PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan masalah yang menjadi
prioritas di bidang kesehatan.Angka kematian ibu di Indonesia sampai saat
ini masih tinggi dan ini merupakan suatu masalahkesehatan yang sampai
saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000
kelahiran hidup, tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Ibu meninggal terutama terjadi
pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sesuai tujuan pembangunan
milenium (MDGs), Angka Kematian Ibu (AKI) pada 2015 ditargetkan
turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
(http://ibuprita.suatuhari.com diakses 26 Juni 2012)
Secara Internasional menurut World Healt Organization (WHO) di
dunia tiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang
terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain mencapai
kisaran 14.000 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000
perempuan meninggal setiap tahunnya.(Anonim, 2010)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu ternyata
sangatlah kompleks diantaranya adalah tingkat pendapatan, pendidikan
dan ekonomi rumah tangga, juga faktor lingkungan serta faktor sosial
budaya/perilaku masyarakat. Setiap 2 jam sekali ibu meninggal pada saat
melahirkan sebagian karena kurangnya pengetahuan tentang hal-hal yang
berisiko terhadap kehamilan. ada 4 (empat) terlalu dan 3 (tiga) terlambat
yang biasanya terjadi pada kematian ibu yaitu : terlalu muda untuk hamil
dan melahirkan, terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak
kehamilan dan kelahiran serta terlalu banyak melahirkan, sedangkan 3
(tiga) terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan untuk membawa ke
1
Rumah sakit, terlambat membawa ke Rumah Sakit dan terlambat ditangani
(Harian Umum, Pikiran Rakyat, 2005).
Kinerja tenaga kesehatan menjadi unsur yang sangat penting dalam
upaya memelihara dan meningkatkan pembangunan nasional bidang
kesehatan. Kajian tentang kinerja memberikan kejelasan bahwa faktor-
faktor internal dan eksternal sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja.
Memperhatikan AKI, dapat dikemukakan bahwa pengawasan
antenatal masih belum memadai, sehingga penyulit kehamilan tidak atau
terlambat diketahui. Untuk mengatasi hal itu WHO mencetuskan konsep
Four Pillars of safe mothrehood diantaranya Asuhan antenatal (Saifudin,
2001).
Asuhan Antenatal sebagai pilar kedua merupakan salah satu upaya
yang dapat menurunkan AKI dan AKB, karena dapat mengetahui berbagai
risiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk
melakukan rujukan. Pelayanan berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat
pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jadi standar
penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan, dan penilaian kualitas pelayanan
(Depkes RI, 2001).
Cakupan KI adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah
gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan sesuai
dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan
distribusi sekali pada trimester pertama, sekali trimester kedua, dan 2 kali
trimester ke tiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan KI Nasional pada tahun
2006 mencapai 90,38 % dan cakupan K4 mencapai 79,63 % (Depkes RI,
2006).
2
Kinerja tenaga kesehatan menjadi unsur yang sangat penting dalam
upaya memelihara dan meningkatkan pembangunan nasional bidang
kesehatan. Kajian tentang kinerja memberikan kejelasan bahwa faktor
lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik
dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah
ditentukan, kinerja individu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut
individu, upaya kerja (work effort) dan dukungan organisasi. Menurut
Timple terdapat dua kategori dasar atribusi yang bersifat internal atau
disposisional dan yang bersifat eksternal atau situasional yang dapat
mempengaruhi kinerja.
Oleh sebab itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka
peneliti tertarik untuk meneliti tentang dengan judul“Hubungan Motivasi
Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Antenatal Care Wilayah
Kecamatan Murhum Kota BauBau Tahun 2016 “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana motivasi bidan dalam pelayanan ANC di wilayah
kecamatan Murhum kota BauBau tahun 2016 ?
2. Bagaimana kinerja bidan dalam Pelayanan ANC di wilayah wilayah
kecamatan Murhum kota BauBau tahun 2016 ?
3. Bagaimana hubungan motivasi bidan dengan kinerja bidan dalam
pelayanan ANC di wilayah ecamatan Murhum kota BauBau tahun
2016?
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja bidan dalam
pelayanan ANC di wilayah kecamatan Murhum kota BauBau tahun
2016
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh informasi mengenai motivasi bidan dalam pelayanan
ANC di wilayah kecamatan Murhum kota BauBau tahun 2016
b. Memperoleh informasi mengenai kinerja bidan dalam pelayanan
ANC di wilayah kecamatan Murhum kota BauBau tahun 2016
c. Melakukan Analisis hubungan motivasi dengan kinerja bidan
dalam pelayanan ANC di wilayah kecamatan Murhum kota
BauBau tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu
Kebidanan khususnya pada Ilmu Kesehatan Ibu yang ditik beratkan
pada pengkajian pelayanan ANC
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
1.) Dapat lebih memberikan gambaran dalam upaya meningkatkan
kinerja bidan di seluruh puskesmas dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya
2.) Diharapkan dapat menambah bahan pengetahuan dan wawasan
sehingga dapat meningkatkan kinerja bidan bidan dalam
melaksanakan pemeriksaan pemriksaan ANC.
4
b. Bagi Dinas Kesehatan
Memberikan tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan
program dari strategi yang telah diberikan guna meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan yang optimal.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan serta
menjadi pengalaman berharga.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motif sering kali diartikan dengan istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani
untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force
yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam
perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (Fitri, 2008). Menurut
Moenir (2006) motivasi adalah rangsangan dari luar dalam bentuk
benda atau bukan benda yang dapat menumbuhkan dorongan pada
orang untuk memiliki, menikmati, menguasai, atau mencapai
benda/bukan benda tersebut.
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan (Mc. Donald dalam Ariyanto).Pentingnya
peranan motivasi dalam proses kerja perlu dipahami oleh pimpinan
sebagai motivator agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan
atau bantuan kepada karyawan. Motivasi dirumuskan sebagai
dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar
karyawan, untuk mencapai tujuan tertentu guna
memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan suatu sikap
(attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation)
di lingkungan organisasinya, mereka yang bersikap positif terhadap
situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi,
sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya
akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah, situasi kerja yang
dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja,
6
iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan
kondisi kerja.
b. Peranan Motivasi
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang diharapkan
organisasi dapat memberikan andil positif terhadap semua kegiatan
perusahaan dalam mencapai tujuannya, setiap karyawan
diharapkan memiliki motivasi kerja yang tinggi yang diharapkan
nantinya akan meningkatkan disiplin kerja yang tinggi.
Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh pihak manajemen bila mereka menginginkan
setiap karyawan dapat memberikan kontribusi positif terhadap
pencapaian tujuan perusahaan, karena dengan motivasi, seorang
karyawan akan memiliki semangat yang tinggi dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi,
seorang karyawan tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar
atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan
motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun seorang
karyawan memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak
memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya
tidak akan memuaskan.
c. Macam-Macam Motivasi
1. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-
motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh
seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang
menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-
buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan
7
kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka
yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar
itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu
melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat
pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah
tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang
lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the learning
situations and meet pupil-needs and purposes”.
Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam
diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya.
Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang
benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena
ingin pujian atau ganjaran.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsangan dari luar. Sebagai
contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan
ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga
akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting
bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin
mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak
secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya
itu.
8
Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
b. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kreativitas yang
ditetapkan sebelumnya (Siegel, Marconi; kutipan Mulyadi, 2001).
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan dan mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi
9
standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja
dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan
untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik
(Mulyadi, 2001).
10
1. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja
sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.
3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang
digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan
e. Pengukuran Kinerja
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja secara kuantitatif, seperti diungkap oleh Mulyadi
(2001) yaitu :
1. Ukuran Kriteria Tunggal (single Criterion)
Ukuran Kriteria Tunggal (single Criterion) yaitu ukuran kinerja
yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja
manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur
kinerja, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada
kriteria tersebut, dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang
kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau
tidaknya perusahaan atau bagiannya.
2. Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterion)
Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterion) yaitu ukuran
kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk
menilai kinerja manajer. Berbagai aspek kinerja manajer dicari
ukuran kriteria. Tujuan penggunaan kriteria beragam ini adalah
manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada
berbagai kinerja.
3. Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterion)
Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterion) yaitu ukuran
kinerja yang menggunakan macam ukuran, memperhitungkan
bobot masing-masing ukuran, dan menghitung rata-ratanya
sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer. Beberapa
11
perusahaan memberikan bobot angka tertentu kepada beragam
kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran kinerja manajer,
setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja
masing-masing.
12
kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak
yang sehat (Mochtar, 1998).Di samping itu menurut Mochtar
(1995) pelayanan ANC mempunyai tujuan khusus, yaitu:
1. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin.
3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
4. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi
13
KB. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal. (Manuaba, 1998)
6. Menghilangkan dan mengurangi masalah penyulit pada ibu
hamil, mempertahankan keselamatan ibu hamil dan dalam
keadaan kesehatan optimal pada saat melahirkan, supaya ibu
dapat memenuhi segala kebutuhan janin, mencegah terjadinya
prematuritas, lahir mati, dan kematian neonatal. Kesehatan
yang optimal dari bayi. (FKPP SPK se-Jawa Barat, 1997)
14
RI, 1997), sedangkan menurut Manuaba (1998) pemeriksaan
antenatal dilakukakn sebanyak 12 sampai 13 kali selama
kehamilan dan di negara berkembang pemeriksaan dilakukan
sebanyak 4 kali sudah dianggap cukup sebagai kasus tercatat.
Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda – tanda
kehamilan dan perubahan yang terjadi pada fungsi tubuhnya,
sehingga ibu mengetahui dan memahami tanda – tanda serta
gejala kehamilan dan ibu menyadari akan kegunaan
pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.
Setiap hasil pemeriksaan yang telah dilakukan catatlah
dalam KMS ibu hamil/Buku KIA dan kartu ibu, dalam hal ini
bidan diharapkan bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan
kader setempat.
15
3. Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan transportasi
untuk rujukan apabila diperlukan
4. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/buku KIA dan
kartu ibu
3. Palpasi Abdominal
Bertujuan untuk memperkirakan usia kehamilan,
pemantatuan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan
bagian bawah janin. Bidan melakukan pemeriksaan abdomen
dengan seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan
usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam
rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
16
pemeriksaan dan perawatan selanjutnya, sarankan ibu untuk
bersalin di Rumah Sakit (Varney’s, 2004).
6. Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan bertujuan untuk memastikan bahawa
persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan
memadai dengan pertolongan bidan terampil. Bidan
memberikan saran yang tepat pada ibu hamil,
suami/keluarganya pada trimester 3 memastikan bahwa
persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana yang
menyenangkan akan direncanakakn dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila tiba tiba
terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk
melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil uuntuk hal ini.
Bidan memberikan informasi agar ibu hamil mengetahui
saat akan melahirkan dan kapan harus mencari pertolongan
termasuk pengenalan tanda bahaya kehamilan diantaranya :
sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, nyeri dibagian
perut, ketuban pecah sebelum waktunya dan perdarahan pada
kehamilan yang bukan darah lendir normal/show.
17
B. Kerangka Teori
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu
hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya (Depkes
RI, 1997 ). Dalam mewujudkan pelayanan yang optimal tentunya harus
didukung dengan kemampuan sumber daya manusia yang baik pula.
Tuntutan kemampuan dari sumber daya manusia dalam hal ini para tenaga
kesehatan sangatlah penting adanya motivator yang mampu menjadi
pendorong dalam terciptanya kinerja yang baik.
Motivasi sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan
atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi
motivasi tersebut merupakan sesuatu yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu
(Fitri, 2008). Apabila seorang motivator telah mampu untuk memberikan
motivasinya yang positif terhadap karyawan maka lambat laun
karyawan/tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya akan
berjalan sesuai dengan kinerjanya.
Kinerja adalah pernyataan yang menyajikan ukuran hasil yang
sebenarnya dari beberapa kegiatan pribadi atau kesatuan periode yang
sama. (Kurdi, 1999).
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat diuraikan bahwa motivasi
memiliki pengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di bawah ini.
variabel independen Variabel dependen
Motivasi
Pelayanan ANC
Kinerja
18
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian motivasi dengan kinerja bidan
dalam pelayanan antenatal care
D. Hipotesis Penelitian
Ho = Tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan
dalam pelayanan antenatal care diwilayah kecamatan Murhum kota
BauBau
Ha = Terdapat Hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan dalam
pelayanan antenatal care diwilayah kecamatan Murhum kota
BauBau
19
BAB III
METODE PENELITIAN
20
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara
langsung dan objek atau lokasi penelitian, melainkan dan
data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
dokumentasi, yaitu mentransfer data/informasi yang
didokumentasikan dinas kesehatan kota BauBau
2. Sumber Data
Dinas kesehatan kota Baubau
21
mendapatkan data mengenai Puskesmas dan data Ibu
sebagai calon responden.
2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini diambil secara total sampling, dimana
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian, yaitu seluruh bidan
yang bekerja di puskesmas wilayah kecamatan Murhum kota
BauBau yang berjumlah 37 orang.
22
b.Subvariabel
23
E. Metode Analisis dan Pengolahan Data
1. Metode Analisis
Dalam pelaksanaan analisis data peneliti menggunakan perangkat
komputer dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat dan
bivariat.
a.) Analisis Univariat
Analisis Univariat dipergunakan untuk menggambarkan
masing-masing variabel baik variabel bebas maupun variabel
terikat. Analisis univariat disajikan dengan membuat tabel
distribusi frekuensi, dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
X : Persentase
a : Banyaknya jumlah yang benar
b : Jumlah semua pertanyaan
24
b.) Analisi Bivariat
Untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara
variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan pola
kecenderungan hubungan variabel bebas dan variabel terikat
maka dibuat tabel silang. Tahap awal pengujian statistik
dilakukan dengan melakukan uji normalitas dengan uji
kolmogorov-smirnov untuk masing-masing variabel bebas dan
variabel terikat yang memiliki skala pengukuran rasio atau
interval. Hasil dan uji normalitas diperoleh data pada seluruh
variabel bebas yaitu motivasi dengan variabel terikat yaitu
kinerja bidan tidak berdistribusi normal, sehingga uji Rank
Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
Nilai koefisien korelasi (rho) berkisar antara 0-1. Nilai 0
menunjukkan tidak ada hubungan dan nilai 1 menunjukkan
hubungan yang sempurna. Batasan nilai koefisien korelasi yang
diperoleh untuk menentukan besarnya hubungan adalah sebagai
berikut : 0,00 – 0,199 : Sangat lemah 0,20 – 0,399 : Lemah,
0,40 – 0,599 : Sedang, 0,60 – 0,799 : Kuat, 0,80 – 1,000 :
Sangat Kuat (Sugiyono, 2003).
2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengunakan program
statistical package for the social sciences (SPSS).Dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini
melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan,
kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan
pertanyaan
25
b. Coding merupakan kegiatan memberi kode nomor jawaban
yang diisi oleh responden yang ada dalam daftar pertanyaan
dengan maksud memudahkan proses dalam analisis data
c. Scoring, Setelah kuesioner dikumpulkan kemudian
pengolahan data dilakukan dengan pemberian
skor.Pemberian skor mengacu pada skala Guttman dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Pernyataan positif
Benar 1
Salah 0
Tabel Scoring
2) Pernyataan negatif
Benar 0
Salah 1
Tabel Scoring
26
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas wilayah kecamatan
Murhum kota BauBau.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2016 di
Puskesmas wilayah kecamatan Murhum kota BauBau.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Tabel IV.1 umur responden umur respnden
Dari table IV.1 di atas terkait dengan table distribusi sesuai umur responden
dengan total responden 31 orang yang dominan adalah berusia antara 26-30
tahun sebanyak 12 orang (38,7 %), dan yang terkecil berusia antara 41-15 tahun
sebanyak 3 orang (9,7 %).
