NIM : 1905101050020
Kelas : Genetika Lanjutan 01
F1 = Ww x Ww
(Merah muda) (Merah muda)
F2 =
½W ½w
½W ¼ WW ¼ Ww
½w ¼ Ww ¼ ww
Genotipe = WW : Ww : ww
1 :2 :1
1 : 2 :1
Pada kasus bunga pukul empat (Mirabilis Jalapa), dapat diamati bahwa adanya interaksi gen
dimana hubungan antara dua alel yang tidak mengekspresikan hubungan dominan resesif. Pada F1
tidak ada dominansi gen dari tetua sehingga fenotipe pada F1 tidak sama dengan sifat tetua dengan
sifat dominan. Pada peristiwa ini terjadi hubungan alel yang disebut dominan tidak sempurna, dimana
kedua alel memiliki kontribusi yang sama pada fenotipe dengan alel heterozigot (Ww), sehingga
genotipe heterozigot menghasilkan fenotipe yang baru yang tidak sama dengan tetuanya yaitu
bewarna merah muda. Pada F2 saat dilakukan selfing maka dihasilkan nisbah genotipe WW : Ww
:ww 1: 2: 1 dan nisbah fenotipe merah tua : merah muda : putih 1:2:1.
2.1 Komplementasi
Pada persilagan antar tetua galur murni bawang merah yang mempunyai warna kulit kuning
(CCrr) dengan warna kulit putih (ccRR) dihasilkan tanaman F1 bewarna kulit merah (CcRr). Pada
populasi F2, terjadi segregasi yaitu 9 bewarna merah : 3 bewarna kuning : 4 bewarna putih. Alel C
merupakan alel dominan yang diperlukan untuk menghasilkan warna. Alel c adalah alel yang
menghalangi pembetukan warna. R adalah alel dominan untuk mengendalikan warna merah dan r
adalah alel resesif untuk warna kuning. Fenotipe ccR_ dan ccrr bewarna putih karena pembentukan
warna dihalangi oleh alel c.
P : CCrr x ccRR
(Kuning) ( putih)
F1 : CcRr
( Merah)
F2 :
CR Cr cR cr
CR CCRR CCRr CcRR CcRr
Cr CCRr CCrr CcRr Ccrr
cR CcRR CcRr ccRR ccRr
Cr CcRr Ccrr ccRr ccrr
Pada persilagan antara tetua galur murni yang mengandung kadar HCN tinggi dengan HCN
rendah dihasilkan tanaman F1 berkadar HCN tinggi. Pada populasi F2, terjadi segregasi, yaitu 9
berkadar HCN tinggi : 7 berkadar HCN rendah. Pada segregasi F2 terjadi duplikasi epistasis resesif
atau aksi gen pelengkap. Pada mekanisme ini alel homozigot resesif pada suatu lokus menghambat
pemunculan karakter dominan yang terdapat pada lokus lain. Sianida dibentuk dari diagenik glukosida
dengan bantuan enzim linamerase. Enzim linamerase dihasilkan oleh alel dominan pada lokus B.
Pembentukan sianogenik glukosida juga dipengaruhi oleh alel dominan, yaitu alel dominan A. Untuk
dapat membentuk sianida diperlukan kehadiran alel-alel dominan pada lokus A dan B.
Ketidakhadiran alel dominan pada lokus A menyebabkan tidak terbentuknya sianida. Jadi hanya
genotipe-genotipe A_B_ yang akan menghasilkan sianida sedangkan yang lain tidak sehingga
diperoleh perbandingan 9 tamanan menghasilkan sianida : 7 tanaman tanpa sianida.
Untuk menhasilkan sianida diperlukannya alel A dan B, dimana alel A yang mengkode enzim
alfa untuk merubah prekusor menjadi linamarin dan alel B mengaktifkan enzim linamerase untuk
mengubah linamarin menjadi HCN (sianida).