cemas.
f) Pola istirahat tidur

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Tidur siang Frekuensi : 2x/hari
Waktu : 1-2 jam
Tidur malam Frekuensi : 2x/hari 5-6 jam
Waktu : 7-8 jam
keluhan (-) Insomnia
g) Pola konsep dan persepsi diri
Peran sebagai bapak dan suami terganggu. Pasien cemas akan
keluarganya (yang mencari nafkah siapa?)
h) Pola peran dan hubungan
 Sebelum sakit
Pasien memiliki peran sebagai ayah dan suami dirumah atau sebagai
tulang punggung keluarganya. Hubungan antat keluarga dan
masyarakat baik.
 Saat sakit
Pasien memiliki peran sebagai ayah dan suami dirumah ( dalam
keadaan sakit bukan sebagai tulang punggung keluarganya lagi).
Hubungan antar keluarga dan masyarakat baik.
i) Pola koping
Pasien menggunakan pola koping yang adaptasi yaitu pasien berdoa
kepada Tuhan untuk kesembuhannya.
j) Pola nilai dan kepercayaan
 Sebelum sakit
Pasien beragama islam, dia selalu berdoa kepada Allah SWT untuk
kesembuhannya ( melakukan kewajibanya sebagai umat islam dan
tida meninggalkan kewajibannya / sholat 5 waktu )
 Saat sakit
Pasien beragama islma , dia selalu berdoa kepada Allah SWT untuk
kesembuhannya ( meninggalkan kewajibannya sebagai umat islam )
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum :
Penampilan : pasien tampak sadar
Kesadaran : compos mentis
E:4
V:5
M:6
TTV : TD : 140/70 MmHg
RR : 25x/menit
ND : 80x/menit
SH : 36,1'C
b) Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : berkulit elastis
Kebersihan : baik
c) Kepala
Bentuk : simetris / meso chepal
Rambut : Sedikit ikal
Telinga : Tida dapat serumen diarea telinga
Mata : Tidak terdapat secret diarea mata dan simetris
Hidung : Tidak terdapat serumen dan masa pada hidung
Mulut : Tampak pucat, bibir simetris
Gigi : terdapat banyak karang gigi
d) Leher
Infeksi :
keselarasan trakea : selaras
adanya masa : tidak ada
kedua sisi leher : simetris
Fungsi otot-otot : fungsi otot bekerja dengan baik
Palpasi :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
e) Dada :
Inpeksi :
Bentuk dada : funnel chest
Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut
Frekuensi : 20x/menit
Ritme pernafasan : Hiperventilasi
Retraksi Intercosta : retuksi pada obstruksi jalan nafas
Suara batuk : wheezing
Perkusi :
Suara perkusi : Redup
Sisa dada kanan : ICS 4/5
Dinding Posterior : 3-4 jari dipunda
Palpasi :
Identifikais daerah-daerah
Auskultasi :
Suara/bunyi nafas : bersifat halus, nada rendah
Suara tambahan : wheezez/wheesing

f) Abdomen :
Inspeksi :
Bentuk perut : tidak buncit
Warna kulit : sawo matang
Penonjolan : tidak ada
Ketidasimetrisan : adanya ketidak simetrisan
Asites : tidak ada
Perkusi :
Perkusi terdengar timpani pada atas organ yang berisi udara.
Palpasi :
Palpasi ringan : ketika abdomen ditekan pasien mengatakan nyeri
Auskultasi :
Peristaltik usus ; 5-30x/menit
g) Ekstremitas
Superior : pada tangan bagian kiri terpasang infus RL 0,9 %
Interior : Normal
Radiologi : tidak ada pemeriksaan radiologi
Therapy : infus RL 20tpm, ketorolax 4mg, ranitidin 2x1amp

Pengelompokan data
a) Data suyektif
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Pasien mengatakan sesak nafas
3. Pasien mengatakan mual muntah
b) Data objektif
1. Pasien nampak lemas
2. Pasien nampak batuk, RR 25x/menit
3. Pasien nampak pucat
4. Makan menghabiskan setengah porsi

Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium :

Nama : Tn. A umur : 37 Th dokter : Dr. F

Alamat :Ttirto Pekalongan Ruang : MI Tanggal :

No. Pemeriksaan Hasil Satuan Harga normal


Hematologi dewasa
HGB 1 Gr/dl Lk 15,5+2,5 Pr 14,0-
2,5
Eritrosit (RBC) X104/mm Lk 5,5 + 1,0 Pr 4,8-
1,0
Leukosit(WBC) 5000 x/10³/mm 4000-10000
Lanju endap Mm/jam lk 0-10 pr 0-15
darah
Hematokrit 13 '/c Lk 40-48 pr 37-45
(HCT)
Trombosit 195000 10³/mm³ 150000-400000
(PLS)
MCV F1 77-93
MCH Pg 27-32
MCHC Gr/dl 30,5-35, ps
Reticulosit % 0,5-1,5
CT (cloting Menit 3-7
time)
BT (Bloding Menit 1-3
time)
Hitung jenis Pem Hasil Harga
leukosit serologi normal
Basofil 1 1-3% Malaria 19G Negatif
Batang 0 0-15 Mikrofilari 19M Negatif
a
Segmen 5 3-5% Hbs ag Negatif
Limfosit 51 50- Asti-au negatif
60%
Monosit 41 20- TPHA Negatif
45%
Promiolosit 2 2-8% Gol darah Negatif
Mielosit 0 0% MDAL-0 Negatif
Metamleosit % H Negatif
Analisi data

