TINJAUAN PUSTAKA
berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA,
2010).
sel pankreas dengan akibat defisiensi insulin hingga kelainan yang mengakibatkan
dan protein pada diabetes dapat disebabkan karena defisiensi kerja insulin pada
jaringan target. Defisiensi kerja insulin terjadi akibat sekresi insulin yang tidak
sekresi insulin dan defek kerja insulin sering terjadi bersamaan pada pasien yang
sama, dan seringkali tidak jelas menjadi penyebab utama hiperglikemia (ADA,
2010).
merupakan kondisi defisiensi insulin relatif dan resistensi insulin perifer pada
seorang individu yang secara mayoritas tidak membutuhkan terapi insulin untuk
bertahan hidup (ADA, 2018). DMT2 memiliki gejala yang menyerupai DMT1,
obesitas yang berkontribusi sebanyak 55% pada kasus DMT2 Selain obesitas,
racun lingkungan mungkin berperan, tetapi memiliki korelasi positif yang lemah
minum (polidipsi), penurunan berat badan >10% dalam 3 bulan setelah stadium
kompensasi (kenaikan berat badan), sering kencing malam hari (nokturia), dan
gejala lain. Gejala lain seperti kesemutan (parastesia), mudah lelah, mengantuk,
sering buang air kecil di siang hari, menurunya kemampuan seksual, melambatnya
(Tjokroprawiro et al.,2015)
tersebut menderita DMT2 dengan terpenuhinya salah satu kriteria dibawah ini :
Program (NGSP).
2. GDP ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa yang dimaksud adalah puasa
3. GD2PP ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L) dengan tes toleransi glukosa oral
air.
4. GDA ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L) disertai gejala klasik hiperglikemia atau
hiperglikemia krisis.
hidup, dan menurunkan resiko terjadinya komplikasi akut maupun kronis agar
perawatan yang sistematis meliputi akses ke pelayanan medis, tim kesehatan yang
hidup (Reusch and manson, 2017). Manajemen gaya hidup meliputi diabetes self
psikososial (ADA, 2018) sedangakan terapi farmakologis meliputi terapi obat anti
berdasarkan mekanisme kerjanya (Hauner, 2002; Ngunyen and Le, 2012; Basit et
a. Sulfonilurea
dan tolbutamide yang memiliki subsitusi hidfofilik polar relatif kecil sedangkan
yang memiliki substitusi non polar lebih besar sehingga lebih mudah melewati
hati. Obat ini sering digunakan penderita DM yang memiliki berat badan normal
maupun kurang.
Gambar 3.23.
membran sel yang membuka kanal kalsium (Ca2+) dan mencegah masuknya Ca2+
ke dalam sitosol sehingga kadar Ca2+ meningkat didalam sel β. Tingginya kadar
Ca2+ menimbulkan kontraksi dari filamen aktin dan myosin yang bertanggung
jawab atas eksositosis insulin dari granules. Dikutip dan dimodifikasi dari Sola, et
al. 2015
b. Glinid
dan miglinid juga memicu pengeluaran insulin sel β pankreas melalui penutupan
saluran K+. Obat golongan ini dapat bekerja secara cepat tetapi memiliki waktu
Selain itu, golongan obat ini sering diberikan pada penderita DM dengan
jadwal makan yang tidak teratur, orang tua, dan penderita gangguan ginjal karena
efek samping hipoglikemianya yang rendah dan mudah dibuang sisanya melalui
a. Tiazolidinedion
bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin di otot rangka, hati, dan jaringan
penambahan berat badan dan resistensi cairan akibat peningkatan masa lemak
jumlahnya lebih banyak pada sel lemak daripada otot rangka dan hati. PPARc
b. Biguanid
melalui berbagai proses seperti yang ditampilkan dalam Gambar 3.25. Metformin
tidak efektif menurunkan kadar glukosa darah apabila diberikan setelah memakan
badan karena efeknya yang dapat menurunkan berat badan melalui beberapa
proses yang dijelaskan dalam keterangan Gambar 3.25. Selain memiliki efek di
hati, penggunaan metformin dapat menurunkan komplikasi mikroangiopati,
dianjurkan setelah makan atau pada saat makan. Selain menimbulkan mual,
Keterangan: (1) Metformin masuk ke sel hati melalui organic cation transporter
yang menyebabkan resistensi insulin. (6) AMPK juga menfosforilasi dan memacu
aktifitas cAMP-specific 3,5-cyclic phosphodiesterase 4B (PDE4B) untuk
menurunkan produksi cAMP. (7) Pada kondisi normal ketika tidak terhambatnya
produksi cAMP, produksinya di sel hati distimulasi oleh hormone glukagon yang
melalui fosforilasi dan inaktivasi gen PFKFB1 yang dapat menurunkan fruktosa-
inhibitor FBPase. (8) Selain itu, PKA juga menfosforilasi dan menghambat kerja
enzim glikolitik piruvat kinase (Pyr K) dan (9) menfosforilasi the transcription
factor cAMP response element binding protein (CREB) untuk memicu transkripsi
berdasarkan Colberg et al., 2010; PERKENI, 2019; savikj and zierath, 2020 yang
diantaranya:
Program ini bertujuan untuk meperkenalkan gaya hidup sehat dengan cara
memberikan materi edukasi tingkat lanjutan, dan tingkat awal. Edukasi tingkat
awal diberikan pada layanan kesehatan primer yang meliputi perjalanan penyakit,
faktor resiko, penyebab, gejala, cara memantau kadar gula darah, dan tatalaksana
DMT2
berdasarkan zat gizi, komposisi makanan, dan kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori
pada penderita DMT2 secara umum dirumuskan dengan 25-30 kal/KgBB ideal
yang dapat dikalkulasikan melalui rumus Broca untuk menentukan berat badan
ideal seperti yang digambarkan pada Rumus 3.1., Rumus 3.2. Akan tetapi jumlah
kebutuhan kalori dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas sehari-hari,
mg/hari, serat 20-30 g/hari, protein 10-20%, lemak 20-25%, dan karbohidrat yang
kali sehari dengan sayrat kadar sukrosa (kandungan didalam karbohidrat) tidak
bumbu masakan yang mengandung glukosa. Diet lemak yang dianjurkan adalah
kurang dari 30% total energi dengan ketentuan lemak tidak jenuh ganda <10%,
lemak jenuh 7%, dan kolesterol <200 mg/hari. Selain karbohidrat dan lemak,
asupan protein disarankan dari makanan laut (ikan, udang, dan cumi) ayam tanpa
lemak dan kulit, kacang-kacangan, susu rendah lemak, tahu, dan tempe. Khusus
penderitta DN, asupan protein dibatasi menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari
total asupan energi dan untuk penderita DN yang telah melakukan hemodialisa,
Apabila tinggi laki-laki tidak melebihi 160 cm dan tinggi perempuan tidak
menurunkan berat badan, dan memperbaiki tidak sensitivinya insulin. Semua jenis
oksigen dan substrat dalam jumlah besar ke otot rangka untuk memenuhi
kebutuhan energi. Pada keadaan normal, otot rangka mendpatkan pasokan energi
glukosa darah dan NEFA berkontribusi sebagai pemasok energi jika latihan masih
berlanjut.
Penggunaan glukosa oleh otot rangka meningkat dari 10% ke 30% pada latihan
jasmani dengan intensitas ringan dan meningkat 40% pada latihan jasmani dengan
mencapai 50% pada latihan jasmani tingkat ringan. Dengan demikian dapat
intesnitas tinggi sedangkan NEFA merupakan sumber energi utama pada latihan
jasmani yang
syarat kadar glukosa darahhnya tidak diatas 250 mg/dL dan tidak dibawah 100
mg/dL.
glikemik yang buruk, neuropati, penyakit pembuluh darah perifer, atau perawatan
kaki yang buruk. Dan merupakan salah satu penyebab umum osteomielitis dan
otonom juga merupakan faktor pencetus lain. Akhirnya, trauma kalus yang sering
pembuluh darah kecil di tungkai dan kaki, yang menyebabkan gangguan vaskular,
yang merupakan penyebab lain infeksi kaki diabetik. Karena darah tidak dapat
gangren.
Gambar 3.32. Pathways Kaki Diabetik
Penanganan kaki diabetes dapat di bagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer) dan
pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder)
A. Pencegahan Primer
kaki yang kurang merasa/insentif (kategori 3 dan 5), alas kaki perlu
B. Pencegahan Sekunder
Wound control
Vascular control
Metabolic control
Educational control
darah. Selain itu juga harus diperhatikan dan diperbaiki seperti konsentrasi
albumin serum, konsentrasi Hb dan derajat oksigenasi jaringan. Demikian
dapat dikenali memalui berbagai cara seperti: warna dan suhu kulit,
perabaan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta ditambah
engukuran tekanan darah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara
pemeriksaan arteriografi.
otak) obat seperti aspirin dan berbagai obat DM, dapat bermanfaat untuk
pembuluh darah kaki penyandang DM. Tetapi sampai saat ini belum ada
bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin
penyandang DM.
yang Panjang dianjurkan bedah pintas terbuka. Untuk oklusi yang pendek
merupakan hal yang haris dikerjakan dengan baik dan teliti. Klasifikasi
ulkus pedis dilakukan setelah debridemen yang adekuat. Saat ini terdapat
mikroba pada luka seperti, cairan salin sebagai pembersih luka, atau
yodine encer, senyawa silver sebagai bagian dari dressing. Demikian pula
untuk luka yang dalam dan berbau, untuk itu kalipertama diberikan
Temporary shoes
Felt padding
Crutches
Wheelchair
Electric cart
Cradle insoles
pada luka seperti: 1). Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses, 2).
Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe, metatarsal head
Sapra A, Bhandari P. [Updated 2021 Sep 18]. Diabetes Mellitus. In: StatPearls
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/
American Diabetes Association (2010). Diagnosis and classification of diabetes
https://doi.org/10.2337/dc10-S062
Wild, S., et al. (2004) Global Prevalence of Diabetes: Estimates for 2000 and
Walsh, K.B., Lodoen, M.B., Edwards, R.A., Lanier, L.L. and Lane, T.E., 2008.
Evidence for differential roles for NKG2D receptor signaling in innate host
defense against coronavirus-induced neurological and liver disease. Journal of
virology, 82(6), pp.3021-3030.
Tjokroprawiro, A. dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo
Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga.
Sola, D., Rossi, L., Schianca, G. P., Maffioli, P., Bigliocca, M., Mella, R.,
Corlianò, F., Fra, G. P., Bartoli, E., & Derosa, G. (2015). Sulfonylureas and their
use in clinical practice. Archives of medical science : AMS, 11(4), 840–848.
https://doi.org/10.5114/aoms.2015.53304
Mladen Savikj, juleen R. Zierath. 2020. Train like an athlete: applying exercise
intervention to manage type 2 diabetes. Diabetologia (2020) 63:1491–1499