Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yayang Fidia

NIM : 1905101050020
Kelas : Teknik Analisis Rancangan Pemuliaan Tanaman

SOAL UJIAN TEKNIK ANALISIS RANCANGAN PEMULIAAN


TANAMAN GANJIL 2021/2022

1. Tinggi tumbuhan rata-rata dua varietas tembakau inbred dan hibridnya telah diukur
dengan hasil sebagai berikut :
Diketahui induk inbred (P1) = 45, 7 inci , induk inbred (P2) = 27,5 inci dan hibridnya
F1 (P1 x P2) = 40,3 inci
a. Hitunglah jumlah heterosis yang ditunjukkan oleh F1!
b. Perkiraan tinggi rata-rata F2!
c. Menurut saudara, benarkah heterosis bukan mengacu pada dua sifat baik dari
kedua tetua kepada keturunan hasil persilangan melainkan penyimpangan kedua
tetuanya? Jelaskan alasannya!
Jawab :
F 1−( P 1+ P 2 ) /2
a. h = x100%
(P1+ P 2)/2

40,3−(45,7+27,5)/2
h= x100%
( 45,7+27,5)/2

40,3−(73,2)/2
h= x100%
(73,2)/2

40,3−36,6
h= x100%
36,6

3,7
h= x100%
36,6

h= 10,10 %

c. Menurut saya pernyataan bahwa “heterosis bukan mengacu pada dua sifat baik dari kedua
tetua kepada keturunan hasil melainkan penyimpangan kedua tetua” adalah benar. Dimana
heterosis sendiri adalah keadaan dimana suatu hibrida (F1) hasil persilangan antara tetua P1
dan P2 melebihi sifat dari rerata tetuanya sehingga dapat dikatakan menyimpang dari sifat
kedua tetuanya. Heterosis umum dijumpai pada tanaman menyerbuk silang, terjadinya
heterosis disebabkan oleh ekspresi gen dari kedua tetua yang diturunkan melalui
persilangan. Gen dominan yang unggul terkumpul dalam satu genotipe F1 hasil persilangan
kedua tetuanya sehingga timbul heterosis. Hasil yang tinggi dapat dicapai jika turunan dari
kombinasi persilangan tetua memiliki heterosis positif. Hal itu mengindikasikan bahwa hasil
keturunan F1 memiliki sifat yang lebih unggul daripada tetuanya atau rerata tetuanya.
Penyimpangan ini sebagian besar bersifat positif, dalam arti melebihi rata-rata penampilan
kedua tetuanya dan menunjukkan daya pertumbuhan (vigor) yang lebih besar. Dalam
keadaan demikian (positif), heterosis dapat dinyatakan dengan istilah hybrid vigor.
Teori heterosis berhubungan dengan aksi gen yang mengendalikan. Berdasarkan
aksi gen yang mengendalikan suatu karakter maka teori heterosis dikelompokkan menjadi:
1.Teori dominan, Heterosis berlaku karena pertambahan gen dominan yang diinginkan. Dua
inbred yang akan digunakan untuk hibrida mungkin mempunyai 2 set gen dominan yang
berbeda. Setelah dilakukan persilangan, kesemua gen dominan dari tetua tersebut terkumpul
dalam hibrida tersebut. Masing-masing tetua mempunyai 2 lokus yang berfungsi hibridanya,
mempunyai 4 lokus yang berfungsi, oleh karena itu hibrida lebih baik dari kedua tetuanya.
2.Teori over dominan, hipotesis ini berdasarkan kepada anggapan bahwa individu
heterozigot yang mengandung 2 alel yang berbeda pada 1 lokus mempunyai metabolisme
yang lebih superior dari individu yang homozigot. Individu yang heterozigot mengalami
pembagian sel, pertumbuhan dan mempunyai proses fisiologi yang lebih baik daripada
individu homozigot.
3.Teori epistasis, peranan aksi gen epistasis berperan terhadap wujudnya heterosis.
Sumbangan tindakan gen interlokus terhadap pembentukan suatu sifat jelas diketahui,
namun sangat rumit.

2. Dalam mengetahui nilai keragaman genetik di dalam populasi dan hubungan genetik antar
11 populasi cabai, dilakukan analisis kluster. Analisis kluster membagi 11 kelompok
tersebut dalam dua kluster utama yaitu kluster I terdiri dari populasi Meukek, Jantho,
Lhoknga, Tangse dan Teunom. Sedangkan kluster II yaitu populasi Bireun, Padang Tiji,
Langsa, Beureunuen, Lambaro dan Meureudu. Kluster I memiliki jarak genetik yang sedang
sedangkan kluster II memiliki jarak genetik yang sangat kecil. Meskipun analisis kluster
membagi secara jelas 11 populasi menjadi dua kelompok, namun ANOVA menunjukkan
bahwa perbedaan wilayah berpengaruh tidak nyata terhadap nilai keragaman genetik. Apa
yang dapat saudara simpulkan untuk menjaga keragaman genetik pada populasi tersebut ?
Jawab :
Bedasarkan pernyataan tersebut, untuk menjaga keragaman genetik pada populasi cabai
dapat dilakukan dengan upaya konservasi secara ex-situ. Konservasi ex-situ yaitu pelestarian
genetik diluar asal tanaman tersebut. Konservasi secara ex-situ dapat dilakukan dengan cara
menanam genotipe cabai bedasarkan kelompok yang dimiliki jarak genetik yang sempit
dimana memiliki tingkat kemiripan yang tinggi di luar daerah endemiknya. Untuk kluster II
jarak genetik yang sangat kecil maka dapat dilakukan upaya konservasi ex-situ ini. Misalnya
untuk melestarikan genotipe cabai di Bireun maka kita juga dapat melakukan penanaman di
daerah Padang Tiji, Langsa, Beureunuen, Lambaro dan Meureudu. Hal ini dapat dilakukan
karena jarak genetik antara genotipe tersebut sangat kecil yang artinya genotipe tersebut
mirip dan daerah lokasi penanaman tidak berpengaruh nyata terhadap keragaman genetik.
Sehingga walaupun ditanaman di lokasi berbeda, tanaman cabai tersebut akan menampilkan
sifat genotipe dan fenotipe yang sama dari daerah asalnya. Jika pada suatu daerah terjadi
kekurangan populasi cabai misalnya akibat serangan wabah hama di daerah tersebut maka
dapat dilakukan dengan perlindungan genotipe dengan menanam di daerah lain, sehingga
dari upaya konservasi secara ex-situ ini dapat tetap mempertahankan dasar keragaman
genetik yang dimiliki suatu daerah.

3. Mahasiswa Laboratorium Genetika USK melakukan percobaan dengan membiarkan suatu


tanaman bunga menyerbuk sendiri. Setelah tanaman tersebut menghasilkan buah dan biji,
kemudian biji tersebut ditanam dan didapatkan keturunan yang terdiri dari 72 tanaman
berbunga ungu, 28 tanaman berbunga merah dan 28 tanaman berbunga putih. Menurut
dugaan saudara, peristiwa apakah yang berperan di sini dan apakah hasil percobaan tersebut
dapat dianggap benar? (Lakukan uji Chi-Square dengan program excel)!

Jawab : Perhitungan Uji Chi-Square menggunakan program Excell.


Warna Bunga
O E(9:3:4) O-E O-E2 O-E2/E (X2)
Ungu 72 72 0 0 0 X2 hitung X2 tabel
Merah 28 24 4 16 0.666666667 1.166666667 5.99
Putih 28 32 -4 16 0.5
128
Bedasarkan hitungan Chi-Square dengan nilai X2 hitung < X2 tabel (1.5 < 5.99), maka
warna bunga yang dihasilkan dari percobaan diatas sesuai dengan peristiwa Epistasis Resesif
dengan perbandingan 9:3:4

4. Seorang peneliti di Laboratorium Genetika USK ingin memperbaiki bobot biji kedelai
yang lebih besar melalui induksi mutasi dengan irradiasi sinar gamma. Biji kedelai yang
diradiasi menghasilkan tanaman M1. Tanaman M1 diselfing untuk menghasilkan tanaman
M2. Sebanyak 50 tanaman tetua dan 1000 tanaman M2 diamati bobot 100 biji. Datanya
diperoleh sebagai berikut : ragam tetua, σ2M0 = 0,75 dan ragam M2, σ2M2 = 1,57. a).
Hitung nilai heritabilitas dalam arti luas !, b). Bagaimana kesimpulan yang dapat diambil
jika heritabilitas tinggi maupun rendah ?

a. Menghitung nilai heritabilitas

σ2p = σ2M2 = 1.57

σ2e = σ2M0 = 0.75

(σ 2 p−σ 2 e)
h2(bs) =
σ2p

(1,57−o , 75)
h2(bs) =
1,57
0,82
h2(bs) =
1,57

h2(bs) = 0,522

b.. Kriteria nilai duga heritabilitas menurut Whirter (1979) ialah sebagai berikut: tinggi bila
nilai h² > 0,5; sedang bila nilai 0,2 ≤ h² ≤ 0,5; dan rendah bila nilai h² < 0,2. Bedasarkan
hasil perhitungan nilai heritabilitas yaitu 0,52 kriteria heritabilitas tinggi.

Nilai heritabilitas yang tinggi untuk suatu karakter menggambarkan karakter tersebut
penampilannya lebih ditentukan oleh faktor genetik. Karakter yang demikian mudah
diwariskan pada generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi
awal. Nilai heritabilitas rendah untuk suatu karakter menggambarkan karakter tersebut
sangat dipengaruhi faktor lingkungan, pewarisannya sulit sehingga seleksi hanya efektif
dilakukan pada generasi lanjut.

5. Perhatikan data tabel parameter panjang buah cabai keriting Varietas Odeng Aceh hasil
mutasi berikut?
Genotipe Ulangn Total Rerata
1 2 3 4 5
M0 18,35 18,37 18,35 18,77 18,44 92,28 18,456
M2O1D1 18,65 19,08 19,17 18,39 19,54 94,83 18,966
M2O7D2 18,38 18,42 18,64 19,22 19,08 93,74 18,75
M2O9D3 18,21 18,33 18,54 19,34 18,39 92,81 18,562
M2O16D4 17,43 18,36 17,54 17,11 17,42 87,86 17,572
Total 72,67 74,19 73,89 74,06 74,43 369,24 73,85
Rerata Umum 18,46
a. Hitung nilai heritabilitas dalam arti luas! (Gunakan program excel)!
Menghitung nilai heritabilitas arti luas menggunakan program Excell
Ulangan
Genotipe Total Rerata
1 2 3 4 5
M0 18.35 18.37 18.35 18.77 18.44 92.28 18.456
M2O1D1 18.65 19.08 19.17 18.39 19.54 94.83 18.966
M2O7D2 18.38 18.42 18.64 19.22 19.08 93.74 18.75
M2O9D3 18.21 18.33 18.54 19.34 18.39 92.81 18.562
M2O16D4 17.43 18.36 17.54 17.11 17.42 87.86 17.572
Total 91.02 92.56 92.24 92.83 92.87 461.52 92.30
Rerata Umum 18.46

σ2g =
σ2p = σ2e = h2(bs) = (σ2 M2
Genotipe σ2p - Kriteria
σ2M2 σ2M0 - σ2 M0)/σ2 M2
σ2e
M2O1D1 0.20 0.03 0.17 0.84 Tinggi
M2O7D2 0.15 0.03 0.11 0.78 Tinggi
M2O9D3 0.20 0.03 0.17 0.84 Tinggi
M2O16D4 0.22 0.03 0.19 0.85 Tinggi

Jadi, nilai heritabilitas genotipe M2O1D1 adalah 0.84 genotipe M2O7D2 memiliki nilai
heritabilitas 0.78, genotipe M2O9D3 memiliki nilai heritabilitas 0.84, dan genotipe
M2O16D4 memiliki nilai heritabilitas 0.85 dari semua genotipe tersebut memiliki kriteria
heritabilitas tinggi.
b. Hitung nilai Koefisien Keragaman Genetik (KKG) dan Koefisien Keragaman Fenotipe
(KKF)! (Gunakan program excel)!
Menghitung nilai Koefisien Keragaman Genetik (KKG) dan Koefisien Keragaman
Fenotipe (KKF) menggunakan program Excell.
KKG = KKF =
Rerata
Genotipe (√σ2g/rerata √σ2g √σ2p ( √σ2p/rerata
umum
umum)*100 umum)*100
M2O1D1 2.24 0.41 18.46 0.45 2.45
M2O7D2 1.83 0.34 18.46 0.38 2.08
M2O9D3 2.24 0.41 18.46 0.45 2.44
M2O16D4 2.35 0.43 18.46 0.47 2.54
Jadi, nilai Koefisien Keragaman Genetik (KKG) genotipe M2O1D1 adalah 2.24,
genotipe M2O7D2 memiliki nilai KKG 1.83, genotipe M2O9D3 memiliki nilai KKG 2.24
dan genotipe M2O16D4 memiliki nilai KKG 2.35.
Koefisien Keragaman Fenotipe (KKF) genotipe M2O1D1 adalah 2.45, genotipe
M2O7D2 memiliki nilai KKF 2.08, genotipe M2O9D3 memiliki nilai KKF 2.44 dan genotipe
M2O16D4 memiliki nilai KKG 2.54.

Anda mungkin juga menyukai