Oleh :
IRMA SEPTYANINGRUM
2015399
PRODI KEPERAWATAN
PETARUKAN-PEMALANG
2017/2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Hari :
Tanggal :
Pemalang......................................2018
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah disahkan oleh Tim Evaluasi
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
1. SD 04 LONING 2006-2012
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian. pneumonia adalah
keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh arena infeksi atau iritasi dari bahan kimia
sehingga alveoli terisi dengan eksudat peradangan. (Murwani, 2009)
World Health Organization (WHO) tahun 2005 menyatakan Propotional Mortality
Ratio (PMR) akibat pneumonia di seluruh dunia sekita 19% atau berkisar 1,6-2,2 juta dan
sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang terutama di Afrika dan asia Tenggara.
Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
Menurut hasil penelitian Johnson, dkk di afrika Barat, dari 323 kasus pneumonia
ditemukan 127 (39,3%) bronkopneumonia, 39 (12,1%) lobar pneumonia dan 23 (7,1%)
bronkopneumonia dan lobar pneumonia.
Infeksi saluran nafas bawah yang didalamnya termasuk bronkopneumonia masih
menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun maju. Berdasarkan hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyakit saluran nafas bawah
merupakan penyakit penyebab kematian kedua di Indonesia. Laporan WHO tahun 2000
menyebutkan, penyebab kematian akibat infeksi adalah infeksi saluran akut termasuk
influenza dan pneumonia.
Diketahui bahwa bronkopneumonia menempati urutan kesepuluh setelah faringitis
dan campak dengan presentase sebesar 1,53% (tahun 2000 hanya 1,04%) dengan jumlah
3,37. Pada tahun 2001 presentasi meningkat menjadi 1,61% setelah bronkitis akut (Badan
Litbang Kesehatan, 2001)
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur, dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluass ke parenkin paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,
2002:572).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).
Sedangkan bronkopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan didekat lobules,
disebut juga pneumonia lobaris (Whaley % Wong, 2000)
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan Laporan Kerja Lapangan (PKL) ini penulis tulis dengan beberapa tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi mengenai teknologi terbaru atau produk yang dihasilkan
oleh dunia kerja.
b. Untuk mengaplikasikan pengetahuan teori di bangku sekolah dalam dunia kerja.
c. Untuk mengukur kemampuan diri sendiri.
d. Sebagai pertanggung jawaban penulis atas tugas PKL
e. Memberikan informasi dunia kerja.
f. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk penilaian PKL.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Adapun manfaat praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui secara langsung pengaplikasian dari teori yang diperoleh dari bangku
sekolah.
b. Mengenal dan mengetahui secara langsung tentang Rumah Sakit sebagai salah satu
penerapan disiplin dan pengembangan karier.
c. Meningkatkan hubungan kerja sama antara sekolah dengan rumah sakit.
d. Memberikan kesempatan masuk penempatan kerja.
e. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa
sekolah dan menambah wawasan juga pengalaman.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih areal terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer dan
Suzanne C, 2002 : 572)
Bronkopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan
diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi (sylvia
A, Price dan Lorraine M.W, 1995 : 710)
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopunden yang
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini
sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam imfeksi
yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. (Sudigdiodi dan
Imam Supardi, 1998)
2.2 Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : refleks glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ dan
sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa, mikrobakteria, mikroplasma, dan riketsia. (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682) antara lain :
1) Bakteri : streptococcus, staphylococcus, H. Influenzae, iktebsiella
2) Virus : legionella pneumoniae
3) Jamur : Aspergilius spesies, candida albicans
4) Aspirasi makanan, sekresi orofariogeal atau isi lambung ke dalam paru-paru.
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranil, mycoplasma. (Smeltzer
dan Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettaria, 2001 : 682).
2.3 Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang di sebabkan oleh bakteri staphylococcus, haemophyllius influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut memasuki ke
saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadnya infeksi kuman
ditempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran
pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
1) Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal yaitu dilatasi
pembuluh darah alveolar, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
2) Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian menginfeksinya
mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibta usus mengalami melabsorpsi terhadap gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soparman, 1991)
1. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalorkan udara ke
dan dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan kedalam paru-
paru.
2. Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region yaitu : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring.
Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan dalam plasma Peningkatan Edema paru
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi pertukaran gas Evaporasi Pengerasan
sedap meningkat dinding paru
Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari
kebutuhan Hipoksia
Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu
Akumulasi asam
Retraksi dada / laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue
Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
2.7 Komplikasi
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga
thorax (seperti efusi pleura, empisema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti mengigil, demam, nyeri pada
Terdengar adanya krekets diatas paru yang sakit, dan terdengar ketika terjadi
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012 : Bradley et.al.2011)
1. Penatalaksanaan umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
2. Penatalaksanaan khusus
antibiotik awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
menjadi 80-90mg/kgBB/hari)
kelompok usia :
a) Ampicillin + aminoglikosid
c) Amoksisilin + aminoglikosid
d) Sefalosparin generasi ke 3
c) Golongan sefalosporin
d) Kotrimoksazol
e) Makrolid (eritromisin)
3.1 PENGKAJIAN
a) Aktifitas / istirahat
b) Sirkulasi
c) Integritas ego
d) Makanan / cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual muntah, riwyat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
e) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat, dan batuk myalgia, atralgia.
g) Pernafasan
Bunyi nafas : menurun atau tak ada diatas area yang terlibat atau nafas
bronkial.
h) Keamanan
i) Penyuluhan
3. Pola nafas tida efektif berhubungan dengan prose inflamasi dalam alveoli.
berhubungan dengan toksin bakteri bau sputum, distensi abdomen atau gas
Tujuan :
Intervensi :
oksigen.
Tujuan :
Intervensi :
sianosis.
f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan
batuk efektif.
3. Pola nafas tida efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
Tujuan : pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
Intervensi :
hipotensi.
Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah.
e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau
hidup sehari-hari.
Intervensi :
b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama : Tn. A
Umur : 37 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa, indonesia
Pendidikan : SD sederajat
Status : Menikah
Pekerjaan : Cleaning Servise
Tanggal masuk R.S : 7-8-2017
Tanggal Pengakajian : 8-8-2017
No. Rekam Medis : 395302
Diagnosa Medis :
Penanggung Jawab
Naman : Tn. B
Umur : 40 Th
Pekerjaan : Cleaning Servise
Hubungan dgn Pasien : Kakak.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemas, tidak mula, muntah, nafsu makan
kurang, batuk.
b. Riwayat keperawatan dahulu
Penyakit ini sudah diderita selama 3 tahun, hipertensi.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarganya ada yang menderita
penyakit yang sama yaitu ayahnya.
4. Pola pengkajian kebutuhan fungsional menurut “GORDON” :
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
f) Abdomen :
Inspeksi :
Bentuk perut : tidak buncit
Warna kulit : sawo matang
Penonjolan : tidak ada
Ketidasimetrisan : adanya ketidak simetrisan
Asites : tidak ada
Perkusi :
Perkusi terdengar timpani pada atas organ yang berisi udara.
Palpasi :
Palpasi ringan : ketika abdomen ditekan pasien mengatakan nyeri
Auskultasi :
Peristaltik usus ; 5-30x/menit
g) Ekstremitas
Superior : pada tangan bagian kiri terpasang infus RL 0,9 %
Interior : Normal
Radiologi : tidak ada pemeriksaan radiologi
Therapy : infus RL 20tpm, ketorolax 4mg, ranitidin 2x1amp
Pengelompokan data
a) Data suyektif
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Pasien mengatakan sesak nafas
3. Pasien mengatakan mual muntah
b) Data objektif
1. Pasien nampak lemas
2. Pasien nampak batuk, RR 25x/menit
3. Pasien nampak pucat
4. Makan menghabiskan setengah porsi
Laboratorium
Nama : Tn. A
Ruangan : Maritona 2
Dx Medis : Bronkopneumonia
Ruangan : Maritima 2
Evaluasi
Ruangan : Maritima 2
DAFTAR PUSTAKA