Adoc - Pub - Bab II Hak Dan Kewajiban para Pihak Dalam Perjanji
Adoc - Pub - Bab II Hak Dan Kewajiban para Pihak Dalam Perjanji
BAB II
yang saat ini menjadi dasar hukum bagi usaha waralaba di Indonesia tidak
mengenai apa yang dimaksud dengan perjanjian waralaba akan dilakukan dengan
memberi pengertian apa yang dimaksud dengan perjanjian kemudian menjelaskan apa
Perjanjian menurut rumusan Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih. Oleh karena itu sesungguhnya dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau
prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak)
lainnya yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan ini memberikan konsekuensi
hukum bahwa dalam satu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak
adalah pihak yang wajib memberikan prestasi dan pihak lainnya adalah pihak yang
berhak menerima prestasi tersebut, dan masing-masing pihak tersebut dapat terdiri
Pasal 1314 KUH Perdata menentukan bahwa suatu perjanjian dibuat dengan
cuma-cuma atau atas beban. Suatu perjanjian dengan cuma-cuma adalah suatu
perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak
27
yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. Suatu perjanjian atas
sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Dengan demikian pada dasarnya
perjanjian dapat melahirkan perikatan yang bersifat sepihak (dimana hanya satu pihak
yang wajib berprestasi) dan perikatan yang bertimbal balik (dengan kedua belah
pihak saling berprestasi). Oleh karena itu waralaba merupakan suatu perjanjian yang
bertimbal balik karena baik pemberi waralaba maupun penerima waralaba, keduanya
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum. Definisi ini telah memuat perbuatan hukum meliputi pra kontraktual, tahap
kontraktual dan pos kontraktual. Menurut Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal24
mengatakan bahwa, kontrak atau perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang
atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling
pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau
keduanya dari mereka. Pendapat ini selain mengkaji definisi kontrak, tetapi juga
menentukan unsur-unsur yang harus dipenuhi supaya suatu transaksi dapat disebut
kontrak.
suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang menimbulkan kewajiban untuk
23
Salim HS, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), (Jakarta: PT
Sinar Grafika, 2007), halaman 8.
24
Ibid.
melakukan atau tidak melakukan suatu hal tertentu.25 Menurut Abdul Rasyid
Saliman, perjanjian adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu.26 Pihak yang
demikian perjanjian dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang
perjanjian atau kontrak adalah hubungan hukum antara subyek hukum yang satu
dengan subyek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimana subyek
hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subyek hukum yang lain
berasal dari kata wara artinya lebih dan laba artinya untung. Oleh karena itu dapat
lebih/istimewa.
25
IG Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2007), halaman 11.
26
Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta: Kencana, 2006),
halaman 49.
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri
khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian waralaba.
merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pihak pertama yang disebut
pemberi waralaba memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut penerima
periode waktu tertentu dengan mempergunakan merek, logo dan sistem operasi yang
dimiliki dan dikembangkan oleh pemberi waralaba yang telah terbukti berhasil dan
dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh penerima waralaba. Pemberian hak ini
dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa perjanjian waralaba adalah suatu bentuk persetujuan tentang hubungan hukum
antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain untuk
tertentu dengan mempergunakan merek, logo dan sistem operasi yang dimiliki dan
dikembangkan oleh pemberi waralaba dimana subyek hukum yang satu berhak atas
27
Ibid., halaman 109
prestasi dan begitu juga subyek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan
para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini dikarenakan perjanjian
dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi
para pihak. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat
menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.
yang dibuat dan dikehendaki oleh pemberi waralaba bagi para penerima waralabanya.
Dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban
penerima waralaba dan pemberi waralaba, misalnya hak teritorial yang dimiliki
dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketentuan lain yang
yang demikian seorang penerima waralaba juga menjalankan usahanya sendiri tetapi
dengan mempergunakan merek dagang atau merek jasa serta dengan memanfaatkan
metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba.