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Dari table IV.2 di atas terkait dengan table distribusi sesuai pendidikan terakhir
dengan total responden 31 orang yang dominan adalah berusia antara D3
sebanyak 21 orang (67,7 %), dan yang terkecil D4 sebanyak 10 orang (32,3 %).
28
Tabel IV.3 masa kerja respnden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Dari table IV.3 di atas terkait dengan table distribusi sesuai masa kerja
responden dengan total responden 31 orang yang dominan adalah 5-10 tahun
sebanyak 13 orang(41.9 %), dan yang terkecil 16-20 tahun sebanyak 7 orang 22,6
%).
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Dari tabel IV.4 di atas terkait dengan distribusi Saya bekerja umumnya
disebabkan oleh tuntutan kebutuhan ekonomi total 31 responden Nampak bahwa
yang menjawab selalu 30 orang (96,8%), sering sebanyak sebanyak 1 orang (3,2%), jadi
dapat disimpulkan bahwa mereka selalu dan sering bekerja disebabkan karena tuntutan
kebutuhan ekonomi
29
Tabel IV.5 Pimpinan mengembangkan kemampuan dan karir saya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
30
Tabel IV.8 Pimpinan mengajak berkomunikasi dalam menyelesaikan tugas
atau pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel IV.10 Jaminan keamanan dan ketenangan bekerja dari pimpinan kepada
saya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel IV.11 Perhatian dan penghargaan pimpinan terhadap prestasi kerja saya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
31
Tabel IV.12 Kepuasan terhadap gaji yang saya terima
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel IV.13 Kepuasan saya terhadap jaminan biaya kesehatan dan santunan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
32
Tabel IV.15 Apakah tersedia, tertulis dan lengkap standar prosedur
tindakan kebidanan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel IV.16 Apakah bidan mempunyai uraian tugas dan tanggung jawab?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
33
Tabel IV.18 Apakah bidan melaksanakan pengkajian terhadap status bio-
psiko-sosio-kultural pasien?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
34
Tabel IV.21 Apakah bidan melaksanakan tindakan kebidanan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel IV.23 Apakah bidan melakukan pengkajian pada pasien setiap hari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian mengenai hubungan motivasi dengan
kinerja bidan dalam pelayan antenatal care diwilayah Kerja Puskesmas
Murhum Kota Baubau secara rinci dibahas serta hasil-hasilnya
berdasarkan variabel yang diteliti sebagai berikut:
1. Tingkat Motivasi
Motivasi sangat berhubungan dengan dengan kinerja bidan
dalam pelayan antenatal care. Tingkat motivasi seseorang banyak
mempengaruhi individu dimana semakin tinggi tingkat motivasi
35
seorang bidan tentang kinerja bidan maka semakin laju kesadaran
dalam pelayan antenatal care sebaliknya rendahnya motivasi dan
kinerja bidan akan berpengaruh rendahnyaa pemberikan pelayan
antenatal care.
2. Tingkat Kinerja
Kinerja sangat berhubungan dengan pelayan antenatal care.
Kinerja akan berdampak terhadap pelayan antenatal care.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tingkat Motivasi bidan dalam pelayan antenatal care diwilayah
kecamatan murhum kota baubau tahun 2016 dalam kategori kurang baik
yaitu sebanyak 23 orang (62,2%).
2. Tingkat Kinerja bidan dalam pelayan antenatal care diwilayah kecamatan
murhum kota baubau tahun 2016 dalam kategori kurang baik sebanyak 25
orang (67,6%).
3. Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi dengan
kinerja bidan dalam pelayan antenatal care diwilayah kecamatan murhum
kota baubau tahun 2016.
B. Saran
1. Bagi peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan lagi.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Dari data yang diperoleh di Wilayah Kecamatan Murhum Kota Baubau,
hendaknya tenaga kesehatan pada khususnya bidan lebih tingkatkan lagi
kinerja dalam pelayan antenatal care.
37
DAFTAR PUSTAKA
Erna Francin Paath, (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta: Jakarta.
Paath, Erna Francin, (2010). Kinerja dan motivasi bidan indonesia, EGC: Jakarta.
38