Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

FENOTIPIK MUTAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) KULTIVAR


DOULU

BIDANG KEGIATAN
PKM

Diusulkan oleh:
Ruth Dewi Simanjuntak 4153220017 2015
Rahel Anggita Siregar 4153220013 2015
Daniel Bobby Tarigan 4181141003 2018

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang putih (Allium sativum) merupakan hasil pertanian yang mempunyai


nilai ekonomis tinggi karena banyak dibutuhkan oleh masyarakat untuk berbagai
macam keperluan. Bawang putih selain digunakan untuk kebutuhan bumbu dapur,
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan makanan, ataupun sebagai obat-obatan.
Tanaman bawang putih berpotensi untuk dikembangkan, mengingat tingkat
kebutuhan konsumsi yang masih belum seimbang dengan tingkat produksi (Cahyono,
1996). Umbi bawang putih mengandung sejenis minyak atsiri yang berbau
menyengat hidung. Adanya kandungan minyak atsiri membuat bawang putih dapat
digunakan sebagai bahan obat-obatan (Rahayu, 2007).

Data Kementrian Pertanian mencatat konsumsi bawang putih masyarakat pada


2016 mencapai 465,1 ribu ton sementara produksi hanya sekitar 21,15 ribu ton
sehingga terjadi deficit 443,95 ribu ton. Pada 2017, konsumsi bawang putih
diperkirakan mencapai 482,19 ribu ton sedangkan produksi hanya 20,46 ribu ton
sehingga terjadi deficit 461,74 ribu ton. Besarnya kebutuhan bawang domestic
membuat sementara produksi lokal terbatas dengan pemerintah harus mendatangkan
komoditas tersebut dari luar negeri, yakni Tiongkok dan India. Menurut (Ayu dkk,
2016) Salah satu penyebab utama adalah kehadiran bawang putih impor yang kualitas
umbinya diakui lebih baik dibandingkan dengan umbi bawang putih lokal dengan
harga yang terjangkau oleh konsumen.

Di Sumatera Utara terdapat bawang putih lokal yaitu kultivar Doulu, dimana
kultiver ini belum banyak dilaporkan. Penyebaran bawang putih kultivar Doulu di
daerah Kabupaten Karo dan Dairi. Di kabupaten Karo Bawang Putih lokal kultivar
Doulu dijumpai di desa Doulu Kecamatan Berastagi pada ketinggian 1305 m diatas
permukaan laut dan di desa Merek Kecamatan Merek pada ketinggian 1446 m diatas
permukaan laut, serta di deasa Tongging Kecamatan Merek pada ketinggian 917 m
diatas permukaan laut sedangkan di Kabupaten Dairi di desa Silalagi dan Situngkir
Kecamatan Silahisabungan pada ketinggian 926 dan 924 m diatas permukaan laut
(Sinaga,2016)

Masalah yang dihadapi dalam perbaikan varietas bawang putih adalah


rendahnya keragaman genetik karena tanaman ini diperbanyak secara vegetatif.
Keberhasilan program pemuliaan pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif
sangat kecil karena seleksi hanya dapat dilakukan dengan memanfaatkan keragaman

2
genetik di alam (Duvick, 1989). Untuk meningkatkan hasil produksi bawang putih
lokal, maka perlu diupayakan pengadaan bibit bawang putih dengan produksi tinggi,
tahan terhadap hama, memiliki umbi yang besar, lebih harum dan tahan terhadap
kondisi lingkungan. Usaha tersebut dapat ditempuh melalui pemuliaan tanaman
bawang putih lokal dengan radiasi sinar gamma. Keunggulan dari metode ini adalah
memperoleh varietas bakal unggul yang juga berbeda dari sifat induknya, sehingga
dapat memberi kemudahan dalam mendapatkan varietas bawang putih yang bakal
unggul

Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk


memperbaiki karakter atau sifat tanaman yang telah ada sebelumnya menjadi lebih
baik sehingga lebih menguntungkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Perubahan kuantitatif diantaranya adalah perubahan tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah ruas, jumlah cabang, lebar dan panjang daun, sedangkan perubahan kualitatif
yaitu perubahan penampilan tanaman berupa perubahan warna dan bentuk daun.
Selain itu keragaman yang tinggi juga dapat dilihat dari nilai koefisien keragaman
fenotip, koefisien keragaman genotipe dan heritabilitas tinggi. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa irdiasi sinar gamma dapat menimbulkan keragaman
genetik pada tanaman.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana keragaman fenotipik mutan bawang putih kultivar Doulu generasi


MV2

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui keragaman fenotipik mutan bawang putih kultivar Doulu


generasi MV2.

1.4 Luaran dan Manfaat Penelitian

Luaran berupa artikel fenotipik mutan bawang putih kultivar Doulu generasi
MV2 dan umbi bawang putih kultivar Doulu generasi MV3.
Mengetahui keragaman fenotipik mutan bawang putih kultivar Doulu generasi
MV2 dengan sinar radiasi gamma 2gy, 4 gy, 6 gy, 8 gy, dan 10 gy.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Bawang Putih


Bawang putih termasuk anggota bawang-bawangan yang paling populer dan
telah lama menjadi bagian kehidupan masyarakat di berbagai peradaban dunia.
Bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar mkanan, dan juga sebagai
penangkal berbagai macam penyakit. Bawang putih mengandung banyak senyawa
sulfur dan alliin (Hardiyanto dkk, 2007).
Menurut Tjitrosoepomo (1998), tanaman bawang putih diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospemae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo : Liliales / Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum L

2.2 Morfologi Tanaman Bawang Putih


Berdasarkan penelitian Sinaga dan Gultom (2016) menyatakan bahwa
morfologi bawang putih lokal Doulu memiliki morfologi tinggi tanman 40-57 cm,
warna daun hijau dan orientasi daun menyebar. Umbi berwarna putih keunguan yang
berbentuk flat globe, diameter umbi berkisar antara 2,2-3,9 cm dan struktur umbi
yang tidak teratur. Siungnya berwana puti keunguan dn jumlah siung 6-18 siung/umbi
dan bawang putih tunggal berbentuk globe.

Bagian–bagian tumbuhan bawang putih kultivar Doulu dapat dideskripsikan


sebagai berikut (Sinaga, 2016) :
1. Daun
Tinggi tanaman bawang Doulu adalah 40-57 cm dan daun yang berwarna
hijau. Bentuknya pipih kecil rata, tidak berlubang dan agak melengkung ke arah
dalam. Jumlah daun yang dimiliki adalah 7-9 helai. Pelepah daunnya panjang sampai
ke dalam tanah, serta memiliki orientasi daun menyebar.

2. Umbi
Warna umbi yang dimiliki bawang putih kultivar Doulu adalah putih
keunguan dan diameter umbi antara 2,2-3,9 cm. Bentuk umbi flat globe dengan
struktur umbi tidak teratur.

4
3. Siung
Warna siung bawang putih kultivar Doulu adalah putih keunguan, dengan
warna ungu yang lebih pekat di bagian pangkal siung bawang putih. Jumlah siung per
umbi berkisar 6-18 siung/umbi. Selain itu, ada juga bawang putih yang memiliki 1
siun atau sering disebut bawang lanang memiliki warna umbi berwarna putih dan
bentuk globe.

4. Bulbil
Bulbil bawang putih terbentuk karena modifikasi dari bunga majemuk bagian
bawah menjadi badan yang jika lepas dan jatuh ke atnah akan tumbuh menjadi
individu baru. Bulbil bawangputih berwarna ungu muda dan terletak di bagian tengah
batang semu.

5. Sistem Perakaran
Akar bawang putih terletak di batang pokok, tepatnya di bagian dasar umbi
atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Sistem perakaran berupa akar serabut
(monokotil) yang pendek-pendek yang menhujam ke dalam tanah tidak terlalu dalam,
sehingga mudah goyah oleh angin dan air yang berlebihan.fungsi akar serabut ini
hanya sebagai penghisap makanan, bukan pencari air dalam tanah (Husain, 2015).

6. Perbungaan
Bunga bawang putih berupa bunga majemuk,bertangkai, berbentuk bulat, dan
menghasilkan biji untuk keperluan generative. Bunganya hanya kelihatan dari luar
sebagian, bahkan sering tidak kelihatan samasekali dan lebih parah lagi, seringkali
bunga tidak terbentuk karena sudah gugur sewaktu masih dalam tahap tunas bunga
(Syamsiah dan Tajuddin, 2003).

7. Kandungan Tanaman Bawang Putih


Kandungan dan Manfaat Bawang Putih (Allium sativum) Tanman bawang
putih (Allium sativum) memiliki aroma yang menusuk tajam dan rasa yang persisten.
Tanaman bawang putih memiliki aroma yang khas berasal dari zat aktif utama yaitu
allicin.

