Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah

dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya

 batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan

sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,

 buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun

ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih

 bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena

hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras

seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa

menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal ) maupun di dalam

kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini

disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemuidan berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta keseluruh

kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal

memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut staghorn.

Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan

infundibulum dan stenosis ereteropelvik) mempermudah timbulnya batu

saluran kemih (Purnomo, 2014).

1
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal. Batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal

membrikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu

staghorn (Muttaqin, 2012).

2. Etiologi

Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.

Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu

seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga

dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sirat

yang secara normal mencegah kritalisasi dalam urin. Kondisi lain yang

mempengaruhi pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan

 pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi) (Brunner&Suddarth,

2002).

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah

terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

a. Faktor intrinsik

1)Faktor genetik

Faktor genetik berperan penting dalam terjadinya batu

ginjal pasa seseorang. Menurut Mange K.C (1999), seseorang

yang mempunyai keluarga penderita batu ginjal mempunyai risiko

mengalami penyakit batu ginjal sebesar 25 kali dibandingkan

dengan seseorang yang tidak mempunyai garis keturunan penyakit

 batu ginjal. Hiperkalsiuria idiopatik ( penyebanya tidak diketahui)

2 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt


XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal. Batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal

membrikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu

staghorn (Muttaqin, 2012).

2. Etiologi

Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.

Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu

seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga

dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sirat

yang secara normal mencegah kritalisasi dalam urin. Kondisi lain yang

mempengaruhi pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan

 pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi) (Brunner&Suddarth,

2002).

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah

terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

a. Faktor intrinsik

1)Faktor genetik
 bersifat familial atau genetik. Berdasarkan penelitian dilaporkan

 bahwa 50% pasien dengan hiperkalsiura idiopatik bersifat

diturunkan.

2) Riwayat sakit batu ginjal sebelumnya

Penyakit batu ginjal bersifat kumat-kumatan. Artinya,

 pasien yang pernah menderita batu ginjal sekalipun batunya

 pernah keluar secara spontan atau dikeluarkan oleh dokter, suatu

saat nanti dapat mengalami kekambuhan.

3) Usia

Usia yang paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.


semakin bertambah usia, tubuh pun mengalami risiko kerusakan

lebih besar, tak terkecuali ginjal.

4) Jenis kelamin

Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien

wanita. Karena saluran kemih pria yang lebih sempit. Juga karena

aktivitas pria yang cenderung lebih padat dari wanita.

5) Kelainan anatomi ginjal dan salurannya

Insidensi batu ginjal lebih sering terjadi pada seseorang

yang mengalami kelainan anatomi ginjal. Hal ini berhubungan

dengan terlambatnya aliran air kemih. Misalnya pada ginjal tapal

kuda (horseshoe kidney), penyempitan ureter, penyempitan

dikaliks, dan sebagainya.

 b. Faktor Ekstrinsik

1)Jumlah minum sedikit

Kurang minum, aktivitas yang banyak mengeluarkan

keringat, dan cuaca/iklim panas menyebabkan volume cairan

3 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt


XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
tubuh berkurang. Akibatnya, jumlah air kemih yang terbentuk
 juga lebih sedikit. Keadaan ini juga menciptakan supersaturasi atau kejunuhan ginjal.

2) Meningkatnya konsentrasi mineral pembentuk batu dalam air

kemih.

Pengeluaran mineral yang berlebihan melalui air kemih

menciptakan kejenuhan air kemih dan berpotensi menyebabkan

terbentuknya batu ginjal. Misalnya :hiperkalsiura (pengeluaran

kalsium yang berlebihan bersama air kemih), hiperoksaluria

(pengeluaran oksalat yang berlebihan bersamaan air kemih), dan

hiperuricosuria(pengeluaranasamuratyangberlebuhan

 bersamaan air kemih).

3) Jenis pekerjaan dan hobi yang memicu dehidrasi

Seseorang dengan pekerjaan sehari0hari lebih banyak

menggunakan kekuatan fisik dan yang terlebih lagi tinggal di

daerah yang beriklim panas serta terpapar matahari memiliki

 peluang lebih besar untuk mendapatkan batu ginjal. Mereka yang

mempunyai hobi berolah raga tanpa diimbangi dengan jumlah

minum yang memadai yang termasuk golongan yang berpotensi

menderita batu ginjal.

4) Penyakit dan gangguan metabolik

Kelainan metabolik tertentu menyebabkan pembuangan

mineral tubuh meningkatkan misalnya penyakit


hiperparateriodisme (terjadi hiperkalsiura, penyakit rematik asam

urat/goutartritis(terjadihiperuricosuria),penyakitusus

4
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
(menurunnya kadar sitrat), dan penyakit asidosis tubuler ginjal (kehilangan sitrat melalui air kemih).
Geografi

5)

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang

lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah

stone belt (sabuk batu).

6) Diet

Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah

terjadinya batu saluran kemih.

Menurut Brunner dan Suddath (2002), ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan batu ginjal, yaitu :

1) Infeksi

2) Stasis urin

3) Periode imobilitas (drainase renal yang lambat dari perubahan

metabolism kalsium)

4) Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsuira (kalsium

urin tinggi).

3. Patofisiologi

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan

infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian

 bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada

 batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau

hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat

menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan

ginjal permanen (gagal ginjal).


Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beber
terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana

apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.

 b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,

dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat

menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.

c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan

menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih:

a. Teori nukleasi

Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu

(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentu
 bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.

 b. Teori matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin

dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal

 batu.

c. Penghambat kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal

yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memu
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifest
 bawah adalah retensi urine atau

 batu saluran kemih bagian ata

hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat

menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan

ginjal permanen (gagal ginjal).

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan

urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor


 predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkat

 bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan

sarang untuk pembentukan batu.Supersaturasi elemen urin seperti kalsium,

fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH

urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah

cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi

 pembentukan batu asam urat.pH urin juga mendukung pembentukan batu.

Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang

asam.Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang

alkalin.Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju

tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adek
 penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini

semakin kompleks sehingga terjadi batu.Batu yang terbentuk dalam saluran

kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu
yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,

trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan

 batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang

menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin

dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan

 pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena

ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi

 penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.

Menurut Muttaqin (2012) mengatakan pelepasan ADH menyebabkan

 peningkatankonsentrasizatpembentukbatumelaluipeningkatan
konsentrasi urin. Kelarutan bergantung pada pH urin.Fospat mudah larut dalam urin yang asam, tetapi sukar larut pada urin yang alkalis. J

 baru bisa hanya ditemukan pada urin yang alkalis. Sebaliknya, asam urat

lebih mudah larut jika terdisosiasi dari pada yang tidak terdisosiasi, dan

asam urat baru lebih cepat terbentuk pada urin yang asam. Jika

 pembentukan Nh3 berkurang, urin harus lebih asam untuk dapat

mengeluarkan asam, dan hal ini meningkatkan pembentukan batu garam

asam urat. Faktor lain yang juga penting adalah beberapa lama sebenarnya

kristal yang telak terbentuk tetap berada di dalam urin yang sangat jenuh.

Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari saluran kemih

 bagian bawah, misal dapat menyebabkan kristal menjadi terperangkap.

Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelviskalises yang

menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur

saluran kemih sebelah atas. Obstruksi saluran kemih akan terjadi


hidronefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal

apabila berlanjut menyebabkan gagal ginjal permanen.

4. Manifestasi Klinis

Menurut Purnomo (2014) dan Brunner & Suddarth (2002) beberapa

tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada pasien batu

ginjal yaitu :

a.  Nyeri

 Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri

kolik terjadi akrena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises

ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari

saluran kemih.

 b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.

c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih

karena batu.

d. Demam

e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin

Salah satu fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin) ,apabila

ginjal manusia mengalami gangguan,maka akan terjadi lah gangguan

 pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya.

Akibat dari gangguan ini,maka terjadilah perubahan dalam frekuensi

 buang air kecil.mungkin buang air kecil lebih sering dan lebih banyak

dari pada biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan mungkin buang

air kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin yang

 berwarna gelap.
f. Tubuh mengalami pembengkakan

Ketikaginjalgagaluntukmelakukanfungsinya,yakni

mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh akan

dipenuhicairanyangmengakibatkanpembengkakanterhadap

 beberapa bagian tubuh , diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki,

wajah dan atau tangan.

g. Tubuh cepat lelah / kelelahan

Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut dengan

erythropoietin yang mempunyai fungsi sebagai memerintahkan tubuh

untuk membuat oksigen yang membawa sel darah merah. Ketika

tubuh mengalami gagal ginjal, maka ginjal hanya memproduksi

sedikit. Dengan demikian karena sel-sel darah merah pembawa

oksigen tadi berkurang sehingga otot dan otak tubuh menjadi cepat

lelah. Kondisi ini disebut juga sebagai anemia. Oleh karena itu,

apabila mengalami anemia yang berkelanjutan, hati-hati karena hal

tersebut bisa saja merupakan gejala penyakit ginjal.

h. Bau Mulut / ammonia breath

Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai uremia)

karena adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak dalam

makanan dan bau mulut yang busuk.juga bisa mendadak berhenti

menyukai daging dan kehilangan berat badan drastis. Di beberapa

kasus ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum cairan

 besi.

i. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah

Gejala penyakit ginjal yang lainnya adalah rasa mual berkelanjutan

dan selalu ingin muntah. Gejala ini muncul disebabkan karena uremia

10
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
tadi (penumpukan limbah dalam darah). Gejala ini berhubungan dengan gejala penyakit ginjal sebelu
 bau mulut,akan mengalami mual yang berakibat sulit makan dan

kehilangan berat badan yang sangat drastis.

5. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

Menurut Purnomo (2014) pemeriksaan penunjang untuk mengetahui

 batu ginjal dapaat dilaksanakan melalui beberapa pemeriksaan, yaitu :

a. Foto polos abdomen

Pembuatanfotopolosabdomenbertujuanuntukmelihat

kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu

 jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling

sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat

 bersifat non opak (radio-lusen).

 b. Pielografi Intra Vena (IVU)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal.

Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu

non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU

 belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya

 penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan

 pielografi retrograde.

c. Ultrasonografi (USG)

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan

IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal

yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG

dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan


sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.
Diagnosis dapat juga ditegaakan dengan uji kimia darah dan urin

24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium,

 pH, dan volume total merupakan bagian dari upaya diagnostic.

Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam

keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan

terbentuknya batu pada pasien (Brunner & Suddarth, 2002).

6. Komplikasi

a. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.

 b. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat

obstruksi.

c. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum

 pengobatan atau pengangkatan batu ginjal.

d. Obstruksi

e. Hidronephrosis.

7. Penatalaksanaan

Menurut Purnomo (2014) beberapa penatalaksanaan pada batu ginjal

yaitu :

a.Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya

kurang dari 5 mm, karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi

yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran

urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat

mendorong batu keluar dari saluran kemih.

12
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
 b.
ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginja

ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan

tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil

sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang

 pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik

dan hematuria.

c. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk

mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan

kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang

dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan

melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses

 pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai

energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

Beberapa tindakan endourologi yaitu :

1) PNL( PercutaneousNephroLitholapaxy) adalahusaha

mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal degna cara


memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada

kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu

menjadi fragmen-fragmen kecil.

2) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan

memasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu

dikeluarkan dengan evakuator Ellik.


3)
Ureteroskopi atau ureto-renoskopi adalah dengan memasukkan alat utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter ata
 pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang

 berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah

melalui tuntutan uteroskopi/uterorenoskopi ini.

4) Ektraksidormiaadalahmengeluarkanbatuureterdengan

menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

Bedah Laparoskopi d.
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengamb

ureter.

e. Bedah terbuka

Di klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk

tindakan-tindakanendourologi,laparaskopi,maupunESWL,

 pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.

Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau

nefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, dan

ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus

menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena

ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteks

sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran

kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.

8. Prognosis

Menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan Indonesia

(Kemenkes) pada tahun 2013, diperkirakan prevalensi penderita yang

terdiagnosa batu ginjal untuk umur di atas 15 tahun adalah sebesar 0,6
 persen dari total penduduk Indonesia. Lima provinsi yang menduduki
 posisi tertinggi masalah penyakit batu ginjal di antaranya adalah DI Yogyakarta, Aceh, Jawa Barat, Jawa Te

Dalam mendiagnosis batu ginjal, biasanya pertama-tama dokter akan

menanyakan pada pasien mengenai seputar gejala-gejala yang telah

dialami. Dokter juga bisa menanyakan apakah pasien pernah menderita

 batu ginjal sebelumnya, memiliki riwayat keluarga berpenyakit sama, atau

apakah pasien sering mengonsumsi makanan atau suplemen yang bisa

memicu terbentuknya batu ginjal.

Setelah keterangan dikumpulkan, dokter biasanya akan melakukan

sejumlah tes untuk memperkuat bukti. Tes-tes tersebut bisa berupa

 pemeriksaan urine, pemeriksaan darah, dan pemindaian (misalnya USG,

rontgen, CT scan, dan intravenous urogram/IVU).

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

 Nama : Dengan inisial

Umur : Paling sering 30 –  50

tahun Jenis kelamin : Lebih banyak pada

pria Alamat : Tinggal di daerah panas

 b. Riwayat Keperawatan

1) Keluhan Utama : Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri,

akut/kronik dan kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.


2) Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien yang menderita

 penyakit batu ginjal, pernah menderita penyakit infeksi saluran

kemih.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga menderita batu ginjal dan hipertensi

c. Fungsional Gordon

1) Pola persepsi dan management

Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal

ini mengatasi penyakit yang di deritanya,apakah langsung di bawa

ke rumah sakit atau tidak.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami

muntah. Dan biasanya klien sering mengalami hidrasi

3) Pola eliminasi

Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan

dan elektrolit. Dan biasanya klien terserang diare

4) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien

mengalami nyeri dan bengkak pada tungkai

5) Pola kognitif dan perceptual

Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami

gangguan pada penglihatan, dan pendengaran

6) Pola istirahat dan tidur

Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena

merasakan nyeri yang sangat hebat pada daerah tungkai


7) Pola konsep diri dan persepsi

Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya

8) Pola peran dan hubungan

Klien lebih sering menutup diri, dan sering mengabaikan

 perannya baik sebagai suami, maupun ayah.

9) Pola reproduksi dan seksual

Biasanya klien yang menderita batu ginjal mengalami

gangguan reproduksi dan seksual nya, sehingga iya tidak dapat

memenuhi kebutuhan seksualnya.

10) Pola coping dan toleransi

Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena

cemas memikirkan penyakitnya, yang tak kunjung sembuh.

11) Pola nilai dan keyakinan

Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena

dirumah sakit klien menggunakan kateter.

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan

yang perlu dikaji adalah:

1) Aktivitas/istirahat:

Gejala:

a) Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih

 banyak duduk.

 b) Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.

c) Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya

(cedera serebrovaskuler, tirah baring lama).


2) Sirkulasi

Tanda:

a) Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

 b) Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3) Eliminasi

Gejala :

a) Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

 b) Penurunan volume urine

c) Rasa terbakar, dorongan berkemih

d) Diare

Tanda:

a) Oliguria, hematuria, piouria

 b) Perubahan pola berkemih

c) Makanan dan cairan:

4)  Nutrisi

Gejala:

a) Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

 b) Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

c) Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

Tanda:

a) Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus

 b) Muntah
5)  Nyeri dan kenyamanan:

Gejala:

a)  Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri

tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal

konstan)

Tanda:

a) Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

 b)  Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6) Keamanan:

Gejala:

a) Penggunaan alkohol

 b) Demam/menggigil

7) Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

a) Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,

hipertensi, gout, ISK kronis

 b) Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme

c) Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,

alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau

vitamin.

Menurut Brunner & Suddarth (2002) pasien yang diduga

mengalami batu ginjal dikaji terhadap adanya nyeri dan ketidaknyamanan.

Keparahan dan lokasi nyeri ditentukan bersamaan dengan radiasi nyeri.

Pasien juga dikaji akan adanya gejala yang berhubungan seperti mual,

muntah, diare, dan distensi abdomen. Pengkajian keperawatan mencakup


obserasi tanda-tanda infeksi traktus urinarius (menggigil, demam, disuria, sering berkemih, dan hesitancy
 jumlah urin sedikit, oliguria, atau anuria). Selain itu, urin diobsevrasi akan adanya darah dan disaring unt
Riwayat difokuskan pada faktor predisposisi penyebab terbentuknya batu di traktus urinarius atau fakto
 pada sumsum tulang,atau diet tinggi kalsium atau purine. Faktor yang dapat mencetuskan pembentuka

2. Diagnosa Keperawatan

a.  Nyeri akut

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan.

 b. Kekurangan volume cairan

Definisi : Penurunan cairan intravascular, interstitial, dan/atau

intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa

 perubahan kadar natrium.

c. Gangguan eliminasi urin

Definisi : disfungsi eliminasi urin


d. Risiko infeksi

Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organism

 patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.

e. Ansietas

Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai

respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui

oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

 bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan

individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk

 bertindak menghadapi ancaman.


3. Intervensi Keperawatan

 NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1. Catat lokasi, lamanya/intensitas 1. Membantu evaluasi
1 Nyeri Akut Kontrol Nyeri
nyeri (skala 1-10) dan tempat obstruksi dan
Klien diharapkan mampu untuk :  penyebarannya. Perhatiakn tanda kemajuan gerakan batu.
non verbal seperti: peningkatan
 Menilai factor penyebab TD dan DN, gelisah, meringis, 2. Melaporkan nyeri secara
merintih, menggelepar. dini memberikan
 Menilai gejala dari nyeri kesempatan pemberian
analgesi pada waktu
 Gunakan tanda tanda vital memantau yang tepat dan
2. Jelaskan penyebab nyeri dan
 perawatan
 pentingnya melaporkan kepada 3. Meningkatkan relaksasi
 Laporkan tanda / gejala nyeri pada staf dan menurunkan
 perawatan setiap perubahan ketegangan otot.
tenaga kesehatan professional karakteristik nyeri yang terjadi.
4. Mengalihkan perhatian
 Gunakan catatan nyeri dan membantu
3. Lakukan tindakan yang relaksasi otot.
Tingkat Kenyamanan mendukung kenyamanan (seperti
masase ringan/kompres hangat
 Klien diharapkan mampu untuk
 pada punggung, lingkungan yang 5. Aktivitas fisik dan
 Melaporkan Perkembangan Fisik  tenang) hidrasi yang adekuat
meningkatkan lewatnya
 Melaporkan perkembangan kepuasan 4. Bantu/dorong pernapasan dalam,  batu, mencegah stasis
 bimbingan imajinasi dan aktivitas urine dan mencegah
 Melaporkan perkembangan psikologi terapeutik.  pembentukan batu

22 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt


XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 

5. Batu/dorong peningkatan aktivitas selanjutnya.


 Mengekspresikan
(ambulasi aktif) sesuai indikasi
disertai asupan cairan sedikitnya 6. Obstruksi lengkap
perasaan dengan lingkungan
3- 4 liter perhari dalam batas ureter dapat
fisik sekitar  toleransi menyebabkan
 jantung.  perforasi dan
 Mengekspresikan kepuasan dengan ekstravasasiurine ke
6. Perhatikan dalam area perrenal, hal
Kontrol nyeri  peningkatan/menetapnya keluhan ini merupakan
Tingkatan Nyeri nyeri abdomen. kedaruratan bedah akut.

