Anda di halaman 1dari 39

MOTIVASI TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN

DETEKSI DINI BALITA DI PUSKESMAS KELAPA LIMA KABUPATEN


MERAUKE

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas akhir program studi S1
Kebidanan

OLEH :
NUR HASANAH FATIMAH, AMd.Keb
NIM.

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tenaga kesehatan sebagai elemen utama sumber daya di organisasi kesehatan
memiliki dampak besar pada kualitas perawatan dan hasil pada pasien. Kinerja
adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi hasil kerjanya
sesuai dengan perannya masing-masing dalam suatu organisasi (Hermawati, 2016).
Peningkatan kinerja perawat memberikan dampak positif dalam pencapaian tujuan
organisasi, oleh sebab itu manajemen harus mempelajari sikap dan perilaku para
pegawainya dalam instansi tersebut (Hermawati & Mas, 2017).
Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya
suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah
kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan. Bila motivasi kerja rendah, maka hasil kinerja akan rendah pula
meskipun memiliki kemampuan. Setiap orang memiliki perbedaan karakteristik
yang menghasilkan kinerja yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula.
Kinerja tenaga kesehatan sebagai aspek penting dalam sistem pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, karena hal inilah yang akan menentukan
maju atau mundurnya pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, karena mereka yang merawat pasien
tidak hanya bantuan fisik tetapi aspek psikologis juga diberikan. Para tenaga
kesehatan jika berkinerja buruk maka yang terjadi adalah menurunnya kualitas
yang diberikan oleh para tenaga kesehatan yang akan berakibat pada citra rumah
sakit dan puskesmas menjadi buruk, dan kinerja menjadi tolak ukur keberhasilan
pelayanan kesehatan yang menunjukkan akuntabilitas lembaga pelayanan dalam
kerangka tata pemerintahan yang baik.
Kinerja tenaga kesehatan salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor motivasi
(Astuti & Lesmana, 2019). Motivasi sebagai salah satu faktor yang sangat penting
untuk meningkatkan kegairahan kerja perawat. Perawat yang memiliki motivasi
rendah cenderung memiliki kinerja yang rendah pula, dan sebaliknya perawat yang
memiliki motivasi tinggi akan memiliki kinerja yang baik (Aprilia, 2017). Motivasi
adalah dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu berarti suatu
kondisi yang mendorong perawat untuk bekerja (Hermawati & Mas, 2017). Selain
faktor motivasi, faktor komunikasi organisasi dan kompetensi sangat menarik untuk
dilihat pengaruhnya terhadap pencapaian kinerja. Komunikasi organisasi pada
dasarnya adalah interaksi yang dilakukan dalam lingkup organisasi. Interaksi
mencakup antar internal organisasi mengenai segala sesuatu yang akan dilakukan
dalam organisasi (Hermawati & Suci, 2018). Faules & Pace (2020) mendefinisikan
komunikasi organisasi adalah komunikasi yang berlangsung dalam aturan-aturan
kerja organisasi yang ditetapkan. Menurut Silviani, (2020), komunikasi yang

1
berjalan secara efektif dalam organisasi akan memudahkan setiap orang
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dan dalam konteks MSDM
komunikasi organisasi memiliki peranan penting dalam kinerja perawat.
Namun pelayanan yang diberikan para karyawan kurang baik dipengaruh oleh
motivasi kerja. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja karyawan maka masalah yang muncul dalam perusahaan adalah berkaitan
dengan kondisi motivasi kerja dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Analisis Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Deteksi Dini
Balita di Puskesmas Kelapa Lima Kabupaten Merauke”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimanakah Motivasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Deteksi
Dini Balita di Puskesmas Kelapa Lima Kabupaten Merauke

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisa motivasi Tenaga
Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Deteksi Dini Balita di Puskesmas Kelapa Lima
Kabupaten Merauke

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Bagi penulis Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang motivasi
Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Deteksi Dini Balita.
b) Bagi Akademis Diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
pengaplikasian ilmu pengetahuan khususnya terhadap ilmu manajemen
sumber daya manusia serta dapat menjadi acuan bagi penelitian
selanjutnya mengenai tema yang sama.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Perusahaan Yaitu untuk sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan
dalam menyikapi sumber daya manusia yang menyangkut motivasi kerja
dan kinerja karyawan.
b) Bagi Karyawan Untuk menambah wawasan para karyawan bahwa motivasi
kerja dalam lingkungan pekerjaan itu berpengaruh terhadap hasil kinerja
para karyawan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Motivasi


1. Definisi Motivasi
Motivasi adalah kondisi internal yang spesifik dorongan yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang ke suatu tujuan. Prestasi
merupakan dorongan untuk mengatasi kendala, melaksanakan kekuasaan,
berjuang untuk melakukan sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin
(Rahmawati, 2020).
Motivasi berarti sesuatu yang mendorong untuk berbuat atau beraksi.
Motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang
melakukan sesuatu sebagai respons. Motivasi juga dapat diartikan sebagai
proses gerakan, situasi yang mendorong dan timbul dalam diri individu serta
tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan akhir dari
gerakan atau perbuatan (Yaslina, 2018).
Motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah dan
ketekunan seseorang dalam upaya untuk berperilaku menjadikan individu yang
mempunyai motivasi hidup sehat. Oleh sebab itu motivasi hidup sehat
merupakan tujuan setiap individu (Khausar, 2021).

2. Bentuk Motivasi
Bentuk motivasi (Stoner dan freeman 1995 dalam Nursalam 2014)
motivasi terdiri dari :
a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya dari dalam individu
manusia itu sendiri.
b. Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dating
nya dari luar individu.
c. Motivasi terdesak adalah motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit
secara serentak dan menghentak dengan cepat sekali.

3
Jenis motivasi (Sudirman 2003 dalam Nursalam 2014) terdiri dari :
a. Motivasi internal
Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan
keinginan yang ada dalam diri sesorang akan menimbulkan motivasi
internal. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya yang
selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut.Motivasi
internal dikelompokkan menjadi dua :
- Fisiologi, yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus
dan lain lain.
- Psikologi yang dapat dibedakan menjadi 3 kategori dasar :
1) Kasih sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan,
keharmonisan, kepuasan batin/emosi dalam hubungan dengan
orang lain.
2) Mempertahankan diri, untuk melindungi kepribadian,
menghindari luka fisik dan fisiologi, menghindari dari rasa malu
dan ditertawakan orang, serta kehilangan muka,
mempertahankan gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri.
3) Memperkuat diri mengembangkan kepribadian, berprestasi,
mendapatkan pengakuan dari orang lain memuaskan diri
dengan penguasaannya terhadap orang lain.
b. Motivasi Eksternal
Motivasi eksternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal.
Motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul dari luar/lingkungan.
Misalnya : motivasi eksternal dalam belajar antara lain berupa
penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru,
teman atau keluarga.