2.3 Induksi Mutasi


Mutasi induksi merupakan teknik yang tepat untuk merakit keragaman baru
pada tanaman yang berbiak secara vegetatif. Mutasi induksi dengan radiasi sinar
gamma pada tanaman hias, tanaman mint, tanaman berkayu, maupun tanaman
berumbi (Suprasanna, 2012). Mutasi dapat digunakan untuk meningkatkan
keragaman genetik sehingga memungkinkan bagi pemulia tanaman membuat seleksi
sesuai dengan genotip yang diinginkan (Griffiths dkk., 2005). Mutasi induksi dapat

5
dilakukan dengan menggunakan mutagen bersifat kimia, fisik dan biologis (Jusuf,
2001).
Keragaman dapat terjadi pada tingkat spesies yang disebabkan oleh faktor
genetik dan lingkungan (Hartati dan Darsana, 2015). Nilai keragaman yang
dihasilkan cukup rendah (< 50%) disebabkan oleh genotipe berasal dari spesies yang
sama dan dibudidayakan secara vegetatif (Sari, 2016). Salah satu cara untuk
mengetahui hubungan kekerabatan dan jarak genetik masing-masing genotipe koleksi
adalah dengan melakukan karakterisasi morfologi (Widowati, 2016). Karakter
kuantitatif merupakan karakter yang tidak dapat dibedakan secara sederhana.
Karakter kuantitatif harus diukur dengan alat ukur tertentu yang hasilnya bersifat
kuantitatif. Hal ini dikarenakan karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen
(Syahruddin, 2012)

2.4 Iradiasi Sinar Gamma

Sinar gamma (γ) merupakan jenis iradiasi yang biasa digunakan dalam
berbagai bidang karena bermuatan netral, panjang gelombang pendek dan daya
tembus paling tinggi sehingga energi sinar gamma yang dipancarkan sumber terhadap
target dapat menimbulkan perubahan pada komposisinya. Besar kecilnya perubahan
efek iradiasi sinar gamma tergantung dari energi dan waktu sumber radio aktif
(Lehninger, 1994). Pada umumnya sinar gamma yang digunakan untuk radiasi adalah
hasil peluruhan inti atom Cobalt-60. Cobalt- 60 adalah sejenis metal yang mempunyai
karakteristik hampir sama dengan besi/nikel (Sinaga, 2000).

Radiasi sinar gamma mengakibatkan mutasi yakni peristiwa perubahan


struktur baik dalam gen maupun kromosom. Akibat dari mutasi inilah munculnya
keragaman. Penurunan karakter vegetatif tanaman merupakan pengaruh dari iradiasi
yang bersifat acak dan tidak dapat diramalkan. Pengaruh iradiasi yang bersifat acak
tersebut yakni dapat bersifat positif dengan sifat karakter yang baik sesuai karakter
yang diinginkan dan bersifat negatif karena muncul karakter yang tidak diharapkan.
Sifat-sifat tersebut kemudian menghasilkan berbagai keragaman fenotipik (Kadir
dkk., 2007). Efek dari iradiasi sinar gamma tidak tetap tetapi interaktif dan tergantung
pada faktor lingkungan (Kim dkk., 2005)

6
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, K. C. A, Pasangka B., dan Bukit, M., (2016). Penerapan Radiasi


Multigamma Untuk Pengembangan Bawang Putih Lokal Timor. 1(1)

Cahyono. 1996. Penanaman Bawang Putih Dataran Tinggi. TeknikPengembangan


Budiday Dan Prospek Bisnisnya. CV Aneka. Solo. 65 hal.

Duvick, D. N. Genetic Contribution to Yield Grain of Five Major Crop Plants.


Crop. Sci. Soc. OF Amer. Special Publ. Madison. p 15-47

Griffiths, dkk. 2005. Introduction to Genetic Analysis. WH. Freeman and Company, New
York.

Hardiyanto, D., N. F, Supriyanto, (2007). Eksplorasi, Karakterisasi, dan Evaluasi


Beberapa Klon Bawang Putih Lokal, J. Hort. 17 (4).

Husain. N. A., (2015). Stusi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat
Berabasis Pengetahuan Lokal di Kabupaten Enrekang. Fakultas Pertanian.
Universitas Hasanuddin Makassar.

Jusuf, M. 2001. Genetika I Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto, Jakarta.

Kim, J. H., B. Y. Chung, K. J. Sung, and S. G. Wi. 2005. Effets of planta gamma
irradiaton on growth, photosynthesis and antioxidative capacity of red
pepper (Capsicum annum L.) plants. J. Of Plant Biology. 48 (1) : 47 56.

Sari, V. 2016. Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium cepa L.) Berdasarkan
Marka Morfologi dan ISSR. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sinaga R, 2000. Pemanfaatan Teknologi Iradiasi dalam Pengawetan Makanan.


Prosiding 2 Seminar Ilmiah Nasional dalam Rangka Lustrum IV.

Sinaga, Q., Gultom, T., (2016). Survei Penyebaran dan Morfologi KultivarBawang
Putih Lokal Sumatera Utara. Skripsi. Fmipa. Unimed. Medan.

Syamsiah, I. S., Tajuddin, (2003). Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik
Alami. Agromedia. Jakarta Selatan.

Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Gadjah Mada


Universitas Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai