Anda di halaman 1dari 15

Tugas kelompok : Mikrobiologi

Dosen pengajar : Dr. Yeni

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II :

1. IKA YULIANTI, [ AK 130011 ]


2. IMPIAN LA KOLLY, [ AK 130012 ]
3. ISTAWATI, [ AK 130013 ]
4. JUMIANA, [ AK 130014 ]
5. MELLY FERNITA, [ AK 130015 ]
6. MITA [AK 130017 ]
7. MULIATIN, [ AK 130017 ]
8. NI KOMANG SENI ARI, [ AK 130018 ]
9. NILA ROSTIANA, [ AK 130019 ]

AKADEMI KEBIDANAN
YAYASAN KESEHATAN NASIONAL
BAU BAU
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang diberikan. Makalah ini
berisikan tentang bagaimana “ Penyakit infeksi imunologi pada ibu dan anak” dan aplikasinya dalam
masyarakat Indonesia.

Penulis masih menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, ini dapat disebabkan pada saat
pengumpulan data yang kurang atau hal-hal lain. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih sempurna. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………………………

Daftar isi ……………………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………...


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………..
C. Tujuan ………………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian imunologi ……………………………………………………………………………….


B. Infeksi torch pada kehamilan ……………………………………………………………………….

BB III PENUTUP

A. Simpulan ……………………………………………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus di sertai
dengan pola makan yang sehat, cukup berolahraga dan terhindar dari masuknya senyawa beracun
kedalam tubuh. Sekali senyawa beracun masuk kedalam tubuh harus segera di kelurkan.

Kondisi kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup, dalam tubuh yang sehat terdapat sistem
kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru
lahir. Pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurnah dan memerlukan ASI yang membawa
sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa sistem
kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia sistem kekebalan tubuhnya secara
alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.

Pola hidup modern menuntut segala sesuatu di lakukan serba cepat dan instan. Hal ini berdampak
juga pada pola makan, sarapan di dalam kendaran, makan siang serba tergesa, dan tidak makan pada
waktu malam karena kelelahan. Belum lagi kualitas makanan yang di konsumsi, polusi udara, kurang
berolahraga dan stress. Apabila terus berlanjut daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah dan
mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap penyakit degenerative.

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat di simpulkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian imunologi ?
2. Memahami sistem kekebalan dalam tubuh ?
3. Menjelaskan infeksi torch pada kehamilan ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu
1. Mensosialisasikan penyakit infeksi karena imunologi khususnu\ya pada ibu dan anak
2. Meningkatkan kewaspadaan pembaca akan bahaya penyakit infeksi karena imunologi pada ibu
dan anaksendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri adalah komponen tubuh
organisme yang dapat di musnahkan dari bahan
3. Memaparkan lebih jelas penyakit infeksi karena imunologi
4. Mengetahui penularan penyakit karena imunologi
5. Merupakan gangguan karena imunitas
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertin Imunologi

Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai
semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan
fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan
imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik,
kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan
zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. Infeksi Torch Pada Kehamilan


 Berbahaya bagi janin
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu
TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama
berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah
berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah
deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai
respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman). Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin
M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).

1. TOXOPLASMA
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada umumnya,
infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam,
dan umumnya tidak menimbulkan masalah.Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien
transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma
maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi
menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa,
misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau
bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak
diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-
Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu
dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila
hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter),
serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

2. RUBELLA

Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.
Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada
bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College
of Obstatrician and Gynecologists, 1981). Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk
tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak.
Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan
laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum
hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella
IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan
risiko infeksi rubella bawaan.
3. CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga
Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan
CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung
mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran
otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk
mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV
IgG.
4. HERPES SIMPLEKS TIPE II

Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus
ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion
sistem syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan
lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada
bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu
Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi
TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik.
Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan
diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui
infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.

5. HIV/AIDS
Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat bagi
pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami peningkatan pesat. Peningkatan
yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun
pelanggannya.
Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 hingga Maret 2004 terdapat
4.159 kasus HIV/ AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413 menderita AIDS dan 493 meninggal dunia.
Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/ AIDS sekitar 120.000 orang dan infeksi
baru sekitar 80.000 orang. Angka-angka tersebut diatas diperoleh dari pemeriksaan darah
anonymunlinked yang artinya darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya. Karena masa inkubasi HIV/
AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih adanya penolakan dari penderita yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa
HIV/ AIDS belum ada vaksin untuk mencegah dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung
pada kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan kondom bagi
yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini adalah megurangi dampak sosial
dan ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit infeksi menular seksual. Bayangan ancaman
pada tahun 2010 sekitar 100.000 orang yang menderita/ meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang
mengidap virus HIV.

a. Definisi
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala
yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan
adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari 
Human Immunodeficiency Virus.

b. Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan
risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin
lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas
kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang
kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung
suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti
Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
c. Gejala Infeksi HIV/ AIDS
 Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu.
Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada
tubuh bagian atas) dan  tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan,
pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
 Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.
 Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita
masuk dalam fase AIDS.
 AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung
jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah,
pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari,
keringat malam,  penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak
keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung
lama,  infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah
memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

d. Dampak HIV/ AIDS


Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya kualitas
dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/
AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap
penderita HIV/ AIDS masih kuat.

e. Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina
dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang
mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.
Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang
digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah, transplantasi
organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak
ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman,
berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun
melalui gigitan nyamuk atau kutu.
Penularan HIV/ AIDS antara lain:

 Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan
yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
 Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah
tercemar virus HIV.
 Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara
bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.
 Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal
serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

f. Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko,
sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun
caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan kondom untuk
mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat
dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan
hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual  aman). Sedangkan pencegahan pada ibu
hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada
bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita
HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.

g. Pemeriksaan HIV/ AIDS


Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan
dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6 bulan, selain itu
pencegahan dapat mengurangi faktor resiko.  Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan
dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di negara-
negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes
ELISA yang dilakukan 2-3 kali.
h. Perawatan dan Dukungan
Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali. Hal
tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA sangat memerlukan
teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum
bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka
inginkan.
Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS yaitu :
 Makan makanan bergizi.
 Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/ beraktivitas.
 Istirahat cukup.
 Sayangilah diri sendiri.
 Temuilah teman/ saudara sesering mungkin.
 Temui dokter bila ada masalah/ keluhan.
 Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpe resep dan hindari
mengurung diri sendiri.
 Perawatan di rumah (home care)
1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang pengertian, cara penularan,
pencegahan, gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian bantuan
dan motivasi hidup.
2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi dan
mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab pertanyaan,
menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan masalah.
3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju
tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.
4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan matang
untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat batuk/ bersin,
buanglah sampah pada tempatnya.
5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat nyamuk.
6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik (ASI),
memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta memperlakukan
anak secara normal.
7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA. Gejala-gejalanya seperti demam,
diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan tenggorokan, mual dan
muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan depresi.
8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan,
membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri).
 
BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang di lakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan firus serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain
dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang.
Sehingga menyebabkan pathogen, termaksud virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah di laporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. Saran

Pola hidup modern menuntut segala sesuatu di lakukan serba cepat dan instan. Hal ini berdampak
juga pada pola makan, sarapan di dalam kendaran, makan siang serba tergesa, dan tidak makan pada
waktu malam karena kelelahan.
Daftar Pustaka

1. Garna Baratawidjaja Karnen dan Renggnis Iris. 2009. Imunologi Dasar Edisi VIII
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Ernets, Jawetz. 1996. “ Mirobiologi Kedokteran Edisi 20”
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. “Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi”.
Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai