Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR MASALAH AKTUAL

“ MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI


ERA NEW NORMAL ”

Dosen Pengampu:
Drs. Arifin Siregar, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Anggriana Manalu (1193311172)


2. Ayu Ratna P. Sirumahombar (1193311017)
3. Nia Danita Simatupang (1193311007)

Kelas : PGSD G 2019

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Manajemen
Penyelenggaraan Pendidikan Di Era New Normal” masih dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Penulisan dalam pembuatan karya ilmiah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Masalah Aktual
Dalam penulisan makalah ini, tentu saja penulis tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua Penulis yang selalu mendoakan.
2. Kepada Dosen pengampu matakuliah seminar masalah aktual, Drs.
Arifin Siregar,M.Pd.
3. Serta kepada tim pemateri dan teman-teman sekelas yang siap diajak
berdiskusi dan bekerja sama.
Dalam penulisan makalah ini terdapat hambatan yang dikarenakan
terbatasnya ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan penulisan
makalah ini dan terbatasnya sumber buku yang diperoleh. Penulis menyadari akan
kemampuan yang masih jauh dari kata sempurna, tetapi dalam pembuatan karya
ilmiah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna untuk perbaikan tugas
selanjutnya.

Medan, Oktober 2021


Penulis,

Kelompok 7

i
ABSTRAK

Desentralisasi manajemen pendidikan memberikan kesempatan kepada pihak


terkait untuk mengembangkan sistem pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan
masing-masing daerah. Pada masa lalu, manajemen pendidikan dilaksanakan secara
sentralistik/terpusat dan wewenang pemerintah daerah dan sekolah sangat terbatas.
Penyerahan tanggung jawab dan sumber daya ke sekolah memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain itu penyerahan
tanggung jawab tersebut akan memotivasi sekolah dan masyarakat untuk mengembangkan
hal-hal yang dulu dianggap bukan urusan mereka. Dengan adanya keputusan yang lebih
banyak diambil di tingkat sekolah, pemanfaatan sumber daya termasuk dana, maka
pembelajaran diharapkan lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah dan peserta didik
setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan manajemen pendidik
diera new normal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang
menggambarkan situasi atau objek dalam fakta yang sebenarnya secara sistematis. Lokasi
penelitian adalah SDN 21 Pasaran Parsaoran. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan
cara memperhatikan dan mengamati seluruh kondisi dan kegiatan yang ada dalam sekolah
yang berkaitan erat dengan penyelenggaraan manajemen pendidikan di era new normal.

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pola Manajemen .......................................................................................... 3
B. System Informasi ......................................................................................... 4
C. Kemitraan..................................................................................................... 6
D. Adm. Siswa dan Pegawai............................................................................. 7
E. Dokumen Sekolah/kelas .............................................................................. 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 11
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 12
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manajemen pendidikan adalah sebagai sebuah bidang ilmu terapan dari
manajemen yang dikontekstualkan terhadap bidang pendidikan. Ribbins (1999)
dalam Gaol 2020 menyatakan bahwa sebagai sebuah disiplin ilmu, kemungkinan
terbaiknya manajemen pendidikan dikaitkan dengan sebuah bidang dan bukan
sebuah bentuk pengetahuan. Merujuk pada Gunter (2004), bidang atau “field”
adalah digunakan sebagai sebuah metaphor untuk mendeskripsikan dan memahami
pekerjaan intelektual. Argyriou dan Iordanidis (2014) menyatakan manajemen
pendidikan adalah sebuah bidang studi dan praktik yang berkatian dengan
pengoperasiaan organisasi pendidikan, termasuk administrasi, keuangan, tanggung
jawab birokrasi para pemimpin sekolah.
Penekanan pada aspek bidang keilmuan dan praktis menjadi kunci utama
dalam memahami keberadaan konsep manajemen pendidikan. Penekanan pada
bidang manajemen pendidikan meliputi aplikasi prinsip, konsep, fungsi dan teori
manajemen dalam pelaksanaanya (Aedi, 2016). Pendidikan merupakan usaha sadar
untuk membantu siswa menghadapi masa depannya dan mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (wardana dan Rifaldiyah, 2019 : 20).
Manajemen penyelenggaraan pendidikan perlu ditingkatkan terutama diera
new normal manajemen sumber daya manusia di setiap lembaga/organisasi
haruslah sesuai dengan tujuan organisasi dengan tidak berlebihan ataupun tidak
terlalu kurang. Sebab, adanya suatu kelebihan atau kekurangan penerapan sasaran
dimasing-masing unit lembaga menunjukkan adanya wasted atau pemborosan
penggunaan sumber daya manusia.
Maka dari itu setiap unit lembaga yang mengelola atau menggunakan
sumber daya manusia harus mampu menjaga keseimbangan yang tepat antara
kualitas dan kuantitas sumber dayanya masing-masing. Agar selaras dengan tujuan
yang telah ditetapkan Khususnya di tengah pandemik dan masa transisi new normal

