BATU GINJAL
1. Definisi
batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan
sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,
buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal ) maupun di dalam
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta keseluruh
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal
1
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal. Batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal
2. Etiologi
seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga
yang secara normal mencegah kritalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
2002).
terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
a. Faktor intrinsik
1)Faktor genetik
2. Etiologi
seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga
yang secara normal mencegah kritalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
2002).
terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
a. Faktor intrinsik
1)Faktor genetik
bersifat familial atau genetik. Berdasarkan penelitian dilaporkan
diturunkan.
3) Usia
4) Jenis kelamin
wanita. Karena saluran kemih pria yang lebih sempit. Juga karena
kemih.
hiperuricosuria(pengeluaranasamuratyangberlebuhan
urat/goutartritis(terjadihiperuricosuria),penyakitusus
4
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
(menurunnya kadar sitrat), dan penyakit asidosis tubuler ginjal (kehilangan sitrat melalui air kemih).
Geografi
5)
6) Diet
Menurut Brunner dan Suddath (2002), ada beberapa faktor yang dapat
1) Infeksi
2) Stasis urin
metabolism kalsium)
urin tinggi).
3. Patofisiologi
bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,
a. Teori nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentu
bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
batu.
c. Penghambat kristalisasi
yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memu
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifest
bawah adalah retensi urine atau
bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan
urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah
Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang
asam.Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adek
penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu
yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin
dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena
ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi
peningkatankonsentrasizatpembentukbatumelaluipeningkatan
konsentrasi urin. Kelarutan bergantung pada pH urin.Fospat mudah larut dalam urin yang asam, tetapi sukar larut pada urin yang alkalis. J
baru bisa hanya ditemukan pada urin yang alkalis. Sebaliknya, asam urat
lebih mudah larut jika terdisosiasi dari pada yang tidak terdisosiasi, dan
asam urat baru lebih cepat terbentuk pada urin yang asam. Jika
asam urat. Faktor lain yang juga penting adalah beberapa lama sebenarnya
kristal yang telak terbentuk tetap berada di dalam urin yang sangat jenuh.
Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari saluran kemih
4. Manifestasi Klinis
tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada pasien batu
ginjal yaitu :
a. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri
saluran kemih.
karena batu.
d. Demam
Salah satu fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin) ,apabila
buang air kecil.mungkin buang air kecil lebih sering dan lebih banyak
dari pada biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan mungkin buang
air kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin yang
berwarna gelap.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketikaginjalgagaluntukmelakukanfungsinya,yakni
dipenuhicairanyangmengakibatkanpembengkakanterhadap
oksigen tadi berkurang sehingga otot dan otak tubuh menjadi cepat
lelah. Kondisi ini disebut juga sebagai anemia. Oleh karena itu,
karena adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak dalam
kasus ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum cairan
besi.
dan selalu ingin muntah. Gejala ini muncul disebabkan karena uremia
10
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
tadi (penumpukan limbah dalam darah). Gejala ini berhubungan dengan gejala penyakit ginjal sebelu
bau mulut,akan mengalami mual yang berakibat sulit makan dan
5. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pembuatanfotopolosabdomenbertujuanuntukmelihat
jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling
sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat
Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu
non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU
pielografi retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG
Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam
6. Komplikasi
b. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
d. Obstruksi
e. Hidronephrosis.
7. Penatalaksanaan
yaitu :
a.Medikamentosa
kurang dari 5 mm, karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi
12
Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt
XIII
Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
b.
ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginja
ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan
dan hematuria.
c. Endourologi
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
1) PNL( PercutaneousNephroLitholapaxy) adalahusaha
4) Ektraksidormiaadalahmengeluarkanbatuureterdengan
Bedah Laparoskopi d.
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengamb
ureter.
e. Bedah terbuka
tindakan-tindakanendourologi,laparaskopi,maupunESWL,
8. Prognosis
terdiagnosa batu ginjal untuk umur di atas 15 tahun adalah sebesar 0,6
persen dari total penduduk Indonesia. Lima provinsi yang menduduki
posisi tertinggi masalah penyakit batu ginjal di antaranya adalah DI Yogyakarta, Aceh, Jawa Barat, Jawa Te
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
kemih.
c. Fungsional Gordon
3) Pola eliminasi
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
banyak duduk.
Tanda:
3) Eliminasi
Gejala :
d) Diare
Tanda:
4) Nutrisi
Gejala:
b) Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
Tanda:
b) Muntah
5) Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
konstan)
Tanda:
6) Keamanan:
Gejala:
a) Penggunaan alkohol
b) Demam/menggigil
7) Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
hiperparatiroidisme
vitamin.
Pasien juga dikaji akan adanya gejala yang berhubungan seperti mual,
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
dari 3 bulan.
e. Ansietas
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
- Kortikosteroid
- Kortikosteroid
23 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
.
K
e
p
(
7
0
9
0 c k an
0
1 e m i den
1
7 p u n gan
0 a n berhu rete
1
5 t g bung nsi.
)
24 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
1. Awasi asupan 1. Meng s
2 Keseimbangan i
dan haluaran evalu
asi N
Elektrolit Asam e
Ke adany r
2. Catat insiden s
dan Basa a
kur dan stasis U
Klien diharapkan I
karakteristik urine/ N
ang mampu untuk: muntah, diare. kerus A
akan l
an Denyut jantung a
ginjal u
. d
vol Irama jantung d
3. Tingkatkan i
um asupan cairan n
Pernapasan 2. Mual/mun
3-4 liter/hari. tah dan M
e a
Irama napas diare k
secara a
cair s
Kekuatan otot 4. Awasi tanda umum s
vital. a
an berhubung r
Keseimbangan
Cairan an dengan A
kolik n
5. Timbang berat g
Klien diharapkan ginjal k
mampu untuk: badan setiap karena t
hari.
saraf X
Tekanan darah ganglion I
I
seliaka I
Tekanan arteri 6. Kolaborasi
menghubu S
pemeriksaan i
Tekanan vena ngkan t
HB/Ht dan
sentral kedua i
elektrolit.
ginjal H
Palpasi nadi dengan a
7. Berikan r
perifer lambung. d
cairan i
infus a
Kesimbangan n
sesuai t
program terapi. 3. Mempe i
intake
rtahank A
output (24jam) 8. Kolaborasi an r
i
pemberian diet keseimb a
angan n
sesuai keadaan a
klien. cairan ,
untuk S
homeos .
K
tasis, e
juga p
dimaks (
udkan 7
0
sebagai 9
0
upaya 0
membil 1
1
as batu 7
0
keluar. 1
5
)
4. Indikator
hiddrasi/v
olume
sirkulasi
dan
kebutuha
n
intervensi
.
5. Penin
gkata
n BB
yang
1. Awasi asupan dan haluaran 1. Mengevaluasi
2 Kekurangan Keseimbangan Elektrolit Asam dan
adanya stasis
volume Basa urine/kerusakan
2. Catat insiden dan karakteristik ginjal.
cairan Klien diharapkan mampu untuk: muntah, diare.
2. Mual/muntah dan diare
Denyut jantung secara umum
berhubungan dengan
Irama jantung 3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 kolik ginjal karena saraf
liter/hari. ganglion seliaka
Pernapasan
menghubungkan kedua
Irama napas ginjal dengan lambung.
4. Awasi tanda vital.
Kekuatan otot
3. Mempertahankan
Keseimbangan Cairan 5. Timbang berat badan setiap hari. keseimbangan cairan
untuk homeostasis,
Klien diharapkan mampu untuk:
juga dimaksudkan
Tekanan darah 6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht sebagai upaya
dan elektrolit. membilas batu keluar.
Tekanan arteri
7. Berikan cairan infus sesuai 4. Indikator hiddrasi/volume
Tekanan vena sentral program terapi. sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
Palpasi nadi perifer 8. Kolaborasi pemberian diet sesuai
keadaan klien. 5. Peningkatan BB
Kesimbangan intake & output
yang cepat mungkin
(24jam) berhubungan dengan
retensi.
24 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
. 6. Mengkaji n u
K hidrasi dan nutri k
e
p efektiviatas si. m
( intervensi. e
7 9. A n
0
9 7. Mempertahank nt u
0
0 an volume ie r
1 sirkulasi (bila m u
1
7 asupan per et n
0 k
1 oral tidak ik
5 cukup) m a
)
u n
8. Makanan n m
mudah cerna g u
menurunkan ki a
aktivitas n l
saluran di /
cerna, p m
mengurangi er u
iritasi dan lu n
membantu k t
mempertahan a a
lo n h
kan cairan
9. B rp u .
dan
e er nt
keseimbanga
r as
i in
k /
a C
n a
Hidrasi m
pa
o
Klien diharapkan zi
b
mampu untuk: n)
a
.
t
25 Program Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkt XIII
s Siti Hardianti Ariana, S.Kep (70900117015)
e
s
u
a
i
p
r
o
g
r
a
m
t
e
r
a
p
i
(
a
n
t
i
e
m
e
t
i
k
m
i
s
a
l
n
y
a
P
r
o
k
6. Mengkaji hidrasi dan
Kestabilan berat badan 9. Berikan obat sesuai program efektiviatas intervensi.
terapi (antiemetik misalnya
Konfusi yang tidak tampak
Proklorperasin/ Campazin). 7. Mempertahankan volume
Hidrasi kulit sirkulasi (bila asupan per
oral tidak cukup)
Hidrasi
8. Makanan mudah cerna
Klien diharapkan mampu untuk: menurunkan aktivitas
saluran cerna,
Hidrasi kulit
mengurangi iritasi dan
Kelembaban membran membantu
mukosa mempertahankan cairan
dan keseimbangan
Haus yang abormal (-) nutrisi.
Demam (-)
Keringat
n Ju
3 Eli m
mi la
nas h
i ur
Uri in
n
W
Kli ar
en na
dih ur
ara in
pka
n Pa
ma rti
mp ke
u l
unt ur
uk: in
ya
P ng
o be
l ba
a s
e K
l ej
i er
m ni
i ha
n n
a ur
s in
i
Pe
B nc
a er
u na
an
u ca
r ir
i an
n ya
ng
adekuat sisa a
1. Awasi asupan 1. Memberika s
dan haluaran, n uremik s
Keseim a
karakteristik informasi dan r
urine, catat tentang ketidaks
bangan A
adanya keluaran fungsi eimbang n
g
intake batu. ginjal dan an k
elektroli t
adanya
dan 2. Tentukan pola komplikasi. t dapat X
menjadi I
berkemih Penemuan I
output toksik I
normal klien dan batu
perhatikan memungkin pada S
dalam i
variasi yang kan SSP.
t
24 jam terjadi. identifikasi 5. Peninggia i
n
tipe batu H
Urin dan
a
r
yang d
3. Dorong mempengar
keluar i
peningkatan uhi a
tidak n
asupan cairan. pilihan
disertai t
nyeri terapi. i
4. Observasi 2. Batu A
Urin perubahan status saluran r
mental, i
yang kemih a
tak perilaku atau n
dapat a
lancar tingkat ,
kesadaran. menyebabk
keluar
an S
.
Urin peningkatan K
yang eksitabilitas e
5. Pantau hasil p
keluar pemeriksaan saraf
dengan menimbulk (
laboratorium 7
tergesa- an sensasi 0
(elektrolit, BUN, 9
ge kebutuhan 0
kreatinin)
berkemih 0
Pengaw 1
6. Berikan obat segera. 1
asan 7
urin sesuai indikasi: Biasanya 0
frekuensi 1
- Asetazolamid 5
Pengos (Diamox), dan urgensi )
ongan Alupurinol meningkat
kandun (Ziloprim) bila batu
g kemih mendekati
- Hidroklorotia
dengan pertemuan
zid
(Esidrix, uretrovesik
Hidroiuril), al.
Klortalidon 3. Peningkata
(Higroton) n hidrasi
- Amonium dapat
klorida, membilas
kalium atau bakteri,
natrium fosfat darah,
(Sal- debris dan
Hepatika) membantu
- Agen antigout lewatnya
mis: batu.
Alupurinol 4. Akumulasi
26 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
1. Awasi asupan dan haluaran, 1. Memberikan informasi
3 Gangguan Eliminasi Urin
karakteristik urine, catat adanya tentang fungsi ginjal dan
Eliminasi Klien diharapkan mampu untuk: keluaran batu. adanya komplikasi.
Penemuan batu
Urin Pola eliminasi 2. Tentukan pola berkemih normal memungkinkan
klien dan perhatikan variasi yang identifikasi tipe batu dan
Bau urin terjadi. mempengaruhi pilihan
terapi.
Jumlah urin 2. Batu saluran kemih dapat
3. Dorong peningkatan asupan menyebabkan
Warna urin
cairan. peningkatan eksitabilitas
Partikel urin yang bebas saraf sehingga
4. Observasi perubahan status menimbulkan sensasi
Kejernihan urin mental, kebutuhan berkemih
perilaku atau tingkat kesadaran. segera. Biasanya
Pencernaan cairan yang adekuat frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu
Keseimbangan intake dan output 5. Pantau hasil pemeriksaan mendekati pertemuan
laboratorium (elektrolit, BUN, uretrovesikal.
dalam 24 jam kreatinin) 3. Peningkatan hidrasi
Urin yang keluar tidak disertai nyeri dapat membilas bakteri,
6. Berikan obat sesuai indikasi: darah, debris dan
Urin yang tak lancar keluar - Asetazolamid (Diamox), membantu lewatnya batu.
Alupurinol (Ziloprim) 4. Akumulasi sisa uremik
Urin yang keluar dengan tergesa-ge - Hidroklorotiazid (Esidrix, dan ketidakseimbangan
Hidroiuril), Klortalidon elektrolit dapat menjadi
Pengawasan urin (Higroton) toksik pada SSP.
- Amonium klorida, kalium atau 5. Peninggian BUN,
Pengosongan kandung kemih dengan natrium fosfat (Sal-Hepatika)
- Agen antigout mis: Alupurinol
26 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
.
K
e tangan setiap ur dengan
p kreat
sebelum dan inin ol
(
7 dan og
0 sesudah tindakan i
9 elekt
0 keperawatan rolit da
0
1 2. Batasi pengunjung menj pat 27 P
1 dil r
7 bila perlu ukka o
0 n ak g
1 3. Intruksikan r
5 disfu uk a
) kepada an m
ngsi
pengunjung untuk ginja un P
tu r
mencuci tangan
l. o
6. Men k f
e
saat ingk me s
ng i
berkunjung dan setelah atka
berkunjung n ph elu N
ar e
urine r
ka s
(alka
linita n U
bat I
s) N
( as u.
i A
Z untu l
i de 1. M a
k u
l n d
men e d
o ga
urnk i
p n n
an mi
r
la M
i pem
ru ni a
m bent k
) ta a
ukan m s
A n s
batu
n as a
asam. ali r
t a 7. Men
i m A
gasa sir n
b at g
mka k
i au res t
o n
al urine
t ik X
i ka untu I
I
k li k o I
a se
S
- su men ter i
N ai t
cega i
at in ja
h H
4 ri di a
berula di
u ka r
ngnya d
Ris m
si. pem ny i
iko a
infe b bent n
a t
ksi i ukan i
k 9. Si
a ap inf A
Ko alkal r
ntr r ka in. i
ek a
ol b n n
8. Men
Res o kl a
guba si. ,
iko n
ie h ph
at 2. M S
n urien .
da K
7. Per dapa en e
n t p
tah
ank ba mem gu (
nt bant 7
an 0
u u ran 9
pat 0
pr pelar 0
ens os
gi 1
i utan 1
ed batu 7
kat 0
ur dan tin 1
eter
en 5
tak )
do men gk
me
sk cega
net at
op h
ap
i. pem ko
(ue
rete bent
ukan nta
ral,
uret batu
mi
ral selan
ata jutny na
u a.
1. C 9. Berb si
nef
rost u agai
pa
omi pros
c
). edur sie
i endo
- n
8. Irig
(Ziloprim) kreatinin dan elektrolit
lengkap
- Antibiotika menjukkan disfungsi
Tahu akan keluarnya urin - Natrium bikarbonat ginjal.
6. Meningkatkan ph urine
7. Pertahankan patensi kateter tak (alkalinitas) untuk
menetap (uereteral, uretral atau menurnkan pembentukan
nefrostomi). batu asam.
7. Mengasamkan urine
8. Irigasi dengan larutan asam atau untuk mencegah
alkali sesuai indikasi. berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
9. Siapkan klien dan bantu prosedur 8. Mengubah ph urien dapat
endoskopi. membantu pelarutan batu
dan mencegah
pembentukan batu
selanjutnya.
9. Berbagai prosedur endo-
urologi dapat dilakukan
untuk mengeluarkan
1. Cuci tangan setiap sebelum dan batu.
4 Risiko infeksi Kontrol Resiko
sesudah tindakan keperawatan 1. Meminimalisir resiko
Mengetahui resiko 2. Batasi pengunjung bila perlu
terjadinya infeksi.
Memonitor faktor resiko lingkungan 3. Intruksikan kepada pengunjung
2. Mengurangi tingkat
untuk mencuci tangan saat
Memonitor faktor resiko dari tingkah
berkunjung dan setelah berkunjung kontaminasi pasien dengan
27 P
r
o
g
r
a
m
P
r
o
f
e
s
i
N
e
r
s
U
I
N
A
l
a
u
d
d
i
n
M
a
k
a
s
s
a
r
A
n
g
k
t
X
I
I
I
S
i
t
i
H
a
r
d
i
a
n
t
i
A
r
i
a
n
a
,
S
.
K
e
p
(
7
0
9
0
0
1
1
7
0
1
5
)
meninggalkan pasien
laku Inspeksi kulit dan membran mukosa orang lain.
4.
Mengembangkanstrategicontrol terhadapkemerahan, panas, 3. Mencegah terjadinya
selanjutnya
imunitas tubuh
6. Mencegahterjadinya infeksi
selanjutnya
imunitas tubuh
6. Mencegahterjadinya infeksi
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 5. Kolaborasi pemberian obat anti dapat menurunkan
cemas kecemasan pasien
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
berkurangnya kecemasan