Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR CAPUT PANKREAS

DI RUANG PERAWATAN LONTARA III


DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh

NAMA : JULAIHA
NIM : A1C121033

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(……………………………..) (……………………………………)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kanker pankreas adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang melapisi
saluran pankreas (Brunner & Suddarth, 2011). Kanker pankreas merupakan tumor yang
paling sering terjadi. Lokasi timbulnya tersering pada daerah kaput pancreas yang dikenal
dengan istilah medis carcinoma caput pankreas, yaitu 60 % kemudian disusul kanker
kaudal 30 % dan kanker seluruh pankreas yaitu 10% . Terdapat banyak faktor resiko yang
dapat menyebabkan kanker pankreas, diantaranya merokok, obesitas, kronik pancreatitis,
dan mutasi gen (Japaris, 2008; Mayer, 2005).
Kanker pankreas ini merupakan penyebab kematian keempat akibat kanker
(selain kanker paru, kolon dan payudara), baik pada pria maupun wanita di Amerika
Serikat. Menifestasi klinik dari karsinoma kaput pankreas yang paling sering di jumpai
adalah sakit perut, berat badan turun dan ikterus. Diagnosis sulit ditegakkan, sehingga
tumor biasanya tidak ditemukan kecuali bila telah menyebar terlalu luas sehingga tidak
dapat dilakukan reseksi lokal.
Saat ini pencitraan yang digunakan untuk mendiagnosa kanker pankreas
diantaranya Ultrasonografi (USG), Computed Tomography (CT) Scan Abdomen,
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Endoscopic Retrograde Cholangio-
Pancreaticography (ERCP), dan ultrasonografi endoskopik.

Gambar 3 . Kanker Pankreas


B. Anatomi Fisiologi
Sistem endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh
mengkomunikasikan informasi antara berbagai jaringan dan sel. Informasi yang
ditransmisikan itu menyebabkan pengaturan dari banyak fungsi tubuh. Istilah endokrin
mengacu pada sekresi internal dari zat-zat yang secara biologik aktif. Sistem endokrin
menggunakan hormon untuk menyampaikan informasinya. Dengan demikian hormon secara
khas didefinisikan sebagai suatu zat yang dilepaskan oleh kelenjar endokrin dan diangkut
melalui aliran darah ke jaringan lain dimana ia bekerja untuk mengatur fungsi dari jaringan
target. Adapun fungsi kelenjar endokrin adalah:
a. Menghasilkan hormon
b. Mengontrol dan merangsang aktivitas kelenjar tubuh
c. Merangsang pertumbuhan jaringan          
d. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
e. Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.

Gambar 1. Bagian dalam Pankreas (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)


Pankreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan
kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior
abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian
kecil caudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis (Tortora & Derrickson, 2008).
Pankreas dapat dibagi dalam:
a. Caput Pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung
duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica
superior serta dinamakan Processus Uncinatus.

b. Collum Pancreatis merupakan bagian pankreas yang mengecil dan menghubungkan


caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae
hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta.

c. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan
melintang sedikit berbentuk segitiga.
d. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan
hubungan dengan hilum lienale.

Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda, yaitu sel eksokrin
dan sel endokrin. Sel-sel eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut sebagai asini yang
menghasilkan getah pankreas. Getah pankreas mengandung enzim-enzim yang membantu
mencerna makanan dalam usus halus. Setelah diproduksi, getah pankreas masuk ke saluran
utama pankreas dan mengalir ke duodenum. Saluran ini bergabung dengan saluran empedu
(common bile duct) yang menghubungkan pankreas dengan hepar dan kantong empedu. Sel-
sel endokrin atau disebut juga pulau Langerhans terdiri atassel α yang menghasilkan glukagon
dan sel β yang menghasilkan insulin, keduanya penting untuk metabolisme karbohidrat.
Glukagon berfungsi sebagai antagonis dari insulin yaitu memberi tanda pada hati dan otot
untuk memecah glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya kembali ke dalam aliran
darah. Sedangkan insulin berfungsi untuk membantu sel tubuh menyerap gula dari karbohidrat
yang dikonsumsi sehari-hari, sehingga gula tersebut dapat digunakan sel untuk menghasilkan
energi atau disimpan di dalam tubuh. Insulin bersama dengan hormon glukagon menjaga agar
kadar gula di dalam darah agar stabil, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Ketika
pankreas mengeluarkan glukagon, insulin akan ditekan

