Anda di halaman 1dari 100

USM

KEPASTIAN HUKUM PELAKSANAAN


PENDAFTARAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan
Program Studi S1. Ilmu Hukum

Oleh:

NURUL INSANI ISTIQLA


NIM A.111.13.0081

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

Rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Penulisan hukum ini dengan

Judul “Kepastian Hukum Pelaksanaan Pendaftaran Fidusia Secara

Elektronik ”

Adapun tujuan penyusunan penulisan skripsi ini yaitu sebagai salah satu

syarat Mata Kuliah Penulisan Hukum pada Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Semarang. Penulisan skripsi ini tidak akan tersusun

tanpa bantuan dan bimbingan secra moril maupun materiil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis secara ikhlas menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Pahlawansjah Harahap, SE, ME, selaku Rektor

Universitas Semarang.

2. Ibu. B. Rini Heryanti, S.H., M.H., selaku Ketua Dekan Fakultas Hukum

Universitas Semarang.

3. Ibu. Endah Pujiastuti, SH., M.H., selaku Ketua Jurusan Fakultas Hukum

Universitas Semarang

4. Ibu. Dhian Indah Astanti, SH., M.H, selaku Dosen Pembimbing Pertama yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam Penulisan hukum ini

5. Ibu Dharu Triasih, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna memberikan bimbingan serta

pengarahan dalam penyususun penulisan hukum ini


6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang yang telah

mendidik dan mengarahkan penulis selama duduk di bangku kuliah, dan

seluruh staff perpustakaan, bagian pendidikan yang membantu dalam

penyusunan penulisan skripsi ini.

7. Pihak-pihak lain yang tidak sempat peneliti sebutkan yang membantu dan

memberikan petunjuk serta saran-saran dalam menyusun penulisan skripsi ini.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari berbagai pihak. Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, Januari 2017

Penulis

( Nurul Insani Istiqla )


MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Sebaik baiknya manusia adalah yang bermanfaat


bagi sesamanya” (hadist riwayat Tabrani, darul
qutni, baihaki & ibnu asakir)

 Dan diantara manusia ada orang yang


mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba –
hambanya.” (QS. Al-Baqarah 207)

 “ Barang siapa menempuh suatu jalan untuk


mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya
jalan ke Surga.” (HR.Muslim)

Karya ini kupersembahkan untuk :


 Ayah dan Ibuku Tersayang
 Saudara-saudaraku yang selalu memberi
semangat dan kasih sayangnya
 Teman-temanku yang selalu
membantuku
ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pada undang-


undang ini mengatur tentang kewajiban pendaftaran jaminan fidusia, agar memberikan
kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan. Pada tahun 2013, pemerintah
mengeluarkan peraturan dengan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara
Elektronik, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan
jasa hukum di bidang jaminan fidusia. Penelitian ini untuk mengetahui kepastian hukum
pelaksanaan pendaftaran fidusia secara elektronik. Mengetahui kendala pelaksanaan
pendaftaran fidusia secara elektronik dan upaya mengatasinya. Metode pendekatan yang
digunakan adalah metode yuridis normatif dan spesifikasi penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif analistis. Data yang dipakai pada penelitian ini meliputi data
sekunder sebagai alat utama dan data primer sebagai penunjang. Dalam penelitian ini
metode analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia dengan sistem online memberikan kepastian
hukum harus dapat dijamin baik itu bagi pemberi fidusia, penerima fidusia maupun bagi
pihak ketiga. Kendala didalam pelaksanaan pendaftaran fidusia secara elektronik yaitu
hambatan secara yuridis seperti diberlakukannya Fidusia online, ada beberapa hal yang
kurang sinkron dengan pasal-pasal di dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999,
hambatan secara non yuridis antara lain tampilan formulir tidak bisa mengakomodasi
pemohon dan kelemahan dari sistem pendaftaran fidusia online adalah program yang
tersedia dan jaringan internet. Upaya mengatasi kendala pelaksanaan pendaftaran fidusia
secara elektronik yaitu diperlukan suatu perubahan terhadap struktur-struktur yang ada
dan penyempurnaan fasilitas Fidusia Online dan publisitas yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.

Kata Kunci : Kepastian Hukum, Pendaftaran Fidusia, Sistem Elektronik


ABSTRACT

Act No. 42 of 1999 on Fiduciary on laws regulate singer about Liabilities


Fiduciary security registration, in order to provide legal certainty Yang indicated to the
interested parties on In 2013, the Government issued Regulation with Fiduciary
Registration Administration System Operates Electronics, hearts Frame improve
performance showed to society The need of legal services in the field of Fiduciary
security. Research singer to know the rule of law review The registration of fiduciary
Operating electronics. Knowing the constraints of implementation of electronic
Operating fiduciary registration and efforts to overcome them. The approach method
used is a method normative and specifications The research used is descriptive analytical
study. Data taken on Singer Research includes secondary data as a means of Primary
And Primary data as a supporter. Singer Research Methods in data analysis qualitative
Operate. Results showed that the implementation of Fiduciary security registration online
with System provides legal certainty can Must Be Guaranteed Good For Giver fiduciary,
fiduciary and Share recipient Third Party. Obstacles In The registration of fiduciary
Operate electronic Namely Barriers Operates juridical such as the implementation of
Fiduciary online, there are some things Less synchronous by clauses in the hearts of Law
No. 42 of 1999, Barriers Operates non juridical between lay Form view not can
accommodate the applicant and weaknesses The system of registration of fiduciary
program is online The internet And Network available. Efforts to Overcome the obstacles
Implementation of fiduciary registration required Namely electronic Operates A change
of Structures Against The refinement have been used Fiduciary Online and publicity Yang
conducted by the Directorate General of Legal Administration.

Keywords: Rule of Law, Fiduciary Registration, Electronic Systems


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ................................................................... iv
LEMBAR DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN ..................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT .............................................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 9
C.1. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
C.2. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
D. Sistematika.................................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUTAKA ..................................................................... 11


A. Tinjauan Tentang Jaminan ......................................................... 11
B. Tinjauan Umum Tentang Jaminan idusia ................................. 21
C. Pendaftaran Jaminan Fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia .... 31
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 35
A. Metode Pendekatan .................................................................... 35
B. Spesifikasi Penelitian.................................................................. 35
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 36
D. Metode Analisis Data ................................................................. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 39


A. Kepastian Hukum Pelaksanaan Pendaftaran Fidusia

Secara Elektronik ....................................................................... 39

B. Kendala Didalam Pelaksanaan Pendaftaran Fidusia


Secara Elektronik dan Upaya Mengatasinya .............................. 73

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 84


A. Simpulan .................................................................................... 84
B. Saran ........................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 87

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halam

an

Tabel 1 Tarif Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bertalian dengan
biaya permohonan pendaftaran jaminan fidusia dan perubahan
serta penggantian sertifikat jaminan fidusia ............................................52
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif di

Indonesia adalah jaminan fidusia. Jaminan fidusia merupakan salah satu

lembaga jaminan atas benda bergerak yang sering digunakan dalam berbagai

aktifitas bisnis di masyarakat karena mudah proses untuk pengikatannya.

Sejalan dengan perkembangan lembaga jaminan yang dikehendaki, agar

dituangkan dalam aturan-aturan hukum yang lebih baku, terutama lembaga

jaminan fidusia yang pada awalnya hanya bersumber pada Burgerlijke

Wetbook (BW). Pada tanggal 9 September 1999 Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia dalam rapat paripurna memutuskan menyetujui

Rancangan Undang-Undang (RUU) jaminan fidusia untuk disahkan menjadi

Undang-Undang.Dengan disahkan RUU Fidusia oleh Presiden maka

terpenuhilah pengaturan fidusia secara komprehensif dan memberikan

kejelasan serta kepastian hukum.

Tujuan dari pengaturan lembaga fidusia ini diharapkan dapat

memperkecil kesulitan yang dihadapi oleh para pihak terutama kreditor yang

ternyata debitor tidak memenuhi prestasinya sebagaimana mestinya, apabila

benda di tangan debitor. Keberadaan fidusia sebagai lembaga jaminan di

Indonesia dulunya hanya didasari pada yurisprudensi. Hal ini dikarenakan


tidak jelasnya konsep mengenai objek fidusia itu sendiri, baik dari sejak

lahirnya fidusia dan pengakuannya dalam yurisprudensi tersebut.

Pada awalnya, lembaga jaminan fidusia ini dikenal dalam lembaga

hukum Romawi dengan nama fiducia cum creditore, sedangkan di Indonesia

sendiri kebendaan Fidusia diakui oleh yurisprudensi berdasarkan keputusan

Arrest Hoggerechtsof tanggal 18 Agustus 1932.1 Lahirnya Arrest

Hoggerechtsof karena pengaruh dari asas konkordansi yang dipengaruhi oleh

kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari pengusaha-pengusaha kecil,

pengecer, pedagang menegah, pedagang grosir yang memerlukan fasilitas

kredit untuk usahanya. Terutama setelah perang Dunia I dimana kebutuhan

akan kredit bagi pengusaha kecil sangat tinggi untuk keperluan menjalankan,

menghidupkan usahanya. Perkembangan perundang-undangan fidusia sangat

lambat, karena undang-undang yang mengatur tentang jaminan fidusia baru

diundangkan pada tanggal 30 September tahun 1999, berkenaan dengan

bergulirnya era reformasi.

Lembaga jaminan fidusia diatur melalui peraturan perundang-

undangan yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia, dengan berlakunya UU Jaminan Fidusia, pengikatan jaminan hutang

yang dilakukan melalui jaminan fidusia wajib mematuhi ketentuan undang-

undangnya. Undang-undang ini dibentuk karena terdapat beberapa

pertimbangan yaitu pertama bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus

meningkat bagi dunia usaha atas tersedianya dana, dimana perlu diimbangi

1
Henny Tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang & Sejarah Lembaga Hukum
Notariat, (Bandung : Refika Aditama, 2012), hlm. 156.
dengan adanya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur

lembaga jaminan, kedua jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga

jaminan sampai saat ini masih didasarkan pada yurisprudensi dan belum

diatur dalam peraturan perundang-undangan secara lengkap dan

komprehensif dan ketiga untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih

memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta

mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan,

maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap mengenai jaminan fidusia dan

jaminan tersebut perlu didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia.

Berdasarkan ketiga pertimbangan tersebut maka dipandang perlu untuk

membentuk UU Jaminan Fidusia.

Berlakunya UU Jaminan Fidusia, maka objek jaminan fidusia

diberikan pengertian yang luas. Berdasarkan undang-undang ini, objek

jaminan fidusia dibagi dua (2) macam, yaitu:

1. Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud; dan

2. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak

tanggungan.2

Subjek dari jaminan fidusia adalah pemberi dan penerima fidusia.

Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang

menjadi objek jaminan fidusia sedangkan penerima fidusia adalah orang

perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya

2
Salim. HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2014), hlm. 64.
dijamin dengan jaminan fidusia. Pengertian tentang jaminan fidusia terdapat

di Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Fidusia yang menyebutkan bahwa:

Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda yang bergerak baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan diutamakan kepada pemberi fidusia terhadap
kreditor lainnya.

Suatu perubahan yang cukup mendasar dari perkembangan jaminan

fidusia adalah mengenai pendaftaran. Sebelum terbitnya UU Jaminan Fidusia,

masalah pendaftaran jaminan fidusia bukanlah menjadi suatu kewajiban,

tetapi setelah keluarnya UU Jaminan Fidusia masalah pendaftaran jaminan

fidusia semakin krusial. Pendaftaran tersebut memiliki arti yuridis sebagai

suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan

fidusia. Selain itu, pendaftaran jaminan fidusia merupakan perwujudan dari

asas publisitas dan kepastian hukum. 3

Fungsi Kantor Pendaftaran Fidusia adalah penyelenggaraan pelayanan

hukum terhadap pendaftaran jaminan fidusia untuk terciptanya tertib hukum

di masyarakat sebagaimana keinginan dari UUJF itu sendiri. Jika dilihat dari

arti fungsi, maka fungsi Kantor Pendaftaran Fidusia lebih bersifat

administratif, tetapi tidak hanya semata-mata hanya berfungsi administratif

maksudnya ketika jaminan fidusia didaftarkan fungsi substantif lebih

dominan. Peranan Kantor Pendaftaran Fidusia menurut sosiologis adalah

3
H. Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung
: PT. Alumni, 2006), hlm. 213.
merupakan aspek dinamis kedudukan status, apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.4

Sesuai dengan UU Jaminan Fidusia, proses pendaftaran Jaminan

Fidusia dimulai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh notaris, yang

kemudian dilakukan pendaftaran di kantor pendaftaran fidusia. Sesuai dengan

ketentuan dalam Pasal 13 ayat (1) UU Jaminan Fidusia, pendaftaran jaminan

fidusia dilakukan dengan mengajukan surat permohonan kepada kantor

pendaftaran fidusia dengan melampirkan surat pernyataan pendaftaran

jaminan fidusia. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia tersebut diajukan

oleh penerima fidusia sendiri, kuasa atau wakilnya.

Pendaftaran jaminan fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia,

sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 12 UUJF Nomor 42

Tahun 1999. Kantor Pendaftaran Fidusia berada dalam lingkup Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang bertempat di

Jakarta. Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan untuk pertama kali di Jakarta

dan secara bertahap sesuai keperluan akan didirikan di ibukota di seluruh

Wilayah Negeri Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan Keputusan

Presiden Nomor 139 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kantor Pendaftaran

Fidusia di Setiap Ibukota Propinsi di Wilayah Negara Republik Indonesia,

bahwa Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan di setiap ibukota propinsi dan

berada dalam lingkup Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia. Sedangkan untuk pendirian Kantor Pendaftaran

4
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 243.
Fidusia di daerah tingkat II dapat disesuaikan dengan Undang-Undang

Pemerintahan Daerah, hal ini sesuai dengan keterangan dalam penjelasan

Pasal 12 UUJF Nomor 42 Tahun 1999.

Dengan dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia di Kantor

Pendaftaran Fidusia serta diterbitkannya sertipikat jaminan fidusia, maka

benda atau obyek yang menjadi jaminan fidusia juga beralih kepemilikannya

dari pemberi kepada penerima fidusia, walaupun penguasaannya diberikan

secara sukarela kepada pemberi fidusia. Bagi penerima fidusia setelah

dilakukan pendaftaran jaminan fidusia, maka penerima fidusia menjadi

kreditur preferen atau mempunyai hak didahulukan untuk mengambil

pelunasan piutang atas hasil eksekusi benda yang menjadi obyek jaminan

fidusia.

Perkembangan teknologi informasi memberikan perubahan terhadap

tatanan hidup manusia. Jaminan fidusia juga merasakan perubahan tersebut,

dimana sekarang ini tata cara pendaftaran jaminan fidusia sudah beralih dari

yang secara manual atau konvensional menjadi secara elektronik. Hal ini

semakin nyata dirasakan setelah dikeluarkannya Surat Edaran Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) Departemen Kehakiman dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AU-06.OT.03.01 tanggal 5

Maret 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan

Fidusia secara elektronik yang kemudian diatur dalam Peraturan Menteri

Hukum dan HAM Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem

Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik. Surat Edaran


tersebut dikeluarkan dalam rangka melaksanakan amanat yang terkandung

dalam Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (2) UUJF Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia, serta untuk memberikan pelayanan yang aman,

nyaman, cepat dan bersih dalam pelaksanaan sistem administrasi pendaftaran

jaminan fidusia.

Pembentukan sistem ini merupakan wujud usaha Kemenkumham

untuk menegakkan isi dari Pasal 14 ayat (1) UUJF yang berbunyi: “Kantor

Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima Fidusia,

Sertifikat Jaminan Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal

penerimaan permohonan pendaftaran”. Pasal tersebut belum dapat

dilaksanakan secara sempurna pada sistem yang lama, yaitu sistem

pendaftaran jaminan fidusia manual karena jumlah sumber daya manusia

(SDM) dan sarana prasarana yang ada di KPF tidak sebanding dengan

besarnya jumlah permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia yang masuk setiap

harinya, sehingga terjadi penumpukan arsip pendaftaran Jaminan Fidusia di

KPF dan menimbulkan ketidakpastian hukum.5 Pendaftaran jaminan fidusia

secara elektronik juga bertujuan agar seluruh pendaftaran jaminan fidusia

dapat terdata secaranasional dalam database Ditjen AHU sehingga asas

publisitas semakin meningkat.6

Meskipun pendaftaran fidusia secara on line telah mempermudah,

akan tetapi dimungkinkan adanya perbedaan data sebenarnya dengan data

5
Ivone Dwiratna, 2 Mei 2013, Kupas Tuntas Fidusia Online, Langkah Hebat Situs Sibuk
Pendulang PNBP (online), http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/ 2013/05/02/kupas-tuntas-
fidusia-online-langkah-hebat-situs-sibuk-pendulang-pnbp-552337.html
6
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 30.
yang didaftarkan karena petugas / pegawai tidak bisa melihat secara langsung

apakah pada saat mendaftarkan telah sesuai dengan identitas aslinya. Hal ini

memungkinkan pemberi fidusia tidak mencantumkan identitas sesuai dengan

yang aslinya atau pemberi fidusia pindah domisili dan berganti identitas

setelah melakukan pendaftaran fidusia. Di samping hal tersebut pemberi

fidusia dimungkinkan melakukan wanprestasi, yaitu melakukan perbuatan

tanpa sepengatuhan penerima fidusia berupa penjualan terhadap benda

jaminan atau mengalihkan benda jaminan, karena benda yang menjadi

jaminan masih berada di tangan pemberi fidusia, sedangkan pemberi fidusia

hanya memegang bukti kepemilikan atas benda yang dijaminkan. Atas dasar

uraian tersebut maka penulis perlu meneliti mengenai penyelesaian atas

permasalahan ini, khususnya pendaftaran fidusia secara elektronik, sehingga

peneliti menarik judul : “Kepastian Hukum Pelaksanaan Pendaftaran

Fidusia Secara Elektronik”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kepastian hukum pelaksanaan pendaftaran fidusia secara

elektronik ?

2. Apakah kendala didalam pelaksanaan pendaftaran fidusia secara

elektronik dan bagaimakah upaya mengatasinya ?


C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam mengadakan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kepastian hukum pelaksanaan pendaftaran fidusia secara

elektronik.

2. Mengetahui kendala pelaksanaan pendaftaran fidusia secara elektronik

dan upaya mengatasinya.

C.2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk

pengembangan wawasan dan untuk memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan, menambah dan melengkapi perbendaharaan dan koleksi

ilmiah serta memberikan kontribusi pemikiran yang menyoroti dan

membahas mengenai kepastian hukum pelaksanaan pendaftaran

fidusia secara elektronik, yang diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi perkembangan hukum perdata.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi

aparat penegak hukum maupun praktisi hukum dalam

menentukan kebijakan pendaftaran fidusia secara elektronik.


b. Bagi Mansyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi

masyarakat tentang cara pendaftaran fidusia secara elektronik.

D. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah memahami isi skripsi ini, maka sistematika

penulisan dalam skripsi ini dibagi per bab, dimana setiap bab dibagi lagi

dalam sub bab sesuai dengan masalah yang diambil dalam membahas bab-

bab yang bersangkutan. Secara sistematika skripsi ini dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan.

Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian dilanjutkan dengan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka.

Dalam bab ini dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yaitu tinjauan

tentang jaminan, tinjauan umum tentang jaminan fidusia dan

pendaftaran jaminan fidusia

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi metode pendekatan, spesifikasi penelitian,

metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


Dalam bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan yaitu

mengkaji kepastian hukum pelaksanaan pendaftaran fidusia secara

elektronik, kendala pelaksanaan pendaftaran fidusia secara

elektronik dan upaya mengatasinya

Bab V Penutup

Dalam bab ini berisikan tentang simpulan dan saran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Jaminan

A.1 Pengertian Jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau

cautie, yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi

perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan

benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman

atau utang yang diterima debitur kepada kreditornya. Istilah “zekerheid”

atau “cautie “ mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin

kalau tagihan itu dapat terpenuhi, disamping itu juga memuat

pertanggung jawaban debitur. Sedangkan istilah ”Zakerheidsrecht”

digunakan untuk hukum jaminan atau hak jaminan. Namun istilah hukum

jaminan ternyata mempunyai makna yang lebih luas dan umum serta

bersifat mengatur dibandingkan dengan hak jaminan seperti halnya

hukum kebendaan yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan

mempunyai sifat mengatur dari pada hak kebendaan.

Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang

menetapkan bahwa”segala hak kebendaan debitur baik yang bergerak

maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada

dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya”

Ada beberapa pengertian jaminan dan kredit yang terdapat di dalam


literatur hukum, yaitu :

1. Mariam Darus Badrulzaman merumuskan jaminan sebagai suatu

tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan atau pihak ketiga

kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan. 7

2. Thomas Suyatno, ahli perbankan menyatakan bahwa jaminan adalah

penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk

menanggung pembayaran kembali suatu hutang. 8

3. Hartono Hadisaputro menyatakan jaminan adalah sesuatu yang diberikan

debitur kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur

akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul

dari suatu perikatan. 9

4. Sri Soedewi Masjhoen Sofwan berpendapat bahwa hukum jaminan

adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur

hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam

kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas

kredit. 10

5. Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang

jaminan pemberian kredit, bahwa jaminan adalah suatu keyakinan

bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan

7
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : PT. Alumni, 2005), hlm.
12.
8
Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta : PT. Gramedia, 2008), hlm. 70.
9
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Jilid 2, (Jakarta : Ind - Hil Co,
2008), hlm. 6.
10
Indrawati Soewarso, Aspek Hukum Jaminan Kredit, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia,
2008), hal. 9.
yang diperjanjikan. 11

6. J. Satrio berpendapat bahwa hukum jaminan adalah peraturan hukum

yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur

terhadap seorang debitur. 12

Berdasarkan pada pengertian jaminan diatas, maka dapat

dikemukakan bahwa fungsi utama dari jaminan adalah untuk

menyakinkan bank atau kreditor bahwa debitor mempunyai kemampuan

untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan


13
perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. Jaminan difokuskan

pada pemenuhan kewajiban kepada kreditur (bank), timbulnya jaminan

karena adanya perikatan antara kreditur dengan debitur dan jaminan itu

suatu tanggungan yang dapat dinilai dengan uang yaitu berupa kebendaan

tertentu yang diserahkan debitur kepada kreditor sebagai akibat dari suatu

hubungan perjanjian utang piutang. Kebendaan tertentu diserahkan debitur

kepada kreditur dimaksudkan sebagai tanggungan atas pinjaman atau

fasilitas kredit yang diberikan kreditur kepada debitur sampai debitur

melunasi pinjamnanya tersebut. Apabila debitur wanprestasi kebendaan

tertentu tersebut akan dinilai dengan uang selanjutnya akan dipergunakan

untuk pelunasan seluruh atau sebagian dari pinjaman atau utang debitur

kepada krediturnya.

Istilah jaminan telah lazim digunakan dalam bidang ilmu hukum dan

11
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung : Mandar Maju, 2008), hlm.70.
12
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak-hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2007), hlm. 3.
13
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm.
73.
telah digunakan dalam beberapa peraturan perundang-undangan tentang

lembaga jaminan daripada istilah agunan. Oleh karena itu, istilah yang

digunakan bukan hukum agunan, lembaga agunan, agunan kebendaan,

agunan perseorangan atau hak agunan melainkan hukum jaminan, lembaga

jaminan, jaminan kebendaan jaminan perseorangan dan hak jaminan. Hak

jaminan melingkupi hak jaminan yang bersifat umum dan hak jaminan yang

bersifat khusus. Hukum jaminan merupakan terjemahan dari istilah security

of law, zekerheidsstelling atau zekerheidsrechten.

A.2 Hukum Jaminan

Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak

literatur yang merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio,

hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang

jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur.

Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang


14
jaminan piutang seseorang. Definisi ini difokuskan pada pengaturan

pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat kaitannya dengan

debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda jaminan.

Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, mengemukakan bahwa hukum

jaminan adalah mengatur kontruksi yuridis yang memungkinkan

pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang

dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan

dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik

14
J. Satrio, Op.Cit, hlm. 3.
dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan

lembaga demikian kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit

dengan jumlah besar dengan jangka waktu yang lama dan bunga relatif

rendah. Hukum jaminan merupakan konsep yuridis yang berkaitan

dengan penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan jaminan. 15

M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang

mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang

(pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang

undangan yang berlaku saat ini. 16

Pengertian hukum jaminan adalah menurut Salim HS, bahwa

hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang

mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam

kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas

kredit. 17

Berdasarkan pengertian di atas unsur-unsur yang terkandung di

dalam perumusan hukum jaminan, yakni sebagai berikut:

1. Adanya kaidah hukum

Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2

macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum

15
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 3.
16
Ibid., hlm. 64.
17
Salim HS, Op.Cit, hlm.23-25.
jaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-

kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan,

traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak

tertulis adalah kaidah-kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan

berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah

dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan.

2. Adanya pemberi dan penerima jaminan

Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang

menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan (debitur).

Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima

barang jaminan dari pemberi jaminan (orang atau badan hukum).

Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit, dapat

berupa lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan nonbank

3. Adanya jaminan

Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah

jaminan materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan

yang berupa hak-hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak

dan benda tidak bergerak. Jaminan imateriil merupakan jaminan

nonkebendaan.

4. Adanya fasilitas kredit

Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan

untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan


nonbank. Pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan

kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan nonbank

percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok

pinjaman dan bunganya. 18

Jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko

apabila debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang

berkenaan dengan kredit yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan

apabila debitur tidak mampu membayar maka debitur dapat memaksakan

pembayaran atas kredit yang telah diberikannya. 19

A.3 Ruang Lingkup Kajian Hukum Jaminan

Ruang lingkup kajian hukum jaminan meliputi jaminan umum

dan jaminan khusus. Jaminan khusus dibagi menjadi dua (2) macam,

yaitu :

1. Jaminan perorangan

Hak jaminan perorangan timbul dari perjanjian jaminan antara

kreditur (bank) dan pihak ketiga. Perjanjian jaminan perorangan

merupakan hak relatif, yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan

terhadap orang tertentu yang terikat dalam perjanjian. Jaminan

perorangan meliputi: borg, tanggung-menanggung (tanggung

renteng), dan garansi bank.

18
Salim HS, Op.Cit, hlm.7.
19
Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, (Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2010), hlm. 67.
2. Jaminan kebendaan

Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak (absolut) atas suatu benda

tertentu yang menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu

dapat diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar

janji. Dengan mempunyai berbagai kelebihan, yaitu sifat-sifat yang

dimilikinya, antara lain sifat absolut dimana setiap orang harus

menghormati hak tersebut, memiliki droit de preference, droit de

suite, serta asas-asas yang terkandung padanya, seperti asas spesialitas

dan publisitas telah memberikan kedudukan dan hak istimewa bagi

pemegang hak tersebut/kreditur, sehingga dalam praktek lebih disukai

pihak kreditur daripada jaminan perorangan. 20

Menurut sifatnya, jaminan kebendaan dibagi menjadi dua (2), yaitu:

1. Jaminan dengan benda berwujud (materiil)

Benda berwujud dapat berupa benda/barang bergerak dan atau

benda/barang tidak bergerak. Yang termasuk dalam jaminan benda

bergerak meliputi: gadai dan fidusia, sedangkan jaminan benda tidak

bergerak meliputi: hak tanggungan, fidusia, khususnya rumah susun,

hipotek kapal laut dan pesawat udara.

2. Jaminan dengan benda tidak berwujud (imateriil)

Benda/barang tidak berwujud yang lazim diterima oleh bank sebagai

jaminan kredit adalah berupa hak tagih debitur terhadap pihak ketiga.

20
Djuhaendah Hasan dan Salmidjas Salam, Aspek Hukum Jaminan Kebendaan Dan
Perorangan, (Makalah disampaikan dalam Seminar Sosialisasi UU No. 42/1999 tentang Jaminan
Fidusia, di Jakarta tanggal 9-10 Mei 2000), hlm 210.
Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan asas-asas hukum jaminan.

Asas-asas itu meliputi :

1. Asas filosofis, yaitu asas dimana semua peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia harus didasarkan pada falsafah

yang dianut oleh bangsa Indonesia, yaitu Pancasila;

2. Asas konstitusional, yaitu asas dimana semua peraturan perundang-

undangan dibuat dan disahkan oleh pembentuk undang-undang harus

didasarkan pada hukum dasar (konstitusi). Hukum dasar yang berlaku

di Indonesia, yaitu UUD 1945.

