Disusun Oleh
NAMA : JULAIHA
NIM : A1C121033
(……………………………..) (……………………………………)
A. Definisi
Kanker pankreas adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang melapisi
saluran pankreas (Brunner & Suddarth, 2011). Kanker pankreas merupakan tumor yang
paling sering terjadi. Lokasi timbulnya tersering pada daerah kaput pancreas yang dikenal
dengan istilah medis carcinoma caput pankreas, yaitu 60 % kemudian disusul kanker
kaudal 30 % dan kanker seluruh pankreas yaitu 10% . Terdapat banyak faktor resiko yang
dapat menyebabkan kanker pankreas, diantaranya merokok, obesitas, kronik pancreatitis,
dan mutasi gen (Japaris, 2008; Mayer, 2005).
Kanker pankreas ini merupakan penyebab kematian keempat akibat kanker
(selain kanker paru, kolon dan payudara), baik pada pria maupun wanita di Amerika
Serikat. Menifestasi klinik dari karsinoma kaput pankreas yang paling sering di jumpai
adalah sakit perut, berat badan turun dan ikterus. Diagnosis sulit ditegakkan, sehingga
tumor biasanya tidak ditemukan kecuali bila telah menyebar terlalu luas sehingga tidak
dapat dilakukan reseksi lokal.
Saat ini pencitraan yang digunakan untuk mendiagnosa kanker pankreas
diantaranya Ultrasonografi (USG), Computed Tomography (CT) Scan Abdomen,
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Endoscopic Retrograde Cholangio-
Pancreaticography (ERCP), dan ultrasonografi endoskopik.
c. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan
melintang sedikit berbentuk segitiga.
d. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan
hubungan dengan hilum lienale.
Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda, yaitu sel eksokrin
dan sel endokrin. Sel-sel eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut sebagai asini yang
menghasilkan getah pankreas. Getah pankreas mengandung enzim-enzim yang membantu
mencerna makanan dalam usus halus. Setelah diproduksi, getah pankreas masuk ke saluran
utama pankreas dan mengalir ke duodenum. Saluran ini bergabung dengan saluran empedu
(common bile duct) yang menghubungkan pankreas dengan hepar dan kantong empedu. Sel-
sel endokrin atau disebut juga pulau Langerhans terdiri atassel α yang menghasilkan glukagon
dan sel β yang menghasilkan insulin, keduanya penting untuk metabolisme karbohidrat.
Glukagon berfungsi sebagai antagonis dari insulin yaitu memberi tanda pada hati dan otot
untuk memecah glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya kembali ke dalam aliran
darah. Sedangkan insulin berfungsi untuk membantu sel tubuh menyerap gula dari karbohidrat
yang dikonsumsi sehari-hari, sehingga gula tersebut dapat digunakan sel untuk menghasilkan
energi atau disimpan di dalam tubuh. Insulin bersama dengan hormon glukagon menjaga agar
kadar gula di dalam darah agar stabil, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Ketika
pankreas mengeluarkan glukagon, insulin akan ditekan
E. Patofisiologi
Kanker pankreas hampir 90 % berasal dari duktus, dimana 75 % bentuk klasik
adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar kasus (±70%)
lokasi kanker pada kaput pankreas, 15- 20% pada badan dan 10% pada ekor. Pada
karsinoma daerah kaput pankreas dapat menyebabkan obstruksi pada saluran empedu dan
ductus pankreatikus daerah distal, hal ini dapat menyebabkan manifestasi klinik berupa
ikterus (Castillo, Carlos, Jimenez, & Ramon, 2006; Sudoyo, 2006). Umumnya tumor
meluas ke retroperitonel ke belakang pankreas, melapisi dan melekat pada pembuluh
darah. Secara mikroskopik terdapat infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran
limfe , dan perineural. Pada stadium lanjut, kanker kaput pankreas sering bermetastasis
ke duodenum, lambung, peritonium, hati dan kandung empedu (Castillo. et. al., 2006).
Karsinoma pankreas diyakini berasal dari sel-sel duktal dimana serangkaian
mutasi genetik telah terjadi di protooncogene dan gen supresor tumor. Mutasi pada
onkogen K-ras diyakini menjadi peristiwa awal dalam perkembangan tumor dan terdapat
lebih dari 90 % tumor. Hilangnya fungsi dari beberapa gen supressor tumor (p16, p53,
DCC, APC, dan DPC4) ditemukan pada 40-60% dari tumor. Deteksi mutasi K-ras dari
cairan pankreas yang diperoleh pada endoskopik retrograde cholangiopancreatography
telah digunakan dalam penelitian klinis untuk mendiagnosa kanker pancreas (Brand,
2003). Pada sebagian besar kasus, tumor sudah besar (5-6 cm) dan atau telah terjadi
infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat di reseksi,
sedangkan tumor yang dapat direseksi berukuran 2,5-3,5 cm (Sudoyo, 2006).
