Disusun Oleh :
MUHAMAD HADID AHAMSA
NPM. 17012301
Seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan memberikan dampak yang baik
bagi kehidupannya. Tingginya motivasi tersebut akan mengubah perilakunya, untuk
menggapai cita-cita dan menjalani hidup dengan lebih baik.
Oleh karena itu, setiap orang sangat membutuhkan motivasi untuk dirinya sendiri.
Hal ini, agar Anda tidak mudah putus asa dan merasa down. Serta dapat cepat bangkit
saat mengalami kegagalan.
yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya
untuk mencapai tujuan”.
Motivasi juga memiliki fungsi dan tujuannya sendiri, maka di bawah ini akan
dijelaskan mengenai fungsi dan tujuan motivasi, yaitu sebagai berikut:
Motivasi inilah yang akan menggerakkan Anda untuk selalu melakukan hal-hal
terbaik dalam hidup. Sehingga, motivasi juga dapat menentukan kesuksesan Anda dalam
hidup.
Jadi, kembangkan motivasi Anda dengan baik, agar segala keputusan memberikan
dampak baik dalam kehidupan.
3. Menyeleksi Perbuatan
Melalui motivasi, Anda akan dapat menentukan berbagai perbuatan yang perlu
dan tidak perlu. Artinya, Anda akan mampu menentukan perbuatan yang memberikan
hasil baik ke depannya. Anda pun akan mempu berbuat dengan resiko paling kecil.
1.1 Motivasi
Motivasi merupakan salah satu topik yang sering diteliti dalam perilaku
organisasi. Pemberikan motivasi kepada karyawan, maka karyawan akan selalu
berusaha memberikan kinerja terbaik kepada perusahaan dan bekerja dengan program
yang telah diterapkan.
Perusahaan harus bisa mendorong sumber daya manusia agar tetap produktif
dalam mengerjakan tugasnya masing-masing yaitu dengan meningkatkan kepuasan
kerja para karyawan, sehingga perusahaan dapat mempertahankan karyawannya, dan
dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh perusahaan karyawan akan menjadi
lebih bertanggung jawab.
Karyawan sebagai sumber daya manusia yang perlu dipertahankan kinerjanya
berbeda dengan mesin yang selalu melakukan aktivitas yang sama setiap waktu,
sumber daya manusia selalu mengalami perubahan produktivitas kerja.
Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi, lalu makan lagi dan seterusnya.
Faktor pemeliharaan ini meliputi hal-hal :
a) Gaji (salaries)
Menurut Mardi (2014:107) gaji adalah “sebuah bentuk pembayaran atau sebuah hak yang
diberikan oleh sebuah perusahaan atau instansi kepada pegawai atau karyawan”.
b) Kondisi kerja (work condition)
Menurut Mangkunegara (2013:105) kondisi kerja adalah “semua aspek fisik kerja,
psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan
pencapaian produktivitas kerja”.
c) Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (company policy and administrasion)
Menurut Siagian (2012:290) hubungan antar pribadi adalah “tingkat kesesuaian yang
dirasakan dalam berinteraksi antar tenaga kerja lain”.
e) Kualitas supervisi (quality supervisor)
Menurut Siagian (2012:290) kualitas supervisi adalah “tingkat kewajaran supervisi yang
dirasakan oleh tenaga kerja”.
a) Prestasi (achievement)
Menurut Hasibuan (2014:160) prestasi, “prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan
kesempatan.
b) Pengakuan (recognition)
Menurut Siagian (2012:290) pekerjaan itu sendiri adalah “berat ringannya tantangan yang
dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya”.
d) Tanggung jawab (responbility)
Menurut Siagian (2012:290) tanggung jawab adalah “besar kecilnya yang dirasakan
terhadap tanggung jawab diberikan kepada seorang tenaga kerja”.
e) Pengembangan potensi individu (advancement)
kecilnya kemungkinan tenaga kerja berpeluang maju dalam pekerjaannya seperti naik
pangkat”.
Tabel 1. Teori Dua Faktor Herzberg menurut Robbins dan Coulter
Faktor
Motivator Higienis
1. Prestasi 1. Gaji
2. Pengakuan 2. Kondisi kerja
Pekerjaan 3.
3. Itu Kebijaksanaan
Sendiri dan
4. Tanggung jawab administrasi
Pengemba
5. ng perusahaan
4. Hubungan
Potensi Individu antar
pribadi
5. Kualitas
supervisi
Sangat Tidak
Sangat Puas Netral Puas
a. Hygiene Factors
Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya
motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka
panjang. Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini
adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga disebut sebagai dissatisfiers
atau faktor pemeliharaan yang diperlukan untuk menghindari ketidakpuasan. Hygiene
factors (faktor kesehatan) adalah gambaran kebutuhan fisiologis individu yang
diharapkan untuk dipenuhi. Hygiene factors (faktor kesehatan) meliputi gaji, kehidupan
pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,
kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.
b.Motivation Factors
Menurut Herzberg (Robbins, 2001), hygiene factors (faktor kesehatan) tidak dapat
dianggap sebagai motivator. Faktor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif.
Faktor-faktor yang melekat dalam pekerjaan dan memotivasi karyawan untuk sebuah
kinerja yang unggul disebut sebagai faktor pemuas. Karyawan hanya menemukan faktor-
faktor intrinsik yang berharga pada motivation factors (faktor pemuas). Para motivator
melambangkan kebutuhan psikologis yang dirasakan sebagai manfaat tambahan. Faktor
motivasi dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan
yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan. Motivator factor
berhubungan dengan aspek – aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri. Jadi
berhubungan dengan job content atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam
pekerjaan. Faktor – faktor yang termasuk di sini adalah :
(1) Achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas)
Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan memberikan rasa puas bagi
para karyawan, akan tetapi pula tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan
ketidakpuasan karyawan.
Teori dua faktor Herzberg pada penelitian ini menjelaskan bahwa kepuasan pengguna
menjadi salah satu faktor penting untuk dapat mengetahui apakah sistem pengelolaan
keuangan daerah yang diterapkan telah memenuhi kepuasan pengguna yang nantinya
diharapkan dapat berimplikasi pada meningkatnya kinerja pegawai.
2. Faktor Hygiene
Tidak adanya faktor Hygiene akan menyebabkan karyawan bekerja kurang keras.
Ketidakhadiran Faktor Hygiene ini juga akan menyebabkan ketidakpuasan bagi
pekerjanya. Contoh faktor Hygiene diantaranya seperti kebijakan perusahaan,
pengawasan, gaji, kondisi kerja, keselamatan dan kesehatan tempat kerja, hubungan
dengan kolega, tempat kerja fisik serta hubungan antara atasan dan bawahan. Namun
adanya faktor Hygiene tidak banyak berpengaruh terhadap kepuasan kerja bagi
karyawannya. Faktor Hygiene ini pada dasarnya tidak ada pekerjaan itu sendiri, tetapi ada
pada sekitar pekerjaan tersebut. Faktor ini sering diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Faktor Kesehatan atau Faktor Higienis.
Kebijakan perusahaan : Perusahaan harus adil dan jelas bagi setiap karyawan.
Mereka juga harus setara dengan pesaing-pesaingnya.
Pengawasan : Pengawasan harus adil dan sesuai. Karyawan harus diberikan
otonomi dan tentunya dalam ruang lingkup yang sewajarnya.
Hubungan : Hubungan yang sehat, ramah dan pantas harus ada di antara rekan
kerja, atasan dan bawahan.
Kondisi kerja : Peralatan dan lingkungan kerja harus aman, cocok untuk tujuan
dan higienis (sehat dan bersih).
Gaji : Struktur pembayaran harus adil dan masuk akal. Gaji atau upah juga harus
kompetitif dengan organisasi lainnya dalam industri yang sama.
Keamanan : Penting bagi karyawan untuk merasa bahwa pekerjaan mereka aman
dan mereka tidak berada di bawah ancaman PHK.
Kombinasi Motivator-Hygiene di Tempat Kerja
Pada umumnya, terdapat 4 kombinasi yang berbeda pada tempat kerja :
1. Hygiene tinggi dan Motivasi tinggi – Ini adalah situasi yang ideal. Karyawan
sangat termotivasi dan nyaris tidak memiliki keluhan.
2. Hygiene tinggi dan Motivasi rendah – Karyawan memiliki sedikit keluhan, tetapi
mereka tidak benar-benar termotivasi, mereka melihat pekerjaan mereka hanya
sebagai tempat untuk menerima gaji saja.
3. Hygiene rendah dan Motivasi tinggi – Karyawan termotivasi, pekerjaan mereka
menantang, tetapi mereka memiliki keluhan tentang gaji atau kondisi kerja.
4. Hygiene rendah dan Motivasi rendah – Ini adalah situasi terburuk yang mungkin
terjadi, karyawan tidak termotivasi dan memiliki banyak keluhan.
4. DAFTAR PUSAKA
Hasibuan, Malayu SP, Haji. 2014. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara.
Luthan F. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Andi.
Mangkunegara AP. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Mardi. 2014. Sistem Informasi Akuntansi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Robbins SP, Mary C. 2010. Manajemen Edisi Kesepuluh jilid 2. Jakarta : Erlangga
Robbins SP, Timothy AJ. 2015. Perilaku Organisasi Edisi Kesepuluh Jakarta : Salemba
Empat.
Siagian SP. 2012. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Uno HB. 2010 Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Butler-Bowdon, Tom. Self-Help Classics. Diterjemahkan oleh Rachma Christiani
Subekti. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2005.
https://ejournal-binainsani.ac.id/index.php/JAKBI/article/download/423/424
D. Mc. CLelland, The Achieving Society, J. van Nostrand, Princeton, N.J.,1961.
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/30/jtptiain-gdl-s1-2004-naililnim3-1494-
BABII_31-3.pdf
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-dua-faktor-two-factor-theory-
atau-teori-motivasi-hygiene/8928
Penerapan Motivasi Karyawan Menurut Teori Dua Faktor Frederick Herzberg Pada PT
Aristika Kreasi Mandir
17