Kewajiban untuk mempergunakan metode dan tata cara atau prosedur yang telah
ditetapkan oleh pemberi waralaba oleh penerima waralaba membawa akibat lebih
lanjut bahwa suatu usaha waralaba adalah usaha yang mandiri, yang tidak mungkin
digabungkan dengan kegiatan usaha lainnya (milik penerima waralaba). Ini berarti
setelah perjanjian pemberian waralabanya berakhir. Jadi dalam hal ini jelas bahwa
waralaba melibatkan suatu kewajiban untuk menggunakan suatu sistem dan metode
mempergunakan merek dagang. Pengertian waralaba (yang umum) ini dibedakan dari
penggunaan nama dagang dalam rangka pemberian izin untuk melakukan penjualan
produk pemberi dalam suatu batas wilayah tertentu dalam suatu pasar yang bersifat
penentuan harga yang telah ditetapkan dan digariskan oleh pemberi waralaba.
kriteria sebagai berikut: a. memiliki ciri khas usaha; b. terbukti sudah memberikan
keuntungan; c. memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa; d. yang
pemberian waralaba adalah suatu bentuk pemberian hak dan atau kewenangan dari
suatu pihak tertentu (pemberi waralaba) kepada pihak lainnya (penerima waralaba)
untuk suatu jangka waktu tertentu, menjalankan usaha, termasuk menjual atau
tersebut.
dan atau memanfaatkan Hak Kekayaan Intelektual tertentu, yang dalam hal ini
1. Merek, baik yang meliputi merek dagang maupun merek jasa ataupun indikasi
2. Suatu bentuk format, formula, ciri khas, metode, tata cara, prosedur, sistem dan
lain sebagainya yang bersifat khas yang terkait dengan dan yang tidak dapat
dipisahkan dari setiap output atau produk yang dihasilkan dan selanjutnya dijual,
jasa atau indikasi asal tersebut diatas, yang dinamakan dengan rahasia dagang.
Kedua jenis Hak Kekayaan Intelektual tersebut di atas selalu dan senantiasa
terdapat unsur pembeda antara waralaba yang satu dengan waralaba yang lainnya.
Unsur pembeda tersebut terletak dalam sifat, bentuk dan jenis Hak Kekayaan
28
Gunawan Widjaja, Franchise Dalam Perspektif Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:
Rajawali Press, 2007), halaman 25.
Pemberian lisensi merek sudah dengan tegas menyebutkan bahwa merek yang
lainnya yang telah terdaftar dan karenanya memperoleh perlindungan hukum. Merek-
merek yang tidak terdaftar, selama belum dilakukan pendaftaran oleh pihak lain
masih dapat dipergunakan secara bebas, namun dengan batasan bahwa segera setelah
merek-merek tersebut telah didaftarkan, maka tidak ada hak lagi bagi pihak lain untuk
rahasia dagang tersebut haruslah merupakan sesuatu yang unik, yang berbeda dari
bentuk-bentuk format, formula, ciri khas, metode, tata cara, prosedur, sistem dan hal-
hal yang bersifat khas lainnya, serta memiliki nilai jual secara komersial. Rahasia
dagang yang tidak memiliki keunikan tertentu yang dapat dibedakan dari hal-hal
sejenisnya atau hanya terdiri dari serangkaian proses dari informasi yang telah
tersedia untuk umum dan dapat diselenggarakan, dilaksanakan oleh setiap orang
tanpa perlu bantuan atau bimbingan khusus jelas bukanlah rahasia dagang.
Kekayaan Intelektual adalah juga suatu pemberian lisensi atau hak untuk
Intelektual tertentu, yaitu merek (termasuk merek dagang, merek jasa dan indikasi
asal) dan rahasia dagang. Hak pemanfaatan dan penggunaan kedua jenis Hak
Kekayaan Intelektual tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam hal Hak Kekayaan
Intelektual yang diberikan hanyalah hak untuk menjual atau mendistribusikan produk
barang atau jasa dengan menggunakan merek tertentu saja, yang tidak disertai dengan
kewenangan dan atau tindakan untuk melakukan suatu hal tertentu baik dalam bentuk
pengelolaan atau pengolahan lebih lanjut yang memberikan tambahan nilai pada
produk barang yang dijual tersebut, maka hal yang demikian tidak jauh berbeda dari
Pandangan bahwa dalam waralaba juga terkait dengan pemberian lisensi Hak
Kekayaan Intelektual dalam bentuk merek dan rahasia dagang, maka ketentuan
dalam KUH Perdata. Perjanjian ini dapat diterima dalam hukum karena di dalam
KUH Perdata ditemui satu pasal yang mengatakan adanya kebebasan berkontrak.
Pasal itu mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Hal ini pada pokoknya hendak merefleksikan bahwa kegiatan waralaba adalah
waralaba dan pemberi waralaba. Tanpa adanya dukungan dan pemberian bantuan
secara terus menerus oleh pemberi waralaba, penerima waralaba dalam pelaksanaan
waralabanya mungkin saja menghasilkan output yang dari waktu ke waktu dapat
produksi, mulai dari bahan baku, bahan pembantu, sarana, prasarana dan bentuk-
bentuk masukan (input) lainnya, proses, prosedur, keahlian sumber daya manusia
yang sepadan hingga hasil akhir (output) berupa produk barang dan atau jasa yang
memberikan rasa kepuasan, kenikmatan dan hasil yang sepadan, merupakan sasaran
pembukaan kantor cabang. Hanya saja dalam pembukaan kantor cabang segala
perluasan usaha tersebut didanai dan dikerjakan oleh pihak lain yang dinamakan
penerima waralaba atas resiko dan tanggung jawabnya sendiri dalam bentuk usaha
sendiri, namun sesuai dengan arahan dan instruksi serta petunjuk pemberi waralaba.
Pada sisi lain waralaba juga tidak berbeda jauh dari bentuk pendistribusian
dalam kegiatan perdagangan barang dan atau jasa. Keduanya mempergunakan Hak
Kekayaan Intelektual yang sama, milik pemberi waralaba atau prinsipal (dalam
dan lisan.29 Perjanjian tertulis adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dalam bentuk tulisan, sedangkan perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat
hukum Indonesia. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) PP Waralaba ini jelas
dimengerti bahwa apabila pemberi dan penerima waralaba telah sepakat maka
saja.
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel.
waralaba dalam Pasal 4 ayat (1) PP Waralaba di atas maka bentuk perjanjian
29
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Di Indonesia, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2005),
halaman 32.
30
Ibid., halaman 33-34.
bagaimana bentuk perjanjian tertulis tersebut, dengan keadaan seperti ini tentunya
bentuk perjanjian waralaba yang ada dilapangan dapat berbentuk 3 (tiga) macam
ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja, perjanjian waralaba dengan
bentuk perjanjian yang disaksikan notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak
dan perjanjian waralaba dengan bentuk perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh
Namun ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) PP Waralaba dapat berubah apabila
dalam prakteknya, sarana komunikasi dan instruksi yang dipergunakan antara para
Dalam hal ini, harus ada suatu klausul yang secara eksplisit menyatakan bahwa
bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dari perjanjian waralaba tersebut, bukan
berkaitan telah disahkan oleh instansi yang berwenang di negaranya serta diketahui
mengenai kegiatan usahanya termasuk neraca dan daftar rugi laba selama 2 (dua)
tahun terakhir, hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang
menjadi obyek waralaba. Pemberi waralaba juga harus merinci fasilitas-fasilitas atau
persyaratan yang harus dipenuhi oleh penerima waralaba, hak dan kewajiban bagi
perjanjian tersebut, serta hal-hal lain yang perlu diketahui oleh penerima waralaba
Peraturan Pemerintah tentang Waralaba sebagai dasar hukum yang baru dalam
waralaba memuat klausula paling sedikit:31 a. nama dan alamat para pihak; b. jenis
Hak Kekayaan Intelektual; c. kegiatan usaha; d. hak dan kewajiban para pihak; e.
dan hak ahli waris; j. penyelesaian sengketa; dan k. tata cara perpanjangan,
Selain itu para pihak dalam perjanjian waralaba juga diberikan kebebasan
untuk mengatur ketentuan lain yang belum diatur dalam PP Waralaba tersebut di atas
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata. Misalnya
lanjutan kepada pihak lain dengan ketentuan bahwa penerima waralaba tersebut harus
waralaba lanjutan bahwa ia memiliki kewenangan untuk melakukan hal tersebut dan
waralaba.
diperhatikan dalam pembuatan kontrak dibuat secara terperinci, yang terdiri dari:
ini tentunya akan menyangkut hal-hal seperti merek dagang, hak cipta dan sistem
2. Sifat serta luasnya hak-hak yang diberikan kepada penerima waralaba, hal ini
3. Jangka waktu perjanjian. Prinsip dasar dalam mengatur hal ini bahwa hubungan
waralaba harus dapat bertahan pada jangka waktu yang lama, atau setidak-
tidaknya selama waktu 5 (lima) tahun dengan klausula kontrak waralaba dapat
diperpanjang.