C. Etiologi Atau Faktor Resiko


Etiologi karsinoma kaput pancreas atau kanker pankreas masih belum diketahui
pasti. Namun, penelitian epidemiologi menunjukkan adanya hubungan karsinoma kaput
pankreas dengan beberapa faktor eksogen (lingkungan) dan faktor endogen pasien.
Faktor eksogen antara lain kebiasaan merokok, diet tinggi lemak, alkohol, kopi, dan zat
karsinogen industri, sedangkan faktor endogen yaitu usia, penyakit pankreas
( pankreatitis kronik dan diabetes mellitus) dan mutasi gen (Sudoyo, 2006).
Etiologi karsinoma kaput pankreas merupakan interaksi kompleks antara faktor
eksogen pasien dengan faktor endogen.
1. Faktor Eksogen
a. Merokok
Merokok mengakibatkan kanker pankreas sekitar 25-35%, berisiko 2-3
kali menderita kanker pankreas. Meta analisis 83 penelitian epidemiologi
mengenai merokok dan kanker pankreas seluruhnya dengan Resiko Relatif (RR)
adalah 1,74 (Yeo, 2015).
b. Obesitas dan Diet
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak berisko terhadap terjadinya
kanker pankreas. Dari 38 penelitian mengenai berat badan dan risiko kanker oleh
World Cancer Research Fund menyimpulkan bahwa obesitas dan abdominal yang
gemuk merupakan faktor risiko kanker pankreas. Tumorigenesis ditingkatkan
oleh jaringan adipose yang berlebih melalui metabolism glukosa abnormal,
hiperinsulinemia, dan perubahan inflamasi. Obesitas juga berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup setelah didiagnosis kanker pankreas. Faktor diet juga
berkontribusi terhadap kanker pankreas, yaitu makanan tinggi lemak dan kalori ,
mentega, daging merah, dan konsumsi buah dan sayur sebagai protektif.(Yeo,
2015).
c. Alkohol
Konsumsi alkohol berkontribusi terhadap terjadinya pankreatitis akut dan
berkembang menjadi pankreatitis kronik. Mengkonsumsi alkohol menyebabkan
kerusakan parenkim pankreas melalui beberapa mekanisme: (Yeo, 2015).
1) Peningkatan acetaldehyde merupakan oksidatif dari metabolism alkohol.
2) Regulasi imunosupresif dan inflammatory.
3) Berkurangnya kadar folat pada konsumen alkohol berat.
4) Merangsang biotransformasi enzim Cytochrome P450
2. Faktor Endogen
a. Usia
Resiko berkembangnya kanker pankreas meningkat sesuai dengan
penambahan usia. Kanker pankreas cenderung terjadi pada orang-orang dengan
usia 40-60 tahun.
b. Jenis kelamin
Kanker pankreas lebih sering terdiagnosa pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Insidensi pada laki-laki di negara berkembang 8,5/100.000 dan
negara belum berkembang 3,3/100.000 dan pada wanita di negara berkembang
5,6/100.000 dan negara belum berkembang 2,4/100.000.
c. Ras/Etnis
Lebih sering mengenai ras yang berkulit hitam. Orang Africa-Amerika
memiliki insidensi yang tinggi (17,6/100.000 untuk pria berkulit hitam dan
14,3/100.000 untuk wanita berkulit hitam). Risiko yang tinggi pada orang
Amerika yang berkulit hitam mungkin dikarenakan perbedaan ras dalam
metabolisme asap rokok, tingkat merokok yang tinggi, obesitas, asupan tinggi
kalori, konsumsi alkohol, diabetes dalam waktu yang lama,tingkat pendapatan
yang rendah (Yeo, 2015).
3. Faktor genetik dan riwayat penyakit sebelumnya.
a. Genetik
Kanker pankreas sering dikaitkan dengan kelainan genetik. Kelainan yang
paling sering adalah mutasi K-ras yang sebagian besar memengaruhi kodon 12,
hal ini diamati pada 60-75% kanker pankreas (Chong dan Cunningham, 2013).
Mutasi K-ras mengganggu intrinsik GTPase yang aktif di tranduksi signal yang
merubah prolifesi dan migrasi sel. Mutasi K-ras adalah kejadian genetik awal
pada karsinogenesis pankreas dan dipertimbangkan menjadi tanda kanker
pankreas (Sakorafas dan Smyrniotis, 2012).
Onkogen K-ras mengkode Kirsten rat sarcoma viral oncogene homolog
(K-ras) protein pada guanosine triphosphate (GTPase) (Rishi et al, 2015).
Onkogen K-ras berubah pada kompartemen epitel pankreas, inaktivasi Atg7,
kunci mediator autophagy, memblok progresif K-ras ke invasif pankreas duktal
adenokarsinoma. Blokade ini meningkatkan kematian sel, pertumbuhan berhenti
dan tahap awal lesi neoplastik (Donahue dan Herman, 2014).
Inaktivasi gen p16 diobservasi pada 80-95% kanker pankreas sporadik,
dan ini dijumpai pada stadium lanjut karsinogenesis pankreas. Inaktivasi gen p53
diobservasi pada 55-75% kanker pankreas dan merupakan tahap akhir
tumorigenesis pankreas. Inaktivasi gen SMAD4 terjadi pada 55% kanker
pankreas. Mutasi gen BRAC2 meningkat 10 kali pada perkembangan kanker
pankreas (Sakorafas dan Smyrniotis, 2012). Gen-gen tumor suppressor p16, p53,
dan SMAD4 biasanya inaktif; gen p16 pada kromosom 9p21 hilang pada hampir
95% tumor, gen p53 inaktif karena mutasi atau hilang pada 50-70% tumor, dan
gen SMAD4 hilang pada 55% tumor pankreas. Sekitar 5-10% pasien dengan
kanker pankreas memiliki penyakit familial.
b. Diabetes
Diabetes merupakan faktor risiko menimbulkan manifestasi klinis untuk
kanker pankreas karena perubahan fungsi islet cell dan hilangnya masa sel beta.
Hiperglikemi terdapat pada 50-80% pasien dengan kanker pankreas (Yeo, 2015).
Secara epidemiologi diabetes tipe 2 merupakan faktor risiko kanker
pankreas dan hiperinsulinemia kronik serta hiperglikemi berhubungan dengan
diabetes tipe 2 sebagai mekanisme yang menyertai. Penelitian ekperimental
menunjukkan bahwa insulin merangsang proliferasi dan mengurangi apoptosis
pada sel kanker pankreas baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
peningkatan bioavailabilitas insulin like growth factor 1. Hiperglikemi juga dapat
meningkatkan proliferasi dan invasi sel pankreas ( Liao et al, 2015).
Dari penelitian cohort dan case-control, diabetes yang telah didiagnosa
selama dua tahun meningkatkan risiko dua kali terhadap kanker pankreas. Pada
penelitian meta analisis oleh Huxley et al (2005) melaporkan ada 36 penelitian
yang menunjukkan ada peningkatan risiko kanker pankreas pada penderita
diabetes (Henry et al, 2013).
c. Pankreatitis
Pankreatitis mengakibatkan kanker pankreas telah banyak diteliti dari 10
penelitian case control menemukan bahwa pankreatitis berkontribusi terhadap
kanker pankreas sekitar 1,34%. Dugaan ini karena penyebab pankreatitis mungkin
menyebabkan obstruksi duktal pankreas (Yeo, 2015).
D. Manifestasi Klinis
Pankreas tidak memiliki mesenterium dan berdekatan dengan saluran empedu,
usus dua belas jari, perut, dan usus besar, karenanya manifestasi klinis yang paling
umum dari kanker pankreas adalah yang berkaitan dengan invasi atau kompresi dari
struktur yang berdekatan (Brand, 2003).
1. Nyeri, ikterik, atau keduanya dijumpai pada lebih dari 80% pasien dan, bersamaan
dengan penurunan berat badan, dianggap sebagai tanda klasik karsinoma kaput
pancreas tetapi sering kali tidak nampak sampai proses penyakit telah lanjut
(Brunner & Suddarth, 2014).
2. Nyeri atau ketidaknyamanan yang samar di bagian atas atau pertengahan abdomen
tidak berhubungan dengan fungsi GI menyebar sebagai nyeri tertusuk di
pertengahan punggung dan lebih berat di malam hari dan ketika berbaring dalam
posisi telentang, nyeri sering kali progresif dan berat. Asites lazim terjadi (Brunner
& Suddarth, 2014).
3. Rasa penuh, kembung di ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare (steatore), dan
badan lesu. Keluhan tersebut tidak khas karena dijumpai pada pancreatitis dan
tumor intraabdominal. Keluhan awal biasanya berlangsung >2 bulan sebelum
diagnosis kanker. Keluhan utama yang sering adalah sakit perut, berat badan turun
(>75 % kasus) dan ikterus (terutama pada kanker kaput pankreas).
4. Lokasi sakit perut biasanya di ulu hati, awalnya difus, selanjutnya terlokalisir. Sakit
perut biasanya disebabkan invasi tumor pada pleksus coeliac dan pleksus
mesenterikus superior. Dapat menjalar ke punggung, disebabkan invasi tumor ke
daerah retroperitoneal dan terjadi infiltrasi pada pleksus saraf splanknikus.
5. Penurunan berat badan awalnya melambat, kemudian menjadi progresif,
disebabkan berbagai faktor: asupan makanan kurang, malabsorbsi lemak dan
protein, dan peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (tumor necrosis factor-a dan
interleukin-6).
6. Ikterus obstruktivus, dijumpai pada 80-90 % kanker kaput pankreas berupa tinja
berwarna pucat (feses akolik).
7. Gejala defisiensi insulin (diabetes: glukosuria, hiperglikemia, dan toleransi glukosa
abnormal) mungkin merupakan tanda awal karsinoma (Brunner & Suddarth, 2014)
8. Makanan sering kali memperburuk nyeri epigastrik (Brunner & Suddarth, 2014).
9. Malabsorpsi nutrient dan vitamin larut-lemak, anoreksia dan malaise (kelemahan),
serta feses berwarna seperti lempung dan urine yang berwarna pekat/gelap lazim
terjadi pada karsinoma kaput pankreas (Brunner & Suddarth, 2014).
Selain itu tanda klinis lain yang dapat kita temukan antara lain, pembesaran
kandung empedu (Courvoisier’s sign), hepatomegali, splenomegali (karena kompresi
atau trombosis pada v. porta atau v. lienalis, atau akibat metastasis hati yang difus),
asites (karena infiltrasi kanker ke peritoneum), nodul periumbilikus (Sister Mary
Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory thrombophlebitis (Trousseau’s
syndrome), perdarahan gastrointestinal, dan edema tungkai (karena obstruksi VCI) serta
limfadenopati supraklavikula sinistra (Virchow’s node) (Sudoyo, 2006).