Klien diharapkan mampu untuk: 7. Analgetik (gol. narkotik)


 biasanya diberikan
 Melaporkan Nyeri 7. Kolaborasi pemberian obat sesuai selama episode akut
 program terapi: untuk menurunkan kolik
 Ekspresi nyeri lisan - Analgetik ureter dan meningkatkan
relaksasi otot/mental.
 Ekspresi wajah saat nyeri

 Melindungi bagian tubuh yang nyeri


- Antispasmodik
 Perubahan frekuensi pernapasan

- Kortikosteroid

23 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt


XIII Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
5. Batu/dorong peningkatan aktivitas selanjutnya.
 Mengekspresikan
(ambulasi aktif) sesuai indikasi
disertai asupan cairan sedikitnya 6. Obstruksi lengkap
perasaan dengan lingkungan
3- 4 liter perhari dalam batas ureter dapat
fisik sekitar  toleransi menyebabkan
 jantung.  perforasi dan
 Mengekspresikan kepuasan dengan ekstravasasiurine ke
6. Perhatikan dalam area perrenal, hal
Kontrol nyeri  peningkatan/menetapnya keluhan ini merupakan
nyeri abdomen. kedaruratan bedah akut.
Tingkatan Nyeri

Klien diharapkan mampu untuk: 7. Analgetik (gol. narkotik)


 biasanya diberikan
 Melaporkan Nyeri 7. Kolaborasi pemberian obat sesuai selama episode akut
 program terapi: untuk menurunkan kolik
 Ekspresi nyeri lisan - Analgetik ureter dan meningkatkan
relaksasi otot/mental.
 Ekspresi wajah saat nyeri

 Melindungi bagian tubuh yang nyeri


- Antispasmodik
 Perubahan frekuensi pernapasan

- Kortikosteroid

23 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
.
K
e
p
(
7
0
9
0 c k an
0
1 e m i den
1
7 p u n gan
0 a n  berhu rete
1
5 t g bung nsi.
)
 

24 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
1. Awasi asupan 1. Meng s
2 Keseimbangan i
dan haluaran evalu
asi N
Elektrolit Asam e
Ke adany r
2. Catat insiden s
dan Basa a
kur dan stasis U
Klien diharapkan I
karakteristik urine/ N
ang mampu untuk: muntah, diare. kerus A
akan l
an  Denyut jantung a
ginjal u
. d
vol  Irama jantung d
3. Tingkatkan i
um asupan cairan n
 Pernapasan 2. Mual/mun
3-4 liter/hari. tah dan M
e a
 Irama napas diare k
secara a
cair s
 Kekuatan otot 4. Awasi tanda umum s
vital. a
an berhubung r
Keseimbangan
Cairan an dengan A
kolik n
5. Timbang berat g
Klien diharapkan ginjal k
mampu untuk: badan setiap karena t
hari.
saraf X
 Tekanan darah ganglion I
I
seliaka I
 Tekanan arteri 6. Kolaborasi
menghubu S
pemeriksaan i
 Tekanan vena ngkan t
HB/Ht dan
sentral kedua i
elektrolit.
ginjal H
 Palpasi nadi dengan a
7. Berikan r
perifer  lambung. d
cairan i
infus a
 Kesimbangan n
sesuai t
 program terapi. 3. Mempe i
intake
rtahank A
output (24jam) 8. Kolaborasi an r
i
pemberian diet keseimb a
angan n
sesuai keadaan a
klien. cairan ,
untuk S
homeos .
K
tasis, e
juga p
dimaks (
udkan 7
0
sebagai 9
0
upaya 0
membil 1
1
as batu 7
0
keluar. 1
5
)
4. Indikator  
hiddrasi/v
olume
sirkulasi
dan
kebutuha
n
intervensi
.

5. Penin
gkata
n BB
yang
1. Awasi asupan dan haluaran 1. Mengevaluasi
2 Kekurangan Keseimbangan Elektrolit Asam dan
adanya stasis
volume Basa urine/kerusakan
2. Catat insiden dan karakteristik ginjal.
cairan Klien diharapkan mampu untuk: muntah, diare.
2. Mual/muntah dan diare
 Denyut jantung secara umum
berhubungan dengan
 Irama jantung 3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 kolik ginjal karena saraf
liter/hari. ganglion seliaka
 Pernapasan
menghubungkan kedua
 Irama napas ginjal dengan lambung.
4. Awasi tanda vital.
 Kekuatan otot
3. Mempertahankan
Keseimbangan Cairan 5. Timbang berat badan setiap hari. keseimbangan cairan
untuk homeostasis,
Klien diharapkan mampu untuk:
juga dimaksudkan
 Tekanan darah 6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht sebagai upaya
dan elektrolit. membilas batu keluar.
 Tekanan arteri
7. Berikan cairan infus sesuai 4. Indikator hiddrasi/volume
 Tekanan vena sentral  program terapi. sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
 Palpasi nadi perifer  8. Kolaborasi pemberian diet sesuai
keadaan klien. 5. Peningkatan BB
 Kesimbangan intake & output
yang cepat mungkin
(24jam)  berhubungan dengan
retensi.

24 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
. 6. Mengkaji n u
K hidrasi dan nutri k
e
p efektiviatas si. m
( intervensi. e
7 9. A n
0
9 7. Mempertahank nt u
0
0 an volume ie r
1 sirkulasi (bila m u
1
7 asupan per et n
0 k
1 oral tidak ik
5 cukup) m a
)
  u n
8. Makanan n m
mudah cerna g u
menurunkan ki a
aktivitas n l
saluran di /
cerna, p m
mengurangi er u
iritasi dan lu n
membantu k t
mempertahan a a
lo n h
 kan cairan
9. B rp u .
dan
e er nt
keseimbanga
r as

i in
k /
 a C
n a
Hidrasi m
pa
o
Klien diharapkan zi
b
mampu untuk: n)
a
.
 t
25 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt XIII
s Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
 e
s
u

a
i
 p
r
o
 g
r

a
m

t
 e
r
a
p
i
(
a
n
t
i
e
m
e
t
i
k

m
i
s
a
l
n
y
a

P
r
o
k
6. Mengkaji hidrasi dan
 Kestabilan berat badan 9. Berikan obat sesuai program efektiviatas intervensi.
terapi (antiemetik misalnya
 Konfusi yang tidak tampak 
Proklorperasin/ Campazin). 7. Mempertahankan volume
 Hidrasi kulit sirkulasi (bila asupan per
oral tidak cukup)
Hidrasi
8. Makanan mudah cerna
Klien diharapkan mampu untuk: menurunkan aktivitas
saluran cerna,
 Hidrasi kulit
mengurangi iritasi dan
 Kelembaban membran membantu
mukosa mempertahankan cairan
dan keseimbangan
 Haus yang abormal (-) nutrisi.

 Perubahan suara napas (-) 9. Antiemetik


mungkin diperlukan
  Napas pendek (-)
untuk menurunkan
mual/muntah.
 Mata yang cekung (-)

 Demam (-)

 Keringat

25 Program Profesi Ners UIN


Siti Hardianti Ariana, S.Ke

n  Ju
3 Eli m
mi la
nas h
i ur
Uri in
n
 W
Kli ar
en na
dih ur
ara in
pka
n  Pa
ma rti
mp ke
u l
unt ur
uk: in
ya
 P ng
o be
l ba
a s

e K
l ej
i er
m ni
i ha
n n
a ur
s in
i
 Pe
 B nc
a er
u na
an
u ca
r ir
i an
n ya
ng
adekuat sisa a
1. Awasi asupan 1. Memberika s
dan haluaran, n uremik s
 Keseim a
karakteristik informasi dan r
urine, catat tentang ketidaks
bangan A
adanya keluaran fungsi eimbang n
g
intake batu. ginjal dan an k
elektroli t
adanya
dan 2. Tentukan pola komplikasi. t dapat X
menjadi I
berkemih Penemuan I
output toksik I
normal klien dan batu
perhatikan memungkin pada S
dalam i
variasi yang kan SSP.
t
24 jam terjadi. identifikasi 5. Peninggia i
n
tipe batu H
 Urin dan
a
r
yang d
3. Dorong mempengar
keluar i
peningkatan uhi a
tidak n
asupan cairan. pilihan
disertai t
nyeri terapi. i
4. Observasi 2. Batu A
 Urin perubahan status saluran r
mental, i
yang kemih a
tak  perilaku atau n
dapat a
lancar tingkat ,
kesadaran. menyebabk
keluar
an S
.
 Urin  peningkatan K
yang eksitabilitas e
5. Pantau hasil p
keluar pemeriksaan saraf
dengan menimbulk (
laboratorium 7
tergesa- an sensasi 0
(elektrolit, BUN, 9
ge kebutuhan 0
kreatinin)
berkemih 0
 Pengaw 1
6. Berikan obat segera. 1
asan 7
urin sesuai indikasi: Biasanya 0
frekuensi 1
- Asetazolamid 5
 Pengos (Diamox), dan urgensi )
 
ongan Alupurinol meningkat
kandun (Ziloprim) bila batu
g kemih mendekati
- Hidroklorotia
dengan pertemuan
zid
(Esidrix, uretrovesik
Hidroiuril), al.
Klortalidon 3. Peningkata
(Higroton) n hidrasi
- Amonium dapat
klorida, membilas
kalium atau bakteri,
natrium fosfat darah,
(Sal- debris dan
Hepatika) membantu
- Agen antigout lewatnya
mis: batu.
Alupurinol 4. Akumulasi

26 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
1. Awasi asupan dan haluaran, 1. Memberikan informasi
3 Gangguan Eliminasi Urin
karakteristik urine, catat adanya tentang fungsi ginjal dan
Eliminasi Klien diharapkan mampu untuk: keluaran batu. adanya komplikasi.
Penemuan batu
Urin  Pola eliminasi 2. Tentukan pola berkemih normal memungkinkan
klien dan perhatikan variasi yang identifikasi tipe batu dan
 Bau urin terjadi. mempengaruhi pilihan
terapi.
 Jumlah urin 2. Batu saluran kemih dapat
3. Dorong peningkatan asupan menyebabkan
 Warna urin
cairan.  peningkatan eksitabilitas
 Partikel urin yang bebas saraf sehingga
4. Observasi perubahan status menimbulkan sensasi
 Kejernihan urin mental, kebutuhan berkemih
 perilaku atau tingkat kesadaran. segera. Biasanya
 Pencernaan cairan yang adekuat frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu
 Keseimbangan intake dan output 5. Pantau hasil pemeriksaan mendekati pertemuan
laboratorium (elektrolit, BUN, uretrovesikal.
dalam 24 jam kreatinin) 3. Peningkatan hidrasi
 Urin yang keluar tidak disertai nyeri dapat membilas bakteri,
6. Berikan obat sesuai indikasi: darah, debris dan
 Urin yang tak lancar keluar - Asetazolamid (Diamox), membantu lewatnya batu.
Alupurinol (Ziloprim) 4. Akumulasi sisa uremik
 Urin yang keluar dengan tergesa-ge - Hidroklorotiazid (Esidrix, dan ketidakseimbangan
Hidroiuril), Klortalidon elektrolit dapat menjadi
 Pengawasan urin (Higroton) toksik pada SSP.
- Amonium klorida, kalium atau 5. Peninggian BUN,
 Pengosongan kandung kemih dengan natrium fosfat (Sal-Hepatika)
- Agen antigout mis: Alupurinol

26 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
.
K
e tangan setiap ur dengan
p kreat
sebelum dan inin ol
(
7 dan og
0 sesudah tindakan i
9 elekt
0 keperawatan rolit da
0
1 2. Batasi pengunjung menj pat 27 P
1 dil r
7 bila perlu ukka o
0 n ak g
1 3. Intruksikan r
5 disfu uk a
) kepada an m
  ngsi
pengunjung untuk ginja un P
tu r
mencuci tangan
l. o
6. Men k f
e
saat ingk me s
ng i
 berkunjung dan setelah atka
berkunjung n ph elu N
ar e
urine r
ka s
(alka
linita n U
bat I
s) N
( as u.
i A
Z untu l
i de 1. M a
 k u
l n d
men e d
o ga
urnk i
p n n
an mi
r
la M
i pem
ru ni a
m bent k
) ta a
ukan m s
A n s
 batu
n as a
asam. ali r
t a 7. Men
i m A
gasa sir n
b at g
mka k
i au res t
o n
al urine
t ik X
i ka untu I
I
k li k o I
a se
S
-   su men ter i
N ai t
cega i
at in ja
h H
4 ri di a
 berula di
u ka r
ngnya d
Ris m
si.  pem ny i
iko a
infe b bent n
a t
ksi i ukan i
k 9. Si
a ap inf A
Ko alkal r
ntr r ka in. i
ek a
ol b n n
8. Men
Res o kl a
guba si. ,
iko n
ie h ph
at 2. M S
 n urien .
da K
7. Per dapa en e
n t p
tah
 ank ba mem gu (
nt bant 7
an 0
u u ran 9
pat 0
pr pelar 0
 ens os
gi 1
i utan 1
ed batu 7
kat 0
ur dan tin 1
eter
en 5
tak )
do men gk  
me
sk cega
net at
op h
ap
i.  pem ko
(ue
rete bent
ukan nta
ral,
uret batu
mi
ral selan
ata jutny na
u a.
1. C 9. Berb si
nef
rost u agai
pa
omi pros
c
). edur sie
i endo
- n
8. Irig
(Ziloprim) kreatinin dan elektrolit
lengkap
- Antibiotika menjukkan disfungsi
 Tahu akan keluarnya urin -  Natrium bikarbonat ginjal.
6. Meningkatkan ph urine
7. Pertahankan patensi kateter tak (alkalinitas) untuk
menetap (uereteral, uretral atau menurnkan pembentukan
nefrostomi).  batu asam.
7. Mengasamkan urine
8. Irigasi dengan larutan asam atau untuk mencegah
alkali sesuai indikasi.  berulangnya
 pembentukan batu
alkalin.
9. Siapkan klien dan bantu prosedur 8. Mengubah ph urien dapat
endoskopi. membantu pelarutan batu
dan mencegah
 pembentukan batu
selanjutnya.
9. Berbagai prosedur endo-
urologi dapat dilakukan
untuk mengeluarkan
1. Cuci tangan setiap sebelum dan batu.
4 Risiko infeksi Kontrol Resiko
sesudah tindakan keperawatan 1. Meminimalisir resiko
 Mengetahui resiko 2. Batasi pengunjung bila perlu
terjadinya infeksi.
 Memonitor faktor resiko lingkungan 3. Intruksikan kepada pengunjung
2. Mengurangi tingkat
untuk mencuci tangan saat
 Memonitor faktor resiko dari tingkah
 berkunjung dan setelah berkunjung kontaminasi pasien dengan

27 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
.
K
e
p
(
7
0
9
0
0
1
1
7
0
1
5
)
 

meninggalkan pasien
laku Inspeksi kulit dan membran mukosa orang lain.
4.
Mengembangkanstrategicontrol terhadapkemerahan, panas, 3. Mencegah terjadinya

secara efektif drainase infeksi silang


5.Tingkatkan intake nutrisi
4. Mengetahui terjadinya
6.Instruksikan kepada pasien untuk
infeksi dan menjadi dasar
minum antibiotik sesuai resep
 penentuan intervensi

selanjutnya

5.  Nutrisi yang adekuat dapat


memperkuat sistem

imunitas tubuh
6. Mencegahterjadinya infeksi

Anxiety control NIC1. Memberikan rasa nyaman


5Ansietas Coping AnxietyReduction(penurunankepada pasien

28 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
meninggalkan pasien
laku Inspeksi kulit dan membran mukosa orang lain.
4.
Mengembangkanstrategicontrol terhadapkemerahan, panas, 3. Mencegah terjadinya

secara efektif drainase infeksi silang


5.Tingkatkan intake nutrisi
4. Mengetahui terjadinya
6.Instruksikan kepada pasien untuk
infeksi dan menjadi dasar
minum antibiotik sesuai resep
 penentuan intervensi

selanjutnya

5.  Nutrisi yang adekuat dapat


memperkuat sistem

imunitas tubuh
6. Mencegahterjadinya infeksi

Anxiety control NIC1. Memberikan rasa nyaman


5Ansietas Coping AnxietyReduction(penurunankepada pasien

28 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 

c. Impulse control kecemasan)


1. Gunakan pendekatan yang 2. Agar klien dapat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan menenangkan mengerti dan memahami
selama …. Pasien bertoleransi terhadap 2. Jelaskan semua prosedur dan  prosedur yang akan
aktivitas dengan Kriteria Hasil : apa yang dirasakan selama dilaksanakan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan prosedur 3. Dapat mengurangi
mengungkapkan gejala cemas 3. Instruksikan kepada pasien kecemasan pasien
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan untuk menggunakan teknik 4. Support dari keluarga
dan menunjukkan tehnik untuk relaksasi dapat mengurangi
mengontol cemas 4. Libatkan keluarga untuk kecemasan pasien
3. Vital sign dalam batas normal mendampingi pasien 5. Pemberian obat cemas

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 5. Kolaborasi pemberian obat anti dapat menurunkan
cemas kecemasan pasien
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan

 berkurangnya kecemasan

29 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt XIII


Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 
c. Impulse control kecemasan)
1. Gunakan pendekatan yang 2. Agar klien dapat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan menenangkan mengerti dan memahami
selama …. Pasien bertoleransi terhadap 2. Jelaskan semua prosedur dan  prosedur yang akan
aktivitas dengan Kriteria Hasil : apa yang dirasakan selama dilaksanakan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan prosedur 3. Dapat mengurangi
mengungkapkan gejala cemas 3. Instruksikan kepada pasien kecemasan pasien
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan untuk menggunakan teknik 4. Support dari keluarga
dan menunjukkan tehnik untuk relaksasi dapat mengurangi
mengontol cemas 4. Libatkan keluarga untuk kecemasan pasien
3. Vital sign dalam batas normal mendampingi pasien 5. Pemberian obat cemas
5. Kolaborasi pemberian obat anti dapat menurunkan
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
cemas kecemasan pasien
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan

 berkurangnya kecemasan

29 Program Profesi Ners UIN


Siti Hardianti Ariana, S.Ke
30 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015) 

Anda mungkin juga menyukai