4. Sifat dan luasnya jasa-jasa yang diberikan, baik pada masa-masa awal maupun
32
Martin Mendelson, Franchising, Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan Franchisee,
(Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1997), halaman 58-63.
memberikan jasa-jasa secara terperinci hendaknya diatur dalam kontrak dan juga
informasi yang penting tersedia untuk kedua belah pihak. Sistem-sistem ini akan
7. Penjualan bisnis. Salah satu kunci sukses dari waralaba adalah motivasi yang
waralaba, serta insentif yang dihasilkan dari capital gain. Untuk alasan ini, bisnis
bantuan untuk memungkinkan bisnis dipertahankan sebagai suatu aset yang perlu
direalisir atau jika tidak bisa diambil alih oleh ahli warisnya apabila ahli waris
akan lebih cepat, murah dan tidak terbuka sengketanya kepada umum.
10. Berakhirnya kontrak dan akibat-akibatnya. Dalam kontrak harus selalu ada
tertentu untuk tidak bersaing dengan pemberi waralaba atau penerima waralaba
waralaba.
Martin Mendelson dan PP Waralaba di atas, maka sudah ada kejelasan dan ketegasan
bagi penerima waralaba sehingga antara pemberi dan penerima waralaba tidak terjadi
pemasaran, waralaba memiliki ciri konsep bisnis total (total business concept) yang
promotion. Konsep itu dikemas dalam suatu format bisnis atau paket usaha terpadu
yang memiliki standar dan mudah ditransferkan, serta dapat dijalankan secara
universal (dapat diterapkan oleh para calon wirausaha dari beragam kultur di berbagai
sebagai sarana pemasaran hasil produksinya, melainkan lebih terfokus pada upaya
Transfer paket usaha tersebut selanjutnya disertai dengan adanya keharusan bagi
pemakai paket usaha (penerima waralaba) karena jika terjadi kegagalan pada usaha
usaha pemberi waralaba, atau setidaknya akan dapat menjatuhkan citra/nama baik
pemberi waralaba.
33
Amir Karamoy, Sukses Usaha Lewat Waralaba, (Jakarta: Jurnalindo Aksara Grafika,
1996), halaman 97.
ada perjanjian yang disepakati dan dibuat secara tertulis. Ikatan perjanjian ini
Pemberian informasi yang transparan itu akan mempermudah penerima waralaba dan
pemberi waralaba mengadakan kerjasama. Hal ini merupakan sesuatu yang mutlak
sifatnya dilakukan oleh pemberi waralaba. Oleh karena itu, sebaiknya isi perjanjian
pihak, walaupun dalam prakteknya negosiasi terhadap isi perjanjian merupakan hal
yang sangat sulit dilaksanakan oleh penerima waralaba. Kedua, pemberi waralaba
wajib memberikan bimbingan dan latihan kepada penerima waralaba dalam segala
aspek yang menyangkut bisnis yang akan dijalankan, terutama membantu penerima
waralaba pada saat persiapan awal mulai usaha. Ketiga, transaksi antara penerima
waralaba dan pemberi waralaba bukan merupakan transaksi antar cabang perusahaan
transaksi antara dua pemilik modal yang independen. Keempat, penerima waralaba
berhak atas daerah pemasaran tertentu, karena penerima waralaba dan pemberi
34
Suharsono, Pedoman Membeli dan Mengelola Franchise, (Jakarta: Dela Pratasa, 1997),
halaman 28.
perjanjian. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya unfair business practice.
merek dagang/jasa, hak cipta, hak paten, trade secrets dan know how, serta hak-hak
Pada umumnya outlet yang dikelola oleh penerima waralaba tidak ada
Dalam hal pengadaan peralatan yang dibutuhkan oleh penerima waralaba untuk
cukup dominan terhadap usaha penerima waralaba. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
untuk mendesain outlet atau menatanya tetap ditentukan atau harus mendapatkan
persetujuan dari pemberi waralaba. Dari kondisi ini tampak bahwa posisi penerima
ke dalam apa yang dinamakan perjanjian waralaba. Dalam perjanjian waralaba diatur
antara lain tentang hak dan kewajiban penerima waralaba dan pemberi waralaba,
besarnya fee maupun royalti yang harus dibayar oleh penerima waralaba kepada
pemberi waralaba, untuk bantuan yang akan diterima penerima waralaba dari pemberi
royalti atau fee merupakan suatu bentuk kompensasi atas hak yang diperoleh dari
perjanjian waralaba royalti ini biasanya dikeluarkan setiap bulan ataupun setiap tahun
keduabelah pihak atau disesuaikan dengan nilai usaha yang diwaralabakan. Adapun
franchise fee merupakan suatu bentuk beban (charge) yang umum dikenakan kepada
penerima waralaba yang dibayar hanya satu kali, yaitu pada saat kerjasama dimulai.