E. Patofisiologi
Kanker pankreas hampir 90 % berasal dari duktus, dimana 75 % bentuk klasik
adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar kasus (±70%)
lokasi kanker pada kaput pankreas, 15- 20% pada badan dan 10% pada ekor. Pada
karsinoma daerah kaput pankreas dapat menyebabkan obstruksi pada saluran empedu dan
ductus pankreatikus daerah distal, hal ini dapat menyebabkan manifestasi klinik berupa
ikterus (Castillo, Carlos, Jimenez, & Ramon, 2006; Sudoyo, 2006). Umumnya tumor
meluas ke retroperitonel ke belakang pankreas, melapisi dan melekat pada pembuluh
darah. Secara mikroskopik terdapat infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran
limfe , dan perineural. Pada stadium lanjut, kanker kaput pankreas sering bermetastasis
ke duodenum, lambung, peritonium, hati dan kandung empedu (Castillo. et. al., 2006).
Karsinoma pankreas diyakini berasal dari sel-sel duktal dimana serangkaian
mutasi genetik telah terjadi di protooncogene dan gen supresor tumor. Mutasi pada
onkogen K-ras diyakini menjadi peristiwa awal dalam perkembangan tumor dan terdapat
lebih dari 90 % tumor. Hilangnya fungsi dari beberapa gen supressor tumor (p16, p53,
DCC, APC, dan DPC4) ditemukan pada 40-60% dari tumor. Deteksi mutasi K-ras dari
cairan pankreas yang diperoleh pada endoskopik retrograde cholangiopancreatography
telah digunakan dalam penelitian klinis untuk mendiagnosa kanker pancreas (Brand,
2003). Pada sebagian besar kasus, tumor sudah besar (5-6 cm) dan atau telah terjadi
infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat di reseksi,
sedangkan tumor yang dapat direseksi berukuran 2,5-3,5 cm (Sudoyo, 2006).

F. Klasifikasi/Tipe/Jenis
Jaime Ruiz-Tovar mengemukakan bahwa 95% dari tumor pankreas berasal dari
komponen eksokrin (ductal dan acinar cells) yang memberi gambaran adenocarcinoma.
Neoplasma endokrin dijumpai sekitar 1-2% dan frekuensi “non epithelial malignancies”
jarang. Ductal carcinoma merupakan tipe tumor eksokrin pankreas yang paling banyak
ditemukan pada kaput pankreas. Ductal adenocarcinoma, colloid carcinoma,
adenosquamous carcinoma, phleomorphic carcinoma, sarcomatoid carcinoma dan giant
carcinoma merupakan beberapa subtype ductal carcinoma. Dari sub tipe tersebut di atas,
adenocarcinoma yang paling sering dijumpai (60-70%) ada tumor kaput pancreas (Hua &
Liang, 2009).

Gambar 8: TNM Classification


Para pasien dianalisa berdasarkan staging tumor-node-metastasis (TNM) kanker
pankreas dari International Union of Counter Cancer (UICC) (1997). 45,5% pasien berada
pada TNM tahap Ⅰ dan Ⅱ, dan sisanya (54,5%) pada tahap Ⅲ dan Ⅳ. Metastasis jauh
biasanya ditemukan pada kanker pankreas. Berdasarkan penelitian, 25,9% (49/189) dari
pasien ditemukan memiliki metastasis jauh. Hati adalah lokus metastasis umum, dan yang
kejadiannya adalah 67,3% (33/49) (Hua & Liang, 2009).
Gambar 9: Staging Kanker Pankreas

G. Komplikasi
Komplikasi dari karsinoma kaput pankreas adalah (Buchler & Waldemar, 2004) :
1. Ikterus Obstruktif
2. Obstruksi gastric outlet
3. Pankreatitis akut (5% sebagai tanda awal karsinoma)
4. Perdarahan traktus gastrointestinal (jarang)
5. Asites
6. Splenomegaly/ varises esofagus
7. Diabetes melitus
8. Steatorrhea
9. Thrombophlebitis migrans
10. Thromboembolic disease