F. Klasifikasi/Tipe/Jenis
Jaime Ruiz-Tovar mengemukakan bahwa 95% dari tumor pankreas berasal dari
komponen eksokrin (ductal dan acinar cells) yang memberi gambaran adenocarcinoma.
Neoplasma endokrin dijumpai sekitar 1-2% dan frekuensi “non epithelial malignancies”
jarang. Ductal carcinoma merupakan tipe tumor eksokrin pankreas yang paling banyak
ditemukan pada kaput pankreas. Ductal adenocarcinoma, colloid carcinoma,
adenosquamous carcinoma, phleomorphic carcinoma, sarcomatoid carcinoma dan giant
carcinoma merupakan beberapa subtype ductal carcinoma. Dari sub tipe tersebut di atas,
adenocarcinoma yang paling sering dijumpai (60-70%) ada tumor kaput pancreas (Hua &
Liang, 2009).
G. Komplikasi
Komplikasi dari karsinoma kaput pankreas adalah (Buchler & Waldemar, 2004) :
1. Ikterus Obstruktif
2. Obstruksi gastric outlet
3. Pankreatitis akut (5% sebagai tanda awal karsinoma)
4. Perdarahan traktus gastrointestinal (jarang)
5. Asites
6. Splenomegaly/ varises esofagus
7. Diabetes melitus
8. Steatorrhea
9. Thrombophlebitis migrans
10. Thromboembolic disease
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan pankreas
yaitu:
a. Laboratorium
Pada sebagian besar pasien didapatkan tanda-tanda anemia karena defisiensi nutrisi
atau perdarahan per anal, atau akibat penyakit menahun, peningkatan laju endap darah
(LED), peningkatan dari serum alkali fosfat, bilirubin, dan transaminase. Karena
sebagian besar kanker pankreas terjadi di kaput, maka obstruksi dari saluran empedu
sering ditemui. Obstruksi dari saluran empedu distal menyebabkan tingginya serum
alkali fosfat empat sampai lima kali di atas batas yang normal, begitu pun dengan
billirubin (Brand, 2003). Penanda tumor CA 19-9 (antigen karbohidrat 19,9) sering
meningkat pada kanker pankreas. CA 19-9 dianggap paling baik untuk diagnosis
kanker pankreas, karena memiliki sensitivitas dan spesifivitas tinggi (80% dan 60-
70%), akan tetapi konsentrasi yang tinggi biasanya terdapat pada pasien dengan besar
tumor > 3 cm, dan merupakan batas reseksi tumor (Sudoyo, 2006). Beberapa
pemeriksaan darah yang dapat diketahui yaitu sebagai berikut (Irmayanti et al, 2018).
1) Serum amilase dan lipase meningkat
2) Tes faal hati meningkat, terutama pada kolestasis ekstrahepatik (bilirubin, ALP,
AST, ALT, hasil elektroforesis protein).
3) Kadar glukosa darah meningkat (±20%)
4) CEA (carcino-embryonic antigen). Merupakan glikoprotein yang diberntuk di
saluran gastrointestinal dan pankreas sebagai antigen permukaan sel yang
disekresikan ke dalam cairan tubuh. CEA meningkat dapat mendeteksi karsinoma
kaput pankreas, tetapi tidak cukup sensitif untuk deteksi dini.
5) CA 19-9 (carbohydrate antigen 19-9), merupakan substansi yang dihasilkan oleh
sel-sel kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada pemeriksaan
darah. Penanda tumor CA 19-9 meningkat pada karsinoma kaput pankreas dan
dianggap paling baik untuk diagnosis dengan spesifisitas 60-70% dan sensitivitas
80%.
6) Dalam feses ditemukan tanda-tanda steatorea, yaitu tinja terapung dan kadar lemak
yang tinggi.