3. Asas politis, yaitu asas dimana segala kebijakan dan teknik di dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan didasarkan pada Tap

MPR;

4. Asas operasional (konkret) yang bersifat umum merupakan asas yang

dapat digunakan dalam pelaksanaan pembebanan jaminan. 21

Tempat pengaturan hukum jaminan dapat dibedakan menjadi 2

tempat, yaitu (1) di dalam Buku II KUHPerdata dan (2) di luar Buku II

KUHPerdata. Ketentuan-ketentuan hukum yang erat kaitannya dengan

hukum jaminan, yang masih berlaku dalam KUHPerdata, adalah gadai

(Pasal 1150 KUHPerdata sampai Pasal 1161 KUHPerdata) dan Hipotek

(Pasal 1162 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata).

Ketentuan hukum jaminan yang terdapat di luar KUHPerdata merupakan

21
Mariam Darus Badrulzaman, Benda-Benda Yang Dapat Diletakka Sebagai Objek Hak
Tanggungan dalam Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan di Lingkungan Perbankan,
(Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.23.
ketentuan ketentuan hukum yang tersebar di luar KUHPerdata.

Ketentuan-ketentuan hukum itu, meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA;

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan;

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran; dan

5. Buku III tentang van Zaaken (hukum benda) NBW Belanda.

B. Tinjauan Umum tentang Jaminan Fidusia

B.2 Pengertian Jaminan Fidusia

Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides yang artinya

kepercayaan yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan

sebagai jaminan bagi pelunasan piutang kreditor. Penyerahan hak milik

atas benda ini dimaksudkan hanya sebagai jaminan bagi pelunasan utang

tertentu, dimana memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

penerima fidusia (kreditor) terhadap kreditor lainnya.

Fidusia dalam berbagai literatur lazim disebut dengan fiduciaire

eigendom overdract (FEO) yaitu penyerahan hak milik berdasarkan atas

kepercayaan. 22

Istilah fidusia yang berasal dari bahasa Belanda yaitu fiducie,

22
Salim HS, Op.Cit, hlm.55.
sedangkan dalam bahasa inggris disebut fiduciary transfer of ownership

yang artinya kepercayaan. Fiduciary mempunyai arti yaitu a fiduciary

means a trustee or other person subject to fiduciary duties under the

settlement (fidusia berarti kepercayaan atau seseorang yang diberikan

kewajiban untuk menyelesaikan fidusia). 23

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

pada Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa

“Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas


dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda.”

Diartikan dengan pengalihan hak kepemilikan adalah pemindahan

hak kepemilikan dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia atas dasar

kepercayaan, dengan syarat bahwa benda yang menjadi objeknya tetap

berada di tangan pemberi fidusia.24 Dalam hal ini yang diserahkan dan

dipindahkan itu dari pemiliknya (pemberi fidusia) kepada penerima

fidusia adalah hak kepemilikan atas suatu benda yang dijadikan sebagai

jaminan, sehingga hak kepemilikan secara yuridis atas benda yang

dijaminkan beralih kepada penerima fidusia. Sementara itu secara

ekonomis atas benda yang dijaminkan tersebut tetap berada di tangan

atau dalam penguasaan pemiliknya (pemberi fidusia)25. Di samping

istilah fidusia, dikenal juga istilah jaminan fidusia. Istilah jaminan fidusia

ini dikenal dalam Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang Nomor 42 Tahun

23
James Kessles dan Fiona Hunter, Drafting Trust and Will Trust In Canada, (Canada,
Lexis Nexis, 2007), hlm. 73.
24
Salim, Op.Cit, hlm.56.
25
Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm.152.
1999 tentang Jaminan Fidusia. Pengertian jaminan fidusia yaitu:

“Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun


yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima
fidusia terhadap kreditur lainnya.”

Berdasarkan perumusan ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 UU Jaminan

Fidusia, unsur-unsur dari jaminan fidusia yaitu:

1. Sebagai lembaga hak jaminan kebendaan dan hak yang diutamakan.

2. Adanya objek yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak

berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak

dibebani hak tanggungan. Hal ini berkaitan dengan pembebanan

jaminan rumah susun.

3. Benda yang menjadi objek jaminan tetap berada dalam penguasaan

pemberi fidusia.

4. Untuk pelunasan suatu utang tertentu.

5. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia

terhadap kreditor lainnya.26

Pengertian jaminan fidusia yang diatur dalam UU Jaminan Fidusia

membedakan pengertian fidusia dari jaminan fidusia, dimana fidusia

merupakan suatu proses pengalihan hak kepemilikan dan jaminan fidusia

adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia. Ini berarti bahwa

26
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
hlm.152.
jaminan fidusia yang dimaksud adalah termasuk fiducia cum creditore

contracta. Lembaga jaminan fidusia dalam bentuk fiduciaire eigendoms

overdracht atau FEO berarti pengalihan hak milik secara kepercayaan.

Pranata jaminan FEO ini timbul berkenaan dengan ketentuan dalam Pasal

1152 ayat (2) KUHPerdata yang mengatur tentang gadai. Sesuai dengan

pasal ini kekuasaan atas benda yang digadaikan tidak boleh berada pada

pemberi gadai. Larangan tersebut mengakibatkan bahwa pemberi gadai

tidak dapat mempergunakan benda yang digadaikan untuk keperluan

usahanya. 27

Pengertian jaminan fidusia pada Pasal 1 angka 2 UU Jaminan

Fidusia, secara tegas menyatakan bahwa jamian fidusia adalah jaminan

kebendaan yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

penerima fidusia, yaitu hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya.

Dengan demikian jaminan fidusia merupakan perjanjian assesoir dari

suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak

untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang dapat dinilai dengan uang.

Sebagai suatu perjanjian assesoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki

sifat sebagai berikut:

1. Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok.

2. Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian

pokok.

27
Henny Tanuwidjaja, Op.Cit, hlm.58.
3. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika

ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak

dipenuhi. 28

Perjanjian pemberian jaminan fidusia samaseperti perjanjian

penjaminan lain,yang merupakan perjanjian yang bersifat accesoir,

sebagaimana ditegaskan pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999, berbunyi: Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu

perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk

memenuhi suatu prestasi. Perjanjian accesoir mempunyai ciri-ciri yaitu

tidak bisa berdiri sendiri, ada/lahirnya, berpindahnya dan berakhirnya

bergantung dari perjanjian pokoknya. Mengenai fidusia sebagai

perjanjian assessoir, dijelaskan Munir Fuady lebih lanjut sebagai berikut:

Sebagaimana perjanjian jaminan hutang lainnya, seperti perjanjian


gadai, hipotek atau hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga
merupakan suatu perjanjian yang assessoir (perjanjian buntutan).
Maksudnya adalah perjanjian assecoir itu tidak mungkin berdiri
sendiri, tetapi mengikuti/membuntuti perjanjian lainnya yang
merupakan perjanjian pokok. Dalam hal ini yang merupakan
perjanjian pokok adalah hutang piutang. Karena itu konsekuensi
dari perjanjian assesoir ini adalah jika perjanjikan pokok tidak sah,
atau karena sebab apapun hilang berlakunya atau dinyatakan tidak
berlaku, maka secara hukum perjanjian fidusia sebagai perjanjian
assessoir juga ikut menjadi batal. 29

B.2 Dasar Hukum Jaminan Fidusia

Hukum jaminan di Indonesia ditinjau dari sudut perkembangan

28
Henny Tanuwidjaja, Op.Cit, hlm.59.
29
Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 19.
perekonomian baik nasional maupun internasional mempunyai peran

yang besar terkait dengan kegiatan pinjam meminjam uang. Berbagai

lembaga keuangan sangat berperan dalam membantu pemenuhan

kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberi pinjaman

uang baik dalam bentuk kredit maupun gadai, yang dimanfaatkan oleh

masyarakat yang memerlukan dana.

Apabila mengkaji perkembangan yurisprudensi dan peraturan

perundang-undangan, yang menjadi dasar hukum berlakunya fidusia,

antara lain:

1. Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929

tentangBierbrouwerij Arrest (Negeri Belanda);

2. Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang BPM-Clynet Arrest

(Indonesia); dan

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Dalam konsiderannya, telah disebutkan bahwa pertimbangan-

pertimbangan ditetapkannya UUJF adalah:

1. bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia

usaha atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya ketentuan

hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga

jaminan.

2. bahwa jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan

masih didasarkan pada yurisprudensi dan belum diatur dalam


peraturan perundang-undangan secara lengkap dan komprehensif;

3. bahwa untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu

pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta

mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang

berkepentingan, maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap

mengenai jaminan fidusia dan jaminan tersebut perlu didaftarkan di

Kantor Pendaftaran Fidusia;

4. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam

huruf a, b, dan c dipandang perlu membentuk UUJF.

Selanjutnya dalam penjelasannya disebutkan maksud ditetapkan UUJF

adalah:

1. menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan

fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan

untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang

berkepentingan;

2. memberikan kemudahan bagi para pihak yang menggunakannya,

khususnya bagi pemberi fidusia.

Ketentuan penutup berisi sebuah perintah kepada Pemerintah

supaya dapat dibentuk Kantor Pendaftaran Fidusia pada tingkat provinsi.

Jangka waktunya paling lambat 1 tahun setelah undang- undang ini.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 139 Tahun 2000 tentang


Pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap Ibukota Provinsi di

Wilayah Negara Republik Indonesia, tertanggal 30 September 2000,

telah ditentukan bahwa Kantor Pendaftaran Fidusia di ibukota provinsi

berada di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Wilayah kerja Kantor Pendaftaran Fidusia meliputi wilayah kerja Kantor

Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia30.

B.3 Objek dan Subjek Jaminan Fidusia

Sebelum berlakunya UUJF ini, maka yang menjadi objek jaminan

fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam

persediaan (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan

kendaraan bermotor. Berlakunya UUJF, maka objek jaminan fidusia,

yaitu:

1. benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud; dan

2. benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak

tanggungan. (Rumah susun, sebagaimana yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun).

Subjek dari jaminan fidusia adalah pemberi dan penerima fidusia.

Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda

yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah

30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
orang perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang

pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia31.

B.4 Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 4 sampai dengan

Pasal 10 UUJF. Sifat jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan (accesoir)

dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para

pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Pembebanan jaminan fidusia

dilakukan dengan cara berikut ini:

1. Dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Akta jaminan

sekurang-kurangnya memuat:

a. identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia;

b. data perjanjian pokok yang dijaminfidusia;

c. uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia;

d. nilai penjaminan;

e. nilai benda yang menjadi jaminan fidusia.

2. Utang yang pelunasannya dijaminkan dengan jaminan fidusia adalah:

a. utang yang telah ada;

b. utang yang akan timbul dikemudian hari yang telah

diperjanjikan dalam jumlah tertentu; atau

c. utang yang pada utang eksekusi dapat ditentukan jumlahnya

berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban

memenuhi suatu prestasi;

31
Salim HS, Op.Cit, hlm.60-64.
d. Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima

fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari penerima fidusia.

e. Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan

atau jenis benda termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat

jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Pembebanan

jaminan atas benda atau piutang yang diperoleh kemudian tidak

perlu dilakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri, kecuali

diperjanjikan lain, seperti:

1) Jaminan fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek

jaminan fidusia;

2) Jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang

menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan32.

C. Pendaftaran Jaminan Fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia

Pendaftaran jaminan fidusia diatur dalam Pasal 11 sampai dengan

Pasal 18 UUJF dan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata

Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan

Fidusia. Isi akta jaminan fidusia dalam Pasal 66 Undang-Undang Jaminan

Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 ditentukan minimum yang harus termuat

didalamnya, diantaranya : 33

1. Identitas pemberi dan penerima fidusia


Mengingat akta tersebut merupakan akta notariil maka identitas
para pihak secara otomatis harus sudah disebutkan secara lengkap

32
Ibid., hlm.64.
33
J. Satrio, Op.Cit, hlm. 191.
didalamnya (Pasal 24 dan Pasal 25 Peraturan Jabatan Notaris)
2. Data Perjanjian Pokok
Sesuai dengan sifat assesoir daripada perjanjian penjaminan, maka
kita perlu mengetahui dengan pasti perjanjian pokok sebagai dasar
dari pemberian penjaminan, karena eksistensi perjanjian
penjaminan sangat bergantung kepada perjanjian pokoknya.
3. Data benda jaminan
Hak jaminan kebendaan muncul apabila kreditur memperjanjikan
suatu jaminan khusus terhadap satu atau lebih benda tertentu, yang
memberikan kedudukan yang didahulukan menurut Undang-
Undang di dalam pelunasannya dari hasil eksekusi atas benda
tersebut. Jadi sangatlah logis bahwa di dalam akta pemberian
jaminan fidusia harus terdapat uraian tentang benda jaminan yang
bersangkutan.
4. Nilai penjaminan
Nilai penjaminan adalah jumlah maksimal kreditur preferen atas
hasil eksekusi benda jaminan. Hak preferen kreditur tidak bisa
lebih dari jumlah nilai penjaminan, tetapi bisa kurang. Hal itu
berkaitan dengan sifat assesoir dari perjanjian jaminan.
5. Tanggal dan Nomor Meskipun di dalam Pasal 6 Undang-Undang
Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 tidak disyaratkan
penyebutan tanggal dan nomor akta penjaminan, namun karena
akta tersebut dituangkan secara notariil maka secara otomatis sudah
ada dengan sendirinya, karena tanggal dan nomor digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui siapakah yang berhak sebagai
pihak pertama atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia
(Pasal 25 sub d P.J.N)

Peraturan Pemerintah ini terdiri atas 4 bab dan 14 Pasal. Hal-hal yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pendaftaran fidusia, tata cara

perbaikan sertifikat, perubahan sertifikat, pencoretan pendaftaran, dan

penggantian sertifikat. Dalam Pasal 11 UUJF ditentukan bahwa benda, baik

yang berada di dalam wilayah negara Republik Indonesia maupun berada di

luar wilayah negara Republik Indonesia yang dibebani jaminan fidusia wajib

didaftarkan. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia. Untuk

pertama kalinya Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan di Jakarta dengan

wilayah kerja mencakup seluruh wilayah RI. Tapi kini Kantor Pendaftaran
Fidusia telah dibentuk pada setiap provinsi di Indonesia.Kantor Pendaftaran

Fidusia berada dalam lingkup tugas Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia.

Tujuan pendaftaran jaminan fidusia adalah:

1. Untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang

berkepentingan;

2. Memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia

terhadap kreditor yang lain.

3. Prosedur dalam pendaftaran jaminan fidusia, sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 18 UUJF dan Peraturan Pemerintah

Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan

Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut:

Permohonan pendaftaran fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa,

atau wakilnya pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Permohonan itu diajukan

secara tertulis dalam Bahasa Indonesia. Permohonan pendaftaran itu

dengan melampirkan pernyataan pendaftaran fidusia. Pernyataan itu

memuat:

a. identitas pihak pemberi dan penerima fidusia;

b. tempat, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempat kedudukan

notaris yang membuat akta jaminan fidusia;

c. data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;

d. uraian mengenai objek benda jaminan yang menjadi objek jaminan


fidusia;

e. nilai penjaminan; dan nilai benda yang menjadi objek benda jaminan

fidusia. Permohonan itu dilengkapi dengan:

1) salinan akta notaris tentang pembebanan jaminan fidusia;

2) surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang untuk melakukan

pendaftaran jaminan fidusia;

3) bukti pembayaran biaya pendaftaran jaminan fidusia.

4) Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku

daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran;

5) Membayar biaya pendaftaran fidusia;

6) Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada

Penerima Fidusia sertifikat jaminan fidusia pada tanggal yang sama

dengan penerimaan permohonan pendaftaran;

7) Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal

dicatatnya jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia34.

34
Ibid., hlm.65-66.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode yuridis normatif yaitu metode pendekatan yang melihat hal-hal yang

bersifat normatif baik itu mengenai teori-teori hukum, konsep-konsep hukum

maupun azas-azas hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku35. Pendekatan yuridis normatif merupakan penelitian

yang dilakukan dengan melakukan studi langsung di lapangan atau pada

instansi-instansi terkait guna memperoleh data-data yang berkaitan dengan

kepastian hukum pelaksanaan pendaftaran fidusia secara elektronik.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yaitu

penelitian yang hanya menggambarkan objek yang menjadi pokok

permasalahan dan menganalisisnya dengan maksud untuk mengambil suatu

kesimpulan dengan kata lain menuturkan data yang bertujuan membahas

realitas yang ada. 36

35
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta ; Penerbit Universitas
Indonesia, 2007), hlm 51.
36
Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 2010), hlm
114.
C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder.

Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan

yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertama,

melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumentasikan dalam

bentuk bahan-bahan hukum yang terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari:

a. Undang - Undang Dasar 1945;

b. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Pasal 1313 dan Pasal 1320

c. Undang - Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000

tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan

Akta Jaminan Fidusia.

e. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pendelegasian Penandatanganan

Sertifikat Jaminan Fidusia Secara Elektronik.

f. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan

Fidusia Secara Elektronik.

g. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia

Secara Elektronik.
h. Surat Edaran Ditjen AHU tertanggal 5 Maret 2013, Nomor AHU-

06.OT.03.01 Tahun 2013 mengenai Pemberlakuan Sistem Administrasi

Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System)

2. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer

dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer,

merupakan karya para sarjana baik yang telah dipublikasikan maupun

yang belum, antara lain: Hasil karya ilmiah para sarjana, Buku-buku,

laporan, artikel, skripsi, desertasi, makalah, dan Hasil-hasil penelitian.

3. Bahan Hukum Tersier

Yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder; contohnya adalah kamus, ensiklopedia,

indeks kumulatif dan sebagainya.

D. Metode Analisis Data

Analisa data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari

data yang diperoleh kemudian disusun secara sistimatis kemudian dianalisa

secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Analisis

data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data lisan dan

juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. 37

Pengertian analisis disini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan

pengiterprestasian secara logis, sistimatis. Logis sistimatis menunjukan cara

37
Ashofa Burhan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm 15.
berfikir dedukatif-indukatif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan

penelitian ilmiah. Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan

secara deskritif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya

sesuai dengan pemasalahan yang diteliti.38 Dari hasil tersebut kemudian

ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini.

38
H.B Sutopo, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, (Surakarta : UNS
Press, 2008), hlm 37.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kepastian Hukum Pelaksanaan Pendaftaran Fidusia Secara Elektronik

A.1 Pengaturan Hukum Pendaftaran Jaminan Fidusia Online

Perkembangan teknologi informasi memberikan perubahan Lex et

Societatis, terhadap tatanan hidup manusia. Jaminan Fidusia juga merasakan

perubahan tersebut, di mana sekarang ini tata cara pendaftaran Jaminan

Fidusia sudah beralih dari yang secara manual atau konvensional menjadi

secara elektronik atau online system. Hal ini semakin nyata dirasakan setelah

dikeluarkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

AHU-06.OT.03.01 tanggal 5 Maret 2013 tentang Pemberlakuan Sistem

Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik (Online system)

yang kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 9

Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan

Fidusia secara elektronik.

Surat Edaran tersebut dikeluarkan dalam rangka melaksanakan amanat

yang terkandung dalam Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, serta untuk

memberikan pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan bersih dalam

pelaksanaan sistem administrasi pendaftaran Jaminan Fidusia. Dalam sistem

administrasi pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik (Online system)


sudah tidak diberlakukan lagi seperti yang telah disampaikan dalam Surat

Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-06.OT.03.01 pada

angka 2, yaitu Kantor Pendaftaran Fidusia diseluruh Indonesia dalam

menjalankan tugas dan fungsinya tidak lagi menerima permohonan

pendaftaran jaminan fidusia secara manual dan turut menginformasikan

kepada pemohon untuk melakukan permohonan pendaftaran jaminan fidusia

secara elektronik.

Dalam angka 4 menjelaskan bahwa terhadap permohonan pendaftaran

jaminan fidusia yang telah diajukan kepada kantor pendaftaran jaminan

fidusia dan telah membayar biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB)

sebelum berlakunya system online pendaftaran jaminan fidusia, maka kantor

pendaftaran fidusia wajib menyelesaikannya paling lambat 60 (enampuluh)

hari sejak tanggal berlakunya sistem administrasi pendaftaran jaminan fidusia

secara elektronik. Dan pada angka 5 disebutkan bahwa terhadap permohonan

pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana tersebut pada angka 4, tidak dapat

terselesaikan maka permohonan harus dilakukan secara elektronik.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 9 Tahun 2013 bahwa

pelayanan hukum khususnya pendaftaran Jaminan Fidusia sudah

meninggalkan cara manual atau konvensional dan sudah beralih secara

elektronik (Online system). Dalam pelaksanaan pendaftaran Jaminan Fidusia

secara elektronik (Online system) tentunya kepastian hukum harus dapat

dijamin baik itu bagi pemberi fidusia, penerima fidusia maupun bagi pihak
ketiga. Memberikan kepastian hukum sebagai tujuan dari dilakukannya

pendaftaran

Untuk lebih menjamin kepastian hukum bagi para pihak, notaris

sendiri yang akan melakukan pendaftaran jaminan fidusia secara online

dengan menginput data sesuai dengan akta pembebanan yang dibuatnya

tentunya dengan mendapat kuasa dari penerima fidusia dan juga karena

mengingat username dan password untuk masuk ke dalam menu layanan

Pendaftaran Jaminan fidusia secara online hanya dimiliki oleh notaris sebagai

pejabat umum yang berwenang.

Pendaftaran Jaminan Fidusia secara online dapat memberikan

informasi mengenai pemberi dan penerima fidusia, perjanjian pokok yang

dijamin, nilai penjaminan serta objek jaminan yang sesuai dengan akta

notaris. Setelah pengisian data selesai dilakukan oleh notaris yang

mendapatkan kuasa akan diperoleh bukti pendaftaran jaminan fidusia dan kita

diwajibkan untuk membayar biaya pendaftaran di bank yang sudah

ditentukan. Kemudian barulah sertifikat dapat dicetak dari menu daftar

transaksi dalam Fidusia online. Dan dalam Sertifikat jaminan Fidusia

mengandung kata-kata yang biasa disebut irah-irah, "DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, sebagaimana yang

tertulis di dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia sehingga

mampu memberikan kepastian hukum bagi pemberi fidusia dan penerima

fidusia, sehubungan dengan penyerahan hak milik atas benda bergerak dari

pemberi fidusia secara kepercayaan kepada penerima fidusia. Lalu


selanjutnya diikuti mengenai informasi mengenai identitas pemberi dan

penerima fidusia, perjanjian pokok yang dijamin, nilai penjaminan serta objek

jaminan yang sesuai dengan akta notaris begitu juga dengan Kantor

Pendaftaran Fidusia beserta pengesahan dari Kepala Kantor Wilayah tentunya

dengan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia.

A.2 Pelaksanaan pendaftaran fidusia secara Elektronik (Online System)

1. Tempat pendaftaran jaminan fidusia

Dengan adanya sistem online dalam pendaftaran jaminan fidusia

maka pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia ini telah memberikan

kemudahan bagi pihak nasabah. Karena yang diserahkan hanyalah hak

kepemilikan dari benda tersebut, atas dasar kepercayaan dan dengan

ketentuan bahwa benda dengan hak kepemilikan tersebut tetap dalam

penguasaan pemilik benda itu. Praktek pendaftaran jaminan fidusia secara

elektronik atau online dilakukan pada kantor notaris, karena hanya notaris

yang dapat mengakses website www.sisminbakum.go.id. untuk melakukan

pendaftaran akta jaminan fidusia. Notaris sendiri yang akan melakukan

pendaftaran jaminan fidusia secara online dengan menginput data sesuai

dengan akta pembebanan yang dibuatnya, karena mengingat username dan

password untuk masuk ke dalam menu layanan Pendaftaran Jaminan

fidusia secara online yang hanya dimiliki oleh notaris.


Username dan password yang diberikan oleh Direktorat Jenderal

Administrasi Hukum Umum dalam mengakses menu fidusia online

hanyalah dimiliki oleh para notaris. Kepemilikan notaris akan username

dan password dalam mengakses menu fidusia online yang diselenggarakan

oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia khususnya Direktorat

Jenderal Administrasi Hukum Umum secara jelas menyatakan bahwa

notaris menjadi pejabat umum yang berwenang dalam melakukan

pendaftaran Jaminan Fidusia. Berikut bagan alur pekerjaan fidusia online,

sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal AHU No.

AHU.06.OT.03.01 Tahun 2013.

Gambar 1 :
Bagan alur pendaftaran fidusia online,

Keterangan :

1) Pihak pemohon mengajukan pembuatan akta fidusia melalui notaris.

2) Notaris akan periksa kelengkapan berkas yang akan didaftarkan fidusia

secara online.
3) Bila berkas dinyatakan lengkap, oleh notaris akan dibuatkan minuta

akta yang kemudian ditanda tangani oleh pihak nasabah dan Bank atau

Finance yang selanjutnya dibuatkan salinan akta.

4) Minuta disimpan di kantor notaris sebagai arsip negara, dan salinan akta

oleh pihak notaris akan diserahkan kepada pihak pemohon.

5) Salinan akta yang telah selesai, digunakan sebagai dasar untuk

melakukan input data fidusia online melalui website sisminbakum.

6) Data yang telah di input akan di setor ke bank untuk melakukan

pembayaran PNBP (Penerima Penghasilan Negara Bukan Pajak).

7) Pihak bank akan memberikan struk pembayaran kepada notaris sebagai

bukti setor PNBP.

8) Sertifikat fidusia dapat dicetak dan diserahkan kepada pemohon.

2. Permohonan dan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia

Untuk melancarkan proses pendaftaran jaminan fidusia secara

sistem online maka dibuat pengaturan tentang tata cara pendaftaran

jaminan fidusia secara elektronik yaitu pada Pasal 2 dan Pasal 3, Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2013 tentang

Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik menyatakan

bahwa:
Pasal 2
(1) Permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik
diajukan kepada Menteri.
(2) Pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. pendaftaran permohonan Jaminan Fidusia;
b. pendaftaran perubahan Jaminan Fidusia; dan
c. penghapusan Jaminan Fidusia.

Pasal 3 mengatur tentang tata cara pendaftaran permohonan

jaminan fidusia secara elektronik, yaitu:

Pasal 3
(1) Pendaftaran permohonan Jaminan Fidusia secara elektronik
dilakukan dengan mengisi formulir aplikasi.
(2) Pengisian formulir aplikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. identitas Pemohon;
b. identitas pemberi fidusia;
c. identitas penerima fidusia;
d. akta Jaminan Fidusia;
e. perjanjian pokok;
f. nilai penjaminan; dan
g. nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.
(3) Pemohon mencetak bukti pendaftaran setelah selesai
melakukan pengisian formulir aplikasi.
(4) Bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memuat:
a. nomor pendaftaran;
b. tanggal pengisian aplikasi;
c. nama Pemohon;
d. nama Kantor Pendaftaran Fidusia;
e. jenis permohonan; dan
f. biaya pendaftaran permohonan Jaminan Fidusia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Berdasarkan bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran
permohonan Jaminan Fidusia melalui Bank Persepsi.
(6) Setelah melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (5),

Pemohon mencetak sertifikat Jaminan Fidusia yang telah

ditandatangani secara elektronik oleh Pejabat Pendaftaran Jaminan


Fidusia. Sistem pendaftaran jaminan fidusia manual diperlukan adanya

penyerahan dokumen fisik berupa pernyataan pendaftaran jaminan fidusia

yang blangkonya disediakan oleh kantor pendaftaran fidusia, surat

permohonan pendaftaran jaminan fidusia, salinan Akta Jaminan Fidusia,

surat kuasa untuk melakukan pendaftaran, bukti pembayaran PNBP dan

fotokopi bukti kepemilikan objek kepada kantor pendaftaran fidusia

sebagai persyaratan pendaftaran. Kemudian pada sistem administrasi

pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik tidak ada penyerahan

dokumen fisik ke kantor pendaftaran fidusia di Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia, tetapi dokumen fisik tersebut diserahkan ke kantor

pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik.

Pendaftaran jaminan fidusia yang dilakukan dengan sistem online

tidak memerlukan pengiriman ataupun mengirim softcopy dari data fisik

yang berupa akta jaminan fidusia, perjanjian kredit dari bank, fotocopy

KTP dan kartu keluarga dari debitor, semua dokumen tersebut diserahkan

kepada pemohon untuk keperluan menginput data pendaftaran secara

online. Selanjutnya semua dokumen tersebut disimpan oleh pemohon.

Surat pernyataan bahwa tidak adanya pengirim softcopy data fisik secara

online oleh pemohon yaitu notaris. Karena tidak adanya penyerahan data

fisik secara online yang bertujuan untuk menjamin kepastian akta jaminan

fidusia dan data-data yang telah di input dalam sistem online, maka pada

sistem pendaftaran jaminan fidusia online tersebut terdapat keterangan


peringatan, yang isinya sebagai berikut: saya menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa:

a. Seluruh data yang tertuang dalam permohonan pendaftaran jaminan

fidusia ini adalah benar.

b. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tidak

bertanggung jawab atas segala akibat hukum yang timbul atas pengisian

permohonan pendaftaran jaminan fidusia.Seluruh data yang di input

merupakan tanggung jawab pemohon.

Sehingga dengan adanya peringatan yang terdapat dalam

pendaftaran jaminan fidusia online tersebut mengakibatkan atas semua

yang sudah dicantumkan pada pendaftaran online tersebut menjadi

tanggungjawab pemohon pendaftar fidusia.

3. Tata cara atau mekanisme pendaftaran fidusia secara Online yang

dilakukan oleh lembaga pembiayaan

Sebelum didaftarkannya Fidusia atau adanya suatu Fidusia, tentu

saja sebelumnya ada sebuah perjanjian yang mengikat. Dalam hal ini,

diperlukan sebuah perjanjian pembiayaan konsumen. Berdasarkan dari

informasi atau wawancara yang sudah dilakukan, berikut adalah prosedur

dan pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen pada Lembaga

pembiayaan yang umumnya juga dilakukan oleh cabang-cabang lainnnya

sampai ke tahap pendaftaran Fidusia secara online :


a. Lembaga pembiayaan mempersiapkan hal hal yang berkaitan untuk

proses pendaftaran Fidusia secara online yang akan diserahkan ke

notaris untuk segera dibuatkan Akta Fidusia. Fidusia harus segera

didaftarkan, agar jika dikemudian hari tidak timbul suatu masalah,

akibat tidak didaftarkannya Fidusia tersebut.

b. Pendaftaran Akta Jaminan Fidusia akan diserahkan ke kantor Notaris.

Dalam hal ini, notaris wajib menteliti setiap data yang sudah ia

dapatkan dari Lembaga pembiayaan, agar tidak terjadi suatu kesalahan

dalam proses pendaftaran. Obyek dan nilai Fidusia harus jelas. Setelah

semua dirasa sudah benar, maka notaris segera mendaftarkan Fidusia

secara online.

Disini notaris mempunyai account atau wewenang untuk

menginput data yang akan segera diproses oleh Dirjen AHU. Notaris

menginput data tersebut di website atau di alamat http:fidusia.ahu.web.id.

Account ini bersifat pribadi serta rahasia dan tidak dapat orang lain

mempergunakannya. Setelah notaris sudah menginput semua data data

Fidusia yang ada dengan benar dan sudah memenuhi syarat yang ada

dalam melakukan proses pendaftaran seperti PNBP (Penerimaan Negara

Bukan Pajak), maka Sertifikat Fidusia akan segera didapatkan. Hal ini juga

sebagai bentuk verifikasi oleh Ditjen AHU bahwa notaris yang

bersangkutan berwenang dan dianggap masih aktif. Sesuai dengan slogan

Ditjen AHU, dalam 7 menit Sertifikat Fidusia sudah bisa didapatkan dan

Sertifkat ini sudah mempunyai kekuatan hukum.


Keabsahan Fidusia Online yang sudah dilakukan oleh Lembaga

pembiayaan dapat dipertanggungjawabkan dan sah dimata hukum. Dasar

hukum dari Fidusia online itu sendiri adalah Surat Edaran Ditjen AHU

06.OT.03.01 Tahun 2013 mengenai Pemberlakuan Sistem Administrasi

Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System) yang

dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) juga menjamin

keabsahan Sertifikat Fidusia yang diterbitkan secara online. Keabsahan

Sertifikat itu ditunjukkan dengan adanya tanda tangan elektronik dari

masing-masing Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenkumham.

Selain tanda tangan elektronik dari tiap perwakilan Kemenkumham,

sertifikat juga sudah dibubuhi dengan stempel. Notaris dalam penginputan

data dalam rangka mencetak Sertifikat Fidusia, segala sesuatu data tersebut

juga dilindungi atau sah di mata hukum. Mengenai hal ini, dapat dilihat

dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik yang mengatur bahwa dokumen

dalam transaksi elektronik merupakan alat bukti yang sah.

4. Buku Daftar Fidusia

Kantor pendaftaran fidusia untuk melaksanakan pencatatan

jaminan fidusia, menyediakan buku daftar fidusia. Kewajiban

menyediakan buku daftar fidusia bagi kantor pendaftaran fidusia ini

dinyatakan secara tegas dalam Pasal 13 ayat (3) UU Jaminan Fidusia, yang
bunyinya “Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam

buku daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran”. Berdasarkan pada Pasal 13 ayat (3) UU

Jaminan fidusia dapat diketahui bahwa jaminan fidusia (harus) dicatat di

Kantor Pendaftaran Fidusia dalam suatu register khusus yang diadakan

untuk itu, yang dinamakan dengan buku daftar fidusia. Pencatatannya

dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran jaminan fidusia tersebut.

Pada sistem manual pencatatan fidusia dilakukan oleh pejabat yang

berwenang untuk itu, dimana perlu adanya penyerahan dokumen terlebih

dahulu. Hal tersebut berbeda dalam system online, pada system online

pencatatan jaminan fidusia tetap dilakukan, namun tidak dicatatkan secara

manual melalui buku daftar fidusia tetapi dengan system online. Setelah

menginput seluruh data, maka secara otomatis jaminan fidusia telah

dicatatkan dengan system online. Setelah dicatatkan melalui system online,

barulah dapat dicetak sertifikat jaminan fidusia.

5. Saat lahirnya jaminan fidusia

Jaminan fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan

Pasal 14 ayat (3) UU Jaminan Fidusia, lahir pada tanggal yang sama

dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia.

Tanggal pencatatan jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia ini dianggap

sebagai alat saat lahirnya jaminan fidusia, dengan demikian pendaftaran


jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia merupakan perbuatan konstitutif

yang melahirkan jaminan fidusia. Penegasan lebih lanjut terdapat dalam

ketentuan Pasal 28 UU Jaminan Fidusia yang menyatakan apabila atas

benda yang sama menjadi objek jaminan fidusia lebih dari 1 (satu)

perjanjian jaminan fidusia, maka kreditor yang lebih dahulu

mendaftarkannya adalah penerima fidusia. Hal ini penting diperhatikan

oleh kreditor, karena hanya penerima fidusia, kuasa atau wakilnya yang

boleh melakukan pendaftaran jaminan fidusia. Lahirnya jaminan fidusia

melalui system online adalah sama dengan sistem manual yaitu pada saat

dicatatkannya jaminan fidusia. Jaminan Fidusia, lahir pada tanggal yang

sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam system online.

6. Biaya pendaftaran jaminan fidusia

Biaya pendaftaran fidusia diatur dalam PP No 86 Tahun 2000, pada

Pasal 13 ayat (4) UU Jaminan Fidusia dan Pasal 2 ayat (3) PP No 86

Tahun 2000, dapat diketahui bahwa besarnya biaya pendaftaran jaminan

fidusia pada kantor pendaftaran fidusia diatur dengan Peraturan

Pemerintah tersendiri mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Pada tahun 2014 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45

Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

(selanjutnya disebut PP 45 Tahun 2014) yang mengantikan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Hukum


dan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan PP 45 Tahun 2014 Tarif Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bertalian dengan biaya permohonan

pendaftaran jaminan fidusia dan perubahan serta penggantian sertifikat

jaminan fidusia dapat dilihat dari table berikut:

Tabel 1
Tarif Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bertalian dengan biaya
permohonan pendaftaran jaminan fidusia dan perubahan serta penggantian sertifikat
jaminan fidusia

Jenis PNBP Satuan Tarif

1. Pendaftaran jaminan fidusia


a. Untuk nilai penjaminan sampai dengan Per Akta Rp 50.000,00
Rp 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta
Rupiah).
b. Untuk nilai penjaminan diatas Rp Per Akta Rp 100.000,00
50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah)
sampai dengan Rp 100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah).
c. Untuk nilai penjaminan di atas Rp Per Akta Rp 200.000,00
100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah)
sampai dengan Rp 250.000.000,00 (Dua
Ratus Lima Puluh Juta Rupiah ).
d. Untuk nilai penjaminan di atas Rp Per Akta Rp 400.000,00
250.000.000,00 (Dua Ratus Lima Puluh
Juta Rupiah) sampai dengan Rp
500.000.000,00 (Lima Ratus Juta
Rupiah).
e. Untuk nilai penjaminan di atas Rp Per Akta Rp 800.000,00
500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah)
sampai dengan Rp 1.000.000.000,00
(Satu Miliar Rupiah).
f. Untuk penjaminan di atas Rp Per Akta Rp 1.600.000,00
1.000.000.000,00 (Satu Miliar Rupiah)
sampai dengan Rp 100.000.000.000,00
(Seratus Miliar Rupiah).

g. Untuk penjaminan di atas Rp Per Akta Rp 3.200.000,00


100.000.000.000,00 (Seratus Miliar
Rupiah) sampai dengan Rp
500.000.000.000,00 (Lima Ratus Miliar
Rupiah).
h. Untuk penjaminan di atas Rp Per Akta Rp 6.400.000,00
500.000.000.000,00 (Lima Ratus Miliar
Rupiah) sampai dengan Rp
1.000.000.000.000,00 (Satu Triliun
Rupiah).
i. Untuk penjaminan di atas Rp Per Akta Rp 12.800.000,00
1.000.000.000.000,00 (Satu Triliun
Rupiah).
2. Permohonan perubahan hal yang tercantum Per Akta Rp 200.000,00
dalam sertifikat jaminan fidusia.

Sumber : Data diolah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2017

7. Sertifikat Jaminan Fidusia

Sebagai tanda bukti adanya jaminan fidusia, sesuai dengan

ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) UU Jaminan Fidusia, kantor pendaftaran

fidusia menerbitkan sertifikat jaminan fidusia untuk selanjutnya

menyerahkan kepada penerima fidusia sertifikat jaminan fidusia tersebut

pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan

pendaftaran jaminan fidusia. Ketentuan Pasal 6 ayat (3) Keputusan

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01.UM.01.06

Tahun 2001 bahwa, nomor, tanggal dan jam penerimaan pendaftaran

jaminan fidusia harus sama dengan nomor, tanggal dan jam yang

tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan untuk

permohonan tersebut.

Sertifikat jaminan fidusia merupakan salinan dari buku daftar

fidusia. Hal-hal yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia adalah:

1) Dalam judul sertifikat jaminan fidusia dicantumkan kata-kata “DEMI

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.

Sertifikat jaminan ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama


dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

yang tetap. Apabila debitor cedera janji, penerima fidusia mempunyai

hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas

kekuasaannya sendiri;

2) Di dalam sertifikat jaminan fidusia dicantumkan hal-hal berikut:

a) Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia

b) Tempat, nomor akta jaminan fidusia, nama dan tempat kedudukan

notaris yang membuat akta jaminan fidusia

c) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia

d) Uraian mengenai objek benda jaminan yang menjadi objek jaminan

fidusia

e) Nilai penjaminan

f) Nilai benda yang menjadi objek benda jaminan fidusia.

Apabila terjadi kekeliruan penulisan dalam sertifikat jaminan

fidusia yang telah diterima oleh pemohon dalam jangka waktu 60 hari

setelah menerima sertifikat tersebut, pemohon memberitahukan kepada

kantor pendaftaran fidusia untuk diterbitkan sertifikat perbaikan. Sertifikat

perbaikan memuat tanggal yang sama dengan tanggal sertifikat semula dan

penerbitan sertifikat tidak dikenai biaya (Pasal 5 ayat (1), (2) dan ayat (3)

PP 86 Tahun 2000).

Sertifikat jaminan fidusia juga tidak menutup kemungkinan terjadi

perubahan terhadap substansi, yang dimaksud dengan perubahan substansi

antara lain perubahan penerima jaminan fidusia, perubahan perjanjian


pokok yang dijamin fidusia dan perubahan nilai jaminan. Apabila terjadi

hal tersebut prosedur yang ditempuh untuk mengadakan perubahan

substansi sebagai berikut:

1) Penerima fidusia wajib mengajukan permohonan pendaftaran atas

perubahan tersebut kepada kantor pendaftaran fidusia.

2) Kantor pendaftaran fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal

penerimaan permohonan perubahan, melakukan pencatatan perubahan

tersebut dalam buku daftar fidusia dan menerbitkan pernyataan

perubahan yang merupakan bagian tak terpisah dari sertifikat jaminan

fidusia.

Setelah berlakunya pendaftaran jaminan fidusia secara online

terjadi perbedaan terhadap pihak yang menerbitkan sertifikat jaminan

fidusia. Pada sistem manual sertifikat jaminan fidusia dikeluarkan oleh

instansi yang sah dan berwenang, dalam hal ini kantor pendaftaran fidusia

sedangkan dengan berlakunya sistem online pada Peraturan Menteri

Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia

Secara Elektronik Pasal 3 ayat (6) bahwa yang mencetak sertifikat jaminan

fdiusia adalah pemohon. Pasal 3 ayat (6) menyatakan bahwa, “setelah

melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pemohon

mencetak sertifikat jaminan fidusia yang telah ditandatangani secara

elektronik oleh pejabat pendaftaran jaminan fidusia”.

Dalam prakteknya pihak yang mencetak sertifikat jaminan fidusia

adalah notaris di kantor notaris. Tanda tangan dalam Sertifikat Jaminan


Fidusia secara elektronik hal ini berbeda pada sistem pendaftaran jaminan

fidusia manual, dimana tanda tangan yang diberikan adalah tanda tangan

basah. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 diatur mengenai

Pendelegasian Penandatanganan Sertifikat Jaminan Fidusia Secara

Elektronik yaitu pada Pasal 2 dan Pasal 3 bahwa:

Pasal 2
1) Penandatanganan sertifikat jaminan fidusia secara elektronik
dilakukan oleh Pejabat Pendaftaran Jaminan Fidusia atas nama
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
2) Sertifikat jaminan fidusia ditandatangani pada tanggal yang
sama dengan tanggal penerimaan permohonan Pendaftaran
Jaminan Fidusia Secara Elektronik.

Pasal 3
1) Dalam hal Pejabat Pendaftaran Jaminan Fidusia berhalangan,
kewenangan penandatanganan sertifikat jaminan fidusia secara
elektronik dapat didelegasikan kepada Kepala Divisi Pelayanan
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
2) Dalam hal Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasi
Manusia berhalangan, Pejabat Pendaftaran Jaminan Fidusia
dapat mendelegasikan kewenangan penandatanganan sertifikat
jaminan fidusia secara elektronik kepada Kepala Divisi
Administrasi.

Tanda tangan elektronik pada dasarnya adalah teknik dan

mekanisme yang digunakan untuk memberikan kesamaan fungsi dan

karakteristik tanda tangan tertulis (basah) yang dapat diterapkan dalam

lingkungan elektronik (fungsional equivalence approach). Tanda tangan

elektronik merupakan data dalam bentuk elektronik yang dilekatkan,

terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik yang berguna untuk

mengidentifikasi penanda tangan dan menunjukkan persetujuan penanda

tangan atas informasi elektronik yang dimaksud. Dengan kata lain, tanda

tangan elektronik berfungsi sebagai alat verifikasi atau autentikasi.


Terkait dengan kedudukan tanda tangan elektronik, Penjelasan

Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

(selanjutnya disebut UU ITE) menyebutkan bahwa tanda tangan elektronik

memiliki kedudukan yang sama dengan tanda tangan manual pada

umumnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum sejauh

memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan dalam Pasal 11 dan

Pasal 12 UU ITE.

Pasal 11
1) Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat
hukum yang sah selama memenuh persyaratan sebagai berikut :
a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya
kepada Penanda Tangan;
b. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses
penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa
Penanda Tangan;
c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang
terjadi setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
d. segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait
dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui;
e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi
siapa Penandatangannya; dan
f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda
Tangan telah memberikan persetujuan terhadap Informasi
Elektronik yang terkait.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang Tanda Tangan Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 12
1) Setiap orang yang terlibat dalam Tanda Tangan Elektronik
berkewajiban memberikan pengamanan atas Tanda Tangan
Elektronik yang digunakannya.
2) Pengamanan Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:
a. sistem tidak dapat diakses oleh orang lain yang tidak berhak;
b. Penanda Tangan harus menerapkan prinsip kehati-hatian
untuk menghindari penggunaan secara tidak sah terhadap
data terkait pembuatan Tanda Tangan Elektronik;
c. Penanda Tangan harus tanpa menunda-nunda, menggunakan
cara yang dianjurkan oleh penyelenggara Tanda Tangan
Elektronik ataupun cara lain yang layak dan sepatutnya harus
segera memberitahukan kepada seseorang yang oleh Penanda
Tangan dianggap memercayai Tanda Tangan Elektronik atau
kepada pihak pendukung layanan Tanda Tangan Elektronika:
(1) Penanda Tangan mengetahui bahwa data pembuatan
Tanda Tangan Elektronik telah dibobol; atau
(2) keadaan yang diketahui oleh Penanda Tangan dapat
menimbulkan risiko yang berarti, kemungkinan akibat
bobolnya data pembuatan Tanda Tangan Elektronik; dan
d. dalam hal Sertifikat Elektronik digunakan untuk mendukung
Tanda Tangan Elektronik, Penanda Tangan harus
memastikan kebenaran dan keutuhan semua informasi yang
terkait dengan Sertifikat Elektronik tersebut.
3) Setiap Orang yang melakukan pelanggaran ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab atas
segala kerugian dan konsekuensi hukum yang timbul.

8. Wanprestasi

Sebelum membahas mengenai wanprestasi, maka terlebih dahulu

penulis akan membahas mengenai prestasi. Prestasi merupakan kewajiban

yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh debitor dalam setiap perikatan,

baik perikatan yang bersumber pada perjanjian maupun Undang - Undang.

Menurut Subekti, wanprestasi yang dilakukan debitor dapat berupa empat

hal yaitu :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi sebagaimana dalam perjanjian.

b. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak sesuai sebagaimana

diperjanjikan.

c. Melakukan yang diperjanjikan tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Ada 4 (empat) akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut


a. Perikatan tetap ada Kreditor masih dapat memenuhi kepada debitor

pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi.

Disamping itu, Kreditor berhak menuntut ganti kerugian akibat

keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan Kreditor

akan mendapat keuntungan apabila debitor melaksanakan prestasi tepat

pada waktunya.

b. Debitor harus membayar ganti kerugian kepada Kreditor (Pasal 1243

KUHPerdata).

c. Beban resiko beralih untuk kerugian debitor, jika halangan itu timbul

setelah debitor wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan

besar dari pihak Kreditor. Oleh karena itu, debitor tidak dibenarkan

untuk berpegangan Pada keadaan memaksa.

d. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, Kreditor dapat

membebaskan diri dari kewajiban nya memberikan kontra prestasi

dengan menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata.

Debitor dapat dikatakan dalam keadaan wanprestasi ada syarat-syarat

tertentu yang harus dipenuhi yaitu : 39

a. Syarat meteriil, yaitu adanya kesengajaan berupa:

1) Kesengajaan, adalah suatu hal yang dilakukan seseorang dengan

dikehendaki dan diketahui serta disadari oleh pelaku sehingga

menimbulkan kerugian pada pihak lain,

39
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa,1995), hlm.15
2) Kelalaian, adalah suatu hal yang dilakukan dimana seseorang yang

wajib berprestasi seharusnya tabu atau patut menduga bahwa dengan

perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan menimbulkan

kerugian.

b. Syarat formil, yaitu adanya peringatan atau somasi.

Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak debitor harus dinyatakan

dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkan debitor, bahwa

kreditor menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang

pendek. Somasi adalah teguran keras secara tertulis dari kreditor berupa

akta kepada debitor, supaya debitor melakukan prestasi dengan

mencantumkan tanggal terakhir debitor harus berprestasi dan disertai

dengan sanksi atau denda atau hukuman yang akan dijatuhkan atau

diterapkan, apabila debitor wanprestasi atau lalai.40 Pada Lembaga

pembiayaan dalam prakteknya kredit macet tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu :

a. Menurunnya kemampuan debitor (konsumen) yang disebabkan oleh

hilangnya pendapatan debitor (konsumen) akibat pemutusan hubungan

kerja.

b. Menurunnya hasil usaha debitor (konsumen).

c. Terjadinya hal-hal diluar kekuasaan manusia seperti terjadinya

penggusuran, huru-hara, kebakaran serta bencana alam dan lain

sebagainya.

40
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1995), hlm.16
Sebelum dilakukannya penyitaan sesuai dengan Pasal 29 Undang–Undang

Nomor 42 Tentang Fidusia, maka pihak Lembaga pembiayaan terlebih

dahulu akan menempuh tahapan - tahapan sebagai berikut:

a. 1 (satu) minggu sebelum jatuh tempo diberikan peringatan pertama.

b. Pada saat jatuh tempo diberikan peringatan kedua.

c. 1 (satu) minggu setelah tanggal jatuh tempo diberi peringatan ketiga.

d. 4 (empat) minggu setelah jatuh tempo, maka debitor akan diundang ke

kantor untuk membicarakan penyelesaian kreditnya.

e. 5 (lima) minggu debitor akan diperingatkan eksekusi pertama.

f. 6 (enam) minggu debitor akan diperingatkan eksekusi kedua.

g. 7 (tujuh) minggu debitor akan diperingatkan eksekusi ketiga.

Pada minggu kedelapan apabila debitor tidak mengindahkan

peringatan - peringatan yang diberikan oleh pihak kreditor dalam hal ini

pihak Finance Semarang, maka akan dilakukan penarikan barang jaminan

dan selanjutnya tiga minggu kemudian dibuat penjualan secara sukarela.

Dalam hal ini debitor sudah semestinya mengikuti aturan – aturan yang

ada sesuai dengan kewajiban – kewajiban konsumen yang diatur dalam

Pasal 5 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Proses penyitaan itu sendiri dimulai dengan adanya surat perintah

sita yang didasarkan pada histori pembayaran yang buruk dilihat dari

daftar aging, yang berisi :

a. Catatan pembayaran hutang perbulannya yang disetor oleh debitor


b. Usaha debitor yang berbeda dari data yang ada

c. Obyek jaminan digadaikan untuk keperluan lain, sehingga ada unsur

penggelapan barang jaminan ataupun obyek jaminan berada di tangan

pihak ketiga tanpa sepengetahuan kreditor.

Dalam hal ini Lembaga pembiayaan perlu mengambil tindakan

cepat yaitu dengan cara penarikan obyek jaminan dari penguasaan debitor.

Adapun berkas - berkas yang dipersiapkan adalah sebagai berikut :

a. Berita analisa kasus

b. Foto copy perjanjian pembiayaan konsumen yang dilengkapi dengan

berkas - berkas penunjang lainnya

c. Daftar aging

d. Asli berita acara serah terima kepada karyawan Finance yang khusus

menangani penarikan obyek jaminan.

Petugas penyitaan diberikan surat kuasa resmi yang berstempel dan

telah ditandatangani oleh pihak divisi keuangan Lembaga pembiayaan

selaku yang dikuasakan oleh debitor / pemberi kuasa untuk melakukan

penarikan obyek jaminan fidusia dan yang menerima kuasa dalam hal ini

kariawan petugas penyitaan.

Surat kuasa untuk melakukan penarikan obyek jaminan merupakan

alas hukum yang sah bagi kreditor untuk melakukan penyitaan. Surat

kuasa ini berisi pernyataan yang ditandatangani oleh debitor sendiri guna

memberikan kuasa dengan hak penyerahan hak milik secara fidusia

dengan nomor perjanjian fidusia yang telah disetujui yang selanjutnya


disebut penerima kuasa untuk melakukan tindakan - tindakan apabila

pihak debitor mengalami salah satu peristiwa yang tercantum dalam

perjanjian pembiayaan konsumen sebagai berikut:

a. Debitor dinilai lalai membayar salah satu angsuran atau angsuran-

angsurannya.

b. Debitor meninggal dunia, atau sakit berkelanjutan atau cacat tetap, tidak

mampu untuk menyelesaikan kewajiban - kewajibannya dalam

perjanjian ini, kecuali apabila penerima dan atau penerus hak / para ahli

warisnya dengan persetujuan kreditor menyatakan sanggup untuk

memenuhi semua kewajiban debitor berdasarkan perjanjian ini.

c. Debitor berada di bawah pengampuan atau karena sebab apapun yang

menyebabkan debitor tidak siap apapun adanya dan membawanya ke

tempat yang dipandang baik oleh penerima kuasa.

Cara eksekusi apabila debitor wanprestasi yaitu dengan Eksekusi

titel eksekutorial yang dinyatakan dalam Pasal 29 Undang – Undang

Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia, adalah sebagai berikut :

a. Apabila debitor (konsumen) atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi

terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dapat dibuat

dengan cara :

1) Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

ayat (2) oleh Penerima Fidusia. Pasal 15 ayat (2) berbunyi

“Sertipikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.”

2) Penjualan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaan

penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.

3) Penjualan dengan dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi

fidusia dan penerima fidusia, maka akan memperoleh harga tertinggi

yang menguntungkan para pihak.

b. Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c

dibuat setelah lewat waktu 1 (satu) bulan ketika diberitahukan secara

tertulis oleh Penerima Fidusia kepada pihak pihak yang berkepentingan

dan umumnya sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di

daerah yang bersangkutan.

Berkaitan dengan barang jaminan fidusia yang tidak diketahui dan /

atau telah dipindahtangankan oleh debitor (konsumen), maka berdasarkan

ketentuan Pasal 36 Undang – Undang Fidusia debitor (konsumen) dalam

hal ini sebagai pemberi fidusia dapat di pidana penjara paling lama 2 (dua)

tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,- (limapuluh juta rupiah).

Ketentuan pidana dan denda tersebut diperkuat dengan Pasal 30 Undang –

Undang Fidusia yang mewajibkan pemberi fidusia menyerahkan benda

yang menjadi obyek Jaminan Fidusia untuk pelaksanaan eksekusi Jaminan

Fidusia tersebut. Sikap debitor tersebut bertentangan dengan ketentuan


Pasal 5 Undang–Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

tentang kewajiban–kewajiban dari konsumen, yaitu :

Pasal 5
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi
keamanan dan keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hokum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.

Penyelesaian melalui jalur hukum dalam prakteknya sangat

dihindari oleh pihak kreditor dengan pertimbangan akan memerlukan

biaya yang tinggi dan tingkat keberhasilan yang rendah. Setelah

mengeluarkan peringatan – peringatan yang tegas dan debitor tidak ada

etikad baik untuk menyelesaikan kredit macet tersebut, maka pihak finance

menempuh cara dengan mengambil motor secara paksa kapan pun dan

dimanapun motor tersebut berada disertai dengan tekanan – tekanan

kepada debitor.

Lembaga pembiayaan melakukan pengambilan motor secara paksa

karena menurut pihak finance cara seperti ini lebih sederhana karena

melewati proses yang tidak serumit dengan hukum di pengadilan, relatif

efektif dan efisien dalam waktu dan biaya karena bisa dilakukan secara

kekeluargaan tanpa menggunakan tenaga pengacara serta dokumen yang

dipersiapkan tidak harus bermacam - macam. Pasal 4 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 menyebutkan penarikan benda

jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor oleh Perusahaan Pembiayaan


wajib memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam

undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para

pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor.

Ditinjau dari Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 cara yang

diambil Lembaga pembiayaan dengan mengambil secara paksa motor

debitor dimanapun dan kapanpun debitor berada ini bertentangan dengan

isi Pasal 29 UUJF yang menyebutkan tentang cara–cara eksekusi pada

debitor wanprestasi, yaitu dengan cara Eksekusi Titel Eksekutorial.

Debitor berpendapat perbuatan pihak finance yang melakukan

pengambilan motor secara paksa dimanapun dan kapanpun debitor berada

ini sangat merugikan karena mengganggu privasi karena dilakukan

didepan umum. Menurut pendapat penulis, berdasarkan ketentuan dan

undang–undang yang mengatur tentang Cara Eksekusi Jaminan Fidusia

bahwa penyelesaian kredit macet pada Adira Semarang tidak sesuai

dengan Asas Keadilan.

Ditinjau dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen pengambilan motor secara paksa yang dilakukan

oleh Lembaga pembiayaan tersebut bertentangan dengan pasal 4 yang

mengatur tentang hak–hak yang seharusnya diperoleh sebagai seorang

debitor seperti hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan serta

mendapatkan perlindungan konsumen secara patut dalam menggunakan

barang dan jasa dari Finance tersebut.


9. Kontribusi notaris dalam hal domisili pemberi fidusia

Untuk melihat identitas dari pemohon, notaris dapat menggunakan

e-KTP dari pemohon hal ini sesuai Pasal 6 ayat (1) Perpres revisi e-KTP

(Perpres No. 35 Tahun 2010) dinyatakan bahwa KTP berbasi NIK memuat

kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi

data jati diri penduduk (sebelumnya jati diri dalam pelayanan publik).

Sementara berdasarkan Pasal 1 angka (8) Perpres e-KTP dinyatakan

bahwa Kode keamanan adalah identifikasi jati diri yang menunjukkan

identitas diri penduduk secara tepat dan akurat sebagai autentikasi diri

yang memastikan dokumen kependudukan sebagai milik orang tersebut.

Selanjutnya pada ayat (2) Perpres revisi e-KTP dinyatakan bahwa

Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata,

tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan.

Sekarang ini notabene-nya kepemilikan akan KTP hanya satu saja bagi

tiap orang karena telah menggunakan chip di dalam e-KTP tersebut serta

berisikan biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk

yang bersangkutan sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan semakin

kecil. Tentunya berbeda dengan pemberlakuan KTP konvensional, di

mana sistem penyelenggaraan yang masih amburadul sehingga tidaklah

heran jika kita melihat dalam prakteknya satu orang memiliki beberapa

KTP dari berbagai daerah yang berbeda.

Walaupun begitu konsep cybernotary tidaklah hilang serta-merta,

hal ini terbukti dengan dikeluarkannya Surat Edaran Direktur Jenderal


Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-06.OT.03.01 tanggal 5 Maret

2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan

Fidusia secara elektronik (Online system) yang kemudian diatur dalam

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 9 Tahun 2013.

Sejak awal adanya menu Fidusia Online, Username dan password

yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum

dalam mengakses menu Fidusia Online hanyalah dimiliki oleh para

notaris. Sehingga diharapkan kehati-hatian dari para notaris agar supaya

username dan password yang dimiliki tidak diketahui dan digunakan oleh

orang-orang yang tidak berkepentingan. Kepemilikan notaris akan

username dan password dalam mengakses menu Fidusia online yang

diselenggarakan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia

khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum secara jelas

menyatakan bahwa notaris menjadi pejabat umum yang berwenang dalam

melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia.

Setelah notaris memasukkan username dan password yang

dimilikinya untuk mendaftarkan Jaminan Fidusia secara elektronik, notaris

kemudian diwajibkan untuk mengisi kolom-kolom pendaftaran sesuai

dengan data dan informasi yang dimiliki. Notaris yang berperan dari awal
proses pendaftaran Jaminan Fidusia secara online tentunya mendapatkan

peran penting dalam hal ini.

Kolom yang juga menjadi perhatian para kalangan akademisi dan

praktisi dalam formulir pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik

adalah pada poin D dan F yang mana pada poin D mengenai uraian objek

jaminan fidusia dan poin F mengenai Nilai Objek Jaminan Fidusia tertulis

bahwa kedua poin tersebut merujuk sebagaimana yang tertuang pada isi

akta di point B. Di sini berarti tidak terdapat tampilan untuk dapat

melakukan input uraian benda-benda yang dijaminkan fidusia

sebagaimana dalam akta Notaris. Intinya, segala sesuatunya sebagaimana

tertuang dalam akta jaminan fidusia yang dibuat oleh notaris dan

merupakan tanggung jawab notaris.

Dalam hal ini kondisi Sistem pendaftaran jaminan fidusia database-

nya tetap tidak dapat terpantau mengenai obyek benda-benda yang telah

dijaminkannya. Karena dalam kedua poin tersebut tidak diberikan

penjelasan yang lebih spesifik mengenai Benda yang menjadi Objek

Jaminan Fidusia serta penjelasan mengenai seberapa besar nilai dari benda

tersebut. Tetapi kita tak perlu khawatir karena benda yang menjadi objek

jaminan fidusia dapat kita lihat pada akta autentik yang dibuat oleh notaris

sebagaimana yang dimaksud dalam poin B, tentunya dapat mencegah

untuk terjadinya fidusia ulang terhadap objek yang menjadi Jaminan

Fidusia tersebut. Karena fidusia ulang terhadap objek yang telah menjadi
Jaminan Fidusia memang dilarang sebagaimana diatur dalam Pasal 17

Undang-Undang Jaminan Fidusia.

Kemudian beban tanggung jawab berada pada akta autentik yang

dibuat oleh notaris, karena menjadi dasar untuk mengetahui penjelasan

mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, sehingga notaris

harus memberikan penjelasan yang rinci dan mendetail mengenai Benda

yang objek menjadi Jaminan Fidusia tersebut. Juga mengingat akta yang

dibuat notaris tetap menjadi tanggung jawab notaris tersebut meskipun

Protokol Notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak

penyimpan Protokol Notaris sesuai dengan Pasal 65 Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jaminan Fidusia jo. Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2014. Sehingga dapat dikatakan Notaris bertanggung

jawab atas akta yang dibuatnya sampai akhir hayat walaupun Notaris

tersebut terlah berakhir masa jabatannya.

Pendaftaran jaminan fidusia online mampu memberikan kepastian

hukum baik itu bagi pemberi fidusia, penerima fidusia maupun pihak

ketiga karena memiliki sumber hukum dalam penyelenggaraannya yaitu

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 9 Tahun 2013 dan Peraturan

Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2014.

Peraturan Menteri ini tidaklah bertentangan dengan Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pendaftaran Jaminan

Fidusia secara elektronik juga harus diawali dengan adanya pembuatan

Akta pembebanan jaminan fidusia yang dibuat dalam bentuk akta autentik
oleh para pihak dihadapan notaris. Selanjutnya notaris akan mengajukan

permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia

Notaris dalam melakukan tugasnya terutama membuat sertifikat

harus professional sesuai dengan aturan-aturan hukum yang berlaku

karena sangat pentingnya objyek yang dibuat notaris, maka notaris harus

meminimalisasi kesalahan-kesalahan ketika dalam bekerja. Notaris juga

harus menjauhi hal-hal yang mengandung unsur Duty, Breach of duty,

Damage and causation, yang mencerminkan kurang pengetahuan, kurang

keterampilan dan kurang pengalaman yang dapat merugikan orang lain,

yang bisa berakibat diterapkannya sanksi perdata, sanksi administrasi dan

salah-salah sanksi pidana serta sanksi etik. Kekurang hati-hatian notaris

dalam bekerja, bisa disebut mall praktik yang dapat dituntut oleh klien

sebagai pertanggung jawaban dari sebuah profesi yang diemban oleh

notaris.

Notaris di bawah naungan organisasi profesi yang kredibel

merupakan bagian dari “Civil Society” dalam menegakkan Prinsip “Good

Governance”. Notaris juga sebagai seorang professional akan banyak

menunjang pembangunan, karena akta otentik yang dibuatnya akan

menjadi dasar bagi para pihak dalam membuat perjanjian, membangun

kepercayaan para pihak.

Fidusia online ini memang sangat tepat diluncurkan untuk

kenyamanan dan ketepatan waktu sehingga pelayanan pendaftaran jaminan

fidusia dapat berjalan dengan cepat. Namun seiring waktu dengan


diluncurkan Fidusia online, ada hal-hal yang segera perlu disikapi oleh

para notaries yang perduli akan kepastian hukum terhadap pelaksanaan

tugas notaris di dalam praktek yang harus memegang teguh prinsip kehati-

hatian. Fidusia online sangat bagus sistemnya, namun dari kajian yuridis

ada beberapa hal yang dapat dikritisi agar lebih memberikan kepastian

hukum.

Dalam pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia dengan sistem online

tentunya kepastian hukum harus dapat dijamin baik itu bagi pemberi fidusia,

penerima fidusia maupun bagi pihak ketiga. Memberikan kepastian hukum

sebagai tujuan dari dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia menjadi hal

terpenting dalam pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik.

Asas kepastian hukum mengandung arti, sikap atau keputusan pejabat

administrasi negara yang manapun tidak boleh menimbulkan ketidakadilan

hukum. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan,

yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga unsur tersebut harus

mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi dalam praktek tidak

selalu mudah mengusahakan secara proporsional seimbang antara ketiga unsur

tersebut.

Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya

dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan pada kepastian

hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan

menimbulkan rasa tidak adil. Dengan kata lain, adanya unsure keadilan, tujuan

keadilan dan kepastian hukum dalam pendaftaran akta jaminan fidusia akan
dapat memberikan jaminan perlindungan bagi setiap orang, mengingat

kepastian hukum itu sendiri adalah alat atau syarat untuk memberikan

perlindungan bagi yang berhak.

B. Kendala Didalam Pelaksanaan Pendaftaran Fidusia Secara Elektronik

dan Upaya Mengatasinya

Kendala didalam pelaksanaan pendaftaran fidusia secara elektronik

dibedakan menjadi dua golongan kendala. Kendala yang pertama merupakan

kendala yang bersumber dari peraturan hukum yang mengatur itu sendiri

yang dinamakan sebagai kendala yuridis dalam penerapan sistem fidusia

online. Kendala yang kedua merupakan kendala yang berasal dari luar

peraturan hukum fidusia, yang datang dari dalam masyarakat sendiri yang

dapat dinamakan sebagai sebuah kendala nonyuridis.

1. Hambatan secara Yuridis

Dengan diberlakukannya Fidusia online, ada beberapa hal yang kurang

sinkron dengan Pasal-Pasal UU No.42 Tahun 1999 antara lain ketentuan :

a. Pasal 12 : Pendaftaran jaminan fidusia dilakukan pada Kantor

Pendaftaran Fidusia. Kenyataanya Pendaftaran dilakukan di masing-

masing Kantor Notaris secara online system.

b. Pasal 13 Ayat (1) Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan

oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan

pernyataan pendaftaran jaminan fidusia. Kenyataanya Dengan fidusia


online, tidak ada penyerahan datafisik ke kantor pendaftaran jaminan

fidusia lagi.

c. Pasal 14 ayat (2) : Sertifikat Jaminan Fidusia yang merupakan salinan

dari Buku Daftar Fidusia memuat catatan tentang hal-hal sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2). Faktanya dengan berlakunya Fidusia

on line, Sertifikat Jaminan Fidusia tidak memuat catatan sebagaimana

dalam Pasal 13 ayat (2) tersebut diatas. Hanya “ sesuai akta notaris”

d. Pasal 16 Ayat (1) Apabila terjadi perubahan mengenai hal-hal yang

tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dimaksud dalam Pasal 14

(2), Penerima Fidusia wajib mengajukan permohonan pendaftaran

atasperubahan tersebut kepada Kantor Pendaftaran Fidusia. Namun di

dalam fidusia on line, masalah perubahan belum terakomodasi secara

on line, tetap manual.

e. Pasal 25. Ayat (3) Penerima Fidusia memberitahukan kepada Kantor

Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia sebagaimana

dalam ayat (1) dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya

utang, pelepasan hak, atau musnahnya Benda yang menjadi obyek

jaminan fidusia tersebut. Kenyataanya Masalah roya baru-baru ini

sudah diakomodasi dilakukan secara manual kembali mengingat belum

terakomodasi dalam Fidusia online.

2. Hambatan secara non yuridis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem Fidusia online,

antara lain :
a. Tampilan Formulir Pendaftaran

Dimungkinkan pemohon pendaftaran tidak hanya notaris namun ada

fasilitas pemohon dapat Perseorangan atau perusahaan

b. Tampilan identitas biodata untuk perseorangan

c. Tampilan identitas biodata penerima fidusia (untuk Perusahaan)

Terdapat isian NPWP/No. SK. Dalam pembuatan akta jaminan fidusia,

dapat meminta berkas lengkap termasuk NPWP dan No. SK yang mana

yang akan dicantumkan. (Ketegasan No. SK yang mana yang akan

dicantumkan).

d. Tampilan isi data perjanjian pokok

Tampilan apakah bisa untuk diinput data perjanjian yang merupakan

tanggung renteng atau joint collateral atau Kredit Sindikasi dan lain-

lain. Apabila dasar perjanjian pokok terdiri dari beberapa fasilitas kredit

dan fasilitas lain, contoh Debitur A mendapat beberapa fasilitas kredit

dari bank X, fasilitas kredit modal kerja (KMK) dan fasilitas kredit

investasi (KI) serta fasilitas Bank Garansi ) dengan limit masing-masing

dimana jaminan fidusia tersebut untuk menjamin ketiga fasilitas

tersebut di atas.

e. Tampilan isi akhir perjanjian pokok

Notaris tidak bisa menginput isi perjanjian pokok kondisi seperti ini,

apakah dapat mengakomodasi terhadap dasar Perjanjian Pokok yang

lebih dari satu Perjanjian, kolom input tanggal berakhir perjanjian mana

yang harus diinput. Hal ini karena ada saling keterkaitan satu sama lain
dan jaminan fidusianya, juga untuk penjaminan beberapa perjanjian

tersebut.

f. Tampilan Limit kredit dan plafond fasilitas non-cash loan

Tampilan menyebutkan Jaminan Fidusia ini diberikan untuk menjamin

pelunasan utang pemberi fidusia sejumlah Rp….. Perlu diketahui,

bahwa pemberi fidusia belum tentu debitur, dan debitur belum tentu

pemberi fidusia. Dan limit fasilitas kredit apabila ditotal bersamaan

dengan limit fasilitas non-cash loan apakah benar karena fasilitas non-

cash loan beda dengan fasilitas kredit yang cash loan

g. Tampilan nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

Hanya tercantum kata-kata. Nilai benda yang menjadi obyek jaminan

fidusia sebagaimana yang tertuang pada isi akta di poin B. Artinya tidak

terdapat tampilan untuk dapat melakukan input uraian benda-benda

yang dijaminkan fidusia sebagaimana dalam akta notaris. Intinya segala

sesuatunya sebagaimana tertuang dalam akta jaminan fidusia yang

dibuat oleh notaris dan merupakan tanggung jawab notaris. Dalam hal

ini kondisi Sistem Pendaftaran Jaminan Fidusia, database mengenai

obyek benda-benda yang telah dijaminkan tetap tidak dapat terpantau.

h. Tampilan pernyataan penjaminan fidusia

Tidak muncul nama debitur, karena Pemberi fidusia belum tentu debitur

Hanya terdapat kata-kata Jaminan Fidusia ini diberikan untuk menjamin

pelunasan utang Pemberi fidusia sejumlah Rp…… Tidak muncul uraian

jenis obyek bukti obyek ,nilai obyek . Hanya terdapat kata-kata :


“sesuai dengan akta”. Artinya bahwa semua dikembalikan kepada tugas

dan tanggung jawab notaris sepenuhnya.

i. Tampilan sertifikat jaminan fidusia.

3. Kelemahan dari sistem pendaftaran fidusia online Kelemahan dari sistem

pendaftaran fidusia online adalah sebagai berikut : 41

a. Dari sisi program yang tersedia

1) Belum tersedianya uraian mengenai nilai obyek jaminan fidusia,

hanya terdapat kata-kata sebagai-mana tertuang dalam isi akta

Notaris;

2) Belum tersedia informasi debitur, karena hanya ada pemberi

fidusia yang terkadang pemberi fidusia belum tentu debitur;

3) Belum tersedia kolom untuk input data-data apabila terdapat lebih

dari satu perjanjian kredit yang jaminannya tanggung renteng;

4) Belum tersedianya pilihan nilai obyek jaminan fidusia dengan mata

uang asing, hanya tersedia dalam mata uang Rupiah;

5) Perubahan sertifikat jaminan fidusia dan roya masih tetap secara

manual;

6) Rawan terjadi fidusia ulang dan konflik sengketa; dan

7) Dalam hal kesalahan pengisian formulir isian setelah pemohon

melaku-kan pembayaran Penerima-an Negara Bukan Pajak, maka

pemohon harus mengajukan permohonan baru dan membayar

PNBP kembali (unsur kehati-hatian dan ketelitian).

41
Liana Endah Susanti, Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015.
b. Dari sisi jaringan internet

Jaringan internet di Indonesia masih terbilang lambat bahkan sering

terjadi error pada servernya di waktu jam kerja. Banyaknya pengakses

internet untuk melakukan pendaftaran jaminan fidusia semakin

menghambat akses untuk masuk situs tersebut.

Upaya mengatasi kendala pelaksanaan pendaftaran fidusia secara

elektronik

1. Upaya mengatasi hambatan secara yuridis yang terjadi dalam pendaftaran

fidusia yaitu:

a. Diperlukan suatu perubahan terhadap struktur-struktur yang ada.

Perubahan itu akan mengakibatkan struktur itu bekerja dengan baik,

sehingga membawa perubahan yang siknifikan di dalam pendaftaran

jaminan fidusia Baru-baru ini pada tanggal 5 Maret 2013 Direktorat

Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM

(Kemenkumham) telah meluncurkan fidusia online. Fidusia online

merupakan terobosan Ditjen Administrasi Hukum Umum

Kemenkumham dalam memberikan layanan kepada masyarakat bidang

fidusia diharapkan lebih cepat, akurat, dan bebas pungli. Selain itu,

mendorong pertumbuhan ekonomi mengingat pelayanan itu

meningkatkan pendapatan negara dari sektor penerimaan negara bukan

pajak (PNBP).
b. Fidusia online perlu persiapan matang dengan mengasumsikan

pendaftar fidusia online bisa melakukan sendiri di kantor notaris yang

dipilihnya dan notaris juga harus mempersiapkan perangkat dan

keamanan penggunaan sistem peralatan itu di kantornya. Notaris di satu

sisi sebagai pejabat umum dan di sisi lain sebagai profesional yang

harus benar-benar memahami, menghayati, dan mengamalkan UU

tentang jabatan notaris, kode etik, dan perundang-undangan supaya

terhindar dari malapraktik. Notaris di bawah naungan organisasi profesi

yang kredibel merupakan bagian dari masyarakat madani yang

berkontribusi pada penegakan prinsip good governance. Dia akan

menunjang pembangunan mengingat akta autentik yang dibuat menjadi

dasar bagi para pihak dalam membuat perjanjian, dan membangun

kepercayaan.

c. Notaris perlu memperhatikan beberapa hal terkait sistem fidusia online,

dan perlu menekankan unsur kehati-hatian. misalnya selain membuat

akta jaminan fidusia juga sekaligus mendaftarkan akta yang dibuat.

Terkait isian NPWP/ NIK pada tampilan identitas biodata pemberi

fidusia (untuk perorangan), notaris seyogianya meminta berkas lengkap.

Namun fidusia online juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama;

informasi database tentang objek jaminan fidusia yang telah didaftarkan

tak dapat diakses melalui sistem ini karena sebagaimana akta, semua

dibuat oleh notaris. Selain itu belum ada keterangan nama debitur,

hanya pihak pemberi fidusia dan belum tentu ia menjadi debitur. Dalam
konteks ini notaris harus berhati-hati karena terkait dengan input nilai

yang terutang apakah milik pemberi fidusia atau debitur. Kedua; tidak

tersedia uraian nilai objek jaminan fidusia khusus. Dalam ”form” hanya

ada kata-kata sebagaimana tertuang dalam isi akta notaris. Hal ini tidak

mengakomodasi seandainya ada pengikatan jaminan fidusia dengan

nilai objek jaminan yang lebih kecil ketimbang nilai penjaminan.

d. Bagi Bank maupun lembaga pembiayaan lainnya diperlukan adanya

suatu kesadaran hukum mengenai pentingnya makna dari pendaftaran

dan akibat hukum yang ditimbulkannya. Disamping kesadaran hukum

juga diperlukan budaya hukum bagi Bank atau Lembaga Pembiyaaan

lainnya untuk menjalankan apa yang sudah diatur oleh peraturan

perundang-undangan yakni kewajiban untuk mendaftaran Jaminan

Fidusia.

2. Upaya mengatasi hambatan secara non yuridis yaitu : 42

a. Selain itu, fasilitas Fidusia Online sendiri telah menjalani setidaknya

satu kali penyempurnaan. Bulan September 2014 dalam kerangka AHU

online, sistem Fidusia online baru yang memuat informasi lebih

komprehensif diluncurkan oleh Ditjen AHU Kemenkumham. Sistem

Fidusia online yang dimutakhirkan tersebut memuat lebih banyak

informasi dan memungkinkan dilakukannya penelusuran informasi

sederhana terhadap database Fidusia. Potensi Fidusia dipahami sebagai

42
Ibid,..
alat untuk mendukung akses kepada pendanaan secara komprehensif.

Penting juga dilakukan edukasi terhadap pengambil kebijakan, tidak

hanya di sektor hukum, namun juga di sektor keuangan/pembiayaan dan

juga sektor penguatan UMKM, supaya potensi optimal Fidusia dapat

dicapai dan pada gilirannya menciptakan kepercayaan publik terhadap

instrumen Fidusia.

b. Peluncuran Fidusia Online merupakan langkah konkret pembaruan

yang akan memberi kontribusi positif terhadap penguatan sistem

jaminan benda bergerak Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri,

masih diperlukan rangkaian kebijakan lanjutan untuk menyempurnakan

posisi Fidusia Online sesuai potensinya, khususnya meninjau ulang

mekanisme yang kurang sesuai dengan preferensi pasar. Hal ini penting

mengingat prosedur pada pendaftaran jaminan Fidusia bukanlah

merupakan prosedur yang bersifat wajib (compulsory). Fidusia akan

optimal apabila pasar memanfaatkan sepenuhnya sistem pendaftaran

jaminan Fidusia sebagai alat bantu pengambilan keputusan bisnis.

c. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum melakukan publisitas

di media sosial.

d. Menyediakan standar operasional prosedur pelatihan bagi pengguna

sistem jaminan fidusia online untuk memastikan bahwa layanan yang

berkesinambungan.

e. Melaksanakan tanggung jawab dan standar pelayanan yang

berkesinambungan.
f. Melakukan pengujian dan memastikan sistem dapat digunakan secara

efektif

g. Data yang terstruktur mengenai layanan yang berkesinambungan harus

didapatkan, dianalisa, dilaporkan, dan diterapkan.

h. Pelatihan dan materi yang diberikan mengenai sistem pendaftaran

jaminan fidusia online sesuai dengan kebutuhan

i. Adanya Ketersediaan operasional sistem yang baik dan konsisten untuk

menunjang kinerja pendaftaran jaminan fidusia online.

j. Melakukan pelatihan penggunaan sistem secara berkala dan terus

menerus

k. Adanya prosedur untuk melakukan review terkait dengan pelatihan bagi

pengguna sistem pendaftaran jaminan fidusia online agar pelatihan

berikutnya bisa ditingkatkan jika masih terjadi human error.

l. Melaksanakan pelatihan formal layanan sistem pendaftaran jaminan

fidusia online yang wajib disediakan untuk mendukung proses

pelayanan yang berkesinambungan.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya dalam penelitian

terkait pokok permasalahan pertama dan kedua maka dapat disimpulkan ,yaitu:

1. Pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia dengan sistem online

memberikan kepastian hukum harus dapat dijamin baik itu bagi pemberi

fidusia, penerima fidusia maupun bagi pihak ketiga. Asas kepastian hukum

mengandung arti, sikap atau keputusan pejabat administrasi negara yang

manapun tidak boleh menimbulkan ketidakadilan hukum. Dalam

menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan secara

proporsional yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.

2. Kendala didalam pelaksanaan pendaftaran fidusia secara elektronik dan

upaya mengatasinya :

a. Hambatan secara Yuridis

Dengan diberlakukannya Fidusia online, ada beberapa hal yang kurang

sinkron dengan Pasal-Pasal UU No.42 Tahun 1999 antara lain

ketentuan : Pendaftaran dilakukan di masing-masing Kantor Notaris

secara online system, fidusia online tidak ada penyerahan datafisik ke

kantor pendaftaran jaminan fidusia lagi, Sertifikat Jaminan Fidusia

tidak memuat catatan hanya “ sesuai akta notaris”, perubahan belum

terakomodasi secara on line, tetap manual, masalah roya baru-baru ini


sudah diakomodasi dilakukan secara manual kembali mengingat belum

terakomodasi dalam Fidusia online.

b. Hambatan secara non yuridis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem Fidusia online,

antara lain : Tampilan Formulir Pendaftaran, Tampilan identitas biodata

untuk perseorangan, Tampilan identitas biodata penerima fidusia (untuk

Perusahaan) Terdapat isian NPWP/No. SK, Tampilan isi data perjanjian

pokok, Tampilan isi akhir perjanjian pokok, Tampilan Limit kredit dan

plafond fasilitas non-cash loan, Tampilan nilai benda yang menjadi

obyek jaminan fidusia, Tampilan pernyataan penjaminan fidusia dan

Tampilan sertifikat jaminan fidusia.

c. Kelemahan dari sistem pendaftaran fidusia online adalah program yang

tersedia dan jaringan internet.

Upaya mengatasi kendala pelaksanaan pendaftaran fidusia secara

elektronik :

a. Hambatan secara Yuridis

Upaya

mengatasi hambatan yuridis yang terjadi dalam pendaftaran fidusia

yaitu: Diperlukan suatu perubahan terhadap struktur-struktur yang ada.

Fidusia online perlu persiapan matang dengan mengasumsikan

pendaftar fidusia online bisa melakukan sendiri di kantor notaris yang


dipilihnya dan notaris juga harus mempersiapkan perangkat dan

keamanan penggunaan sistem peralatan itu di kantornya.

b. Hambatan secara non yuridis

Upaya mengatasi hambatan non yuridis yang terjadi dalam pendaftaran

fidusia yaitu: penyempurnaan fasilitas Fidusia Online dan publisitas

yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum

B. Saran

Terkait dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini yang telah diuraikan

pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai

berikut:

1. Kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

dengan anggaran Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum lebih

meningkatkan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis terhadap sistem

administrasi pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik kepada

masyarakat sehingga mereka dapat melakukan pendaftaran jaminan fidusia

secara elektronik untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan

hukum.

2. Kepada penerima fidusia agar segera melakukan pendaftaran jaminan

fidusia, untuk mewujudkan kepastian hukum dan perlindungan hukum

serta memenuhi asas publisitas. Kemudian kepada notaris agar dapat

memberikan informasi tentang pentingnya pendaftaran jaminan fidusia

bagi penerima fidusia karena pendaftaran dengan fidusia online saat ini

sudah lebih mudah, cepat, murah dan nyaman.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, PT. Alumni, Bandung,


2005.

_________________________, Benda-Benda Yang Dapat Diletakka Sebagai


Objek Hak Tanggungan dalam Persiapan Pelaksanaan Hak
Tanggungan di Lingkungan Perbankan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006

Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT.


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008

Burhan, Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2010

Fuady, Munir, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

Harun, Badriyah, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka


Yustisia, Yogyakarta, 2010

Hasbullah, Frieda Husni, Hukum Kebendaan Perdata Jilid 2, Ind - Hil Co,
Jakarta, 2008

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010

Kamello, Tan, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan,


PT Alumni, Bandung, 2006.

Kessles, James dan Fiona Hunter, Drafting Trust and Will Trust In Canada,
Lexis Nexis, Canada, 2007

Narbuko, Cholid, Metodologi Penelitian, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta,


2010

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,


1990.

Salim. HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta : PT.


RajaGrafindo Persada, 2014

Satrio, J, Hukum Jaminan Hak-hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya


Bakti, Bandung, 2007
Sembiring, Sentosa, Hukum Perbankan, Mandar Maju, Bandung, 2008.

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas


Indonesia, Jakarta, 2007

______________, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2009

Soewarso, Indrawati, Aspek Hukum Jaminan Kredit, Institut Bankir


Indonesia, Jakarta, 2008.

Suyatno, Thomas, , Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia, Jakarta, 2008

Sutopo, H.B, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, UNS Press,
Surakarta, 2008

Tanuwidjaja, Henny, Pranata Hukum Jaminan Utang & Sejarah Lembaga


Hukum Notariat, Bandung : Refika Aditama, 2012

Usman, Rachmadi, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta,


2008

B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria,


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 3889.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3790.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN),
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.010/2012 tentang
Pendaftaran Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan.
C. Makalah

Djuhaendah Hasan dan Salmidjas Salam, Aspek Hukum Jaminan Kebendaan


Dan Perorangan, (Makalah disampaikan dalam Seminar Sosialisasi
UU No. 42/1999 tentang Jaminan Fidusia, di Jakarta tanggal 9-10 Mei
2000

D. Website:

Ivone Dwiratna, 2 Mei 2013, Kupas Tuntas Fidusia Online, Langkah Hebat
Situs Sibuk Pendulang PNBP (online),
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/ 2013/05/02/kupas-tuntas-
fidusia-online-langkah-hebat-situs-sibuk-pendulang-pnbp-
552337.html

Anda mungkin juga menyukai