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan pankreas
yaitu:
a. Laboratorium
Pada sebagian besar pasien didapatkan tanda-tanda anemia karena defisiensi nutrisi
atau perdarahan per anal, atau akibat penyakit menahun, peningkatan laju endap darah
(LED), peningkatan dari serum alkali fosfat, bilirubin, dan transaminase. Karena
sebagian besar kanker pankreas terjadi di kaput, maka obstruksi dari saluran empedu
sering ditemui. Obstruksi dari saluran empedu distal menyebabkan tingginya serum
alkali fosfat empat sampai lima kali di atas batas yang normal, begitu pun dengan
billirubin (Brand, 2003). Penanda tumor CA 19-9 (antigen karbohidrat 19,9) sering
meningkat pada kanker pankreas. CA 19-9 dianggap paling baik untuk diagnosis
kanker pankreas, karena memiliki sensitivitas dan spesifivitas tinggi (80% dan 60-
70%), akan tetapi konsentrasi yang tinggi biasanya terdapat pada pasien dengan besar
tumor > 3 cm, dan merupakan batas reseksi tumor (Sudoyo, 2006). Beberapa
pemeriksaan darah yang dapat diketahui yaitu sebagai berikut (Irmayanti et al, 2018).
1) Serum amilase dan lipase meningkat
2) Tes faal hati meningkat, terutama pada kolestasis ekstrahepatik (bilirubin, ALP,
AST, ALT, hasil elektroforesis protein).
3) Kadar glukosa darah meningkat (±20%)
4) CEA (carcino-embryonic antigen). Merupakan glikoprotein yang diberntuk di
saluran gastrointestinal dan pankreas sebagai antigen permukaan sel yang
disekresikan ke dalam cairan tubuh. CEA meningkat dapat mendeteksi karsinoma
kaput pankreas, tetapi tidak cukup sensitif untuk deteksi dini.
5) CA 19-9 (carbohydrate antigen 19-9), merupakan substansi yang dihasilkan oleh
sel-sel kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada pemeriksaan
darah. Penanda tumor CA 19-9 meningkat pada karsinoma kaput pankreas dan
dianggap paling baik untuk diagnosis dengan spesifisitas 60-70% dan sensitivitas
80%.
6) Dalam feses ditemukan tanda-tanda steatorea, yaitu tinja terapung dan kadar lemak
yang tinggi.
7) Dalam urin ditemukan hasil urinalisis bilirubin positif dalam urin (bilirubinuria).
b. Gambaran Radiologi
1) Gastroduodenografi

Gambar 3. Barium meal. “Double contour” pada lengkung duodenum (Murfitt,1998)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan lengkung duodenum akibat


kanker pankreas. Kelainan yang dapat dijumpai pada kelainan kanker pankreas
dapat berupa pelebaran lengkung duodenum, double contour, dan gambaran ‘angka
3 terbalik’ karena pendorongan kanker pankreas yang besar pada duodenum, di atas
dan di bawah papila vateri (Sudoyo, 2006).
Gambar 4. Pembesaran loop duodenum (Murfitt,1998)

2) Ultrasonografi

Gambar 5. USG: karsinoma pankreas yang berada pada kaput pankreas (Bates,2004)

Karsinoma pankreas tampak sebagai suatu massa yang terlokalisir, relatif homogen
dengan sedikit internal ekho. Batas minimal besarnya suatu karsinoma pankreas
yang dapat dideteksi secara ultrasonografi kira-kira 2 cm. Bila tumor lebih dari 3
cm ketetapan diagnosis secara ultrasonografi adalah 80-95%. Suatu karsinoma
kaput pankreas sering menyebabkan obstruksi bilier. Adanya pelebaran saluran
bilier baik intra atau ekstrahepatik dapat dilihat dengan pemeriksaan USG. Tanda-
tanda suatu karsinoma pankreas secara Ultrasonografi adalah:
a) Pembesaran parsial pankreas
b) Konturnya ireguler, bisa lobulated
c) Struktur ekho yang rendah atau semisolid
d) Bisa disertai pendesakan vena kava ataupun vena mesenterika superior.
Mungkin disertai pelebaran saluran-saluran bilier atau metastasis di hati (Boer,
2009).

Gambar 6. Dilatasi dari duktus pankreaticus pada karsinoma kaput pankreas (Murfitt, 1998)
3) CT-Scan
Pada masa kini pemeriksaan yang paling baik dan terpilih untuk diagnostik dan
menentukan diagnosis dan menentukan stadium kanker pankreas adalah dengan
dual phase multidetector CT , dengan contras dan teknik irisan tipis (3-5mm).
Kriteria tumor yang tidak mungkin direseksi secara CT antara lain: metastase hati
dan peritoneum, invasi pada organ sekitar ( lambung, kolon), melekat atau oklusi
pembuluh darah peri-pankreatik. Dengan kriteria tersebut mempunyai akurasi
hampir 100% untuk predileksi tumortidak dapat direseksi. Akan tetapi positif
predictive value rendah, yakni 25-50 % tumor yang akan diprediksi dapat
direseksi, ternyata tidak dapat direseksi pada bedah laparotomi (Sudoyo, 2006).

Gambar 7. Massa pada kaput pankreas (Freelove dan Walling, 2006)

Gambaran karsinoma kaput pankreas pada CT scan yang dapat dinilai antara lain;
pembesaran duktus pankreatikus dan duktus biliaris, pembesaran kantung empedu.
Selain itu kita juga dapat melihat metastasis yang terjadi di sekitar pankreas (Ahuja
et al, 2006).

Gambar 8. CT-scan gambaran hipodense pada tumor kaput pankreas( panah putih), distended
kantung empedu (Ahuja et al, 2006)

4) Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI secara jelas mencitrakan parenkim pankreas, pembuluh darah sekitar pankreas
dan struktur anatomis organ padat sekitar di regio abdomen atas. Sangat berguna
untuk diagnosis karsinoma pankreas stadium dini dan penentuan stadium
preoperasi. Kolangiopankreatigrafi MRI (MRCP) menghasilkan gambar serupa
dengan ERCP (endoscopic retrograde cholangio- pancreaticography), secara jelas
mencitrakan saluran empedu intra dan extrahepatik, serta saluran pankreas
(Japaries, 2008).
Gambar 9. MRI: Massa pada daerah kaput pankreas (Nishiharu, 1999)
5) ERCP (endoscopic retrograde cholangio- pancreaticography)
Manfaat dari ERCP dalam diagnosis kanker pankreas adalah dapat mengetahui atau
menyingkirkan adanya kelainan gastroduodenum dan ampula vateri, pencitraan
saluran empedu dan pankreas, dapat dilakukan biopsi dan sikatan untuk
pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Disamping itu dapat dilakukan pemasangan
stent untuk membebaskan sumbatan saluran empedu pada kanker pankreas yang
tidak dapat dioperasi atau direseksi (Sudoyo, 2006).

Gambar 10. Gambaran striktur pada duktus biliaris (Bowles dan Benjamin, 2002)

6) EUS (Endoskopik Ultrasonografi)


EUS mungkin tes yang paling akurat dalam mendiagnosis kanker pankreas.
Beberapa studi membandingkan dengan CT telah menunjukkan bahwa EUS
memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dan spesifisitas untuk mendiagnosis,
terutama mengevalasi tumor kecil.
Gambar 11. Pencitraan Ultrasonografi endoskopik pada kanker pankreas. Gambaran diatas
memperlihatkan jarum dalam proses biopsi tumor (Castillo et al., 2006)

Selain itu EUS sangat akurat untuk melihat invasi lokal dan metastasis nodal dari
kanker pankreas. Selain itu EUS juga dapat membantu dalam proses biopsi tumor
(Castillo. et. al., 2006).

Gambar 18. Pencitraan EUS pada pasien dengan massa pada kaput pankreas, yang mengenai vena
porta (Varadarajulu dan Wallace, 2004
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Penatalaksanaan pada penyakit karsinoma kaput pancreas adalah sbb :


1. Bedah reseksi ‘kuratif’.
Mengangkat/mereseksi komplit tumor massanya. Yang paling sering dilakukan
adalah prosedur Whipple. Operasi whipple merupakan prosedur dengan
pengangkatan kepala (kaput) pankreas dan biasanya sekitar 20% pankreas
dihilangkan.
2. Bedah paliatif.
Untuk membebaskan obstruksi bilier, pemasangan stent perkutan dan stent per-
endoskopik.
3. Kemoterapi.
Bisa kemoterapi tunggal maupun kombinasi. Kemoterapi tunggal seperti 5-FU,
mitomisin-C, Gemsitabin. Kemoterapi kombinasi yang masih dalam tahap
eksperimental adalah obat kemoterapi dengan kombinasi epidermal growth
factor receptor atau vascular endothelial growth factor receptor. Pada karsinoma
pankreas yang telah bermetastasis memiliki respon buruk terhadap kemoterapi. Secara
umum kelangsungan hidup setelah diagnosis metastasis kanker pankreas, kurang dari
satu tahun.
4. Radioterapi.
Biasanya dikombinasi dengan kemoterapi tunggal 5-FU (5-Fluorouracil).
5. Terapi simtomatik.
Lebih ditujukan untuk meredakan rasa nyeri (obat analgetika) dari: golongan
aspirin, penghambat COX-1 maupun COX-2, obat golongan opioid.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata Pasien
Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Suku / Bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Identifikasi adanya nyeri pada lokasi abdomen ataupun tanda-tanda infeksi pada bagian
drainase (jika ada).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kronologi terjadinya kanker kaput pankreas bagaimana mekanisme terjadinya,
kronologi hingga dibawa ke rumah sakit dan keluhan yang dirasakan apa saja.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan kanker kaput pankreas yaitu diturunkan
secara genetik.
e) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dicari tanda-tanda karsinoma kaput pankreas, yang paling
sering adalah ikterus, gizi kurang, dan tanda-tanda komplikasi dan metastasis,
seperti hepatomegali, edema, perdarahan, dan pembesaran kelenjar getah bening
(Irmayanti, 2018)

3. Pengkajian Pola Kesehatan

1) Pola Nutrisi
Dapat ditemukan mual muntah akibat gangguan pasase usus. Hal ini disebabkan
penekanan tumor pada lambung bagian distal. Gejala pasien seperti penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan, dan juga nyeri abdomen. Penurunan berat badan
yang signifikan. Kedua gejala ini dapat ditemukan pada penyakit-penyakit lain,
yang menyebabkan keterlambatan diagnosis, dimana lebih dari 2/3 pasien
didiagnosis setelah 2 bulan dari gejala awal yang muncul. Berat badan yang
menurun diperparah oleh kurangnya nafsu makan/anorekisa dan malabsorbsi akibat
gangguan fungsi eksokrin.
2) Pola Eliminasi
Pasien dapat cenderung mengalami gangguan eliminasi BAB seperti konstipasi.
Gejala yang paling khas pada karsinoma kaput pankreas adalah ikterus obstruktif
tanpa adanya nyeri. Hal ini akibat penekanan tumor pada duktus choleduchus
Pasien pada awalnya datang dengan ikterus disertai warna urin yang gelap dan
steatorea. Urin yang gelap dan kotoran yang berwarna putih disertai gatal pada
seluruh tubuh biasanya mendahului ikterus. Gejala ini biasanya memberikan
dugaan adanya suatu keganasan pada pankreas.
3) Pola Istirahat/ Aktivitas
Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat & jam kebiasaan tidur
pada malam hari, pekerjaan mempengaruhi tidur, misal nyeri, ansietas, berkeringat
malam, serta Keterbatasan partisipasi dalam melakukan kegiatan, pekerjaan dengan
pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.      
4) Personal Hygiene
Pasien umumnya membutuhkan bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering
dilakukan pasien ditempat tidur.
5) Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas karena perubahan pada body image,
jika terjadi ikterik pada kulit serta terkadang mengalami kulit kering dan bersisik
karena gangguan balance cairan.
6) Riwayat Spiritual
Berkaitan dengan riwayat spiritual pasien kanker tidak mengalami gangguan yang
berarti, pasien masih tetap bisa bertoleransi terhadap agama yang dianut, masih bisa
mengartikan makna dan tujuan serta harapan pasien terhadap penyakitnya.
7) Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya
pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak
berguna (tidak dapat melakukan apa-apa).

1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat & jam
kebiasaan tidur pada malam hari, pekerjaan mempengaruhi tidur, misal nyeri,
ansietas, berkeringat malam, serta keterbatasan partisipasi dalam melakukan kegiatan,
pekerjaan dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stress, mis: merokok, minum alkohol, keyakinan/religius. Masalah tentang perubahan
dalam penampilan, mis : lesi cacat, alopesia, pembedahan. Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan control, serta depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Cairan/Makanan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet). Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi makanan. Perubahan pada BB,
penurunan BB hebat, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, mis edema.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat.
6. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok).
7. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama /
berlebihan.
Tanda : Demam, Ruam kulit, ulserasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C. Rencana/ Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan: Definisi:

1.Ketidakefektifan pola Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
napas
Batasan kerakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
(NOC)

1. Dyspnea Tujuan: Manajemen jalan napas


2. Fase ekspirasi memanjang Setelah diberikan intervensi
3. Pennggunaan otot bantu keperawatan selama 3x 24 jam 1. Posisiskan pasien untuk
pernapasan hasil: memaksimalkan ventilasi
4. Penggunaan posisi tiga titik klien akan menunjukkan pola 2. Identifikasi kebutuhan
5. Pernapasan bibir napas yang efektif, dibuktikan
oleh indikator sebagai berikut actual/potensial pasien untuk
6. Pola napas abnormal (mis.,
irama, frekuensi, kedalaman) memasukan alat membuka jalan
7. Takipnea Respon penyapihan ventilasi napas
mekanik: Dewasa 3. Motivasi pasien untuk bernapas
Faktor yang berhubungan: 1. Tingkat pernapasan spontan pelan, dalam, berputar, dan batuk
2. Irama pernapasan spontan 4. Instruksikan bagaimana agar bisa
Keletihan otot pernapasan 3. Kedalaman pernapasan melakukan batuk efektif
spontan 5. Auskultasi suara napas, catat area
4. Apikal denyut jantung apical yang ventilasinya menurun atau
5. Ppaco2 (tekanan parsial tidak ada dan adanya suara
oksigen dalamm darah arteri) tambahan
6. Kelola pengobatan aerosol,
sebagaimana mestinya
Status pernapasan 7. Kelola nebulizer ultrasonik,
1. Frekuensi pernapasan sebagaimana mestinya
2. Irama pernapasan 8. Regulasi asupan cairan untukk
3. Kedalaman inspirasi mengoptimalkan keseimbangan
4. Suara auskultasi nafas cairan
5. Kepatenan jalan napas 9. Posisikan untuk meringankan sesak
7. Pencapaian tingkatt insentif 10. Tes faal
spinometri paru
8. Kapasitas vital
9. Saturasi oksigen
napas
10. Monitor status pernapasan dan oksigen, sebagaimana
mestinya