Biaya ini diasumsikan sebagai biaya pra-operasi dan dapat diterima kembali oleh
konsultasi. Kendati demikian, perlu dikemukakan di sini, ternyata tidak semua bentuk
waralaba menuntut adanya pembayaran fee. Ini dapat dilihat pada tipe waralaba
distibusi dan waralaba produsen karena pada hakikatnya dalam waralaba semacam ini
ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu akses modal, akses pasar, skill
dan teknologi (know-how dan trade secret), akses merek dagang/jasa yang sudah
Sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu, bisnis waralaba ini telah
asas kebebasan berkontrak, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata, yang berbunyi “semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Berdasarkan pasal itu, setiap orang
dapat dan dibenarkan untuk membuat perjanjian waralaba dengan syarat-syarat yang
ditetapkan sendiri, asalkan isi perjanjian yang dibuat itu tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata). Untuk
itu setiap persetujuan hanya akan berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya dan
sebaliknya persetujuan yang telah dibuat tidak boleh merugikan pihak ketiga (Pasal
1340 KUH Perdata). Kecuali jika perjanjian itu memang diperjanjikan untuknya.
Berdasarkan Pasal 1337 dan Pasal 1340 KUH Perdata tersebut, walaupun para pihak
(pemberi waralaba dan penerima waralaba) diberi peluang secara bebas menentukan
tindakan para pihak tersebut, karena masih dipertanyakan apakah perjanjian yang
dibuat itu telah sesuai atau tidak bertentangan dengan kepatutan, keadilan, kebiasaan
dan undang-undang itu sendiri. Jadi kebebasan berkontrak yang dimaksud tidaklah
dalam pengertian bebas secara mutlak. Oleh karena itu, setiap perjanjian yang
undang oleh pemerintah dapat dilarang diberlakukan. Apalagi jika kebebasan yang
dalam bisnis waralaba terdapat kedua aspek tersebut, yaitu aspek perjanjian/kontrak
dan aspek lisensi, walaupun dalam prakteknya perjanjian waralaba yang telah
berjalan selama ini selalu dibuat dalam bentuk perjanjian kontrak baku, artinya segala
persyaratan dan isi perjanjian telah ditentukan sepenuhnya oleh pemberi waralaba.
1. Sifat perjanjian dari waralaba sangat pribadi yang maksudnya adalah bahwa hak
dan kewajiban penerima waralaba tidak mudah dialihkan kepada pihak lain, baik
dengan cara jual beli, maupun karena pemindahan hak dan kewajiban penerima
kepada pihak lain (penerima waralaba baru), maka pemindahan itu harus
pengalaman usaha baik reputasi secara personal dan finansial, stabilitas personal
harus menyetujui secara tertulis mengambil alih seluruh tanggung jawab atau
kewajiban penerima waralaba lama yang tertuang dalam perjanjian waralaba dan
prakteknya, banyak perjanjian waralaba yang dapat dialihkan kepada pihak lain.
terbatas. Misalnya, hak usaha hanya dapat diberikan kepada salah satu anggota
2. Posisi pemberi waralaba lebih kuat karena dapat memutuskan perjanjian secara
sepihak atas dasar adanya pelanggaran atau kesalahan dari penerima waralaba
dalam menjalankan usahanya. Bila persyaratan semacam ini dilihat dari segi
waralaba dan bersifat berat sebelah. Jika terjadi pemutusan hubungan perjanjian
secara sepihak, walaupun hal itu telah mendapatkan persetujuan dan disebutkan
dalam klausul perjanjian, maka secara hukum tindakan tersebut dapat dikatakan
sebagai suatu tindakan melawan hukum. Ketentuan ini dapat dilihat dalam Pasal
3. Pada saat berakhirnya perjanjian atau bila perjanjian waralaba itu tidak
berkaitan dengan identitas pemberi waralaba seperti daftar menu, point of sale
dan desain outlet milik pemberi waralaba. Dalam kondisi seperti ini dapat
lemah, sebab dana yang telah diinvestasikan ke dalam usaha waralaba tersebut
tidak dapat dijalankan secara independen lagi secara hukum pun penerima
4. Bila ada perubahan atau penambahan pada outlet milik penerima waralaba yang
waralaba.
