Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon Stamineus Benth.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar
Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon Stamineus Benth.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar
SKRIPSI
Oleh:
SIGIT PRAYOGA
K 100 04 0004
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2008
EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL
DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth.)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
SKRIPSI
Oleh :
SIGIT PRAYOGA
K 100 04 0004
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2008
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul :
Oleh :
SIGIT PRAYOGA
K 100 04 0004
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt Arifah Sri Wahyuni, S.Si., Apt
Penguji :
1. Nurcahyanti, M.Biomed., Apt. _________________________
2. Ratna Yuliani, M.Biotech.St. _________________________
3. Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt. _________________________
4. Arifah Sri Wahyuni, S.Si., Apt. _________________________
ii
Hidup Haruslah Bermanfaat
Allahu Akbar !
Untuk :
Ibu dan Bapakku, yang telah mendidik, memberi motivasi, serta memberi kebebasan
Adik dan orang-orang yang aku cintai, yang membuat hidup ini terasa indah
Almamaterku, UMS
Bangsaku, Indonesia
iii
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan
Peneliti
(Sigit Prayoga)
iv
KATA PENGANGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan penelitian skripsi ini
dengan judul “Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar” yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ini terdiri dari 4 bab yaitu : Pendahuluan,
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu persatu, untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan
1. Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt.,selaku dosen pembimbing utama atas segala
bantuan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis sejak persiapan
3. Ibu Arifah Sri Wahyuni, S.Si, Apt., selaku dosen pembimbing pendamping atas
segala bantuan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis sejak
4. Ibu Nurcahyanti, M.Biomed., Apt., selaku dosen penguji I skripsi yang telah memberi
v
5. Ibu Ratna Yuliani, M.Biotech.St., selaku dosen penguji II skripsi telah memberi saran
dan masukannya.
6. Teman-temanku satu kelompok, Yusuf, Nurul, dan Wenny atas kerjasamanya dalam
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
baik langsung maupun tidah lansung selama penelitian hingga penyelesaia skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca guna
perbaikan penulis dikemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEKLARASI............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi
INTISARI....................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 3
D. Tinjauan Pustaka................................................................................ 3
2. Ekstrak.......................................................................................... 6
3. Inflamasi....................................................................................... 7
5. Diklofenak.................................................................................... 11
vii
E. LANDASAN TEORI......................................................................... 12
F. HIPOTESIS........................................................................................ 13
1. Jenis Penelitian............................................................................. 14
2. Variabel Penelitian....................................................................... 14
C. Jalannya Penelitian............................................................................. 15
6. Uji Pendahuluan........................................................................... 17
D. Analisis Data...................................................................................... 19
C. Uji Pendahuluan................................................................................. 22
A. Kesimpulan......................................................................................... 32
viii
B. Saran................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 33
LAMPIRAN................................................................................................. 36
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 9. Data hasil uji statistik LSD AUC kontrol negatif akuades,
kontrol positif Na Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol
Daun Kumis Kucing Dengan Dosis 123mg/kgBB,
245mg/kgBB, Dan 490mg/kgBB 1jam Sebelum Diinduksi
Karagenin 1% ………………………………………………... 30
xi
Tabel 11. Volume Udem dan AUC Uji Daya Antiinflamasi…………… 46
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 12. Uji Statistik Data AUC Orientasi Dosis Ekstrak Etanol
Daun Kumis Kucing………………………………………. 52
Lampiran 14. Uji Statistik Data AUC Uji Utama Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Daum Kumis Kucing ……………………………... 57
Lampiran 15. Uji Statistik Data % DAI Uji Efek Antiinflamsi Ekstrak
Etanol Daun Kumis Kucing ……………………………… 60
xiii
INTISARI
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung
meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature. Obat tradisional dan
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan
masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat
diuretik, pengobatan hipertensi, gout dan rematik (Barnes et al., 1996). Pada
infusa herba kumis kucing mempunyai daya antiinflamasi pada tikus putih jantan
galur Wistar.
1
2
Flavonoid yang terdapat dalam simplisia daun kumis kucing bisa disari
menggunakan air maupun etanol 70% (Harbone, 1987). Penyarian yang dilakukan
dengan mengunakan pelarut air akan diperoleh zat yang bersifat cenderung polar.
menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat pada
merupakan pilihan utama untuk semua jenis flavonoid (Soemardi, 2004). Pelarut
etanol bisa digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai
kerja enzym dan memperbaiki stabilitas bahan obat telarut. Etanol 70% sangat
efektif menghasilkan bahan aktif yang optimal, bahan balas yang ikut tersari
dalam cairan penyari hanya sedikit, sehingga zat aktif yang tersari akan lebih
agar terjadi udem. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai induktor udem
sulfat dengan molekul besar yang bisa menyebabkan inflamasi jika diinjeksikan
(Corsini et al., 2005, Domer, 1971). Untuk mendapatkan data ilmiah mengenai
3
efek antiinflamasi daun kumis kucing, perlu dilakukan dengan penelitian efek
antiinflamasi ekstrak daun kumis kucing ini pada tikus putih jantan galur Wistar.
B. Perumusan Masalah
apakah ekstrak etanol daun kumis kucing mempunyai daya antiinflamasi pada
C. Tujuan Penelitian
daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) pada tikus putih jantan galur
D. Tinjauan Pustaka
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Famili : Labiatae
Genus : Orthosiphon
4
Nama daerah tanaman kumis kucing di daerah antara lain, kumis kucing (Sunda),
naik perlahan lahan, pada pangkal sering bercabang, berakar kuat, tinggi 0,4-1,5m
batang berambut, pendek bertangkai daun berbentuk baji diatas pangkal yang
bertepi rata, bergerigi kasar dapat berbunga 6 dan terkumpul menjadi tandan
ujung. Daun pelindung kecil. Tangkai bunga pendek, Kelopak berambut pendek
panjang 5,5-7,5mm, taju atau hampir sampai pangkal tabung berakhir dengan 2
rusuk, bulat telur terbalik dan lebih lebar dari taju lainya, taju samping dengan
ujung runcing ungu, kedua mahkota berbibir 2, bawah lurus menjulang kedepan,
kepala sari berwarna ungu. Bakal buah gundul, kelopak buah kurang lebih
panjangnya 1cm, buahnya keras memanjang, berkerut halus (Van Steenis, 1947).
Tanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak telalu
kering; 1-700m (Van Steenis, 1947) di Jawa dan pulau pulau lainya dari
5
nusantara, tumbuh menjulang sepanjang anak air dan selokan, karena daunya
Bagian tanaman yang biasa digunakan adalah herba baik segar maupun yang telah
dikeringkan. Teh yang dibuat dari daun yang dikeringkan mempunyai reputasi
yang baik sebagai obat-obatan terhadap penyakit ginjal (Van Steenis, 1947).
dan diabetes, tanaman ini juga sudah digunakan masyarakat untuk pengobatan
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain minyak
pada daun kumis kucing ini antara 0,2-0,3%, kadar flavonoid glikosida juga
sekitar itu. Kandungan lain pada tanaman ini antara lain asam kafeat dan
daun kumis kucing secara in-vitro untuk melarutkan kalsium batu ginjal pada
konsentrasi 5%; 7,5% dan 10% (Cahyono, 1990). Uji toksisitas terhadap
gabungan fraksi 4-5 fraksi kloroform larut metanol merupakan fraksi yang paling
toksik terhadap Arthemisia salina. Senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut
adalah senyawa fenol, flavonoid, dan terpenoid (Utami, 2005). Isolasi dari
gabungan fraksi 7 dan 8 ekstrak kloroform larut metanol daun kumis kucing
diperoleh 1 isolat yang aktif pada uji sitotoksisitas pada sel HeLa dan sel Raji.
Senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut adalah senyawa fenol, flavonoid, dan
daya antiinflamasi infusa herba kumis kucing dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%
2. Ekstrak
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati simplisia hewani dan
simplisia pelikan atau mineral (Anonim, 1985). Ekstrak adalah sediaan kering
kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah dibuat serbuk
(Anonim, 1979).
7
air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol air dilakukan dengan cara
maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi
(Anonim, 1979).
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas,
dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
3. Inflamasi
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat mikrobiologi.
menghilangkan zat iritan, dan mengatur perbaikan jaringan (Mycek dkk, 2001).
Tubuh mendapat manfaat dari inflamasi ini yaitu dengan memperbarui jaringan,
aliran darah dan pembangunan jaringan baru (Aslid and Schuld, 2001).
Inflamasi biasanya terbagi dalam 3 fase yaitu: inflamasi akut, respon imun dan
inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan
8
hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid yang terlibat antara lain
merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon
terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat respon imun bagi tuan rumah
merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cedera
yang tidak menonjol dalam respon akut. Salah satu kondisi yang paling penting
yang melibatkan mediator ini adalah artritis rheumatoid, dimana inflamasi kronis
menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang dan tulang rawan yang bisa
Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsang kimiawi, fisik,
yang terdapat di situ menjadi asam arachidonat, kemudian untuk sebagian diubah
zat zat prostaglandin. Bagian lain dari asam arachidonat diubah oleh enzym
terdiri dari 2 isoenzym yakni COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat di kebanyakan
jaringan, antara lain di pelat-pelat darah, ginjal, dan saluran cerna. Zat ini
produksi asam. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan, tetapi
dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan kadarnya dalam sel
meningkat sampai 80 kali (Tjay dan Raharja, 2002). Lima ciri khas inflamasi,
berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh
kimia.
jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah
4. Obat Antiinflamasi
nyeri, yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluahn utama
10
yang terus menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi
mengurangi peradangan, aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagi cara, yaitu
kortikosteroid fosfolipase
Asam arachidonat
O-2
endoperoksida Asam hidroperoksida
radikal bebas
COX-1 COX-2
Leukotrien
Cara kerja Obat antiinflamasi non steroid (AINS) dengan cara menghambat
(AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda
Walaupun demikian obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping (Wilmana, 1995). Obat antiinflamasi ini efektif untuk
pembedahan atau memar yang diakibatkan olahraga (Tjay dan Raharja, 2002).
Ada tujuh kelompok AINS yaitu derivat salisilat, derivat asam para klorobenzoat
atau indol, derivat pirazolon, derivat asam propionat, derivat fenamat, derifat
6. Diklofenak
relatif nonselektif dan kuat serta mengurangi aktifitas asam arakidonat obat ini
mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Obat ini dilaporkan dapat mengurangi sistesis
jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut (Wilmana, 1995). Natrium
12
E. LANDASAN TEORI
dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati gout dan rematik (Barnes et al., 1996).
Pada penyakit gout dan rematik terjadi inflamasi, karena inflamasi merupakan
kucing mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar.
Berbagai zat kimia ada pada tanaman kumis kucing ini, salah satu zat yang
terdapat dalam tanaman ini adalah flavonoid, baik flavonoid hidrofilik maupun
flavonoid lipofilik. Flavonoid yang terdapat pada tanaman kumis kucing antara
glikosida yang bersifat hidrofilik juga sekitar itu. Flavonoid diketahui mempunyai
antiinflamasi ini bisa terjadi karena cincin bensopiron yang ada pada sruktur
itu jika flavonoid mempunyai gugus hidroksil pada C5 dan C7 maka gugus ini juga
flavonoid lipofilik yang bersifat non polar, dan flavonoid glikosida yang bersifat
polar pada tanaman kumis kucing ini. Etanol bisa menyari zat tersebut karena
etanol merupakan pelarut universal yang bisa menarik zat dari yang mepunyai
kepolaran relatif rendah sampai relatif tinggi. Ekstrak etanol daun kumis kucing
pada ekstrak etanol daun kumis kucing sama dengan yang tersari dalam infusa
herba kumis kucing, dan telah diketahui penelitian infusa herba kumis kucing
H. HIPOTESIS
mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur wistar
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hewan uji diberi perlakuan dengan
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah volume udem kaki tikus.
c. Variabel kendali
1) Pemilihan tikus : galur, kondisi, jenis kelamin, umur, berat badan tikus
yang digunakan.
yang digunakan.
14
15
1. Alat
2. Bahan
diperoleh dari Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan
bulan Agustus 2007. Bagian yang digunakan adalah pucuk serta kumpulan
dilakukan dalam oven dengan suhu tidak lebih dari 400C. Serbuk simplisia
2). Reagensia : karagenin tipe lambda (λ) (Sigma Chemical Co), larutan NaCl
Putramas).
3). Hewan uji : hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan sehat, galur
C. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman
dari tanaman yang kumis kucing yang akan digunakan sebagai bahan uji dalam
16
Surakarta.
Daun tanaman kumis kucing yang sudah dikeringkan, dihaluskan dan diayak
125g (10 bagian) simplisia daun kumis kucing dengan cara maserasi
selama 5 hari dengan pengadukan dua kali sehari. Maserat yang diperoleh dari
penyaringan dikumpulkan. Ampas yang tersisa dimaserasi lagi 2 hari, disaring dan
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu tak lebih dari 500C, hingga
Pada uji utama larutan Na Diklofenak dibuat dalam konsentrasi 18mg%. Dosis
5. Pembuatan radang
6. Uji Pendahuluan
mata kaki dan diukur volumenya pada pletismometer sebagai volume kaki
serta kontrol negatif diberikan aquadest secara per oral. Volume pemberian
larutan secara subplantar dengan 0,1ml larutan karagenin 1%. Volume kaki
tikus diukur pada pletismometer sesaat setelah injeksi sebagai volume waktu
kelompok masing- masing kelompok 3 ekor tikus. Kaki tikus ditandai sebatas
mata kaki dan diukur volumenya pada pestimometer sebagi volume kaki awal.
sebelum induksi larutan karagenin 1%. Volume kaki tikus diukur pada
plestimometer sesaat setelah injeksi sebagai volume waktu ke-0 dan tiap
orientasi ini ditetapkan 3 dosis yaitu ekstrak etanol daun kumis 123mg/kgBB,
18
diberikan 1jam; 0,5jam; dan sesaat sebelum diinduksi larutan karagenin 1%.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar sebanyak
25 ekor, semua hewan uji dipelihara dalam kondisi yang sama. Hewan uji dibagi
dalam raksa yang ada dalam pletismometer. Perlakuan dengan sediaan uji yang
Perlakuan ini dilakuan 1jam sebelum induksi karagenin 1%. Induksi dilakukan
pada kaki tikus secara subplantar. Setelah semua tikus diinduksi, kemudian diukur
D. Analisis Data
Data yang diperoleh berupa volume kaki tikus, kemudian digunakan untuk
menghitung volume udem. Volume udem merupakan selisih kaki tikus sebelum
Vu =Vt-Vo (1)
Keterangan :
selanjutnya digunakan untuk menghitung AUC (Area Under the Curve), kurva
antara rata-rata volume udem terhadap waktu. Rumus yang digunakan untuk
Keterangan :
berdasarkan harga AUC kontrol negatif dan harga AUC perlakuan pada tiap
AUCk - AUCp
% DAI = X 100% (3)
AUCk
Keterangan :
AUCk = AUC rata-rata kurva volume udem terhadap waktu untuk kontrol negatif
AUCp = AUC rata-rata kurva volume udem terhadap waktu untuk kelompok
Data AUC (Area Under the Curve) antara volume udema terhadap waktu
normal dan homogen dilanjutkan dengan analisis varian satu jalan (Oneway
Anova) dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji LSD (Least Significant
Tanaman kumis kucing yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih
bahwa herba yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tanaman yang
dimaksud.
dalam buku Flora (Van Steenis, 1947). Hasil determinasi tanaman kumis kucing
1b, 2b, 3b, 4b, 6b,7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16a, 239b, 243b, 244b, 248b,
Daun kumis kucing dengan bobot 1,3429kg dikeringkan di dalam oven dengan
suhu tidak lebih dari 400C. Pada pengeringan ini simplisia, diperoleh daun kumis
kucing kering 228,85g. Simplisia yang diperoleh ini ada yang terkontaminasi
21
22
jamur, hal ini terjadi karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk
lembab dan suhu kurang dari 400C adalah suhu optimum untuk pertumbuhan
jamur. Pengeringan mengunakan oven tidak ada aliran udara sehingga keadaan
pada ruangan pengering lembab, keadaan ini sangat cocok untuk pertumbuhan
jamur. Pengeringan yang baik adalah dengan suhu yang rendah dan penguapanya
pengeringan daun dan herba adalah dengan suhu pengeringan antara 200C sampai
dengan 400C. Pengeringan yang mungkin cocok untuk simplisia daun kumis
kucing ini adalah dengan diangin-anginkan saja pada suhu ruangan. Setelah
sortasi kering dan pengayakan, simplisia yang diperoleh mempunyai bobot 125g.
Ekstrak yang diperoleh adalah 12,270g atau mempunyai rendemen 9,816% b/b.
C. Uji Pendahuluan
daun kumis kucing, dan penentuan waktu pemberian ekstrak daun kumis kucing.
Tabel 2. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan %
Daya Antiinflamasi Orientasi Dosis Na Diklofenak
Dilihat dari Tabel 1 dan Tabel 2 diketahui bahwa Na diklofenak pada dosis
2,25mg/kgBB. Hal ini dapat dilihat dari data AUC kurva hubungan rata-rata
volume udem terhadap waktu dan persen daya antiinflamasi pada Tabel 2 di atas.
Semakin kecil AUC menunjukkan efek antiinflamasi yang semakin baik. Hasil
statistik. Pada T-Test diperoleh p>0,05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan
untuk uji selanjutnya dipilih dosis yang lebih kecil, yaitu dosis Na diklofenak
Waktu pemberian yang diorientasi adalah waktu 1jam, 0,5jam dan sesaat sebelum
0.40
0.35 Kontrol negatif akuades
Volume udem (ml)
0.30
0.25 1 jam sebelum induksi karagenin
1%
0.20
0,5 jam sebelum karagenin 1%
0.15
0.10
Sesaat sebelum karagenin
0.05
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Waktu (jam)
Tabel 3. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan %Daya
Antiinflamasi Orientasi Waktu Pemberian Na Diklofenak
AUC kurva hubungan rata-rata volume udem terhadap waktu diuji dengan
statistik. Pada uji anava diperoleh nilai p>0,05. Dengan p>0,05 kita dapat
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antar perlakuan (1jam, 0,5jam dan
yang paling baik dibanding 0,5; dan 1 jam sebelum induksi karagenin 1%.
Uji Pendahuluan ketiga adalah orientasi dosis pemberian ekstrak etanol daun
kumis kucing dengan dosis 245mg/kgBB dan 123mg/kgBB. Hasil orientasi dosis
ini akan digunakan untuk menentukan tiga dosis yang akan digunakan pada uji
utama.
Tabel 4. Rata-Rata Volume Udem Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Kumis
Kucing Dengan Dosis 245mg/kg BB dan 123mg/kgBB
0,08 0,10 0,14 0,20 0,24 0,30 0,35 0,34 0,34 0,34 0,24 0,22 0,21 0,19
Kontrol negatif
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
akuades
0,01 0,01 0,02 0,03 0,04 0,04 0,03 0,04 0,03 0,04 0,01 0,01 0,02 0,02
0,07 0,10 0,16 0,19 0,17 0,16 0,16 0,14 0,12 0,11 0,10 0,10 0,07 0,04
Ekstrak daun
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
kumis kucing dosis
0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,03 0,03 0,02
245mg/kgBB
0,08 0,10 0,12 0,12 0,10 0,10 0,10 0,11 0,13 0,13 0,14 0,14 0,13 0,14
Ekstrak daun
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
kumis kucing dosis
0,01 0,02 0,04 0,03 0,04 0,03 0,04 0,03 0,03 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03
123mg/kgBB
0,07 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,07 0,06 0,03 0,02 0,02 0,01 0,00 0,00
Na diklofenak dosis
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
2,25mg/kgBB
0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00
26
Volume udem yang diperoleh digunakan untuk menghitung Area Under the
Curve (AUC) dan % Daya Antiinflamasi (% DAI). Hasil perhitungan ini dapat
Tabel 5. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan % Daya
Antiinflamasi Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing
Pada uji anava signifikansi p= 0,000 yang berarti paling tidak terdapat
perbedaan bermakna antara dua kelompok. Dari Post Hoc test diketahui ekstrak
etanol daun kumis kucing dengan dosis 245mg/kgBB dan ektrak etanol daun
kumis kucing dengan dosis 123mg/kgBB mempunyai p>0,05 yang berarti tidak
ada perbedaaan bermakna antara ekstrak etanol daun kumis kucing dengan dosis
245mg/kgBB dan ektrak etanol daun kumis kucing dengan dosis 123mg/kgBB,
tetapi dari Tabel 5 diketahui ektrak etanol daun kumis kucing dengan dosis
ekstrak etanol daun kumis kucing dengan dosis 123mg/kgBB, yaitu sebesar
daun kumis kucing. Orientasi dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol daun
kumis kucing dengan dosis 245mg/kgBB. Pemberian ekstrak etanol daun kumis
kucing dengan dosis 245mg/kgBB ini dilakukan pada 1jam; 0,5jam dan sesaat
sebelum induksi karagenin 1%. Hasil orientasi waktu pemberian ekstrak etanol
daun kumis kucing ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
0.40
0.35 Kontrol negatif akuades
Volume udem (ml)
0.30
0.25 0,5 jam sebelum induksi
karagenin 1%
0.20
1 jam sebelum induksi
0.15
karagenin 1%
0.10
Sesaat sebelum induksi
0.05 karagenin 1%
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Waktu (jam)
Tabel 6. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan %
Daya Antiinflamasi Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun
Kumis Kucing Dengan Dosis 245mg/kg BB
Data yang diperoleh dilakukan uji anava, karena diperoleh karena p>0,05
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antar perlakuan (1jam, 0,5jam dan sesaat
sebelum induksi karagenin 1. Pada penelitian ini dipilih waktu untuk pemberian
ekstrak daun kumis kucing 1jam sebelum induksi karagenin 1% karena daya
antiinflamasi paling baik pada pemberian ekstrak daun kumis kucing 1jam
jantan galur Wistar yang diinjeksi secara per oral ekstrak etanol daun kumis
kucing 1jam sebelum injeksi karagenin 1%. Dosis ekstrak yang digunakan adalah
0.25
Volume udem (ml)
Na Dklofenak Dosis
0.20 2,25mg/kgBB tikus
Gambar 5. Grafik Rata-Rata Volume Udem Uji Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Daun Kumis Kucing
Tabel 8. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan %
Daya Antiinflamasi Uji Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis
Kucing
Hasil Uji daya antiinflamasi dapat dilihat pada Tabel 8, dari hasil ini diketahui
lebih baik dibandingkan dosis 245mg/kgBB tikus dan 123mg/kgBB. Dilihat dari
data AUC kontrol negatif mempunyai AUC paling besar karena tidak ada
daya hambat terhadap inflamasi semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8
dalam kolom % Daya Antiinflamasi. Pada uji statistik dilakukan uji normalitas
sedangkan uji homogenitas diketahui data tidak homogen karena p<0,05. Untuk
dan didapatkan data homogen dengan p>0,05. Uji dilanjutkan Anova satu jalan.
Hasil uji diperoleh p= 0,000 menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan AUC
secara bermakna pada 2 kelompok. Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Hasil Uji Statistik LSD AUC Kontrol Negatif Akuades, Kontrol
Positif Na Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Kumis
Kucing Dengan Dosis 123mg/kgBB, 245mg/kgBB, Dan 490mg/kgBB
1jam Sebelum Diinduksi Karagenin 1%
Keterangan :
p< 0,05 = berbeda signifikan
p> 0,05 = berbeda tidak siknifikan
secara signifikan dengan kontrol positif, ekstrak etanol daun kumis kucing dengan
ekstrak etanol daun kumis kucing dengan dosis 123mg/kgBB. Ekstrak etanol daun
kumis kucing yang diuji mempunyai daya antiinflamasi pada tikus putih jantan
31
galur Wistar dengan dosis 123, 245, dan 490mg/kgBB berturut turut 33,11%;
cukup baik karena dapat menghambat inflamasi lebih dari 50%. Dengan hasil ini
sebelumnya infusa daun kumis kucing pada konsentrasi 10% yang setara dengan
antiinflamasi 45,64%, dan infusa daun kumis kucing 20% yang setara dengan
antiinflamasi 50,71%. Daya antiinflamasi pada ekstak etanol ini hampir sama
dibandingkan dengan pemberian infusa yang mungkin disebabkan karena zat yang
terlarut dalam etanol 70% ini hampir sama dengan yang tersari pada penyarian
A. Kesimpulan
Ekstrak etanol daun kumis kucing yang diuji mempunyai daya antiinflamasi
pada tikus putih jantan galur Wistar lebih rendah dibandingkan kontrol positif,
yaitu pada dosis 123, 245, dan 490mg/kgBB berturut turut 33,11%; 52,64% dan
64,12%.
B. Saran
dalam bentuk ekstrak dengan pelarut yang berbeda, untuk mengetahui zat aktif
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Aaslid, E., and Schuld, K. A. P. T, 2001, Healing Muscle Paint: Tool, techniques
and tips to bring your muscle back to health, John Wiley & Son Inc,
Canada.
Barnes, J., Anderson L. A., and Philipson J. D., 1996, Herbal Medicine, 2nd
edition, 126, 313, Pharmacetical Press,London.
Cahyono, A. T., 1990, Pengaruh Infusa Daun Tempuyung Dan Infusa Daun
Kumis Kucing Terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Secara In-Vitro,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Corsini, E., Paola R. D.,Viviani, B., Genovese, T., Mazzon, E., Lucchi, L., Galli,
C.L., and Cuzzorcrea S., 2005, Increased Carragenan-Induced Acute Lung
Inflamation in Old Rats, Immunology, 115(2):253-261.
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlender.fcw?artid=1782140 diakses
tanggal 5 Januari 2008 ).
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, jilid III, diterjemahkan oleh
Badan Litbang Kehutanan Jakarta, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
34
Katzung B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku 2, Salemba
Merdeka, Jakarta.
Takahashi, M., Umehara, N., Suzuki, S., Tezuka, M., 2001, Analgesic Action of a
Sustained Release Preparation of Diclofenac Sodium in a Canine Urate-
Induced Gonarthritis, Journal of Health Science, 464–467, (online),
(http://jhs.pharm.or.jp/47(5)/47(5)p464.pdf, diakses tanggal 14 April
2007).
Tjay, T. H., dan Raharja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, Gramedia,
Jakarta.
Thoyibah, I., 2006, Isolasi Dan Uji Toksisitas Seyawa Dari Gabungan Fraksi 7
Dan 8 Ekstrak Kloroform Larut Metanol Daun Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus (Bl.)Mig.) Terhadap Sel HeLa dan Sel Raji,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Utami, S. D., 2005, Fraksinasi Dan Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform Daun Kumis
Kucing (Orthosiphon aristatus (Bl.)Mig.) Terhadap Larva Arthemia salina
Leach, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lanjutan Lampiran 2
39
1. Pembuatan Ekstrak
Pembuatan
(dosis 6,75mg/kgBB)
43
Lanjutan Lampiran 6
(dosis 2,25mg/kgBB)
Pembuatan
Sehingga
dosis 6,75mg/kgBB.
dosis 2,25mg/kgBB.
44
Lanjutan Lampiran 6
II. Diambil 25ml (larutan I), ditambah akuades ad 50ml (dosis 245mg/kgBB)
Volume
BB tikus
Kelompok Tikus Pemberian
(gram)
(ml)
1 198,0 2,47
Kontrol Negatif 2 190,5 2,38
Akuades 3 175,0 2,18
4 168,0 2,10
5 196,5 2,46
X ± SEM 185,6 ± 5,99 2,32 ± 0,08
1 160,5 2,00
Na Diklofenak 2 173,5 2,17
Dosis 2,25mg/kgBB 3 160,5 2,00
4 160,5 2,00
5 182,5 2,28
X ± SEM 167,5 ± 4,51 2,09 ± 0,06
1 187,0 2,34
Ekstrak Etanol Daun 2 153,3 1,92
Kumis Kucing 3 153,0 1,91
490mg/kgBB 4 168,5 2,11
5 200,0 2,50
X ± SEM 172,36 ± 9,30 2,16 ± 0,11
1 156,0 1,95
Ekstrak Etanol Daun 2 171,0 2,14
Kumis Kucing 3 162,0 2,03
245mg/kgBB 4 200,0 2,50
5 174,5 2,18
X ± SEM 161,3 ± 3,37 2,02 ± 0,10
1 192,5 2,41
Ekstrak Etanol Daun 2 198,5 2,48
Kumis Kucing 3 187,5 2,34
123mg/kgBB 4 168,5 2,11
5 183,0 2,28
X ± SEM 185,6 ± 5,99 2,22 ± 0,09
46
PERLAKUAN
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5
Tikus I Vu 0,10 0,11 0,10 0,07 0,12 0,15 0,15 0,15 0,12 0,12 0,15 0,16 0,20 0,09
I
(198,0g) AUC 0,05 0,04 0,05 0,07 0,08 0,08 0,07 0,06 0,07 0,08 0,09 0,07 0,02 0,817
Tikus II Vu 0,06 0,05 0,07 0,16 0,23 0,31 0,36 0,35 0,33 0,40 0,33 0,34 0,36 0,33
(190,5g) AUC 0,03 0,06 0,10 0,14 0,17 0,18 0,17 0,18 0,18 0,17 0,18 0,17 0,08 1,808
Tikus III Vu 0,09 0,06 0,09 0,16 0,19 0,26 0,28 0,24 0,23 0,22 0,19 0,20 0,20 0,19
(175,0g) AUC 0,04 0,06 0,09 0,11 0,13 0,13 0,12 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,05 1,237
Tikus IV Vu 0,09 0,10 0,10 0,14 0,19 0,21 0,22 0,21 0,20 0,14 0,13 0,13 0,12 0,09
(168,0g) AUC 0,05 0,05 0,06 0,08 0,10 0,11 0,11 0,10 0,09 0,07 0,06 0,06 0,05 0,996
Tikus v Vu 0,07 0,12 0,13 0,15 0,23 0,30 0,34 0,37 0,36 0,39 0,23 0,23 0,19 0,19
(196,5g) AUC 0,05 0,06 0,07 0,09 0,13 0,16 0,18 0,18 0,19 0,15 0,11 0,11 0,10 1,582
1,288
SEM 0,183
II Tikus I Vu 0,07 0,07 0,03 0,07 0,02 0,07 0,07 0,08 0,07 0,04 0,04 0,03 0,02 0,01
(160,5g) AUC 0,04 0,03 0,02 0,02 0,02 0,04 0,04 0,04 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 0,322
Tikus II Vu 0,08 0,07 0,03 0,06 0,05 0,08 0,07 0,06 0,06 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01
(173,5g) AUC 0,04 0,03 0,02 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,303
Tikus III Vu 0,08 0,08 0,03 0,06 0,06 0,08 0,09 0,08 0,07 0,05 0,04 0,02 0,02 0,02
(160,5g) AUC 0,04 0,03 0,02 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 0,369
Tikus IV Vu 0,08 0,05 0,04 0,05 0,04 0,07 0,09 0,06 0,04 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00
(160,5g) AUC 0,03 0,02 0,02 0,02 0,03 0,04 0,04 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,249
Tikus v Vu 0,08 0,06 0,05 0,03 0,04 0,08 0,06 0,09 0,07 0,04 0,01 0,01 0,01 0,01
(182,5g) AUC 0,04 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,04 0,04 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 0,306
0,310
SEM 0,019
III Tikus I Vu 0,10 0,09 0,08 0,11 0,17 0,15 0,15 0,14 0,12 0,09 0,09 0,08 0,07 0,04
(187,0g) AUC 0,05 0,04 0,05 0,07 0,08 0,08 0,07 0,07 0,05 0,05 0,04 0,04 0,03 0,701
Tikus II Vu 0,07 0,07 0,08 0,11 0,13 0,14 0,12 0,09 0,07 0,07 0,06 0,04 0,01 0,01
(153,3g) AUC 0,04 0,04 0,05 0,06 0,07 0,06 0,05 0,04 0,04 0,03 0,02 0,01 0,01 0,513
Tikus III Vu 0,08 0,07 0,09 0,11 0,14 0,12 0,07 0,06 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,00
(153,0g) AUC 0,04 0,04 0,05 0,06 0,06 0,05 0,03 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,414
Tikus IV Vu 0,07 0,07 0,08 0,12 0,12 0,12 0,07 0,06 0,05 0,05 0,04 0,03 0,03 0,03
(168,5g) AUC 0,04 0,04 0,05 0,06 0,06 0,05 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,443
Tikus V Vu 0,05 0,06 0,05 0,05 0,06 0,04 0,04 0,05 0,03 0,01 0,03 0,01 0,03 0,02
(200,0g) AUC 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,240
0,462
SEM 0,075
47
Lanjutan lampiran 8
Keterangan
Perlakuan I : Kontrol Negatif Akuades
Perlakuan II : Kontrol Positif Na Diklofenak 2,25mg/kgBB
Perlakuan III : Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing 490mg/kgBB
Perlakuan IV : Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing 245mg/kgBB
Perlakuan V : Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing 123mg/kgBB
48
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AUC
N 6
Mean .28542
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .099252
Most Extreme Absolute .185
Differences Positive .140
Negative -.185
Kolmogorov-Smirnov Z .453
Asymp. Sig. (2-tailed) .986
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
T-Test
Group Statistics
Std. Error
PERLAKUAN N Mean Std. Deviation Mean
AUC Na Diklofenak 2,25
mg/kg BB tikus 3 .32167 .052698 .030425
Na Diklofenak 6,75
mg/kg BB tikus 3 .24917 .133822 .077262
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig.
(2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
AUC Equal
-
variances 2.007 .230 .873 4 .432 .072500 .083037 .303048
.158048
assumed
Equal
variances -
.873 2.606 .456 .072500 .083037 .360887
not .215887
assumed
50
Lampiran 11. Uji Statistik Data AUC Orientasi Waktu Pemberian Na Diklofenak
Na Diklofenak 2,25mg/kgBB
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AUC
N 12
Mean 1.04525
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .427041
Most Extreme Absolute .160
Differences Positive .160
Negative -.119
Kolmogorov-Smirnov Z .555
Asymp. Sig. (2-tailed) .918
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Oneway
Descriptives
AUC
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Kontrol negatif
3 1.58467 .202505 .116916 1.08162 2.08772 1.383 1.788
aquadest
1 Jam
Sebelum
3 1.01067 .370022 .213632 .09148 1.92985 .643 1.383
Induksi
Karagenin
0.5 Jam
Sebelum
3 .82300 .312947 .180680 .04560 1.60040 .483 1.099
Induksi
Karagenin
Sesaat
Sebelum
3 .76267 .308254 .177970 -.00308 1.52841 .567 1.118
induksi
Karagenin
Total 12 1.04525 .427041 .123276 .77392 1.31658 .483 1.788
51
Lanjutan Lampiran 11
AUC
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.094 3 8 .961
ANOVA
AUC
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.109 3 .370 3.832 .057
Within Groups .772 8 .097
Total 1.882 11
Lampiran 12. Uji Statistik Data AUC Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun
Kumis Kucing
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AUC
N 12
Mean .962431
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .5111896
Most Extreme Absolute .128
Differences Positive .122
Negative -.128
Kolmogorov-Smirnov Z .442
Asymp. Sig. (2-tailed) .990
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Oneway
Descriptives
AUC
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
kontrol
negatif 3 1.584167 .2025051 .1169164 1.081116 2.087217 1.3825 1.7875
aquadest
Ekstrak
Daun
Kumis
3 1.128333 .2828115 .1632813 .425791 1.830876 .8270 1.3880
Kucing
123 mg/kg
BB Tikus
Ekstrak
Daun
Kumis
3 .815667 .2107328 .1216667 .292177 1.339156 .6540 1.0540
Kucing
245 mg/kg
BB Tikus
Kontrol
Positif Na
Diklofenak 3 .321667 .0526980 .0304252 .190757 .452576 .2900 .3825
2,25mg/Kg
BB Tikus
Total 12 .962458 .5112324 .1475801 .637637 1.287280 .2900 1.7875
53
Lanjutan Lampiran12
AUC
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.392 3 8 .314
ANOVA
AUC
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.539 3 .846 20.126 .000
Within Groups .336 8 .042
Total 2.875 11
54
Lanjutan Lampiran12
Ekstrak Daun
Kumis Kucing 123 -.3126667 .1674197 .099 -.698737 .073404
mg/kg BB Tikus
Kontrol Positif Na
Diklofenak
.4940000(*) .1674197 .018 .107930 .880070
2,25mg/Kg BB
Tikus
Kontrol Positif Na kontrol negatif
Diklofenak aquadest -
-1.2625000(*) .1674197 .000 -.876430
2,25mg/Kg BB 1.648570
Tikus
Ekstrak Daun
-
Kumis Kucing 123 -.8066667(*) .1674197 .001 -.420596
1.192737
mg/kg BB Tikus
Ekstrak Daun
Kumis Kucing 245 -.4940000(*) .1674197 .018 -.880070 -.107930
mg/kg BB Tikus
* The mean difference is significant at the .05 level.
55
Lampiran 13. Uji Statistik Data AUC Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Daun
Kumis Kucing
NPar Tests
AUC
N 12
Mean .96235
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .444408
Most Extreme Absolute .226
Differences Positive .226
Negative -.154
Kolmogorov-Smirnov Z .784
Asymp. Sig. (2-tailed) .571
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Oneway
Descriptives
AUC
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Kontrol
negatif 3 1.58467 .202505 .116916 1.08162 2.08772 1.383 1.788
aquadest
1 Jam
Sebelum
3 .53222 .027390 .015814 .46418 .60026 .509 .563
Induksi
Karagenin
0.5 Jam
Sebelum
3 .77444 .168062 .097030 .35696 1.19193 .661 .968
Induksi
Karagenin
Sesaat
Sebelum
3 .95806 .323751 .186918 .15381 1.76230 .603 1.236
induksi
Karagenin
Total 12 .96235 .444408 .128289 .67998 1.24471 .509 1.788
AUC
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.511 3 8 .132
56
Lanjutan Lampiran 13
ANOVA
AUC
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.823 3 .608 13.903 .002
Within Groups .350 8 .044
Total 2.172 11
Lampiran 14. Uji Statistik Data AUC Uji Utama Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Daun Kumis Kucing
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AUC
N 25
Mean .70632
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .422979
Most Extreme Absolute .163
Differences Positive .163
Negative -.135
Kolmogorov-Smirnov Z .815
Asymp. Sig. (2-tailed) .520
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Oneway
Descriptives
AUC
Std. Std. 95% Confidence
N Mean Deviation Error Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Upper
Bound Bound
Kontrol negatif
( akuades) 5 1.28800 .408210 .182557 .78114 1.79486 .817 1.808
Na Diklofenak
2.25 mg/kg BB 5 .30980 .043043 .019249 .25636 .36324 .249 .369
Tikus
Ekstrak Kumis
Kucing 490 5 .46220 .167086 .074723 .25474 .66966 .240 .701
mg/kg BB Tikus
Ekstrak Kumis
Kucing 245 5 .61000 .161213 .072096 .40983 .81017 .430 .767
mg/kg BB Tikus
Ekstrak Kumis
Kucing 123 5 .86160 .339658 .151900 .43986 1.28334 .487 1.256
mg/kg BB Tikus
Total 25 .70632 .422979 .084596 .53172 .88092 .240 1.808
AUC
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
6.398 4 20 .002
58
Lanjutan Lampiran 14
TRAN_AUC
N 25
Mean 1.3390
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .37247
Most Extreme Absolute .138
Differences Positive .138
Negative -.072
Kolmogorov-Smirnov Z .690
Asymp. Sig. (2-tailed) .728
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
TRAN_AUC
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.896 4 20 .484
ANOVA
TRAN_AUC
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.439 4 .610 13.698 .000
Within Groups .890 20 .045
Total 3.330 24
59
Lanjutan Lampiran 14
Na Diklofenak 2.25
mg/kg BB Tikus -.26970 .13344 .057 -.5481 .0087
Na Diklofenak 2.25
mg/kg BB Tikus -.67685(*) .13344 .000 -.9552 -.3985
Lampiran 15. Uji Statistik Data % DAI Uji Efek Antiinfalamsi Ekstrak Etanol
Daun Kumis Kucing
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DAI
N 20
Mean 56.45610
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 21.912398
Most Extreme Absolute .168
Differences Positive .128
Negative -.168
Kolmogorov-Smirnov Z .750
Asymp. Sig. (2-tailed) .627
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Descriptives
DAI
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
Na
Diklofenak
2.25 5 75.96380 3.339759 1.493586 71.81694 80.11066 71.386 80.703
mg/kg BB
Tikus
Ekstrak
Kumis
Kucing 5 64.11700 12.970419 5.800548 48.01210 80.22190 45.571 81.366
490 mg/kg
BB Tikus
Ekstrak
Kumis
Kucing 5 52.63680 12.515146 5.596943 37.09719 68.17641 40.476 66.632
245 mg/kg
BB Tikus
Ekstrak
Kumis
Kucing 5 33.10680 26.380717 11.797815 .35081 65.86279 2.449 62.215
123 mg/kg
BB Tikus
Total 20 56.45610 21.912398 4.899761 46.20078 66.71142 2.449 81.366
DAI
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
8.875 3 16 .001
61
Lanjutan Lampiran 15
TRAN_DAI
N 20
Mean 3643.4368
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 2015.15300
Most Extreme Absolute .140
Differences Positive .140
Negative -.120
Kolmogorov-Smirnov Z .627
Asymp. Sig. (2-tailed) .827
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
ANOVA
TRAN_DAI
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 47231703.4
3 15743901.162 8.418 .001
85
Within Groups 29924287.1
16 1870267.945
22
Total 77155990.6
19
08
62
Lanjutan Lampiran 15
MAKALAH
Oleh:
SIGIT PRAYOGA
K 100 04 0004
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2008
PENGESAHAN MAKALAH
Oleh :
SIGIT PRAYOGA
K 100 04 0004
Pembimbing Pendamping
ii
EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL
DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth.)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
ABSTRAK
ABSTRACT
Orthosiphon stamineus have been used many people to cure gout and
rheumatic. This research was to investigated anti-inflammatory ability of
Orthosiphon stamineus leaf extract. This research was conducted by complete
random design.
Orthosiphon stamineus leaf extracted by 70% ethanol. This extracts ware
investigated for anti-inflammatory activity use Wistar male rat (150-200g, 2-3
month old). Numbers of 25 rats divided to become 5 groups. Groups of 5 rats
were administered orally distilled water (negative control), Na diclofenac
1
2
2,25mg/kg b.w. (positive control). Plant extracts were gave different dose levels
(doses 123mg/kg b.w. rat, 245mg/kg b.w. rat and 490mg/kg b.w. rat). After 1h, 0,1
ml 1% carrageenan suspension in 0,9% NaCl solution was injected into the sub-
plantar tissue hind paw. Edema measured at 0,5 hourly interval for 6,5 hours.
Edema data used to calculate AUC (Area Under the Curve), and AUC used to
calculate anti-inflammatory ability. One-way ANOVA with confidence interval
95% and LSD (Least Significant Difference) was applied to determine the
significance of the difference between the control groups and rat treated with the
test compounds.
Result of this experiment were signed that ethanolic extract of Orthosiphon
stamineus Benth. leaf had anti-inflammatory effect in Wistar male rat. Anti-
inflammatory ability of Orthosiphon stamineus Benth. extract on doses 123, 245
and 490mg/kg b.w. rat were 33,11%; 52,64% and 64,12%.
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung
meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature. Obat tradisional dan
tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam upaya preventif,
promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan
obat sintesis. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang
memadai tentang tanaman obat. Informasi yang memadai akan membantu
masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat
tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan.
Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) mudah sekali
ditemukan di seluruh nusantara. Tanaman ini sangat mudah tumbuh sehingga
mudah dikembangbiakan. Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk
diuretik, pengobatan hipertensi, gout dan rematik (Barnes et al., 1996). Pada
penyakit gout dan rematik terjadi inflamasi, karena inflamasi merupakan
manifestasi dari kerusakan jaringan. Penelitian Anindhita (2007) menunjukkan
infusa herba kumis kucing mempunyai daya antiinflamasi pada tikus putih jantan
galur Wistar.
3
METODE PENELITIAN
Bahan : tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) (B2P2TO2T
Tawangmangu bulan Agustus 2008). Reagensia, karagenin tipe lambda (λ) (Sigma
4
Chemical Co), Larutan NaCl (Otsuka), Na diklofenak (Pharos) dan Etanol 70%
(Ikapharmindo Putramas). Hewan uji, tikus putih jantan, sehat, galur Wistar, umur
2-3 bulan, bobot 150-200gram (Lab. Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta).
Alat : pletismometer, ayakan No. 8, rotary evaporator, spuit injeksi (terumo),
jarum oral, alat-alat gelas, timbangan (kepekaan 0,0001g).
Cara Penelitian
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 25
ekor, semua hewan uji dipelihara dalam kondisi yang sama. Hewan uji dibagi
menjadi 5 kelompok. Sebelum diberi perlakuan, kaki tikus ditandai, kemudian
diukur volumenya. Volume kaki tikus diukur dengan menggunakan pletismometer
dengan cara mencelupkan kaki tikus yang sudah ditandai ke dalam raksa yang ada
dalam pletismometer. Perlakuan dengan sediaan uji yang diberikan secara per
oral pada masing masing kelompok adalah:
Kelompok I : akuades 2,5ml/200gramBB (kontrol negatif)
Kelompok II : Natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kgBB (kontrol positif)
Kelompok III : ekstrak etanol daun kumis kucing dosis 490mg/KgBB
Kelompok IV : ekstrak etanol daun kumis kucing dosis 245mg/KgBB
Kelompok V : ekstrak etanol daun kumis kucing dosis 123mg/KgBB
Perlakuan ini dilakuan 1jam sebelum induksi karagenin 1%. Induksi dilakukan
pada kaki tikus secara subplantar. Setelah semua tikus diinduksi, kemudian diukur
volume kaki tikus setiap 0,5jam. Pengukuran dilakukan selama 6,5jam.
Analisis Data
Data yang diperoleh berupa volume kaki tikus, kemudian digunakan untuk
menghitung volume udem. Volume udem merupakan selisih kaki tikus sebelum
dan sesudah diradangkan dengan rumus:
Vu =Vt-Vo (1)
Keterangan :
Vu :volume udem kaki tikus tiap waktu
Vt : volume kaki tikus setelah diradangkan karagenin 1% pada waktu t
Vo : volume kaki tikus sebelum diradangkan karagenin 1%
5
Keterangan :
Vtn-1 = rata- rata volume udem pada tn-1
Vtn = rata-rata volume udem pada tn
Prosentase daya antiinflamasi (penghambatan volume udem) dihitung
berdasarkan harga AUC kontrol negatif dan harga AUC perlakuan pada tiap
individu menggunakan rumus berikut :
AUCk - AUCp
% DAI = X 100% (3)
AUCk
Keterangan :
% DAI = persen daya antiinflamasi
AUCk = AUC rata-rata kurva volume udem terhadap waktu untuk kontrol negatif
AUCp = AUC rata-rata kurva volume udem terhadap waktu untuk kelompok
perlakuan pada tiap individu.
Data AUC (Area Under the Curve) antara volume udema terhadap waktu
dilakukan uji Kolmogorof-Smirnov guna mengetahui distribusi data dan Levene
Statistic test untuk mengetahui homogenitas variannya. Apabila terdistribusi
normal dan homogen dilanjutkan dengan analisis varian satu jalan (Oneway
Anova) dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji LSD (Least Significant
Difference) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna. Analisis
data dikerjakan dengan Program SPSS versi 14.
bobot 125g. Ekstrak yang diperoleh adalah 12,270g atau mempunyai rendemen
9,816% b/b.
Sebelum dilakukan uji daya antiinflamasi, terlebih dahulu dilakukan uji
pendahuluan (orientasi). Orientasi yang dilakukan antara lain penentuan dosis Na
diklofenak, penentuan waktu pemberian Na diklofenak, penentuan dosis ekstrak
daun kumis kucing, dan penentuan waktu pemberian ekstrak daun kumis kucing.
Uji pendahuluan yang pertama adalah orientasi dosis kontrol positif Na
diklofenak. Na diklofenak yang diorientasi adalah dosis 2,25mg/kgBB dan
6,75mg/kgBB. Orientasi dosis pemberian Na diklofenak ini dilakukan
dimaksudkan untuk menentukan dosis yang dapat memberikan efek antiinflamasi
yang optimal terhadap hewan uji.
Tabel 1. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan %
Daya Antiinflamasi Orientasi Dosis Na Diklofenak
Kelompok Perlakuan
Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi
( ± SEM) ( ± SEM)
Kontrol negatif
1,58 ± 0,12 ─
akuades
Na diklofenak
0,32 ± 0,03 79,70 ± 1,92
2,25mg/kgBB
Na diklofenak
0,25 ± 0,08 84,27 ± 4,88
6,75mg/kgBB
0.40
0.35 Kontrol negatif akuades
Volume udem (ml)
0.30
0.25 1 jam sebelum induksi karagenin
1%
0.20
0,5 jam sebelum karagenin 1%
0.15
0.10
Sesaat sebelum karagenin
0.05
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Waktu (jam)
Tabel 2. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan
%Daya Antiinflamasi Orientasi Waktu Pemberian Na Diklofenak
AUC kurva hubungan rata-rata volume udem terhadap waktu diuji dengan
statistik. Pada uji anava diperoleh nilai p>0,05. Dengan p>0,05, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antar perlakuan (1jam, 0,5jam dan sesaat
sebelum induksi karagenin 1%).
Pada penelitian ini dipilih waktu untuk pemberian Na diklofenak sesaat
sebelum induksi karagenin 1% dengan pertimbangan dengan pemberian Na
8
Pada uji anava signifikansi p= 0,000 yang berarti paling tidak terdapat
perbedaan bermakna antara dua kelompok. Dari Post Hoc test diketahui ekstrak
etanol daun kumis kucing dengan dosis 245mg/kgBB dan ektrak etanol daun
kumis kucing dengan dosis 123mg/kgBB mempunyai p>0,05 yang berarti tidak
ada perbedaaan bermakna antara ekstrak etanol daun kumis kucing dengan dosis
245mg/kgBB dan ektrak etanol daun kumis kucing dengan dosis 123mg/kgBB,
tetapi dari tabel 5 diketahui ektrak etanol daun kumis kucing dengan dosis
245mg/kgBB mempunyai daya antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan
ekstrak etanol daun kumis kucing dengan dosis 123mg/kgBB, yaitu sebesar
48,50%. Maka orientasi waktu pemberian ekstrak dilakukan dengan menggunakan
ekstrak etanol daun kumis kucing dengan dosis 245mg/kgBB.
Uji pendahuluan keempat adalah orientasi waktu pemberian ekstrak etanol
daun kumis kucing. Orientasi dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol daun
kumis kucing dengan dosis 245mg/kgBB. Pemberian ekstrak etanol daun kumis
kucing dengan dosis 245mg/kgBB ini dilakukan pada 1jam; 0,5jam dan sesaat
9
sebelum induksi karagenin 1%. Hasil orientasi waktu pemberian ekstrak etanol
daun kumis kucing ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
0.40
0.35 Kontrol negatif akuades
Volume udem (ml)
0.30
0.25 0,5 jam sebelum induksi
karagenin 1%
0.20
1 jam sebelum induksi
0.15
karagenin 1%
0.10
Sesaat sebelum induksi
0.05 karagenin 1%
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Waktu (jam)
Data yang diperoleh dilakukan uji anava, karena diperoleh karena p>0,05
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antar perlakuan (1jam, 0,5jam dan sesaat
sebelum induksi karagenin 1. Pada penelitian ini dipilih waktu untuk pemberian
ekstrak daun kumis kucing 1jam sebelum induksi karagenin 1% karena daya
antiinflamasi paling baik pada pemberian ekstrak daun kumis kucing 1jam
sebelum induksi karagenin 1%.
Tabel 4. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan %
Daya Antiinflamasi Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun
Kumis Kucing Dengan Dosis 245mg/kgBB
0.25
Volume udem (ml)
Na Dklofenak Dosis
0.20 2,25mg/kgBB tikus
Gambar 4. Grafik Rata-Rata Volume Udem Uji Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Daun Kumis Kucing
11
Tabel 6. Data AUC Kurva Rata-Rata Volume Udem Terhadap Waktu Dan %
Daya Antiinflamasi Uji Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis
Kucing
Na diklofenak
0,31 ± 0,02 75,96 ± 1,50
2,25mg/kgBB
Ekstrak kumis kucing
0,46 ± 0,07 64,12 ± 5,80
490mg/kgBB
Ekstrak kumis kucing
0,61 ± 0,07 52,64 ± 5,60
245mg/kgBB
Ekstrak kumis kucing
0,86 ± 0,15 33,11 ± 11,80
123mg/kgBB
Hasil Uji daya antiinflamasi dapat dilihat pada Tabel 6, dari hasil ini diketahui
bahwa ekstrak daun kumis kucing 490mg/kgBB memberikan efek antiinflamasi
lebih baik dibandingkan dosis 245mg/kgBB tikus dan 123mg/kgBB. Dilihat dari
data AUC kontrol negatif mempunyai AUC paling besar karena tidak ada
penghambat inflamasinya. Sedangkan Na diklofenak memberikan AUC paling
kecil, karena kemampuannya untuk menghambat inflamasi. Semakin kecil AUC
daya hambat terhadap inflamasi semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6
dalam kolom % Daya Antiinflamasi.
Pada uji statistik dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
diketahui data terdistribusi normal dengan p>0,05, sedangkan uji homogenitas
diketahui data tidak homogen karena p<0,05. Untuk menghomogenkan dilakukan
transformasi dengan menggunakan 1/akar kuadrat dan didapatkan data homogen
dengan p>0,05. Uji dilanjutkan Anova satu jalan. Hasil uji diperoleh p= 0,000
menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan AUC secara bermakna pada 2
kelompok. Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 7. Dengan melihat Tabel 7,
diketahui bahwa kontrol negatif akuades berbeda secara signifikan dengan kontrol
positif, ekstrak etanol daun kumis kucing dengan dosis 245mg/kgBB, dan
490mg/kgBB dan berbeda tidak signifikan terhadap ekstrak etanol daun kumis
12
kucing dengan dosis 123mg/kgBB. Ekstrak etanol daun kumis kucing yang diuji
mempunyai daya antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar dengan dosis
123, 245, dan 490mg/kgBB berturut turut 33,11%; 52,64% dan 64,12%.
Tabel 7. Data Hasil Uji Statistik LSD AUC Kontrol Negatif Akuades, Kontrol
Positif Na Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing
Dengan Dosis 123mg/kgBB, 245mg/kgBB, Dan 490mg/kgBB 1jam Sebelum
Diinduksi Karagenin 1%
dibandingkan dengan pemberian infusa yang mungkin disebabkan karena zat yang
terlarut dalam etanol 70% ini hampir sama dengan yang tersari pada penyarian
dengan menggunakan air.
DAFTAR PUSTAKA
Anindhita, M. A., 2007, Efek Antiinflamasi Infusa Herba Kumis Kucing
(Orthosiphon spicatus B.B.S) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Barnes, J., Anderson L. A., and Philipson J. D., 1996, Herbal Medicine, 2nd
edition, 126, 313, Pharmacetical Press,London.
Corsini, E., Paola R. D.,Viviani, B., Genovese, T., Mazzon, E., Lucchi, L., Galli,
C.L., and Cuzzorcrea S., 2005, Increased Carragenan-Induced Acute Lung
Inflamation in Old Rats, Immunology, 115(2):253-261.
14
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlender.fcw?artid=1782140 diakses
tanggal 5 Januari 2008 ).