Monitor pernapasan

1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan


bernapas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan
otot- otot bantu napas, dan retraksi pada otot supraclaviculas
dan interkosta
3. Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau mengi
4. Monitor pola napas (misalnya, bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, pernapasan kusmaul, pernapasan
1:1, apneustik, respirasi biot, dan pola ataxic)
5. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti,
sao2, svo2, spo2) sesuai dengan protokol yang ada
6. Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif (misalnya,
pasang alat pada jari, hidung, dan dahi) dengan mengatur
alarm pada pasien berisiko tinggi (misalnya, pasien yang
obesitas, melaporkan pernah mengalami apnea saat tidur,
mempunyai riwayat penyakit
dengan terapi oksigen menetap, usia ekstrim) sesuai dengan
prosedur tetap yang ada
7. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
8. Perkusi torak anterior dan posterior, dari apeks ke basis paru,
kanan dan kiri
9. Catat lokasi trakea
10. Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan
atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara napas
tambahan
11. Kaji perlunya penyedotan, pada
jalan napas dengan auskultasi suara
napas ronki di paru
12. Auskultasi suara napas setelah
tindakan, untuk dicatat
13. Monitor nilai fungsi paru, terutama
kapasitas vital paru, volume
inspirasi maksimal, volume
ekspirasi maksimal selama 1 detik
(fevi) dan fevi/fvc sesuai dengan
data yang tersedia
14. Monitor hasil pemeriksaan ventilasi
mekanik, catat peningkatan
kelelahan, kecemasan, dan
kekurangan udara pada pasien
15. Catat perubahan pada saturasi o2,
volume tidal akhir co2, dan
perubahan nilai analisa gas darah
dengan tepat
16. Monitor kemampuan batuk efektif
pasien
17. Catat onset, karakteristik, dan
lamanya batuk
18. Monitor sekresi pernapasan pasien

Diagnosa Keperawatan: Definisi:

2.Nyeri akut Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi

Batasan Karakteistik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Bukti nyeri dengan Tujuan : Manjemen
menggunakan standar lingkungan:kenyamanan
daftar periksa nyeri untuk Setelah dilakukan intervensi
pasien yang tidak dapat selama 3x24 jam nyeri berkurang 6. Ciptakan lingkungan yang tenang
mengungkapkannya (mis., atau teratasi dengan kriteria hasil: dan mendukung
Neonatal Infant Pain 7. Sesuaikan suhu lingkungan yang
Assessment Checklist for klien dapat nyaman untuk pasien
Senior with Limited 8. Sesuaikan pencahaan ruangan
ability tu Communicate) 1. mengenali kapan terjadi nyeri untuk membantu klien dalam
2. Ekspresi wajah nyeri 2. mengenali faktor penyebab beraktivitas
(misalkan wajah kurang nyeri 9. Fasilitasi tindakan kebersihan
bercahaya, tampak kacau, 3. Fokus menyempit proses berpikir, interaksi dengan
gerakan mata berpencar ( misalkan persepsi waktu, orang dan lingkungan)
atau tetap pada satu fokus,
meringis). Faktor yang berhubungan:
3. melaporkan nyeri terkontrol untuk kenyamanan individu.
Agen cedera biologis 4. melaporkan jika mengalami 10. berikan edukasi kepada keluarga
nyeri terkait manajemen penyakit
5. mengambil tindakan untuk
mengurangi nyeri
6. melakukan manajemen nyeri Pengaturan posisi
sesuai dengan keyakinan
budaya 1. Berikan posisi yang tidak
7. mengatasi gangguan hubunga menyebabkan nyeri bertambah
interpersonal 2. Tinggikan kepala tempat tidur
8. menikmati hidup 3. Posisikan pasien ntuk
9. mengatasi kekhawatiran terka meningkatkan drainase urin
toleransi nyeri 4. Meminimalisir gesekan dan
10. mengatasi kekhawatiran cedera ketikan memposisikan
membebani orang lain atau membalikkan tubuh pasien
11. mengatasi ketakutan terhadap
nyeri yang tidak bisa ditahan Terapi relaksasi
12. Mengatasi ketakutan terhadap
prosedur dan alat 1. minta klien untuk rileks
13. mengatasi rasa marah 2. gambarkan rasionalisasi dan
terhadap dampak nyeri yang manfaat relaksasi serta jenis
menyebabkan relaksasi yang tersebut. (....)
ketidakmampuan 3. ajarkan teknik relaksasi napas
14. suhu dalam batas normal dalam
(36-37,5 C) 4. Ciptakan lingkungan yang tenang
15. kulit wajah tidak pucat 5. Berikan waktu yang tidak
terganggu

Pemijatan

1. Kaji keinginan klien untuk


dilakukan pemijatan
2. Cuci tangan dengan air hangat
3. Gunakan lotion, minyak hangat,
bedak kering
4. Pijat secara terus-menerus, halus,
usapan yang panjang, meremas,
atau getakan di telapak kaki
5. Sesuaikan area pemijatan, teknik
dan tekanan sesuai persepsi
kenyamanan pasien.
6. Dorong klien melakukan nafas
dalam dan rileks selama
pemijatan.

Pemberian obat
1. Kaji adanya riwayat alergi
terhadap obat tertentu
2. Pastikan mengikuti prinsip 6
benar pemberian obat
3. Cek tanggal kadaluarsa obat
4. Monitor respon klien
Diagnosis Keperawatan Definisi

3.Kekurangan volume cairan Penurunan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium.