Berdasarkan uraian di atas, bila diamati secara cermat, isi perjanjian waralaba
tersebut tampak lebih banyak menguntungkan pihak pemberi waralaba dan jelas
terlihat adanya sifat tying business yang dilakukan oleh pemberi waralaba, di lain
pihak penerima waralaba hanya berhadapan dengan pihak take it or leave it terhadap
syarat perjanjian yang dihadapkan kepadanya. Ditambah lagi peran pemberi waralaba
sangat dominan terhadap penerima waralaba. Oleh karena itu, hubungan penerima
Sehingga sudah sewajarnyalah bahwa sesuai dengan hukum alam, pihak pemilik hak
(pemberi waralaba) memiliki posisi atau kedudukan yang lebih kuat dan dapat
para pihak baik pihak pemberi waralaba maupun pihak penerima waralaba dapat
barang dan/atau jasa hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar
mutu barang dan/atau jasa yang ditetapkan secara tertulis oleh pemberi waralaba
daerah setempat sebagai penerima waralaba atau pemasok barang dan/atau jasa
Waralaba).
manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan
penerima waralaba;
mestinya;
untuk membeli barang modal dan atau barang-barang tertentu lainnya dari
pemberi waralaba;
manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan
atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem
manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan
g. Menerima pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan jumlah yang dianggap
layak olehnya;
penerima waralaba;
usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara
melaksanakan sendiri Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas
usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara
ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau
waralaba;
e. Menjaga kerahasiaan atas Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri
khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau
atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan
atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek
g. Tidak memanfaatkan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas
usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara
i. Tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, ataupun yang secara langsung
khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau
waralaba;
j. Melakukan pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan jumlah yang telah
penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan
atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang
manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan
atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan
atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek
waralaba.
pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m2, dikelola
setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret
Soekarnoputri.
Hingga Desember 2010 Indomaret mencapai 4955 gerai dari total itu 3058
gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1897 gerai waralaba milik masyarakat, yang
Yogyakarta, Bali, Lampung dan Medan, di DKI Jakarta terdapat sekitar 488 gerai.
umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto “Murah dan Hemat”.
Lebih dari 3500 jenis produk makanan dan non makanan tersedia dengan harga
mutakhir, Indomaret merupakan salah satu asset bisnis yang sangat menjanjikan,
INTRACO yaitu Indogrosir, BSD PLAZA dan CHARMAT. Dengan visi menjadi
asset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan
memuat beberapa hal yang menjadi hak-hak dan juga kewajiban-kewajiban dari
a. Membantu penerima waralaba dalam periode pra operasi toko dalam hal
renovasi toko sesuai standard design eksterior dan interior toko Indomaret,
Indomaret;
dalam suatu program latihan terpadu dengan materi dan jadwal yang telah
ditetapkan;
perjanjian;
agar pelaksanaan operasi toko tetap berjalan dalam standar operasional toko
Indomaret;
h. Menyerahkan kepada penerima waralaba atas surplus kas yang ada dengan
ke rekening pemberi waralaba atas nilai faktur barang dagangan dan barang
atau tanpa permohonan telah dinyatakan pailit atau dikenakan sita harta benda
atau terlibat dalam perkara pidana atau perdata yang dapat mengganggu
tidak menaati salah satu atau semua kewajibannya atau ketentuan perjanjian
dan telah 2 (dua) kali dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja ditegur
secara tertulis.
b. Memeriksa kondisi kelayakan jual atas seluruh barang makanan dalam toko
Indomaret;
memasang materi promosi penjualan dalam toko dan meneruskan hadiah yang
waralaba;
g. Menyetorkan uang tunai hasil penjualan toko seutuhnya pada rekening bank
atas nama penerima waralaba dan oleh pemberi waralaba setoran tersebut
pemberi waralaba;
kerugian karena kecurian uang kas, kebakaran dan resiko kehilangan uang
hasil penjualan;
pajak;
yang bersifat perbaikan dan pemeliharaan atas sarana dan prasarana yang ada
di toko, yang ditujukan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
meningkatkan kinerja dan pelayanan toko dalam segala aspek dan bidang;
u. Mengirimkan bukti-bukti asli transaksi rutin toko setiap hari kerja guna proses
waralaba;
w. Tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dan aturan
waktu perjanjian;
(line) dan pesawat telepon kepada pemberi waralaba, serta tidak membuka
dan mengoperasikan toko sejenis dengan toko Indomaret pada lokasi miliknya
perjanjian waralaba.
mekanisme sistem kerja toko sesuai standar operasi toko yang dimiliki oleh
pemberi waralaba;
perjanjian.
Berdasarkan uraian di atas yang menjelaskan antara hak dan kewajiban para
pihak dalam perjanjian waralaba secara umum menurut PP Waralaba dan secara
tersebut yang belum diatur di dalam PP Waralaba maka para pihak dapat menambah
beberapa ketentuan atau klausula sendiri yang berdasarkan ketentuan Pasal 1338
KUH Perdata yang menjelaskan tentang kebebasan berkontrak yang mana sepanjang
perjanjian yang dibuat tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata.
Indomaret ada beberapa ketentuan yang berbeda yang dikarenakan kebutuhan untuk
memenuhi karakteristik atau ciri khas dari perjanjian Indomaret tersebut. Contoh
dalam hal kewajiban pemberi waralaba menurut PP Waralaba ada dua hal yang
informasi yang berhubungan dengan seluruh karakteristik khusus yang menjadi objek
waralaba seperti informasi Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas
usaha seperti sistem manajemen, cara penjualan atau distribusi dan penataan dalam
menurut perjanjian Indomaret dua hal tersebut di atas yang diatur menurut PP
Waralaba lebih dijabarkan secara rinci dan ada beberapa penambahan dalam hal
pengiriman barang dan menyerahkan kepada penerima waralaba atas surplus kas
yang sedikit berbeda dengan perjanjian Indomaret. Dalam PP Waralaba, hak pemberi
yang mana di dalam perjanjian Indomaret ada beberapa hal yang berbeda dengan
informasi barang, persaingan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan toko yang
dimilikinya, juga mengatur lebih khusus tentang penyetoran hasil penjualan toko dan
tentang semua hal-hal yang berhubungan dengan pengoperasian aktivitas toko baik
itu menyangkut pengawasan maupun aktivitas jual beli barang dagangan di dalam
toko, termasuk interior, eksterior dan peralatan toko sesuai standar toko Indomaret
dan juga wajib melakukan pengoperasian toko menggunakan piranti keras (hardware)
dan paket program komputer (software) serta sistem jaringan telekomunikasi sesuai
perjanjian Indomaret pada dasarnya memiliki kesamaan, akan tetapi ada sedikit
sebuah bangunan toko Indomaret dan berhak untuk mengoperasikan toko di lokasi
yang telah ditetapkan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang sudah dan tercantum
ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata tentang asas kebebasan berkontrak, dapatlah
perjanjian Indomaret ini, akan tetapi bentuk perjanjian Indomaret ini adalah
berbentuk standar kontrak yang mana di dominasi atau ditentukan oleh pihak
disesuaikan dengan karakteristik dan ciri khas dari waralaba ini, yang dapat kita lihat
didalam isi perjanjian waralaba ini semua isi pasal yang berhubungan dengan
kewajiban kedua belah pihak diatur atau ditentukan oleh pihak pertama. Berdasarkan
uraian di atas, bila diamati secara cermat, isi perjanjian waralaba tersebut tampak
lebih banyak menguntungkan pihak pemberi waralaba dan jelas terlihat adanya sifat
tying business yang dilakukan oleh pemberi waralaba, di lain pihak penerima
waralaba hanya berhadapan dengan pihak take it or leave it terhadap syarat perjanjian
yang dihadapkan kepadanya. Ditambah lagi peran pemberi waralaba sangat dominan
terhadap penerima waralaba. Oleh karena itu, hubungan penerima waralaba dengan
sewajarnyalah bahwa sesuai dengan hukum alam, pihak pemilik hak (pemberi
waralaba) memiliki posisi atau kedudukan yang lebih kuat dan dapat berperan besar