No. Data Etiologi Symptom


1. DS : pasien mengatakan Peningkatan Bersihan jalan
sesak nafas produksi sputum nafas tidak efektif
DO : pasien nampak
sesak
TD : 140/70 mmhg
ND : 80x/menit
SH : 36,1'c
RR : 25x/menit
2. DS : pasien mengatakan Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
tidak nafsu makan untuk menelan nutrisi kurang dari
DO : pasien nampak dan menerima kebutuhan tubuh
lemas makanan
Rumusan diagnosa keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan dan menerima
makanan.
Format perencanaan (Intervensi)

Nama : Tn. A

Ruangan : Maritona 2

Dx Medis : Bronkopneumonia

Hari/Tangga Data fokus Diagnosa Tujuan Intervensi


l
Senin DS : Pasien Bersihan jalan Setelah dilakukan a. Atur posisi
7-8-2017 mengatakan nafas tidak efektif tindakan senyaman
sesa nafas berhubungan keperawatan selama mungkin.
DO : Pasien dengan 3x24 jam pasien b. Kaji TTV
tampak sesak peningkatan dapat bertoleransi c. Bantu pasien
produksi sputum terhadap aktifitas untuk batuk
dengan kriteria hasil efektif dan
: nafas dalam
Menunjukan d. Kolaborasi
perilaku mencapai dengan dokter
kebersihan jalan dalam
nafas. pemberian
terapi.
DS : pasien Ketidakseimbanga Setelah dilakukan a) Kaji TTV
mengatakan n nutrisi kurang tindakan b) Pantau
tida nafsu dari kebutuhan keperawatan selama pemasukan dan
makan tubuh 3x24jam pasien pengeluaran
DO : pasien berhubungan dapat meningkatkan c) Timbang berat
hanya dengan selera makan dengan badan
menghabiska ketidakmampuan kriteria hasil : d) Berikan
n setengah untuk menelan dan a) Kebutuhan makanan
porsi mencerna nutrisi terpenuhi sedikit tapi
TD : 140/70 makanan. b) Membangkitkan sering
mmhg selera makan e) Anjurkan
ND : makanan
80x/menit dalam porsi
SH : 36,1'C hangat
RR : f) Beri makan
25x/menit peroral
g) Mengkolaboras
i pemberian
nutrisi

Format pelaksanaan (Implementasi)

Nama Klien : Tn. A

Ruangan : Maritima 2

Dx. Medis : Bronkopneumonia

Hari/Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi


Selasa Bersihan jalan nafas tidak a) Mengatur posisi pasien
8/8/2017 efektif berhubungan dengan semi flowler
peningkatan produksi sputum b) Mengkaji TTV
TD : 140/70mmhg
ND : 80x/menit
16.00 SH : 36,1'C
RR : 25x/menit
GDS : 70 mmhg
18.00 c) Mengajarkan batuk
efektif
d) Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat ambroxol
400mg
16.00 Ketidakseimbangan nutrisi a) Mengkaji TTV
kurang dari kebutuhan tubuh TD : 140/70mmhg
berhubungan dengan ND : 80x/menit
ketidamampuan untuk SH : 36,1'C
menelan dan mencerna RR : 25x/menit
makanan b) Memantau pemasukan
dan pengeluaran
c) Menimbang berat badan
d) Memberikan makanan
sedikit tapi sering
e) Menganjurkan makanan
dalam porsi hangat
f) Memberikan makan
peroral
g) Mengkolaborasi
pemberian nutrisi.

Evaluasi

Nama Klien : Tn. A

Ruangan : Maritima 2

Dx. Medis : Bronkopneumonia

Hari/Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf


keperawatan
Rabu 1. Bersihan jalan S : pasien mengatakan sesak
09/08/2017 nafas tidak efektif nafas
berhubungan O : pasien tampak sesak
dengan A : masalah belum teratasi
peningkatan P : lanjut intervensi
produksi sputum.

2. Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan tidak


nutrisi kurang dari nafsu makan
kebutuhan tubuh O : pasien hanya
berhubungan menghabiskan setengah porsi
dengan A : masalah belum teratasi
ketidakmampuan P : lanjutkan intervensi
menelan dan
mencerna makanan
Kamis 1. Bersihan jalan S : pasien mengatakan sesa
10/08/2017 nafas tida efektif nafas
berhubungan O : pasien tampak sesak
dengan A : masalah belum teratasi
peningkatan P : lanjutkan intervensi
produksi sputum
2. Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan tidak
nutrisi kurang dari nafsu makan
kebutuhan tubuh O : pasien hanya
berhubungan menghabiskan setengah porsi
dengan A : masalah belum teratasi
ketidamampuan P : lanjutkan intervensi
menelan dan
mencerna makanan
Jumat 1. Bersihan jalan S : Pasien mengatakan sudah
11/08/2017 nafas tida efektif tida sesa nafas
berhubungan O : pasien tampak sudah tida
dengan sesak
peningkatan A : masalah teratasi
produksi sputum P : pertahankan intervensi
2. Ketidakseimbangan S Pasien mengatakan sudah
nutrisi kurang dari nafsu makan
kebutuhan tubuh O : pasien terlihat
berhubungan menghabiskan porsi makanan
dengan A : masalah teratasi
ketidamampuan P : pertahankan intervensi
menelan dan
mencerna makanan

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
2. Nettuna, Sandra M. 1996. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
3. Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah jilid 2. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan.
4. Soeparma, Sarwono waspadji. 1991. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta : Balai
Pustaka.
5. Sylvia, A, Price, Lorraine Mc. Carty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai