PERDAGANGAN
BAB 23
PERDAGANGAN
I. PENDAHULUAN
157
stabilitas ekonomi dalam mengendalikan inflasi dan mengamankan
neraca pembayaran.
158
Penyelenggaraan pembangunan perdagangan juga harus selalu
mengarah pada terwujudnya Demokrasi Ekonomi. Oleh karena itu
harus dihindari sistem free fight liberalism yang menumbuhkan
eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam
sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan
kelemahan struktural ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam
perekonomian dunia; sistem etatisme dalam arti bahwa negara
beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan, mendesak dan
mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar
sektor negara; serta persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan
ekonomi pada satu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan
monopsoni yang merugikan masyarakat dan bertentangan dengan
cita-cita keadilan sosial.
159
h a r g a yang makin mantap, telah b e r h a s i l d i c i p t a k a n dan
dipertahankan st a bil it a s ha r ga , terpenuhinya dan terjaganya
kebutuhan pokok masyarakat serta berbagai komoditas penting
pada t i n g k a t yang wajar dan t e r j a n g k a u . Hal tersebut telah
memberikan sumbangan yang besar bagi upaya pengendalian
inflasi. Inflasi dalam Repelita V berada pada tingkat
terkendali, yaitu rata-rata 6, 9 persen per tahun jauh di bawah
tingkat inflasi sebelum atau pada awal Repelita I.
161
b. Perdagangan Luar Negeri
162
Pada awal tahun 1980-an sekitar 80 persen dari seluruh ekspor
Indonesia diserap oleh pasar Jepang, Amerika Serikat, dan
Singapura. Pada
akhir Repelita V, ketiga pasar tersebut hanya menyerap sekitar 55
persen dari seluruh ekspor. Selama periode 1988-1992 laju
peningkatan ekspor nonmigas ke negara tujuan utama lebih tinggi
daripada laju peningkatan rata-rata sebesar 18,6 persen, kecuali
Jepang. Laju peningkatan ekspor ke negara anggota Masyarakat
Eropa lebih tinggi daripada laju peningkatan ekspor ke negara
tujuan tradisional, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Di kawasan
Asia Timur negara tujuan ekspor yang cukup potensial adalah
Korea Selatan, Taiwan, dan Cina. Pertumbuhan nilai ekspor
komoditas nonmigas ke ASEAN dalam tahun 1992 melonjak
sebesar 39,2 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan nilai ekspor ke kawasan Asia Pasifik menunjukkan
perkembangan yang pesat. Nilai ekspor ke kawasan tersebut
meningkat dari sebesar US$6.463,9 juta pada tahun 1987 menjadi
sebesar US$16.226,2 juta pada tahun 1992, atau meningkat seki-
tar dua setengah kali hanya dalam enam tahun.
163
antara lain disebabkan oleh meningkatnya impor barang modal
beserta bahan baku dan penolong sebagai akibat terjadinya relokasi
industri dari negara tersebut ke Indonesia.
1. Tantangan
165
2. Kendala
3. Peluang
166
meningkat pula memberikan peluang bagi peningkatan perdagangan
dalam negeri.
1. Tantangan
Selama PJP I perkembangan ekspor nonmigas dicirikan oleh
dua hal, yaitu meskipun negara tujuan ekspor meluas, besarnya
ekspor masih terpusat di beberapa negara saja; dan meskipun
macam dan jenis komoditas ekspor nonmigas telah makin beragam,
basis ekspor masih terpusat pada beberapa komoditas saja, yaitu
tekstil dan pakaian jadi, kayu lapis dan kayu gergaji, udang dan
ikan, karet, dan alat-alat listrik. Oleh karena itu, dalam PJP II
tantangan dalam pengembangan pasar luar negeri adalah
memantapkan pasar tradisional dan meningkatkan penerobosan
pasar baru yang potensial, terutama di kawasan Asia Pasifik.
Tantangan lainnya adalah memperluas basis komoditas ekspor
Indonesia.
167
perdagangan bebas Amerika Utara (North America Free Trade
Agreement, NAFTA) dan pasar tunggal Eropa (PTE); berkembang-
nya berbagai masalah yang berdampak terhadap perdagangan
internasional, seperti masalah lingkungan dan berbagai masalah
politik. Di pihak lain, berkembang berbagai pasar baru yang poten-
sial, seperti negara di kawasan-Timur Tengah, Eropa Timur, dan
Amerika Latin. Sementara itu dengan telah berhasil dicapainya
kesepakatan Persetujuan Perdagangan Multilateral Putaran Uru-
guay (General Agreement on Tariffs and Trade, GATT) beberapa
hal penting kiranya perlu mendapat perhatian antara lain adalah
penurunan bea masuk dan penghapusan hambatan nontarif, terma-
suk untuk produk-produk pertanian; integrasi perdagangan produk
tekstil dan pakaian jadi ke dalam GATT; pengaturan aspek-aspek
perdagangan yang berhubungan dengan hak atas properti intelektu-
al; ketentuan penanaman modal yang berkaitan dengan perda-
gangan; perdagangan jasa-jasa; dan pembentukan Badan Perda-
gangan Dunia (World Trade Organization, WTO). Kesemuanya itu
menimbulkan tantangan dalam pengembangan perdagangan luar
negeri yaitu untuk meningkatkan secepatnya daya saing produk
nasional di pasar internasional dan di pasar dalam negeri kita
sendiri.
168
serta untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Dengan
demikian, merupakan tantangan pula untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pengendalian impor dalam rangka lebih mendorong
pengembangan produksi dalam negeri, baik untuk tujuan pasar
dalam negeri maupun ekspor serta mengamankan neraca pembayar -
an dan struktur ekonomi pada umumnya.
2. Kendala
169
ekspor ataupun yang terkait dengan komoditas itu sendiri. Masih
belum optimal berfungsinya lembaga pelayanan informasi dan
lembaga penunjang ekspor serta lembaga pembiayaan ekspor,
termasuk lembaga asuransi ekspor merupakan kendala pula dalam
peningkatan ekspor.
3. Peluang
170
IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN
PEMBANGUNAN
171
produksi, mutu komoditas, jaminan kesinambungan dan ketepatan
waktu penyerahan, serta penganekaragaman produk dan pasar,
yang didukung oleh penyempurnaan sarana dan prasarana perda-
gangan termasuk jaringan informasi pasar, peningkatan promosi
serta peningkatan akses pasar melalui kerja sama perdagangan
internasional dan regional, baik bilateral maupun multilateral.
Berbagai sarana dan prasarana penunjang ekspor terutama
perkreditan, perasuransian, lalu lintas keuangan, dukungan
perangkat hukum serta pelayanan usaha perlu makin dimantapkan.
Dalam pelaksanaan ekspor perlu dibina keterkaitan yang saling
menguntungkan antara produsen dan eksportir.
173
perdagangan informal, rumah tangga dan tradisional beserta
berkembangnya peranan koperasi di bidang perdagangan.
1) Sasaran PJP II
174
TABEL 23—1
SASARAN SEKTOR PERDAGANGAN
1994/95—1996/99
Akhir Repelita VI
Jenis Sasaran Satuan Repelita V 1)
1994/95 1995/96 1996/97 1997/96 1998/99 Rata—rata
1. Sektor perdagangan 2)
a. Pertumbuhan % 7,1 6,3 6,5 6,7 6,7 7,0 6,6
b. Kontribusi terhadap PDB % 17,1 17,2 17,3 17,3 17,4 17,5 17,3
Akhir Repelita VI
Jenis Sasaran Satuan Repelita V ' )
1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 1998/99
1. Penyerapan tenaga kerja sektor ribu orang 11.721 12.173 12633 13.096 13.562 13.917
perdagangan
a. Pertumbuhan
— Absolut ribu orang 454 452 460 463 466 355
— Persentase % 3,51 3,86 3,78 3,65 3,56 2,62
2) Sasaran Repelita VI
177
TABEL 23–3
SASARAN NILAI EKSPOR NON MIGAS MENURUT KELOMPOK BARANG
1994/95 – 1998/99
Akhir Repelita VI
Jenis Sasaran Satuan Repelita V 1)
1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 1998199 Jumlah
1. Hasil pertanian juta US$ 2.613,9 2.779,9 2.962,4 &165,2 3.391,0 3.639.1 15.937,6
Pertumbuhan % 11,2 6,4 6,6 6,9 7,1 7,3 6,8 2)
2. Hasil industri juta US$ 24.152,5 28.374,2 33.352,1 39.235,6 46.259,8 54.777,1 201.998,,8
Pertumbuhan % 15,5 17.5 17,5 17,6 17,9 18,4 17,8 2)
3. Hasil pertambangan juta US$ 1.402,5 1.607,9 1.851,7 2143,7 2466,8 2822,6 10.892,7
Pertumbuhan % -4.8 14.6 15.2 15,8 15,1 14,4 15.0 2)
4. Total nonmigas juta US$ 28.169,0 32762,0 38.166,1 44.544,5 52117.5 61.238,8 228.828,9
Pertumbuhan % 13,5 16,5 16,5 16,7 17,0 17.5 16,8 2)
179
berdasarkan hukum terhadap barang yang dipasarkannya, antara
lain dengan memberlakukan standardisasi mutu serta
meningkatkan penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat.
180
kewirausahaan, dan profesionalisme agar menjadi makin kuat,
maju, dan mandiri.
181
2) Peningkatan Struktur Ekspor Nonmigas
182
5) Pengembangan Sarana dan Prasarana Perdagangan
183
Untuk mendukung kerja sama perdagangan internasional itu di
dalam negeri akan ditingkatkan koordinasi dan keterpaduan gerak
langkah antara Pemerintah dan dunia usaha agar dapat lebih
mendorong peningkatan produksi, investasi, dan perdagangan yang
saling terpadu dan terkait secara lebih efisien dan produktif
sehingga dapat memanfaatkan terbukanya perekonomian dunia
secara optimal. Untuk itu, akan dikembangkan lembaga
perdagangan terpadu seperti trade mart dan trading house.
184
ekspor berbagai upaya penyuluhan dan pelatihan ditempuh untuk
mendorong para pengusaha itu bergabung ke dalam koperasi
pedagang di bidang ekspor. Koperasi yang telah dibentuk diberikan
berbagai bantuan teknis agar perkembangan mereka dapat lebih
pesat.
9) Pengendalian Impor
Pengendalian impor akan dimantapkan agar lebih menunjang
pengembangan industri dalam negeri, peningkatan investasi,
peningkatan nilai tambah, penggunaan sumber daya yang efisien,
penghematan devisa, perluasan kesempatan kerja, dan peningkatan
ekspor nonmigas.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
Dalam rangka mencapai sasaran Repelita VI, sesuai dengan
arahan GBHN 1993 dan sebagai pelaksanaan berbagai kebijak-
sanaan tersebut di atas, dikembangkan berbagai program
pembangunan sektor perdagangan yang terdiri atas program pokok
dan program penunjang.
185
1. Program Pokok
186
a) mengembangkan pasar desa dan pasar lelang lokal
untuk hasil-hasil pertanian dan perikanan;
187
(7) meningkatkan hubungan kemitraan yang saling menguntung-
kan antara usaha pedagang skala kecil, menengah, dan besar
serta untuk mengurangi kesenjangan ekonomi; dan
188
c. Program Pengembangan Kerjasama Perdagangan
Internasional
189
(1) meningkatkan daya saing ekspor dan penyesuaian terhadap
perubahan pasar, dengan cara:
190
(4) mengembangkan eksportir menengah dan kecil, dan koperasi
yang melakukan usaha ekspor, dengan cara :
191
barang yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
dan lingkungan hidup; dan
2. Program Penunjang
192
c. Program Peranan Wanita di Bidang Perdagangan
193
menunjang pengembangan sistem produksi, investasi dan
perdagangan, terutama di kawasan timur Indonesia dan daerah
terpencil lainnya.
194
Tabel 23—4
RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN PERDAGANGAN
Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 — 1998/99)
(dalam juta
rupiah)
No.
Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 — 1998/99