7) Dalam urin ditemukan hasil urinalisis bilirubin positif dalam urin (bilirubinuria).
b. Gambaran Radiologi
1) Gastroduodenografi
2) Ultrasonografi
Gambar 5. USG: karsinoma pankreas yang berada pada kaput pankreas (Bates,2004)
Karsinoma pankreas tampak sebagai suatu massa yang terlokalisir, relatif homogen
dengan sedikit internal ekho. Batas minimal besarnya suatu karsinoma pankreas
yang dapat dideteksi secara ultrasonografi kira-kira 2 cm. Bila tumor lebih dari 3
cm ketetapan diagnosis secara ultrasonografi adalah 80-95%. Suatu karsinoma
kaput pankreas sering menyebabkan obstruksi bilier. Adanya pelebaran saluran
bilier baik intra atau ekstrahepatik dapat dilihat dengan pemeriksaan USG. Tanda-
tanda suatu karsinoma pankreas secara Ultrasonografi adalah:
a) Pembesaran parsial pankreas
b) Konturnya ireguler, bisa lobulated
c) Struktur ekho yang rendah atau semisolid
d) Bisa disertai pendesakan vena kava ataupun vena mesenterika superior.
Mungkin disertai pelebaran saluran-saluran bilier atau metastasis di hati (Boer,
2009).
Gambar 6. Dilatasi dari duktus pankreaticus pada karsinoma kaput pankreas (Murfitt, 1998)
3) CT-Scan
Pada masa kini pemeriksaan yang paling baik dan terpilih untuk diagnostik dan
menentukan diagnosis dan menentukan stadium kanker pankreas adalah dengan
dual phase multidetector CT , dengan contras dan teknik irisan tipis (3-5mm).
Kriteria tumor yang tidak mungkin direseksi secara CT antara lain: metastase hati
dan peritoneum, invasi pada organ sekitar ( lambung, kolon), melekat atau oklusi
pembuluh darah peri-pankreatik. Dengan kriteria tersebut mempunyai akurasi
hampir 100% untuk predileksi tumortidak dapat direseksi. Akan tetapi positif
predictive value rendah, yakni 25-50 % tumor yang akan diprediksi dapat
direseksi, ternyata tidak dapat direseksi pada bedah laparotomi (Sudoyo, 2006).
Gambaran karsinoma kaput pankreas pada CT scan yang dapat dinilai antara lain;
pembesaran duktus pankreatikus dan duktus biliaris, pembesaran kantung empedu.
Selain itu kita juga dapat melihat metastasis yang terjadi di sekitar pankreas (Ahuja
et al, 2006).
Gambar 8. CT-scan gambaran hipodense pada tumor kaput pankreas( panah putih), distended
kantung empedu (Ahuja et al, 2006)
Gambar 10. Gambaran striktur pada duktus biliaris (Bowles dan Benjamin, 2002)
Selain itu EUS sangat akurat untuk melihat invasi lokal dan metastasis nodal dari
kanker pankreas. Selain itu EUS juga dapat membantu dalam proses biopsi tumor
(Castillo. et. al., 2006).
Gambar 18. Pencitraan EUS pada pasien dengan massa pada kaput pankreas, yang mengenai vena
porta (Varadarajulu dan Wallace, 2004
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Identifikasi adanya nyeri pada lokasi abdomen ataupun tanda-tanda infeksi pada bagian
drainase (jika ada).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kronologi terjadinya kanker kaput pankreas bagaimana mekanisme terjadinya,
kronologi hingga dibawa ke rumah sakit dan keluhan yang dirasakan apa saja.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan kanker kaput pankreas yaitu diturunkan
secara genetik.
e) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dicari tanda-tanda karsinoma kaput pankreas, yang paling
sering adalah ikterus, gizi kurang, dan tanda-tanda komplikasi dan metastasis,
seperti hepatomegali, edema, perdarahan, dan pembesaran kelenjar getah bening
(Irmayanti, 2018)
1) Pola Nutrisi
Dapat ditemukan mual muntah akibat gangguan pasase usus. Hal ini disebabkan
penekanan tumor pada lambung bagian distal. Gejala pasien seperti penurunan berat
badan, penurunan nafsu makan, dan juga nyeri abdomen. Penurunan berat badan
yang signifikan. Kedua gejala ini dapat ditemukan pada penyakit-penyakit lain,
yang menyebabkan keterlambatan diagnosis, dimana lebih dari 2/3 pasien
didiagnosis setelah 2 bulan dari gejala awal yang muncul. Berat badan yang
menurun diperparah oleh kurangnya nafsu makan/anorekisa dan malabsorbsi akibat
gangguan fungsi eksokrin.
2) Pola Eliminasi
Pasien dapat cenderung mengalami gangguan eliminasi BAB seperti konstipasi.