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)

1. Kelemahan 1. Cardiac pump effectiveness Cardiac Care


2. Kulit kering 2. Circulation status
3. Peningkatan suhu tubuh 3. Vital sign status 1. Evaluasi adanya nyeri dada
4. Penurunan berat badan (intensitas, lokasi, durasi)
tiba-tiba Kriteria Hasil 2. Catat adanya disritmia jantung
5. Penurunan haluaran urine 3. Catat adanya tanda dan gejala
6. Penurunan tekanan darah 1. Tanda vital dalam rentang penurunan kardiak output
7. Penurunan tekanan nadi normal (tekanan darah, nadi, 4. Monitor status kardiovaskuler
8. Penurunan turgor kulit repsirasi dan suhu) 5. Monitor status pernapasan yang
2. Dapat metoleransi aktivitas menandakan gagal jantung
Faktor yang berhubungan: 3. Tidak ada kelelahan 6. Monitor abdomen sebagai
4. Tidak ada edema paru dan indicator penurunan perfusi
Kehilangan cairan aktif perifer 7. Monitor balance cairan
5. Tidak ada asites 8. Monitor adanya perubahan
6. Tidak ada penurunan tekanan darah
kesadaran 9. Monitor respon pasien terhadap
efek pengobatan anti aritmia
10. Atur periopde latihan dan istirahat
untuk mengindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dispneu, fatigue,
takupneu dan ortopneru
13. Anjurkan untuk menurunkan
stress

Vital sign monitoring

1. Monitoring tekanan darah, nadi,


suhu dan respiration rate
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
4. Auskultasi tekanan darah pada
kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor kualiras dari nadi
6. Monitor adanya pulsus alterans
7. Monitor bunyi jantung
8. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
9. Monitor suara paru
10. Monitor pola pernapasan
abnormal
11. Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
12. Monitor sianosis perifer
13. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
14. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

Diagnosis Keperawatan: Definisi:

4.Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
kebutuhan tubuh

Batasan kerakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)

1. Ketidakmampuan memakan Setelah diberikan intervensi Manajemen jalan napas


makanan keperawatan selama 3x 24 jam klien
2. Kurang minat pada akan
menunjukkan pola napas yang 11. Buka jalan napas dengan teknik chin
makanan efektif, dibuktikan oleh indikator lift atau jaw thrust, sebagai mana
3. Membrane mukosa pucat sebagai berikut mestinya.
4. Nyeri abdomen 12. Posisiskan pasien untuk
5. Penurunan berat badan Respon penyapihan ventilasi
memaksimalkan ventilasi
dengan asupan makan mekanik: Dewasa
adekuat b. Tingkat pernapasan spontan 13. Identifikasi kebutuhan
actual/potensial pasien untuk
c. Irama pernapasan spontan
memasukan alat membuka jalan

Faktor yang berhubungan:


d. Kedalaman pernapasan napas
Kurang asupan makanan spontan 14. Motivasi pasien untuk bernapas
e. Apikal denyut jantung apikal pelan, dalam, berputar, dan batuk
f. Ppaco2 (tekanan parsial 15. Instruksikan bagaimana agar bisa
oksigen dalamm darah arteri) melakukan batuk efektif
16. Auskultasi suara napas, catat area
yang ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara
Status pernapasan
tambahan
g. Frekuensi pernapasan
17. Ajarkan pasien bagaimana
h. Irama pernapasan
i. Kedalaman inspirasi menggunakan inhaler sesuai resep,
j. Suara auskultasi nafas sebagaimana mestinya
k. Kepatenan jalan napas 18. Kelola pengobatan aerosol,
l. Volume tidal sebagaimana mestinya
m. Pencapaian tingkatt insentif 19. Kelola nebulizer ultrasonik,
spinometri sebagaimana mestinya
n. Kapasitas vital 20. Regulasi asupan cairan untukk
o. Saturasi oksigen mengoptimalkan keseimbangan
1. 10. Tes faal paru cairan
21. Posisikan untuk meringankan sesak
napas
22. Monitor status pernapasan dan
oksigen, sebagaimana mestinya

Monitor pernapasan

19. Monitor kecepatan, irama,


kedalaman, dan kesulitan bernapas
20. Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
otot bantu napas, dan retraksi pada
otot supraclaviculas dan interkosta
21. Monitor suara napas tambahan
seperti ngorok atau mengi
22. Monitor pola napas (misalnya,
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernapasan kusmaul, pernapasan
1:1, apneustik, respirasi biot, dan
pola ataxic)
23. Monitor saturasi oksigen pada pasien
yang tersedasi (seperti, sao2, svo2,
spo2) sesuai dengan protokol yang
ada
24. Pasang sensor pemantauan oksigen
non-invasif (misalnya, pasang alat
pada jari, hidung, dan dahi) dengan
mengatur alarm pada pasien
berisiko tinggi (misalnya, pasien
yang obesitas, melaporkan pernah
mengalami apnea saat tidur,
mempunyai riwayat penyakit
dengan terapi oksigen menetap, usia
ekstrim) sesuai dengan prosedur
tetap yang ada
25. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
26. Perkusi torak anterior dan posterior,
dari apeks ke basis paru, kanan dan
kiri
27. Catat lokasi trakea
28. Auskultasi suara napas, catat area
dimana terjadi penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan keberadaan
suara napas tambahan
29. Kaji perlunya penyedotan, pada
jalan napas dengan auskultasi suara
napas ronki di paru
30. Auskultasi suara napas setelah
tindakan, untuk dicatat
31. Monitor nilai fungsi paru, terutama
kapasitas vital paru, volume
inspirasi maksimal, volume
ekspirasi maksimal selama 1 detik
(fevi) dan fevi/fvc sesuai dengan
data yang tersedia
32. Monitor hasil pemeriksaan ventilasi
mekanik, catat peningkatan
kelelahan, kecemasan, dan
kekurangan udara pada pasien
33. Catat perubahan pada saturasi o2,
volume tidal akhir co2, dan
perubahan nilai analisa gas darah
dengan tepat
34. Monitor kemampuan batuk efektif
pasien
35. Catat onset, karakteristik, dan
lamanya batuk
36. Monitor sekresi pernapasan pasien

Diagnosis Keperawatan: Definisi:

5.Intoleran aktivitas Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk


mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan kerakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)

1. Dyspnea setelah Penyembuhan Luka: Primer Perawatan Luka:


beraktivitas
1. Memperkirakan kondisi kulit 1. Angkat balutan dan plester
2. Keletihan
2. Memperkirakan kondisi tepi perekat.
3. Ketidaknyamanan 2. Cukur rambut di sekitar daerah
luka
setelah beraktivitas 3. Pembentukan bekas luka yang terkena, sesuai kebutuhan
4. Respons frekuensi 4. Drainase purulent 3. Monitor karakteristik luka,
jantung abnormal 5. Drainase serosa termasuk drainase, warna, ukuran,
terhadap aktivitas 6. Drainase sanguinis dan bau.
5. Respons tekanan darah 7. Drainase serosanguinis 4. ukur luas luka, yang sesuai.
abnormal terhadap 8. Drainase sanguinis dari drain 5. singkirkan benda-benda yang
9. Drainase sero sanguinis dari tertanam [pada luka] (misalnya,
aktivitas
drain serpihan, kutu, kaca, kerikil,
10. Eritema kulit di sekitarnya logam).
11. Lebab di kulit di sekitarnya 6. Bersihkan dengan normal saline
Faktor yang berhubungan: 12. Periwound edema atau pembersih yang tidak
13. Peningkatan suhu kulit beracun, dengan tepat.
14. Bau luka busuk 7. Berikan rawatan insisi pada luka,
Tirah baring yang diperlukan.
8. Berikan perawatan ulkus pada
Penyembuhan Luka: Sekunder kulit, yang diperlukan.
9. Oleskan salep yang sesuai dengan
1. Granulasi kulit/lesi.
2. Pembentukan bekas luka 10. Berikan balutan yang sesuai
3. Ukuran luka berkurang dengan jenis luka.
4. Drainase purulent 11. Perkuat balutan [luka], sesuai
5. Drainase serosa kebutuhan.
6. Drainase sanguinis 12. Pertahankkann teknik balutan
7. Drainase serosanguinis steril ketika melakukan perawatan
8. Eritema di kulit sekitarnya luka, dengan tepat.
9. Periwound edema 13. Ganti balutan sesuai
10. Peradangan luka denganjumlah eksudat dan
11. Kulit melepuh drainase.
12. Kulit maserasi 14. Periksa luka setiap kali perubahan
13. Nekrosis balutan.
14. Pelepasan sel (sloughing) 15. Bandingkan dan catat setiap
15. Lubang pada luka perubahan luka.
16. Kantung luka

17. Pembentukan saluran sinus Perawatan Luka Tekan


18. Bau busuk luka
1. Catat karakteristik luka tekan
setiap hari, meliputi ukuran
(panjang x lebar x dalam),
tingkatkan luka (I – IV), lokasi, eksudat, granulasi, atau
jaringan nekrotik, dan epitelisasi.
2. Monitor warna, suhu, udem, kelembaman, dan kondisi
area
sekitar luka.
3. Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses
penyembuhan.
4. Berikan pelembab yang hangat
disekitar area luka untuk meningkatkan perfusi darah dan
suplai oksigen.
5. Bersihkan kulit sekitar luka
dengan sabun yang lembut dan air.
6. Lakukan debridement jika diperlukan.
7. bersihkan luka dengan cairan yang tidak berbahaya, lakukan
pembersihan dengan gerakan
sirkuler dari dalam keluar.

Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya
kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau drainase.
2. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema,
dan ulserasi pada ekstremitas.
3. Periksa kondisi luka operasi, dengan tepat.
4. Gunakan alat pengkajian untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami
kerusakan
kulit (misalnya, skala braden)
5. Monitor warna dan suhu kulit.
6. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan
warna,
memar, dan pecah.
7. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet.
8. Monitor kulit untuk adanya
kekeringan yang berlebihan dan kelembaban.
9. Monitor sumber tekanan dan
gesekan.
10. Monitor infeksi, terutama di
daerah edema.
11. Periksa pakaian yang terlalu ketat.
12. Dokumentasikan perubahan
membrane mukosa.

Perlindungan infeksi

1. Monitor adanya tanda dan gejala


infeksi sistematik dan lokal.
2. Monitor kerentanan terhadap
energi.
3. Tinjau riwayat dilakukannya
perjalanan internasional dan
global.
4. Monitor hitung mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-hasil diferensial.
5. Ikuti tindakan pencegahan
neutropenia, yang sesuai.
6. Batasi jumlah pengunjung, yang
sesuai.
7. Hindari kontak dekat dengan
hewan peliharaan dan penjamu
dengan imunitas yang
membahayakan (immune-
compromised).
8. Skrining semua pengunjung
terkait penyakit menular.
9. Pertahankan asepsis untuk pasien
berisiko.
10. Pertahankan teknik-teknik isolasi,
yang sesuai.
11. Berikan perawatan kulit yang
tepat untuk area yang mengalami
edema.
12. Periksa kulit dan selaput lendir
untuk adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim, atau drainase.
13. Periksa kondisi setiap sayatan
bedah atau luka.
14. Dapatkan kultur yang diperlukan.
15. tingkatkan asupan nutrisi yang
cukup.
16. Anjurkan asupan cairan, dengan
tepat.
17. Anjurkan istrahat

Diagnosa Keperawatan Definisi

6.Defisiensi pengetahuan Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topic tertentu.

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Knowledge : Disease Process Teaching : Disease Proses
1. Ketidakakuratan 2. Knowledge : Health Hehavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat
mengikuti tes pengetahuan pasien tentang proses
Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
2. Ketidakakuratan 2. Jelaskan patofisiologidari penyakit
mengikuti perintah dan bagaimana hal ini
1. Pasien dan keluarga
3. Kurang pengetahuan menyatakan pemahaman berhubungan dengan anatomi dan
4. Perilaku tidak tepat (mis., tentang penyakit, kondisi, fisiologi, dengan cara yang tepat.
hysteria, bermusuhan, prognosis, dan program 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
agitasi, apatis) pengobatan biasa muncul pada penyakit,
2. Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksakan prosedur yang 4. Identifikasi kemungkinan
Faktor yang berhubungan: penyebab, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu 5. Sediakan informasi pada pasien
Kurang informasi tentang kondisi, dengan cara yang
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya 6. Hindari jaminan yang kosong
7. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
8. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dimasa yang
akan datang dan ata proses
pengontrolan penyakit
9. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
11. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas local, dengan
cara yang tepat
12. Intruksikan pasien mengenal tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

D. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi /perencanaan yang telah dibuat

E. EVALUASI
Mengukur keberhasilan pencapaian tujuan
J. PATHWAY
Daftar Pustaka

Ariani, N. F. (2016). Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Klen Systemaic
Lupus Eritematous. Malang: Universitas Brawijaya.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.

Depkes (2017). Situasi Lupus di Indonesia. Diakes pada tanggal 13 Mei 2018 di halaman
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-Lupus-
2017.pdf

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses: Defenitions
and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.

Mahendrasari, D., & Fandika, R. A. (2016). Unnes Journal of Public Health 5 (3), Hubungan
keparahan penyakit, aktivitas dan kualitas tidur terhadap kelelahan pasien systemic lupus
erythematosus.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier

Roviati, E. (2013). Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan auto imun bawaan yang
langka dan mekanismme, molekulernya. Jurnal Scientiae Educatia Volume 2 Edisi 1, 20-
33.

Anda mungkin juga menyukai