4
3. Fungsi Motivasi
Fungsi motivasi (Hasibuan 2003 dalam Notoatmodjo2007) adalah :
a. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai atau karyawan.
b. Meningkatkan kepuasan kerja karyawan, yang akhirnya meningkatkan
kinerjanya.
c. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
d. Meningkatkan loyalitas dan integritas karyawan.
e. Meningkarkan kedisiplinan karyawan.
f. Meningkatkan absensi (kehadiran kerja) karyawan.
Fungsi motivasi (Purwanto 2000 dalam lukman 2009) adalah :
a. Mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat.
b. Menentukan arah perbuatan yaitu arah perwujudan tujuan atau cita
cita.
c. Menseleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan perbuatan
mana yang harus dilakukan, dimana perbuatan tersebut haruslah
serasi guna mencapai satu tujuan. Makin berharga tujuan tersebut
maka makin kuat motivasi berbuat agar tujuan tersebut tercapai.
Fungsi Motivasi Terdapat beberapa fungsi motivasi diantaranya adalah :
a. Mendukung timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan sehingga
memotivasi melakukan perbuatan.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah untuk mewujudkan keinginan
atau tujuan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu (Rahmawati, 2020).

4. Ciri-Ciri Motivasi
Ciri-ciri motivasi (Worrel dan Stilwel 1981 dalam Nursalam 2014) adalah :
a. Memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ingin ikut serta
dalam belajar dan pembelajaran
b. Bekerja keras dan memberikan waktu kepada usaha tersebut.
c. Terus bekerja sampai tugas terselesaikan.
5
Ciri-ciri motivasi (As ad 2001) ada 4, yaitu :
1. Motivasi dapat berubah.
Motivasi bagi seseorang seringkali mengalami perubahan.Hal ini
disebabkan karena keinginan manusia selalu berubah ubah sesuai
kebutuhan.
2. Motivasi adalah majemuk.
Suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan yang berlangsung
sama sama.
3. Motivasi berbeda bagi individu.
Dua orang, melaksanakan pekerjaan pekerjaan yang sama tapi
terdapat banyak perbedaan motivasi.
4. Beberapa motivasi yang disadarkan oleh individu.
Banyak tingkah laku manusia yng tidak disadari oleh
perilakunya,sehingga beberapa dorongan yang muncul seringkali
karena berhadapan dengan situasi yang kuarang menguatkan lalu
ditekan dibawah alam sadarnya.

5. Model Motivasi Kerja


Model motivasi kerja (Notoatmodjo 2007) yaitu :
a. Model Tradisional
Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi bawahan agar,
mereka meningkatkan kinerjanya, perlu memberi insentif berupa
materi bagi karyawan yang mempunyai prestasi tinggi atau kinerja
baik.
b. Model hubungan manusia.
Model ini menekankan bahwa untuk meningkatkan motivasi kerja
karyawan, perlu melakukan pengakuan atau memperhatikan
kebutuhan sosial mereka, meyakinkan kepada setiap karyawan bahwa
setiap karyawan adalah penting dan berguna bagi organisasi. Model ini
lebih menekankan memberikan kebebasan berpendapat, berkreasi dan

6
berorganisasi, dan sebagiannya bagi setiap karyawan, ketimbang
memberikan insentif materi.
c. Model sumber daya manusia
Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi kerja karyawan, disamping uang, barang, atau
kepuasan kerja, tetapi juga kebutuhan akan keberhasilan kerja
(Kesuksesan kerja). Setiap manusia cenderung untuk mencapai
keputusan dari prestasi yang dicapai, dan prestasi yang baik tersebut
merupakan tangung jawabnya sebgai karyawan. Model sumber daya
manusia ini, untuk meningkatkan motivasi karyawan, perlu
memberikan tangung jawab dan kesempatan yang seluas luasnya bagi
mereka.

6. Metode Atau Cara Motivasi Kerja


Metode atau cara motivasi kerja (Notoatmodjo 2008) cara untuk
meningkatkan motivasi, yakni:
a. Metode Langsung (Direct Motivation)
Pemberian materi ataupun non materi kepada karyawan secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan merupakan cara
langsung yang dapat meningkatkan motivasi kerja. Yang dimaksut
dengan pemberian materi adalah misalnya pemberian bonus,
pemberian pada hari tertentu. Sedangkan pemberian materi non
materi antara lain memberikan pujian, memberikan penghargaan dan
tanda tanda penghormatan yang lain dalam bentuk surat keputusan,
sertifikat dan sebagainya.
b. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Adakan suatu kewajiban memberikan kepada karyawan berupa
fasilitas atau sarana penunjang karyawan akan merasa dipermudah
tugasnya sehingga dapat mendorong semangat bekerjanya.
Cara motifasi kerja (Sastrohadiwilyo 2011) membangun motivasi dapat
dilakukan dengan cara :
7
a. Kinerja
Seseorang yang memiliki keinginan untuk bekerja sebagai suatu
kebutuhan dapat mendorongnya mencapai sasaran. McCleland
menjelaskan bahwa tingkat kebutuhan kinerja seseorang yang telah
menjadi naluri kedua,merupakan kunci keberhasilan seseorang,
biasanya juga dikaitkan dengan sikap positif, keberanian mengambil
resiko yang diperhitungkan untuk mencapai suatu sasaran yang telah
ditentukan.
b. Penghargaan
Penghargaan, pengakuan, atas suatu kinerja yang telah dicapai
seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas
suatu kinerja, akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi dari
pada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah. Penghargaan atau
pengakuan dalam bentuk piagam atau mendali, dapat menjadi
perangsang yang lebih kuat dibandingan dengan berupa uang atau
barang.
c. Tantangan
Tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang yang kuat bagi
manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang
atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi
perangsang, bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan
demi tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk
mengatasinya.
d. Tanggung jawab
Rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa
bertanggung jawab. Peningkatan mutu terpadu (PMT) yang bermula
dari negara jepang, berhasil memberikan tekanan pada tenaga kerja
dalam tahapan proses produksi sedang turut menyumbang, satu
proses produksi telah turut menyumbang, suatu proses produksi
sebagai mata rantai dalam satu system akan sangat ditentukan oleh
tangung jawab subsistem dalam proses produksi. Apabila setiap tahap
8
atau matarantai dapat dikendalikan mutu produksinya, sehingga rasa
tangung jawab kelompok maka produk akhir merupakan hasil dari
Total Quality.
e. Pengembangan
Pengembangan kemampuan seseorang, baik dari pengalaman kerja
atau kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsangan kuat
bagi tenaga kerja untung bekerja lebih giat. Pengembangan perusahaan
selalu dikaitkan dengan kinerja atau produktivitas tenaga kerja.
f. Keterlibatan
Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan atau
bentuknya dapat pula kotak saran dari tenaga kerja, yang dijadikan
masuk dalam majemen perusahaan, merupakan perangsang yang
cukup kuat untuk tenaga kerja. Rasa keterlibatan bukan saja
menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab, tetapi juga
menimbulkan rasa mawas diri untuk bekerja lebih baik, menghasilkan
produk yang lebih mermutu.
g. Kesempatan
Kesempatan untuk maju dalam jenjang karir yang terbuka, dari tingkat
bawah sampai tingkat atas merupakan perangsangan yang cukup kuat
bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk
meraih kemajuan atau perbaikan nasib, tidak akan merupakan
perangsang untuk berkinerja atau bekerja produktif.
Pemberian motivasi dapat dilakukan juga dengan pemberian alat motivasi
(Notoatmodjo 2008) yakni :
a. Materiil
Alat motivasi materiil adalah apa yang diberikan kepada karyawan
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi, yang berupa uang atau barang
yang mempunyai nilai jual. Misalnya : kendaraan dinas atau rumah
dinas, disamping gaji yang cukup diberikan juga bonus berupa uang.
b. Nonmateri

9
Alat motivasi nonmateri adalah pemberian tersebut tidak dapat dinilai
dengan uang, tetapi pemberian sesuatu yang hanya memberikan
kepuasan atau kebanggaan kepada karyawan. Misalnya pemberian
penghargaan berupa : medali, piagam dan sebagainya.
c. Kombinasi materiil dan nonmateri
Alat motivasi ini adalah kedua duanya, baik materiil maupun
nonmateri. Disamping fasilitas yang diterima, bonus yang diterima,
karyawan juga yang memperoleh penghargaan berupa piagam ataupun
medali.

7. Prinsip – Prinsip Dalam Motivasi Kerja Pegawai


Terdapat beberapa prinsip dalam motivasi kerja karyawan
(Mangkunegara 2000 dalam Nursalam 2014).
a. Prinsip partisipatif
Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi menentukan
tujuan yang akan dicapai oleh pimpinan dalam motivasi kerja.
b. Prinsip Komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pencapaian tugas. Informasi yang jelas akan membuat kerja
pegawai lebih muda dimotivasi.
c. Prinsip mengakui andil bawahan.
Pemimpin mengakui bahwa bawahan mempunyai andil dalam
mencapai tujuan. Dengan pengakuat tersebut, pegawai akan lebih
muda dimotivasi.
d. Prinsip memberi perhatian.
Pimpinan memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan
pegawai bawahannya, sehingga bawahan akan termotivasi kerja sesuai
harapan pimpinan.
e. Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada bawahan
untuk dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukan
10
sewaktu-waktu, hal ini akan membuat pegawai yang bersangkutan
menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
pimpinan.

8. Pengukuran Motivasi
Motivasi tidak dapat di observasi secara langsung namun tetap harus
diukur adalah motivasi social dan motivasi biologis. Ada beberapa cara
mengukur motivasi yaitu dengan tes proyektif, kuesioner, dan observasi
perilaku (Notoatmodjo 2005).
Pengukuran Motivasi Motivasi tidak dapat dinilai secara langsung namun
harus diukur. Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu sebagai
berikut (Rohma, 2016) :
a. Tes proyektif
Salah satu teknik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic
Apperception Test (TAT). Dalam test tersebut klien diberikan gambar
dan klien diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam
teori McLeland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan
yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power
(n-power).
b. Kuesioner
Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah
dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. Sebagai
contoh adalah EPPS (Edward Personal Preference Schedule). Kuesioner
tersebut terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-masing nomor
terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta memilih salah satu dari dua
pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirinya. Berdasarkan
pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis
kebutuhan yang dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang paling
dominan dari dalam diri kita. Contohnya antara lain, kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi
11
dengan orang lain, kebtuhan untuk membina hubungan dengan lawan
jenis, bahkan kebutuhan untuk bertindak agresif.
c. Perilaku.
Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi
sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan
motivasinya. Misalnya, untuk mengukur keinginan untuk berprestasi,
klien diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu
tertentu. Perilaku yang diobservasi adalah, apakah klien menggunakan
umpan balik yang diberikan, mengambil mengambil keputusan yang
berisiko dan mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja.
Cara menentukan penilaian alat ukur Salah satu cara untuk mengukur
motivasi melalui kuesioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi
kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi
klien. Sebagai contoh adalah EPPS ( Edward personal preference schedule ).
Kuesioner tersebut terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-masing nomor
terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta memilih salah satu dari dua
pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirinya. Berdasarkan pengisian
kuesioner tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam
tes tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan dari dalam diri kita.
Contohnya antara lain, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan
keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, kebtuhan untuk
membina hubungan dengan lawan jenis, bahkan kebutuhan untuk bertindak
agresif (Rohma, 2016).
Contoh lain pengukuran motivasi adalah menggunakan kuesioner dengan
skala Likert yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji validitas
dan realibilitas, yang terdiri atas pertanyyan positif dan pertanyaan negatif.
a. Pernyataan positif ( Favorable)
1) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 4.

12
2) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.
3) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 2.
4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju
dengan pernyataan sangat tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 1.
b. Pernyataan negatif ( Unfavorable )
1) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 1.
2) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.
3) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 3.
4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju
dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 4.

9. Indikator Penelitian Motivasi


Indikator penelitian motivasi (Hamzah 2009):
a. Motivasi internal
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan berperilaku
3) Adanya tujuan harapan dan cita cita yang dijelaskan masa depann
4) Memiliki perasaan senang dan iklan dalam berperilaku
b. Motivasi Eksternal
1) Adanya penghargaan atas perilaku
2) Adanya lingkungan yang mendukung dan konduksif.
13
10. Tingkatan Motivasi
Motivasi dapat dibagi berdasarkan tingkatan dan jenisnya, menurut
Rohma (2016) tingkatan kriteria motivasi dikategorikan menjadi :
a. Motivasi kuat : 67-100%
b. Motivasi sedang : 34-66%
c. Motivasi lemah : 0-33%
Berdasarkan tingkatan jenisnya motivasi menurut Rahmawati, (2020)
dikategorikan menjadi :
a. Motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation).
Seseorang takut melakukan sesuatu karena takut jika tidak
melakukannya maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang
takut pada bos karena takut dipecat.
b. Motivasi karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation)
Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah
ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia
ingin mencapai suatu sasaran atau suatu prestasi tertentu.
c. Motivasi yang didorong oleh ketakutan dari dalam (inner motivation)
Motivasi ini didasarkan oleh suatu misi atau tujuan hidupnya.
Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan
nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu dapat berupa rasa kasih
sayang (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani
hidupnya. Individu yang memiliki motivasi seperti ini biasanya
memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya bekerja bukan sekadar
untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi)
tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk
mencapai misi hidupnya.

14
11. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor motivasi yang bersumber dari
dalam diri seseorang. Motivasi internal ini muncul akibat adanya
keinginan individu untuk mendapatkan prestasi dan tanggungjawab di
dalam hidupnya. Ada beberapa hal yang bisa termasuk ke dalam
faktor internal, diantaranya adalah:
1) Harga diri dan Prestasi, yaitu sebab timbulnya motivasi di dalam
diri seseorang bisa dikarenakan ingin mencapai prestasi tertentu
atau ingin membuktikan dan meningkatkan harga dirinya.
2) Kebutuhan, motivasi juga dapat timbul karena adanya kebutuhan
akan sesuatu di dalam hidupnya sehingga ia termotivasi untuk
bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Harapan, adanya suatu harapan yang ingin dicapai seseorang di
masa yang akan datang dapat berpengaruh pada tindakan orang
yang bersangkutan.
4) Tanggungjawab, motivasi yang berasal di dalam diri seseorang
untuk bekerja dengan baik dan hati-hati dalam menghasilkan
sesuatu yang berkualitas.
5) Kepuasan kerja, adanya kepuasan kerja juga bisa menimbulkan
motivasi dalam diri seseorang.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor motivasi yang bersumber dari luar
diri seseorang. Banyak faktor yang dapat menjadi faktor eksternal
timbulnya motivasi diantaranya adalah:
1) Jenis dan sifat pekerjaan, faktor jenis dan sifat pekerjaan menjadi
dorongan seseorang untuk bekerja dan dipengaruhi oleh besar
imbalan yang didapatkan.
2) Kelompok kerja, ialah kelompok kerja dimana seseorang bekerja
untuk mendapatkan pendapatan bagi kebutuhan hidupnya.

15
3) Kondisi kerja, ialah keadaan dimana seseorang bekerja sesuai
dengan harapannya.
4) Keamanan dan keselamatan kerja, ialah motivasi yang timbul
karena adanya jaminan keamanan dan keslamatan seseorang
dalam bekerja.
5) Hubungan interpersonal, ialah hubungan antara teman, atau
dengan atasan, hubungan dengan bawahan (Rahmawati, 2020).
6) Sifat Motivasi
Motivasi memiliki sifat berupa intrinsik dan ekstrinsik, motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri dan
tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya karena dalam setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu maupun
dorongan yang kuat dari dalam yang menyebabkan individu
berpartisipasi. Seseorang yang tingkah lakunya digerakkan oleh
motivasi intrinsik, baru akan puas jika tingkah lakunya telah
mencapai hasil tingkah laku itu sendiri. Sedangkan motivasi
ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena pengaruh dari
rangsangan diluar perbuatan yang dilakukan, motivasi ekstrinsik
tumbuh karena dorongan berasal dari luar individu yang
menyebabkan seseorang berpartisipasi, dorongan semacam ini
biasanya tidak bertahan lama (Rahmawati, 2020).

B. Konsep Tumbuh Kembang


1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapt diukur dengan satuan panjang dan berat.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam jumlah,ukuran dan fungsi
tingkat sel,organ,maupun individu (Kemenkes RI, 2016).

16
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu pertumbuhan yang bersifat linear
dan pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linear menggambarkan status
gizi yang dihubungkan pada masa lampau. Ukuran linear yang rendah biasanya
menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita waktu lampau.Ukuran linear yang sering digunakan adalah tinggi
atau panjang badan. Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi
yang dihubungkan pada masa sekarang atau saat pengukuran. Contoh massa
jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lemak bawah
kulit. Ukuran yang rendah atau kecil menunjukkan keadaan gizi 15 kurang
akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran
dilakukan. Ukuran massa jaringan yang yang paling sering digunakan adalah
berat badan (Supariasa dkk, 2016).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal
(genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal antara lain jenis
kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila faktor ini dapat
berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal, akan menghasilkan
pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih
sering diakibatkan oleh faktor genetik, di negara berkembang selain disebabkan
oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak memungkinkan
seseorang tumbuh secara optimal. Faktor eksternal sangat menentukan
tercapainya potensi genetik yang optimal. (Supariasa dkk, 2016).
Menurut Supariasa dkk, 2016 faktor lingkungan dapat dibagi dua, yaitu
faktor pranatal dan lingkungan pascanatal. Faktor lingkungan pranatal adalah
faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam
kandungan.
Menurut Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa dkk, 2016, lingkungan
pranatal yang mempengaruhi pertumbuhan janin mulai konsepsi sampai lahir,
antara lain :

17
a. Gizi Ibu Pada Saat Hamil
Status gizi ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Status gizi ibu buruk baik sebelum maupun selama
kehamilan, akan menyebabkan Berat bayi Lahir Rendah (BBLR),
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada
bayi baru lahir maupun terinfeksi atau terjadi abortus (Soetjiningsih
1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
b. Mekanis
Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan
ketuban yang kurang. Posisi janin yang tidak normal dapat
menyebabkan berbagai kelainan pada bayi yang dilahirkan dan dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (Soetjiningsih 1998 dalam
Supariasa, dkk 2016).
c. Toksin/Zat Kimia
Obat-obatan yang bersifat racun seperti Thalidomide, Phenitoin,
Methadion dan obat-obatan anti kanker yang diminum oleh ibu pada
saat kehamilan akan menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang
kecanduan alkohol dan perokok berat, dapat melahirkan bayi dengan
BBLR, lahir mati, cacat atau retadasi mental. Pada ibu hamil yang
menderita keracunan logam berat, seperti makan ikan yang 17
terkontaminasi merkuri (air raksa) dapat menyebabkan mikrosefali
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
d. Endokrin
Jenis hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah
somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, dan hormon insulin
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
e. Radiasi
Pengaruh radiasi pada bayi sebelum berumur 18 minggu dapat
mengakibatkan kematian, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat
bawaan lainnya (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).

18
f. Infeksi
Cacat bawaan juga bisa disebabkan oleh infeksi intrauterin, varisela,
malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza (Soetjiningsih 1998
dalam Supariasa, dkk 2016).
g. Stress
Ibu hamil yang mengalami stress akan mempengaruhi tumbuh
kembang janin, yaitu berupa cacat bawaan dan kelainan kejiwaan
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
h. Anoksia Embrio Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada
plasenta dapat menyebabkan berat badan lahir rendah (Soetjiningsih
1998 dalam Supariasa, dkk 2016). Soetjiningsih (1998) dalam
Supariasa dkk, 2016 faktor lingkungan pascanatal adalah faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir.
Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
anak yaitu :
a. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah
ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap
penyakit, penyakit kronis dan fungsi metabolisme yang saling terkait
satu dengan yang lain. Faktor dominan yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah status gizi bayi yang dilahirkan. Bayi yang
mengalami kekurangan gizi, dapat dipastikan pertumbuhan anak akan
terhambat dan tidak akan mengikuti potensi genetik yang optimal
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016)
b. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah
cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan
radiasi. Cuaca dan keadaan geografis 19 berkaitan dengan pertanian
dan kandungan unsur mineral dalam tanah. Daerah kekeringan atau
musim kemarau yang panjang menyebabkan kegagalan panen.
Kegagalan panen menyebabkan persediaan pangan di tingkat rumah
19
tangga menurun yang berakibat pada asupan gizi keluarga rendah.
Keadaan ini dapat menyebabkan gizi kurang dan pertumbuhan anak
akan terhambat. Di daerah endemik, gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKY) menyebabkan petumbuhan penduduknya sangat
terhambat sepeti kerdil atau kretinisme (Soetjiningsih 1998 dalam
Supariasa, dkk 2016).
c. Keadaan sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan
terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, cacingan dan
infeksi saluran pencernaan. Anak yang menderita infeksi saluran
pencernaan akan mengalami gangguan penyerapan zat gizi sehingga
terjadi kekurangan zat gizi. Anak yang kekurangan zat gizi akan mudah
terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Soetjiningsih
1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
d. Faktor psikososial
Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
adalah stimulasi, motivasi, ganjaran, kelompok sebaya, stres,
lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang serta kualitas interaksi
antara anak dan orang tua. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa
lama orang tua berinteraksi dengan anak, tetapi ditentukan oleh
kualitas interaksi yaitu pemahaman terhadap kebutuhan
masingmasing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan
tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang (Soetjiningsih 1998
dalam Supariasa, dkk 2016).
e. Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga dan adat istiadat yang berpengaruh pada
pertumbuhan anak antara lain : pekerjaan atau pendapatan keluarga,
stabilitas rumah tangga, norma dan tabu serta urbanisasi
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).

20
f. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan anak antara
lain : pendidikan, pekerjaan, teknologi, budaya dan pendapatan
keluarga. Faktor tersebut akan berinteraksi satu dengan yang lainnya
sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak.
Ketersediaan zat 21 gizi pada tingkat seluler yang rendah yang pada
akhirnya akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu (Supariasa dkk,
2016).

3. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut
adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Mengukur
perkembangan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan antropometri,
tetapi pada anak yang sehat perkembangannya searah (paralel) dengan
pertumbuhannya (Supariasa dkk, 2016)
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan sususnan syaraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Aspek-aspek
perkembangan yang biasanya dipantau adalah:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan 22 pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya(Kemenkes, 2016).
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
21
koordinasi yang cermat seperti mengamati seseuatu, menjimpit,
menulis dan sebagainya (Kemenkes, 2016).
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya
(Kemenkes, 2016).
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya (Kemenkes RI, 2016).

4. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak


a. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia 23 pada
seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf
(Kemenkes, 2016).
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian
tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat.
Perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya (Kemenkes, 2016).
c. Pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ pada masing-
masing anak mempunyai kecepatan yang berbeda (Kemenkes, 2016).
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat
pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak
sehat, bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya (Kemenkes, 2016).
22
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)
(Kemenkes, 2016).
2) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)
(Kemenkes, 2016)
f. Perkembangan memilki tahap yang berurutan Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tidak bisa
terjadi terbalik (Kemenkes RI, 2016).

5. Beberapa Gangguan Tumbuh Kembang Yang Sering Ditemukan


a. Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan
atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan
kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurang
stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa
bahkan gangguan ini dapat menetap (Kemenkes, 2016).
b. Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan
pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh/belum selesai pertumbuhannya (Kemenkes, 2016).
c. Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi
akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya
lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan
jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau
23
lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri (Kemenkes,
2016).
d. Perawakan Pendek (stunting)
Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau – 2SD
pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut.
Penyebabnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan
kromosom, 26 penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin
(Kemenkes, 2016).
e. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas
dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Kemenkes, 2016).
f. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah
(IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar
dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal (Kemenkes, 2016).
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Gangguan Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan
hiperaktivitas (Kemenkes, 2016). 27 f. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak (DDTK) Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak adalah
kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan tumbuh kembang anak,
maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga
24
mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan yang tepat,
terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan
terlambat diketahui, intervensi akan lebih sulit dan akan berpengaruh
pada tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, 2016)
Jenis deteksi dini tumbuh kembang anak yang dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan yaitu
keluarga, masyarakat dan Puskesmas. Pengukuran Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) bertujuan untuk menentukan status
gizi anak termasuk normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal
pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita. Pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Pengukuran Berat Badan (BB) menggunakan timbangan dacin,
pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) dengan
menggunakan Infantometer dan microtoise (Kemenkes, 2016).
b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua
tingkat pelayanan yaitu keluarga, masyarakat dan Puskesmas.Salah satu
alat yang digunakan adalah skrining perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Tujuan skrining untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.Perkembangan yng dideteksi adalah motorik/gerak
kasar,motorik/gerak halus,bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian. (Kemenkes, 2012). Jadwal skrining KPSP rutin adalah
pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan. Jika anak belum mencapai umur tersebut, minta ibu datang
kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Skrining dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PADU
terlatih. Instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut
umur. Formulir berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
25
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP 29 anak umur 0-
72 bulan. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar
bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,
kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm
(Kemenkes, 2012). Interpretasi hasil KPSP dengan menghitung berapa
jumlah jawaban Ya. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan
anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S), jumlah jawaban ‘Ya’ =
7 atau 8, perkembangan anak meragukan, jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau
kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). Bila perkembangan anak
meragukan (M) dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan dan dilakukan penilaian ulang KPSP dua minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur
anak. Bila tahapan perkembangan anak terjadi penyimpangan (P)
dilakukan rujukan ke Rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Kemenkes RI, 2016).
c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Deteksi dini
penyimpangan mental emosional adalah pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar
dapat segera dilakukan tindakan intervensi (Kemenkes, 2016).
Beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan mental emosional pada anak yaitu Kuesioner
Masalah Mental emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72
bulan, ceklis autis anak prasekolah (Checklist for Autism in
Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan dan
formulir deteksi dini Gangguan pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale
bagi anak umur 36 bulan ke atas (Kemenkes RI, 2016).

26
Jadwal kegiatan dan jenis deteksi dini ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini Deteksi Dini
Deteksi Dini
Umur penyimpanga penyimpangan Mental
penyimpangan
anak n Emosional (dilakukan
perkembangan
pertumbuhan atas indikasi)
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMPE M-CHAT GPPH
0 bulan √ √
3 bulan √ √ √ √
6 bulan √ √ √ √
9 bulan √ √ √ √
12 bulan √ √ √ √
15 bulan √ √
18 bulan √ √ √ √ √
21 bulan √ √ √
24 bulan √ √ √ √ √
30 bulan √ √ √ √ √
36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 bulan √ √ √ √ √ √ √
48 bulan √ √ √ √ √ √ √
54 bulan √ √ √ √ √ √ √
60 bulan √ √ √ √ √ √ √
66 bulan √ √ √ √ √ √ √
72 bulan √ √ √ √ √ √ √
Sumber : Buku SDIDTK tahun 2016

Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-
waktu yaitu pada kasus rujukan, ada kecurigaan anak mempunyai
penyimpangan tumbuh dan ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh
kembang (Kemenkes, 2016).

27
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Desain penelitian atau rancangan penelitian adalah rencana atau struktur
dan strategi penelitian yang disusun demikian rupa agar dapat memperoleh
jawaban mengenai permasalahan penerlitian dan juga untuk mengontrol varians
(Machfoedz, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk analisis motifasi tenaga
kesehatan terhadap pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang di Puskesmas
Kelapa Lima tahun 2023 sehingga penelitian ini dilakukan secara observasional,
dan merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
dan dikaji secara analitik. Penelitian yang dilakukan secara observasional adalah
penelitian yang mengkaji suatu persoalan kesehatan dengan menggunakan
pendekatan komunitas atau kelompok sosial, yang paling penting dalam
penelitian observasional adalah dimana ada pnelitian tidak melakukan satu
tindakan manipulasi, intervensi ataupun pemaparan tertentu terhadap variable
yang diteliti dan yang nantinya akan mempengaruhi hasil penelitian (Siswanto,
dkk 2015).
Cross sectional sendiri berarti penelitian berlangsung berdasarkan
pendekatan secara transversal, sehingga pengumpulan data dari penelitian ini
dapat dilakukan sekali atau pada waktu penelitian dilakukan tanpa melihat latar
belakang atau kejadian yang telah lalu maupun kejadian yang akan datang.
Penelitian analitik merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh antara variable satu dengan yang lain maupun
membandingkan atau mengetahui perbedaan satu variable atau lebih dilihat dari
berbagai aspek atau sudut pandang (siswanto,dkk 2015). Penelitian kuantitatif
sendiri berarti penelitian yang menekankan analisisnya pada data data
numerical (angka) yang diolah dengan metode statistic (Azwar,2001 dalam
siswanto 2015).

B. Populasi dan Sampel Penelitian.


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, disebutkan oleh sugiono
(2001) dalam siswanto (2015) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang

28
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kwalitas dan kemudian dapat
ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang
bekerja di Puskesmas Kelapa Lima yang berjumlah 20 tenaga kesehatan. Cara
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampel jenuh atau total sampling
dimana semua tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas merupakan sampel
dari penelitian ini. Menurut Machfoedz (2007) sampel jenuh adalah sensus yang
artinya seluruh populasi diteliti. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang
sedikit.
a. Kriteria inklusi : Seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Kelapa Lima
b. Kriteria eksklusi : Tenaga kesehatan yang tidak bekerja atau tidak
masuk kerja atau cuti di Puskesmas Kelapa
Lima sampai penelitian ini berakhir dan tidak
mengikuti pengambilan data yang dilakukan
oleh peneliti.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian : Puskesmas Kelapa Lima
Waktu Penelitian : Penelitian ini dilakukan dalam periode Maret - Juli 2024.
Tabel 1.Time Table Kegiatan Penelitian.
Maret April Mei Juni
Jadwal Penelitian 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Penyusunan Proposal
Pembuatan Instrumen
Penelitian
Seminar Proposal
Pengurusan Perizinan
Uji Validitas Dan
Reliabilitas
Mendapatkan
Instrumen Valid
Pengambilan data :
penyebaran instrument
Pengambilan data :
pelaksanaan observasi
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan penelitian
Persiapan seminar hasil
Seminar hasil KTI

29
D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional
1. Variabel
Variabel penelitian adalah atribut/sifat/nilai dari orang/obyek/kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan dapat ditarik kesimpulan darinya (Kusuma,2010).
a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Analisis Motivasi tenaga
kesehatan terhadap pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang di
Puskesmas Kelapa Lima.
b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah: Pemberian pelayanan deteksi
dini balita di Puskesmas Kelapa Lima.
c. Terdapat beberapa variable pengganggu yang ada didalam penelitian ini
namun tidak ikut diteliti dan tidak ikut andil dalam mempengaruhi hasil
penelitian, yaitu jenis kelamin umur, tingkat pendidikan, dan masa kerja.
Variabel tersebut tidak akan di teliti dan tidak akan berpengaruh dalam
penelitian, hal ini dilakukan dengan tidak membuat atau tidak
mengelompokkan responden penelitian berdasarkan karakteristiknya
masing masing sehingga tidak menimbulkan kecenderungan. Setiap
variable ini akan dilihat dan hanya akan dibahas dalam pembahasan.
2. Definisi Oprasional
Definisi oprasional sendiri berarti sebuah petunjuk pelaksanaan bagaimana
mengukur variable yang ada (Siswanto dkk 2015).

E. Instrumen Penelitian
1. Kuisioner
Kuiseoner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti untuk dapat mempelajari sikap - sikap, keyakinan, perilaku dan
karakteristik beberapa orang didalam suatu struktur ataupun organisasi
yang bias terpengaruh oleh system yang telah diajukan atau yang sudah ada
sebelumnya (Siregar,2015).
a. Data karakteristik responden : nama, jenis kelamin, umur, pendidikan
terakhir, dan lama kerja.

30
b. Instrumen untuk mengukur tingkat pengetahuan
Instrument dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
motivasi tenaga kesehatan yang bertugas dipuskesmas terhadap
pelayanan deteksi dini tumbuh kembang.Jenis kuiseoner dalam
penelitian ini adalah pertanyaan yang sudah tersediah juga jawaban
sehingga responden cukup memilih satu jawaban yang dianggap benar
dan memberikan cek atau tanda yang diberikan sesuai hasil yang
diberikan. Kuesioner ini diberikan satu kali kepada semua sampel yaitu
sebelum memulai keinginan observasi. Kuesioner yang diberikan ini
adalah kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi tenaga kesehatan
diPuskesmas Kelapa Lima mengenai pelaksanaan deteksi dini tumbuh
kembang balita.Sebelum penelitian sudah mengetahui dengan baik
pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang dan kegiatan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang bekerja diPuskesmas Kelapa Lima.
2. Worksheet Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan
data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan
obyek penelitian yang mendukung obyek penelitian, sehingga didapat
gambaran yang didapat secara jelas tentang kondisi obyek penelitian
tersebut (Siregar 2015)
Pada penelitian ini menggunakan workhhet atau daftar kerja yang telah
dibuat sebelumnya dan disesuaikan dengan alat pelindung diri yang ada.
Metode observasi ini menggunakan cara ccheclist dalam mengamati setiap
sampel dan obyek penelitian, sehingga tenaga kesehatan yang bertugas di
Puskesmas Kelapa Lima melakukan suatu tindakan, penelitian memastikan
dan mencocokkan bagaimana pelaksanaan dan cara kerja yang mereka
gunakan. Ada beberapa komponen yang dilakukan dalam pengumpulan data
melalui metode obsevasi ini,yaitu :
a. Pemilahan
Sebelum melakukan pengumpulan data, harus difokuskan terlebih dulu
pengamatan penelitian, baik disengaja maupun tidak.

31
b. Pengubahan
Metode pengumpulan data dengan obsevasi ini memperbolehkan si
pengamat untuk merubah perilaku atau suasana tanya mengganggu
kewajaran yang ada.
c. Pencatatan
Hal ini menunjukkan bahwa pengamatan boleh dicatat atau direkam apa
yang terjadi saat subjek penelitian.
d. Pengodean
Setelah hal yang terjadi dilapangan dicatat,dilakukan sebuah proses
penyerderhanaan catatan yang diperoleh melalui metode reduksi data
(Siregar, 2015)

F. Cara Pengumpulan Data


Sumber data dari penelitian ini merupakan data primer yang didapat
melalui kwiseoner pengetahui pelaksanaan tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Kelapa Lima dan obsevasi kepatuhan pelaksanaan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita yang dilakukan oleh peneliti. Data primer sendiri
menurut Aswar (2001) dalam Siswanto,dkk (2015) adalah data tangan pertama,
data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung sebagai subjek senbagai
sumber informasi yang dicari. Data penelitian ini juga merupakan data
kuantitatif,seperti diutarakan sugiono (2001) seperti diutarakan sugiono (2001),
bahwa data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif
yang di angkakan atau mengunakan data skoring.
Teknik atau cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner dan juga lembar observasi. Teknik ini dilakukan
dengan mengedarkan daftar pernyataan diajukan dalam bentuk daftar tertulis
kepada sejumlah subjek penelitian atau sampel untuk mendapatkan
tanggapan.informasi dan jawaban. Daftar pernyataan ini atau lebih lanjut disebut
dengan kuesioner diberikan kepada seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Kelapa Lima sesuai dengan kriteriasampel penelitian.Sebelumnya
responden diberitahukan cara untuk mengisi dan mennandatangani lembar
persetujuan menjadi responden. Penelitian juga akan menanyakan kepastian dan

32
memberikan penjelasan jika ada pernyataan atau pertanyaan yang kurang jelas
pada kuesioner. Pengambilan data untuk kuesioner penetahuan dilakukan dalam
jangka waktu satu minggu untuk semua tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Kelapa Lima.
Obsevasi dilakukan setelah pengambilan kuesioner,hal ini dilakukan di
Puskesmas Kelapa Lima.Peneliti mengamati bagaimana kepatuhan pada tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan medis,juga urutan melakukan bagaimana
melakukan prosedur pelayanan .Obsevasi berhenti jiga semua responden telah
selesai diamati.Diukur dengan cara ceklis kemudian diangkakan dalam bentuk
skroring,sebelumnya peneliti meminta izin untuk ikut dan mengamati tindakan
medis yang dilakukan. Alur pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan :
Pada tahap ini dilakukan pembuatan instrument penelitian juga uji validitas
dan realibilitas,sehingga instrument yang kita pakai valid dan dapat
mendukung validitas penelitian.Pembuatan izin juga dilakukan dan
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Merauke ,melakukan survei lokasi
terlebih dahulu di Puskesmas Kelapa Lima,untuk melihat unit dan juga
bagaimana program pelayanan Deteksi Dini Tumbuh Kembang berlangsung
diunit tersebut.Ada tidaknya sampel yang memenuhi kriteri penelitian juga
dilihat,kemudian menetapkan sampel penelitian,memeriksa kelengkapan
instrument yang akan digunakan dan perijinan untuk memulai penelitian
kepada Kepala Dinas Kesehatan Merauke.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini melakukan permintaan persetujuan kepada
tenaga kesehatan yang bekerja atau bertugas di Puskesmas Kelapa Lima
untuk menjadi responden penelitian,dan meminta tenaga kesehatan yang
bekerja atau bertugas di Puskesmas Kelapa Lima untuk mengisi kuesioner
yang diberikan,dan memberikan informasi mengenai cara pengisian juga hal -
hal lain yang berkaitan dengan pengisian kuesioner.Tahap berikutnya dngan
selang waktu yang tertentu,penelitian memulai kegiatan tersebut.

33
3. Tahap Akhir
Mengumpulkan dan mengelomokkan data,menganalisis data,membuat
pembahasan tentang data yang telah didapat dan dianalisis,membuat
kesimpulan terhadap penelitian,dan seminar karya tulis ilmiah.

G. Validitas dan Reliabilitas


Penelitian merencanakan reliabilitas dilakukan agar instrument yang
digunakan valid dan dapat digunakan sebaik – baiknya untuk mendapatkan data
dari penelitian yang dibutuhkan.Validitas dan Reliabilitas adlah istilah yang
digunakan untuk persyaratan suatu alat ukur penelitian atau instrument
penelitian. Validitas berasal dari kata Vulidity yang memiliki arti ketepatan atau
kecermatan,dengan sederhana validitas berarti sahih.Alat ukur tersebut
dikatakan valid atau sahih bila alat ukut tersebut benar – benar mengukur apa
yang hendak diukur dikatakan oleh Suyatno (2007) dalam Siswanto,dkk (2015)
bahwa validitas pengukuran yang dimaksutkan adalah relevan atau tidaknya
pengukuran dan pengamatan yang dilakukan dalam penelitian tersebut,berikut
adalah hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas
pengukuran,yaitu :
1. Kriteria pengukuran harus relevan
2. Isi pengukuran harus relevan
3. Cara pengukuran harus relevan.
Reliabilitas artinya keajengan, maksudnya alat ukur tersebut harus dapat
mengukur hasil dengan tepat atau paling sedikit perbedaan yang ditemukan
amat sedikit (Machfoedz,2007). Disebutkan oleh Cooper dan Sehindler (2008)
dalam Saryono (2011) bahwa Reliabilitas adalah derajat konsistensi untuk suatu
kategori meskipun berbeda pengamat atau oleh pengamat yang sama untuk
waktu yang berbeda.Reliabilitas sendiri berasal dari kata dalam Bahasa inggris
adalah rely,yang berarti percaya,dan reliable yang artinya dapat dipercaya
dengan demikian Reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpercayaan.
Keterpercayaan berkaitan juga dengan ketepatan juga konsistensi.Suatu
instrument dapat dikatakan dapat dipercaya atau reliable apabila memberikan
hasil pengukuran yang relative konsisten (Siswanto,dkk 2015).

34
Instrumen yang digunakan harus valid agar mendapatkan data yang juga
valid, sesuai dengan kenyataan. Jika Validitas terkait dengan ketepatan onjek
yang tidak lain adalah menyimpangnya data dari kenyataan, berarti data
tersebut benar, maka konsep reliabilitas terkait dengan pengunaanya berkali –
kali.Instrumen yang baik adalah instrument yang dapat dengan ajeg memberikan
data yang sesuai dengan kenyataan. Realibilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Realibilitas yang dimaksud adalah kesamaan hasil
pengukuran/pengataman bila fakta/kenyataan hidup dapat diukur atau diamati
berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Siswanto,dkk,2015)

H. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara, catatan lapangan,dan
dokumentasi,dengan mengorganisasikan data kedalam kategori,menjabarkannya
kedalam unit-unit,menyusun kedalam suatu pola,memilih mana yang penting
dan dipelajari,dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Siswanto,dkk 2015).Pada penelitian kuantitatif
kegiatan analisis datanya meliputi pengolahan data dan penyajian data,
melakukan perhitungan dan mendeskripsikan data dan melakukan pengajian
hipotesis dengan menggunakan uji statistic (Siregar,2015).
Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan compturi system
untuk menganalisis data juga,mengolah data sehingga dapat menghasilkan
statistic tertentu sebagai kesimpulan. Pengolahan data adalah suatu proses
dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara atau rumusan
tertentu (Siregar,2015). Pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah proses mengecek dan memeriksa data yang telah
dikumpulkan dari lapangan (situasi yang sebenarnya),karena ada
kemungkinan data yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau bahkan
tidak dibutuhkan. Tujuan dari editing ini adalah untuk mengoreksi
kesalahan- kesalahan dan kekurangan data yang telah didapatkan. Pada
tahap ini kesalahan dapat diperbaiki,dan kekurangan data dapat dilengkapi

35
dengan mengulangi pengumpulan data atau dengan cara menyisipkan data.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses editing, antara lain:
a. Pengambilan sampel
Pada saat pengambilan sampel harus sudah memenuhi atauran
pengambilan sampel.
b. Kejelasan Data
Pada setiap ini data di check apakah data yang telah masuk ini dapat
dibaca dengan jelas atau tidak. Singkatan dan tulis tangan yang tidak
jelas bias diferifikasi langsung agar tidak menimbulkan kesalahan.
c. Kelengkapan Isian
Penelitin atau pengamat mengecek apakah isian responden lengkap atau
tidak, pastikan jika tidak lengkap bias jadi responden menolak
menjawab pertanyaan atau petanyaan yang ada
d. Keserasian jawaban
Tahap ini dilakukan pengecekan keserasian jawaban responden,ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya jawaban yang bertentangan.
2. Coding
Coding adalah pemberian kode tertentu pada tiap tiap data yang termasuk
kategori yang sama.Kode yang merupakan isyarat yang dibuat dalam bentuk
angka-angka tau huruf untuk membedakan,satu data dengan yang lain dan
menjadi identitas data yang dianalisis.
3. Tabulasi
Prose penempatan data ke dalam bentuk table yang telah diberi kode sesuai
dengan kebutuhan analisis. Tabel dibuat dalam bentuk yang baik dan dapat
meringkat agar memudahkan analisis data penelitian (Siregar,2015).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
penelitian analitik,karena penelitian ini merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui derajat hubungan antara dua variable dengan
analisis bivariate dan analisis data dilakukan dengan teknis
komputerisasi.Analisis data yang pertama dilakukan setelah mengumpulkan
dan menyajikan dalam bentuk table agar memudahkan adalah menguji
normalitas distribusi data yang didapatkan,dalam penelitian ini
menggunakan cara Saphiro Wilk karena responden kurang dari 50 orang.

36
Setelah uji normalitas data dilanjutkan dengan uji hipotesis sesuai dengan
rumusan masalah dan definisi oprasional,dalam penelitian ini menggunakan
Uji Hipotesis dengan Chi Square Test atau dikenal juga dengan analisis
bivariat. Penelitian juga mempertimbangkan melakukan uji hipotesis dengan
Spearman Rank untuk menjawan hipotesis kedua dengan mengubah skala
pengukuran menjadi menarik.Untuk analisis lain, peneliti juga menggunakan
analisis multivariat untuk menambah wawasan mengenai karakteristik
responden.

I. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan surat kelayakan etik
penelitian dari komite etik penelitian Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhamahdiyah Yokyakarta. Menurut Flick et al (2004) dalam
Siswanto et al (2015) beberapa prinsip ini harus diperhatikan oleh setiap
peneliti, hal ini juga berlaku pada penelitian ini, yaitu :
1. Memperlakukan partisipan secara terhormat
Partisipan diperlakukan sebagaimana mestinya, pada penelitian ini,
responden dan partisipan pada penelitian ini perlakukan dengan baik dan
secara terhormat agar hubungan baik dapat dijalin. Dalam bentuk
keterlibatan orang lain, penelitian juga tidak boleh menggangu kepentingan
mereka. Hindari seminimum mungkin gangguan yang muncul dari proses
penelitian bagi orang lain yang terlibat maupun tidak.Disebutkan juga oleh
Loiselle et al(2004) dalam Siswanto et al (2015) bahwa beberapa tindakan
yang berkaitan dari menghormati partisipan dan responden mencakum
penjelasan manfaat penelitian,penjelasan kemungkinan risiki dan tidak
kenyamanan yang dapat ditimbul kan,penjelasan manfaat yang didapatkan
bertujuan meneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek
berkaitan dengan prosedur penelitian,persetujuan bahwa subjek dapat
mengundurkan diri kapan saja,dan jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
2. Menjaga Kerahasiaan Identitas dan Informasi dari Partisipan.
Pada penelitian ini,peneliti menjamin kerahasiaan partisipan penelitian
dan informasi yang diperoleh,karena bias saja informasi yang disampaikan
oleh subjek atau informasi penelitian menganggu pihak lain.Penelitian ini

37
juga mencakup seperti yang Loiselle et al (2004) sebutkan dalam Siswanto et
al (2015) adalah peneliti tidak akan menampilkan informasi mengenai
identitas baik nama maupun alamat asal subyek yang mungkin tercantum
dalam kuesioner dan alat ukur lainnya untukn menjaga anonimitas dan
kerahasiaan identitas subyek dapat mengunakan koding (inisial atau
identificasion number)sebagai pengganti identitas responden.
Ditambahkan dari pendapat Loiselle et al (2004) yang ada di Siswanto et al
(2015), penelitian ini juga mencakup hal-hal berikut:
1. Keadilan dan Iklusivitas
Penelitian ini dilakukan secara jujur, hati-hati, professional,
berprikemanusiaan dan memperhatikan factor - faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religious dari
subjek penelitian.
2. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang timbul
Penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian agar
mendapatkan hasil yang bermanfaat yang maksimal ditingkat populasi atau
sampel. Peneliti juga akan meminimalisasikan dampak yang akan merugikan
subyek. Setelah selesai penelitian, peneliti akan melakukan edukasi
penggunaan alat pelindung diri dengan rasional yang tepat digunakan
kepada para tenaga kesehatan agar dapat mengerti dan juga mendukung
program mengenai Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Puskesmas
Kelapa Lima,hal ini juga dibuat dengan memperlakukan responden secara
hormat dan peneliti juga berlaku secara professional, juga adil.

38

Anda mungkin juga menyukai