Gejala yang paling khas pada karsinoma kaput pankreas adalah ikterus obstruktif
tanpa adanya nyeri. Hal ini akibat penekanan tumor pada duktus choleduchus
Pasien pada awalnya datang dengan ikterus disertai warna urin yang gelap dan
steatorea. Urin yang gelap dan kotoran yang berwarna putih disertai gatal pada
seluruh tubuh biasanya mendahului ikterus. Gejala ini biasanya memberikan
dugaan adanya suatu keganasan pada pankreas.
3) Pola Istirahat/ Aktivitas
Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat & jam kebiasaan tidur
pada malam hari, pekerjaan mempengaruhi tidur, misal nyeri, ansietas, berkeringat
malam, serta Keterbatasan partisipasi dalam melakukan kegiatan, pekerjaan dengan
pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
4) Personal Hygiene
Pasien umumnya membutuhkan bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering
dilakukan pasien ditempat tidur.
5) Riwayat Psikologis
Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas karena perubahan pada body image,
jika terjadi ikterik pada kulit serta terkadang mengalami kulit kering dan bersisik
karena gangguan balance cairan.
6) Riwayat Spiritual
Berkaitan dengan riwayat spiritual pasien kanker tidak mengalami gangguan yang
berarti, pasien masih tetap bisa bertoleransi terhadap agama yang dianut, masih bisa
mengartikan makna dan tujuan serta harapan pasien terhadap penyakitnya.
7) Riwayat Sosial
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya
pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak
berguna (tidak dapat melakukan apa-apa).
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat & jam
kebiasaan tidur pada malam hari, pekerjaan mempengaruhi tidur, misal nyeri,
ansietas, berkeringat malam, serta keterbatasan partisipasi dalam melakukan kegiatan,
pekerjaan dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stress, mis: merokok, minum alkohol, keyakinan/religius. Masalah tentang perubahan
dalam penampilan, mis : lesi cacat, alopesia, pembedahan. Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan control, serta depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Cairan/Makanan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet). Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi makanan. Perubahan pada BB,
penurunan BB hebat, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, mis edema.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat.
6. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok).
7. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama /
berlebihan.
Tanda : Demam, Ruam kulit, ulserasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C. Rencana/ Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
1.Ketidakefektifan pola Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
napas
Batasan kerakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Monitor pernapasan
2.Nyeri akut Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
Pemijatan
Pemberian obat
1. Kaji adanya riwayat alergi
terhadap obat tertentu
2. Pastikan mengikuti prinsip 6
benar pemberian obat
3. Cek tanggal kadaluarsa obat
4. Monitor respon klien
Diagnosis Keperawatan Definisi
3.Kekurangan volume cairan Penurunan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium.
4.Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
kebutuhan tubuh
Monitor pernapasan
Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya
kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau drainase.
2. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema,
dan ulserasi pada ekstremitas.
3. Periksa kondisi luka operasi, dengan tepat.
4. Gunakan alat pengkajian untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami
kerusakan
kulit (misalnya, skala braden)
5. Monitor warna dan suhu kulit.
6. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan
warna,
memar, dan pecah.
7. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet.
8. Monitor kulit untuk adanya
kekeringan yang berlebihan dan kelembaban.
9. Monitor sumber tekanan dan
gesekan.
10. Monitor infeksi, terutama di
daerah edema.
11. Periksa pakaian yang terlalu ketat.
12. Dokumentasikan perubahan
membrane mukosa.
Perlindungan infeksi
6.Defisiensi pengetahuan Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topic tertentu.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi /perencanaan yang telah dibuat
E. EVALUASI
Mengukur keberhasilan pencapaian tujuan
J. PATHWAY
Daftar Pustaka
Ariani, N. F. (2016). Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Klen Systemaic
Lupus Eritematous. Malang: Universitas Brawijaya.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.
Depkes (2017). Situasi Lupus di Indonesia. Diakes pada tanggal 13 Mei 2018 di halaman
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-Lupus-
2017.pdf
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses: Defenitions
and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.
Mahendrasari, D., & Fandika, R. A. (2016). Unnes Journal of Public Health 5 (3), Hubungan
keparahan penyakit, aktivitas dan kualitas tidur terhadap kelelahan pasien systemic lupus
erythematosus.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier
Roviati, E. (2013). Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan auto imun bawaan yang
langka dan mekanismme, molekulernya. Jurnal Scientiae Educatia Volume 2 Edisi 1, 20-
33.