Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2:

Amelia Zulaikha P. (470733)


Maharani Nur Intani (470775)
Muhammad Reskyawan P. (470781)

Capital Budgeting Management of Bharti Airtel - The Profitability Impact

Sejak Maret 2010, Bharti Airtel mengalami penurunan laba terlepas dari akuisisi
modal baru-baru ini. Pada Agustus 2013 perusahaan kehilangan posisi atas pada
setiap telecom stock chart. Manajemen ditantang mencari cara untuk menggabungkan
laba dan mengembalikan perusahaan pada posisi atas dalam industri telekomunikasi
global. Bharti Airtel berkantor pusat di New Delhi, India tidak hanya menyajikan
konektifitas kepada pelanggan tetapi juga menawarkan seperangkat solusi
telekomunikasi. Empat segmen bisnis strategik perusahaan adalah mobile, telemedia,
enterprise, dan TV digital.

Airtel menjadi perusahaan publik terbatas pada 7 Juli 1995 dan tercatat pada
Bombay Stock Exchange Limited (BSE) dan National Stock Exchange of India Limited
(NSE). Perusahaan memutuskan untuk investasi dalam 3G license dan mengakuisisi
Zain yaitu sebuah perusahaan telekomunikasi Afrika dan anak perusahaan Qualcomm
di India. Airtel mengalami peningkatan penjualan di tahun 2013 tetapi dalam waktu yang
sama laba perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 46%.

Pada tahun 2010 pemerintah India meneria $15 miliar dari pengadaan spektrum
3G yang berasal dari Airtel dan lima perusahaan telekomunikasi lainnya yang
memenangkan 3G licenses. Investasi yang besar ini menimbulkan kekhawatiran
terhadap profitabilitas perusahaan termasuk Airtel khususnya di pasar yang sensitif
terhadap harga yang didominasi oleh pengguna prabayar.

Airtel menerapkan strategi pertumbuhan anorganik untuk ekspansi melalui


pengambilalihan. Strategi ini memberikan hasil yang instan namun beresiko. Airtel
menggunakan pinjaman jangka panjang untuk mengakuisisi perusahaan. Akuisisi Zain
merupakan akuisisi perusahaan luar negeri terbesar kedua oleh perusahaan India.

1
Melalui akuisisi ini menjadikan Airtel sebagai perusahaan wireless terbesar kelima di
dunia. Selain itu, Airtel memperoleh 42 juta pelanggan dan pendapatan tahunan
sebesar $3,6 miliar. Perusahaan melakukan pinjaman sebesar $9 miliar untuk
melakukan akuisisi dengan pembayaran bunga lebih dari $200 juta. Ditambah lagi
dengan pinjaman untuk investasi pada 3G licenses menyebabkan meningkatnya rasio
debt to equity lebih tinggi 1,4 dari rata-rata industri telekomunikasi. Pada 24 Mei 2012,
Airtel mengakuisisi 49% dalam broadband wireless access (BWA) cabang Qualcomm di
India dengan investasi awal sebesar $165 juta. Investasi ini menempatkan Airtel pada
posisi kunci dalam pasar 4G LTE.

Aset modal Airtel mengalami peningkatan 67% dari 2010 ke tahun 2013. Namun,
di saat yang sama bagian investasi tersebut menurun dari 49.85% di tahun 2010
menjadi 45.58% di tahun 2013. Hal tersebut diakibatkan karena Airtel tidak mampu
menggunakan asetnya secara efisien. Investasi yang dilakukan oleh Airtel bertujuan
untuk meningkatkan profit jangka panjang dan market share. Meskipun terjadi
peningkatan yang cepat di pasar Afrika dan global, namun biaya yang dikeluarkan
perusahaan lebih dari manfaat yang diperoleh. Di tahun 2012 Airtel mengalami
penurunan kinerja baik dalam pasar domestik dan internasional. Airtel mengalami
penurunan penjualan secara signifikan. Sementara, investasi besar yang dilakukan
tidak menghasilkan laba yang bagus, serta peningkatan pinjaman terjadi dari akuisisi
cabang Qualcomm. Selain itu, Airtel juga dihadapkan dengan isu kepemimpinan karena
adanya perubahan manajemen atas. Kondisi semakin sulit saat industri telekomunikasi
India juga mengalami tren penurunan laba. Penurunan laba menyebabkan rasa tegang
dan frustasi pada staf manajemen.

Questions:
1. Evaluate the implication of company’s capital budgeting decision for the
future
Anggaran biaya modal diperlukan untuk menyeleksi alternatif investasi
yang menguntungkan bagi perusahaan. Penilaian dapat dilakukan dengan
memprediksi arus kas masuk dan keluar dari rencana investasi yang akan
dilakukan untuk menghindari resiko kerugian. Perusahaan perlu

2
mempertimbangkan adanya implikasi time value of money terhadap arus kas
yang perusahaan investasikan saat ini dibandingkan dengan arus kas yang akan
diterima di masa depan. Beberapa metode analisis dalam capital budgeting
diantaranya menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
dan Payback Period.
Pada awalnya investasi besar-besaran yang dilakukan Airtel bertujuan
untuk meningkatkan laba jangka panjang dan market share. Investasi tersebut
meningkatkan aset modal perusahaan secara signifikan. Selain itu, strategi
pertumbuhan anorganik dengan mengakuisisi perusahaan Zain berhasil
menempatkan Airtel menjadi perusahaan wireless kelima terbesar di dunia.
Sedangkan akuisisi cabang Qualcomm di India membawa Airtel berada di posisi
kunci dalam pasar 4G LTE. Namun, besarnya investasi tersebut tidak diimbangi
dengan efisiensi pemanfaatan aset. Hal ini menyebabkan laba perusahaan terus
mengalami penurunan sampai dengan tahun 2013. Pemanfaatan aset yang
efisien seharusnya dapat menghasilkan return yang optimal bagi perusahaan.
Disamping itu, pendanaan investasi yang berasal dari pinjaman menyebabkan
total utang perusahaan terus meningkat. Rasio solvabilitas perusahaan turun di
bawah rata-rata industri telekomunikasi. Tidak sampai disitu, besarnya pinjaman
juga menyebabkan biaya bunga yang terus bertambah sehingga menggerus laba
yang dicapai perusahaan.

2. Critique Airtel’s capital investment financing policy for long-term


soundness
Airtel tidak memperhitungkan NPV (Net Present Value) untuk
memperhitungkan nilai waktu uang diterima di masa depan. Sehingga belum
terlihat apakah investasi proyeknya menguntungkan atau tidak
Airtel tidak memperhitungkan adanya biaya modal terkait investasi yang
dilakukan sehingga bisa ada kemungkinan biaya investasinya yaitu bunga lebih
besar daripada manfaat yang akan diterima nantinya.

3
Terkait manajemen investasi Airtel, belum ada penyesuaian investasi
dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan aset
menjadi kurang efisien.

3. What would be the impact of these capital investments on the profitability


of the company, both current and future?

March 2010 March 2011 March 2012 March 2013


Sales 356,091 380,151 416,031 453,501
PAT 94,260 77,161 57,300 50,960
Total assets 594,161 779,151 880,513 970,031
ROA 15.86% 9.90% 6.51% 5.25%
Asset turnover 59.93% 48.79% 47.25% 46.75%

Pengaruh capital investment pada profitabilitas Airtel, sebagai berikut:


Sekarang:
Setiap tahunnya, ROA dan asset turnover Airtel menurun. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan berinvestasi berlebihan (overintested)
dalam aset yang gagal menghasilkan pendapatan serta perusahaan tidak efektif
dalam menggunakan asetnya. Meskipun, pendapatan meningkat, tetapi bunga
yang harus dibayarkan, karena berinvestasi dengan pinjaman, juga meningkat.
Profitabilitas menjadi menurun karena Airtel harus mengcover kenaikan bunga
tersebut.

Masa depan:
Perusahaan perlu menghitung ulang dengan menggunakan tools Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period. Hal ini
dimaksudkan agar perusahaan dapat dengan tepat mengambil keputusan,
meskipun profit yang dihasilkan tergolong tinggi dibandingkan dengan PAT
telecom service industri. Selain itu, perusahaan perlu menghitung biaya yang

4
telah dikeluarkan dan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima beberapa
tahun yang akan datang.

4. How can the company improve its profitability and financial viability post
investment?
Perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan financial viability pasca
investasi tersebut dengan cara:
1) Mengombinasikan inorganic dan organic approach → Pendekatan
inorganic dapat menciptakan dorongan jangka pendek secara cepat.
Namun, penggunaan organic approach yang stabil dan lambat akan lebih
baik, karena menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk
menghasilkan uang. Selain itu, organic approach juga memberi
pertimbangan apakah perusahaan mampu untuk mendanai biaya-biaya
yang timbul. Dengan mengkombinasikan keduanya, Airtel dapat
menjalankan operasinya dengan melihat kompetensi dan sumber daya
yang dimiliki. Hal yang penting adalah perusahaan dapat
mempertimbangkan faktor-faktor risiko, inflasi, dan faktor eksternal lain
yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat.
2) Melakukan efisiensi biaya-biaya pada aktivitas yang tidak menambah nilai.
3) Meningkatkan penjualan pada segmen bisnis lainnya: Telemedia dan
Digital TV.
Pasca investasi yang tidak menguntungkan, Airtel dapat berpindah untuk
lebih fokus pada penjualan yang meningkatkan labanya, sehingga dapat
membayar interest akibat investasi pada 3G licenses.

Anda mungkin juga menyukai