Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Pelaksanaan konstruksi merupakan bentuk nyata dari hasil perencanaan yang telah

dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan konstruksi tersebut dilaksanakan oleh

kontraktor dalam pengawasan konsultan pengawas. Tahapan ini merupakan yang

terpenting dari suatu proyek, oleh karena itu sebelum memulai harus dipersiapkan

dahulu segala sesuatunya yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan,

penjadwalan kegiatan, rencana kerja dan profesionalisme tenaga kerja pelaksana

yang mengatur jalannya pekerjaan serta ketepatan pengambilan keputusan

terhadap permasalahan yang ditemui di lapangan.

Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan, kotraktor pelaksana harus memiliki

dokumen awal pelaksanaan seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS

(Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) serta dokumen lainnya. Selanjutnya kontraktor

pelaksana membuat shop drawing sebagai gambar detail pelaksanaan dan as built

drawing sebagai laporan akhir gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan

setelah adanya pekerjaan tambah maupun kurang.

Pelaksanaan proyek pembangunan gedung radioterapi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek memiliki beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah pekerjaan

persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan substruktur, pekerjaan beton bertulang

ruang radioterapi, pekerjaan beton bertulang ruang administrasi, pekerjaan


plafond, pekerjaan keramik lantai dan dinding, pekerjaan pengecatan, pekerjaan

sanitair, pekerjaan fasade, pekerjaan mekanikal elektrikal, pekerjaan dinding,

kusen pintu dan jendela. Semua pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-

masing yang saling berhubungan satu sama lain. Apabila ada salah satu pekerjaan

saja yang tertunda dalam pelaksanaan maka akan mempengaruhi pelaksanaan

pekerjaan lainnya. Adapun pekerjaan yang diamati saat memulai kerja praktik

pada proyek pembangunan gedung radioterapi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

terdiri dari pekerjaan substruktur, pekerjaan beton bertulang ruang admistrasi, dan

pekerjaan beton bertulang ruang radioterapi.

A. Pekerjaan Ruang Administrasi

1. Pekerjaan Substruktur

Pekerjaan substruktur pada proyek pembangunan ruang administrasi

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek ini adalah pekerjaan pondasi foot plat

dengan kombinasi pondasi batu belah. Dibawah ini merupakan urutan

pekerjaan pondasi foot plat, sebagai berikut:

a) Menggali tanah untuk pondasi foot plat sesuai gambar kerja dengan

bantuan excavator.

b) Merakit tulangan sesuai gambar kerja dengan tulangan ulir berdiameter

D13, D16 dan D19. Bekisting dipasang setelah tulangan selesai dirakit
Gambar 35. Pemasangan bekisting

c) Mengecor pondasi foot plat menggunakan beton ready mixed K-250.

Gambar 36. Mengecor pondasi foot plat

d) Membuat pondasi batu belah yang menerus menghubungkan setiap

pondasi foot plat.


Gambar 37. Pembuatan pondasi batu belah

2. Pekerjaan struktur

a. Pekerjaan Sloof

Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak diatas fondasi. Sloof

berfungsi untuk meratakan beban yang diterima oleh pondasi dan

sebagai pengunci dinding agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan

pada tanah. Dibawah ini merupakan urutan pekerjaan pondasi sloof :

a) Merakit 6 tulangan ulir dengan diameter 16 mm dan sengkang

diameter 10 mm untuk sloof tipe S1 dan 4 tulangan ulir dengan

diameter 10 mm dengan sengkang diameter 6 mm untuk sloof tipe

SP.
Gambar 38. Merakit tulangan sloof

b) Mengecor sloof dengan beton ready mixed dengan mutu beton K-

250.

b. Pekerjaan Kolom

Menurut Sudarmoko (1996) kolom adalah batang tekan vertikal dari

rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan

suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari

suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan

lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang

bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.

Proyek pembangunan gedung radioterapi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek terdiri dari dua lantai dimana kolom pada lantai dua sama

dengan kolom pada lantai 1. Urutan pekerjaan kolom sebagai berikut :

a) Merakit tulangan ulir diameter 19 mm dan sengkang diameter 10

mm sesuai dengan detail kolom K1, K2 dan K3.

b) Memasang bekisting dan memasang penahan bekisting pada setiap

kolom.
c) Mengecor kolom dengan ready mixed K-250 dari PT Adhi Karya.

c. Pekerjaan balok

Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan

dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-

elemen kolom penopang. Selain itu balok juga berfungsi sebagai

pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom

tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan posisinya

semula. Pola gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok

melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal

material. Urutan pekerjaan balok adalah :

a) Memasang scaffolding sejajar sesuai kebutuhan.

Gambar 39. Memasang scaffolding

a) Merakit tulangan dengan menggunakan tulangan ulir diameter 10

mm, 13 mm, 16 mm dan 19 mm dengan kawat bendrat sesuai

dengan gambar kerja.


Gambar 40. Merakit tulangan balok

b) Memasang bekisting pada balok dengan menggunakan multipleks.

c) Mengecor balok bersamaan dengan plat lantai dengan beton ready

mixed dengan mutu beton K-250.

d) Melakukan curing dengan menyiramkan air pada beton

d. Pekerjaan plat lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,

merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan

tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu

pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh

besar lendutan yang diinginkan, lebar bentangan atau jarak antara

balok-balok pendukung, bahan konstruksi dan plat lantai. Di bawah

ini merupakan urutan pekerjaan plat lantai :

a) Memasang scaffolding sejajar sesuai kebutuhan sebagai penyangga

bekisting.

b) Memasang multipleks sebagai bekisting plat lantai.


Gambar 41. Memasang multipleks

c) Merakit tulangan berdiameter 10 mm di atas multipleks sesuai

dengan gambar kerja.

Gambar 42. Merakit tulangan plat lantai

d) Mengecor plat lantai dengan beton ready mixed K-250 bersamaan

dengan pengecoran balok.

e) Melakukan perawatan beton dengan penyiraman secara teratur.


e. Pekerjaan plat atap

Plat atap memiliki fungsi yang hamper sama dengan plat lantai.

Dimensi plat atap umumnya lebih kecil dibandingkan dengan plat

lantai. Plat atap juga didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada

kolom-kolom bangunan. Urutan pengerjaan plat atap sebagai berikut :

a) Memasang scaffolding sejajar sesuai kebutuhan sebagai penyangga

bekisting.

Gambar 43. Memasang scaffolding

b) Memasang multipleks sebagai bekisting plat atap.

c) Merakit tulangan berdiameter 10 mm di atas multipleks sesuai

dengan gambar kerja.


Gambar 44. Merakit tulangan plat atap

d) Mengecor plat atap dengan beton ready mixed K-250 bersamaan

dengan pengecoran balok.

e) Melakukan perawatan beton dengan penyiraman secara teratur.

B. Pekerjaan Ruang Radioterapi

1. Pekerjaan Substruktur

Pekerjaan substruktur pada proyek pembangunan ruang radioterapi RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek ini adalah pekerjaan pondasi bore pile dan pile cap.

Dibawah ini merupakan urutan pekerjaan pondasi bore pile, sebagai

berikut:

a. Pengeboran dilakukan dengan mesin bore pile mini crane dengan

diameter 40 cm. 117 titik ditandai sesuai gambar kerja dan dibor

dengan kedalaman 7 m.
Gambar 45. Pengeboran pondasi bore pile

b. Setelah proses pengeboran selesai, tulangan ulir dengan diameter 13

yang sudah dirakit dimasukan ke dalam lubang. Pengecoran dilakukan

dengan beton ready mixed mutu beton K-250 sedalam 6 m dengan

bantuan pipa.

Gambar 46. Pengecoran pondasi bore pile


2. Pekerjaan struktur

a. Pekerjaan pile cap

Setelah proses pengecoran pondasi bore pile dilanjutkan dengan

pekerjaan  pile cap. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari

stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub

structure) selesai dilaksanakan. Pile cap tersusun atas tulangan baja

ulir berdiameter 10 mm dan 16 mm yang membentuk suatu bidang

dengan ketebalan 2050 mm dan lebar yang berbeda-beda tergantung

dari jumlah tiang yang tertanam.

Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk persegi, segitiga

dan persegi panjang. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada

yang mengikat 2, 3 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu. Ada

pun urutan pekerjaan pembuatan pile cap sebagai berikut :

a) Setelah pengecoran pondasi bore pile, dilakukan penggalian tanah

dengan kedalaman 1 meter rencana dengan urugan pasir setebal 5

cm dan pembuatan lantai kerja setebal 5 cm dengan mutu beton K-

175.

b) Pada pekerjaan pile cap digunakan bekisting batako kemudian

dilakukan perakitan tulangan dengan tulangan ulir diameter 10 dan

13.
Gambar 47. Perakitan tulangan pile cap

c) Setelah perakitan bekisting selelai dilakukan pengecoran dengan

beton ready mixed K-500 dengan bantuan concrete pump truck.

Gambar 48. Pengecoran pile cap

b. Plat lantai

Plat lantai adalah struktur yang pertama kali menerima beban, baik itu

beban mati maupun beban hidup yang kemudian menyalurkannya ke

sistem struktur rangka yang lain. Pada plat lantai hanya diperhitungkan

adanya beban tetap yang bekerja secara tetap dalam waktu lama.
Sedangkan beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak

diperhitungkan. Dibawah ini urutan pekerjaan plat lantai pada ruang

radioterapi :

b) Membuat lantai kerja setebal 5 cm dengan mutu beton K-300.

c) Merakit tulangan dengan diameter 10 mm menggunakan kawat

bendrat.

Gambar 49. Merakit tulangan plat lantai

d) Mengecor plat lantai setebal 45 cm dengan beton ready mixed

dengan mutu beton K-500.

c. Pekerjaan plat dinding

Dinding ruang radioterapi harus didisain sedemikian rupa sehingga

sistem proteksi tidak terganggu dengan adanya sambungan, lubang

pengkabelan, pipa atau benda lain yang melewati dalam dinding.

Pada proyek pembangunan ruang radioterapi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek menggunakan dinding yang dicor dengan beton ready mixed

setinggi 4 meter. Urutan pembuatan dinding sebagai berikut :


a) Memasang bekisting dengan menggunakan multipleks 20 mm

pada

satu sisi dinding.

b) Merakit tulangan ulir diameter 16 mm dan 10 mm dan tulangan

polos

diameter 10 mm sesuai dengan gambar kerja. Di beberapa titik

dipasang beton decking untuk menjaga tebal selimut.

Gambar 50. Merakit tulangan plat dinding

c) Mengecor dinding dengan beton ready mixed mutu K-500 dari

PT. Prima Mix. Pengecoran dilakukan secara menerus dengan

bantuan Concrete pump truck.


Gambar 51. Mengecor plat dinding

d) Melepas bekisting dan melakukan curing dengan menyemprotkan

air pada beton.

d. Pekerjaan plat atap

Plat atap pada proyek pembangunan ruang radioterapi RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek memiliki ketebalan yang berbeda untuk ruang

therapy linac dan brachyteraphy. Pada proses pengecoran beton

ready mixed ditambahkan dengan cairan waterproofing integral.

Urutan dari pekerjaan plat atap sebagai berikut

a) Memasang scaffolding sejajar sesuai kebutuhan.

b) Memasang multipleks setebal 20 mm sebagai bekisting.

c) Memasang IWF setebal 2 mm dan steel deck di atasnya sebagai

pengganti bekisting bagian bawah.

d) Merakit tulangan ulir berdiamater 16 mm dan 10 mm dan

sengkang berdiameter 10 mm sesuai gambar kerja dengan kawat

bendrat.
Gambar 52. Merakit tulangan plat atap ruang radioterapi

e) Mengecor plat atap dengan beton ready mixed dari PT. Adhi

Karya dengan mutu beton K-500. Pengecoran dilakukan dua

tahap pada ruangan therapy linac dengan tebal 1 m pada tahap

pertama dan 1,6 m pada tahap kedua, sedangkan pada ruangan

brachyteraphy hanya dilakukan 1 tahap setebal 1 m.

Gambar 53. Mengecor plat atap ruang radioterapi


C. Pengawasan Proyek

1. Tinjauan Umum

Pengawasan pelaksanaan pembangunan pada suatu proyek harus ada, hal

ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadi penyimpangan

terhadap peraturan yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. Selain

itu, pengawasan proyek dimaksudkan untuk menjamin kesesuaian hasil

pembangunan dengan rencana pelaksanaan proyek, program pelaksanaan

proyek, perintah dari pengelola proyek dan ketentuan–ketentuan lain

yang ditetapkan serta disyaratkan dalam dokumen kontrak, termasuk

tindakan korelatif terhadap penyimpangan tersebut. Selama proses

pekerjaan masih berjalan, pengawasan proyek berfungsi sebagai alat

untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang sesuai dengan rencana

pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai, pengawasan proyek berfungsi

sebagai alat evaluasi proyek tersebut.

Pengawasan proyek bukan merupakan alat untuk menunjukkan

keburukan atau kekurangan dari sistem manajemen yang sudah ada,

karena wujud nyata pengawasan proyek merupakan tindakan

pengendalian terhadap semua pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil dari

pengawasan dapat dijadikan pedoman pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

Pengendalian proyek dilakukan dengan cara tertentu dan teliti agar dapat

dimanfaatkan kembali serta diperoleh biaya yang seekonomis mungkin.

Dengan merumuskan suatu metode pengendalian proyek yang cermat


dan efisien, diharapkan bisa membantu perencanaan proyek agar lebih

terarah dan berkembang.

Secara umum pengawasan proyek meliputi hal–hal sebagai berikut :

a. Penentuan Standar

Semua kriteria proyek sebagai tolak ukur dalam menilai hasil karya

pembangunan dari segi mutu, biaya, dan waktu harus senantiasa

disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Syarat–syarat (RKS).

b. Pemeriksaan

Pelaksanaan kegiatan pembangunan suatu proyek harus diperiksa

dengan melihat kesesuaian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan

rencana yang telah ditetapkan. Selanjutnya ditetapkan evaluasi atau

pengamatan terhadap hasil–hasil pemeriksaan, untuk menjadi bahan

pertimbangan dan sebagai acuan pada pelaksanaan proyek

selanjutnya.

c. Tindakan korelatif

Suatu tindakan harus diambil jika ada penyimpangan terhadap

rencana semula. Hal ini ditujukan untuk mengadakan perbaikan,

memperbaiki penyimpangan, dan mengantisipasi keadaan yang tidak

terduga, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan berikutnya akan

diperoleh syarat–syarat pelaksanaan, penyesuaian, serta modifikasi

gambar.

Pengendalian proyek meliputi:

1. Pengawasan mutu material;

2. Pengawasan mutu beton;


3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan;

4. Evaluasi kemajuan pekerjaan.

2. Pengawasan Mutu Material

Pada proyek ini tidak dilakukan uji laboratorium untuk mengawasi mutu

material yang digunakan, pengawasan hanya dilaksanakan dengan

pengamatan langsung di lapangan, hal ini karena material-material

(bahan-bahan) yang digunakan telah memenuhi standar. Sebelum masuk

ke lokasi proyek, material diperiksa dan disetujui oleh pengawas proyek,

apakah telah sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Jika

mutu dan spesifikasi material yang masuk tidak sesuai dengan RKS maka

pengawas proyek berhak untuk menolak dan mengeluarkannya dari

lokasi proyek. Keputusan diambil setelah dilakukan konsultasi antara

pengawas dengan kontraktor, sehingga dapat dicari alternatif

penggantinya. Material yang perlu diawasi antara lain:

a. Semen

Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah merk, jumlah, dan

kondisi semen yang tiba di lokasi dalam keadaan baik dan sesuai

dengan pesanan. Bila belum digunakan, semen ditumpuk di tempat

yang baik seperti di gudang dengan tinggi penumpukan tidak lebih

dari 1,5 m dengan memakai alas supaya terhindar dari kelembaban

yang dapat menurunkan kualitas semen tersebut.

b. Agregat Halus (Pasir)

Pengawasan yang dilaksanakan untuk material pasir adalah sebagai

berikut.
1. Dengan melihat warna dan

variasi butiran apakah mengandung lumpur atau tidak. Bila pasir

berwarna coklat tanah maka pasir mengandung banyak lumpur.

2. Dengan melihat apakah pasir

yang digunakan tidak mengandung kotoran yang berlebihan.

3. Dengan memeriksa kadar air

pasir dengan menggenggam pasir, apabila setelah genggaman

dibuka pasir menggumpal berarti kadar airnya cukup tinggi.

4. Dari hasil pengawasan

diketahui bahwa pasir yang digunakan mempunyai kualitas yang

cukup baik yaitu tidak berwarna coklat, tidak mengandung

kotoran yang berlebih serta tidak mengandung kadar air yang

tinggi.

c. Agregat Kasar (Kerikil/Split)

Pengawasan yang dilaksanakan meliputi tekstur, kadar air, kadar

lumpur, ketahanan dari pengaruh cuaca, dan kebersihan kerikil.

Kerikil yang baik harus memiliki tekstur yang kasar, runcing

(bersudut) dan berwarna hitam, selain itu kerikil harus tidak mudah

pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti panas matahari dan

hujan. Dari hasil pengamatan secara visual di lapangan di ketahui

kerikil yang digunakan memiliki tekstur yang bagus, tahan terhadap

perubahan cuaca serta memiliki kadar air maupun lumpur yang

rendah.
d. Baja Tulangan

Pengawasan terhadap baja tulangan meliputi kebersihan, jenis dan

diameter tulangan apakah telah sesuai dengan perencanaan atau

tidak. Sebaiknya baja tulangan diletakkan di tempat yang tidak

lembab dan terlindung dari hujan.

Pada proyek ini baja tulangan diletakkan di lokasi terbuka, sehingga

baja tulangan langsung terkena cuaca panas maupun hujan.

Meskipun demikian baja tulangan tetap dalam kondisi layak

digunakan karena cukup bersih dari kotoran maupun korosi karena

tidak terlalu lama ditempatkan di lokasi terbuka. Dalam perakitan

tulangan, baja tulangan yang digunakan telah sesuai dengan gambar

baik dari segi jenis dan diameter yang digunakan.

e. Kayu

Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah ukuran dan jenis

kayu telah sesuai dengan pesanan serta dalam kondisi baik, antara

lain harus lurus dan tidak terdapat cacat kayu (retak, mengandung

banyak kadar air, terserang rayap, dan cacat mata kayu).

f. Air

Pengawasan dilakukan secara visual yaitu dengan melihat apakah air

yang digunakan telah bersih dari kotoran yang larut maupun rapuh

seperti lumpur, minyak, serpihan kayu, dan sampah. Dari hasil

pengamatan, kondisi air yang digunakan sangat layak karena

menggunakam air sumur bor dan telah menuhi syarat-syarat diatas.


3. Pengawasan Mutu Beton

Pengawasan beton ready mix dapat dilakukan dengan melakukan uji

slump di lokasi proyek dan uji silinder di laboratorium. Dari uji slump

dapat diperoleh tingkat kelecakan beton dalam pengecoran, sedangan dari

uji silinder beton dapat diketahui apakah beton ready mix telah

memenuhi persyaratan nilai kuat tekan yang direncanakan.

Pada proyek ini hanya dilaksanakan pengambilan sampel berbentuk

silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 15 cm. Pengujian kuat tekan

beton untuk benda uji dilaksanakan di laboratorium Universitas

Lampung, dengan disaksikan oleh pengawas dan pihak kontraktor.

Gambar 54. Slump test

4. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan

Supaya diperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan perlu

diadakan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan. Pada proyek ini


pengawasan yang dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan meliputi

antara lain sebagai berikut.

a. Perakitan tulangan yaitu jumlah tulangan yang digunakan, ukuran

tulangan, jarak antar tulangan, dan sambungan tulangan.

b. Perakitan bekisting yang meliputi ukuran dari bekisting dan cara

pemasangan.

c. Proses pengecoran yang dilakukan dengan memperhatikan cara

pemadatan, penulangan, dan tinggi jatuh adukan beton.

d. Proses finishing yaitu kesesuaian penempatan bahan dengan gambar,

kelurusan, jumlah, dan cara pemasangan bahan-bahan finishing.

e. Pada pekerjaan beton bertulang, beton tahu digunakan, tinggi jatuh

adukan beton kolom sesuai dengan ketentuan yaitu maksimal 1,5 m

dari masing-masing lantai. Pada pekerjaan beton bertulang

digunakannya vibrator untuk membantu pemadatan beton pada saat

pengecoran beton kolom maupun balok. Secara keseluruhan proses

pelaksanaan pekerjan telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan

RKS.

5. Evaluasi Kemajuan Pekerjaan

Untuk mengetahui sejauh mana realisasi pekerjaan yang telah dicapai

dalam sebuah proyek maka diperlukan suatu evaluasi yaitu berupa

laporan kerja. Dari laporan tersebut bisa diketahui jenis dan volume

pekerjaan yang telah dilaksanakan, perubahan-perubahan yang

dilakukan, kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan cara mengatasinya.

Dalam proyek ini laporan kerja tersusun dalam tiga bentuk yaitu:
a. Laporan Harian

Laporan harian dibuat kontraktor pelaksana. Laporan ini berisi

laporan pelaksanaan pekerjaan dalam satu hari yang memuat tentang

jumlah tenaga kerja, bahan yang diterima maupun ditolak, volume

pekerjaan yang dicapai, keadaan cuaca, pekerjaan tambahan,

pekerjaan kurang, perubahan pekerjaan dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan pelaksanaan proyek.

b. Laporan Progres Mingguan

Laporan progres mingguan dibuat oleh kontraktor pelaksana.

Laporan ini berisi besarnya progres pekerjaan yang dilakukan dalam

satu minggu, baik progres rencana maupun progres realisasi.

c. Laporan Bulanan

Setelah laporan harian dievaluasi dan disetujui, selanjutnya pihak

konsultan pengawas membuat laporan bulanan yang memuat tentang

kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek selama periode satu bulan.

Anda mungkin juga menyukai