1
era saat ini. Penting sekali bagi 2 elemen pokok di atas saling sharing dan caring
untuk dapat mengimbangi kondisi psikis anak yang tertekan dengan keterbatasan
aktivitas yang memungkinkan berdampak stessor. Jadi, hal ini dapat dicegak
melalui menimilisir kesenjangan dengan rutinitas yang tetap berjalan dengan
pengawasan ekstra dari era normal sebelumnya. Pergeseran paradigma dalam
mengelola organisasi di era unpredictable serta kompleks membuat organisasi
untuk perlu melakukan penyesuaian melalui sebuah proses perubahan. Perubahan
organisasi adalah usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup agar tetap
survive menghadapi permasalahan yang tidak pasti seperti Covid 19.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas maka rumusan
masalah dalam karya ilmiah ini yaitu bagaiamana penyelenggaraan manajemen
pendidikan diera new normal?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
penyelenggaraan pengelolaan dan system manajemen pendidikan diera new
normal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Manajemen
Konsep manajemen pendidikan mengalami perdebatan dalam setiap proses
perkembangannya, tetapi pada akhirnya menghasil pemahaman baru dan semakin
sesuai dengan praktik di lapangan, terkhusus di bidang pendidikan. Studi pustaka
naratif ini berupaya menganalisis referensi, seperti buku dan artikel ilmiah, yang
berkaitan dengan bidang pendidikan dan manajemen. Berdasarkan analisis studi
pustaka yang dilakukan, maka ditemukan empat konsep utama manajemen
pendidikan (Gambar 1), yaitu: (1) sebagai bidang ilmu terapan dari manajemen
yang dikontekstualkan dalam bidang pendidikan (Argyriou & Iordanidis, 2014;
Mulyasa, 2005; Ribbins, 1999); (2) berkaitan dengan pengelolaan berbagai sumber
daya pendidikan (Saitis & Saiti, 2018; Argyriou & Iordanidis, 2014); (3) praktik
manajemen pendidikan harus dilaksanakan secara efisien dan efektif (Robbins, dkk,
2014; Mulyasa, 2005); dan (4) manajemen pendidikan harus diarahkan untuk
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Bush, 2006; Bush, 2010;
Mulyasa, 2005; Normore & Brooks, 2014).
Pertama, manajemen pendidikan adalah sebagai sebuah bidang ilmu
terapan dari manajemen yang dikontekstualkan terhadap bidang pendidikan.
Ribbins (1999) menyatakan bahwa sebagai sebuah disiplin ilmu, kemungkinan
terbaiknya manajemen pendidikan dikaitkan dengan sebuah bidang dan bukan
sebuah bentuk pengetahuan.
Kedua, manajemen pendidikan berkaitan dengan pengelolaan berbagai
sumber daya pendidikan. Saitis dan Saiti (2018) mendefenisikan manajemen
pendidikan sebagai sebuah sistem tindakan yang terdiri dari pemanfaatan secara
rasional setiap sumber daya yang tersedia baik manusia maupun berbagai aspek
lainnya untuk merealisasikan tujuan atau sasaran melalui cara yang terbaik.
Pemanfaatan berbagai sumber pendidikan menjadi aspek lain yang terkandung
dalam konsep manajemen. Mulyasa (2005) menyatakan bahwa sasaran manajemen
pendidikan terkait dengan pengelolaan dan pemberdayaan potensi partisipasi
masyarakat untuk memperkuat institusi sekolah, dalam rangka peningkatan mutu

3
penyelenggaraan pendidikan, sehingga diperoleh sumber daya manusia yang
berdaya saing dan kompeten.
Ketiga, manajemen pendidikan harus terlaksana dengan prinsip efektifitas
dan efisiensi. Hal ini sejalan dengan tujuan utama adanya manajemen pendidikan,
yaitu untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan pendidikan melalui
perencanaan, pengambian keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi
sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang
kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik dan masyarakat di masa depan (Mulyasa, 2005). Robbins, DeCenzo,
Coulter, dan Anderson (2014) menjelaskan bahwa efisien berkaitan dengan
berbagai cara memperoleh sesuatu yang dilakukan, sedangkan efektivitas berkaitan
dengan akhir, atau mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dengan demikian, dalam
memahami konsep manajemen pendidikan, aspek efisiensi dan efektifitas harus
diikutsertakan supaya konsep manajemen pendidikan semakin lengkap dan dapat
memberikan kontribusi signifikan pada bidang pendidikan.
Keempat, manajemen pendidikan harus diarahkan untuk pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Sebagai sebuah bidang studi dan praktik yang
berkaitan dengan pelaksanaan organisasi pendidikan (Bush, 2010), maka harus
difokuskan pada tujuan atau maksud dari pendidikan (Bush, 2008) dengan
pengoperasian yang efisien (Normore & Brooks, 2014) karena proses memutuskan
tujuan adalah jantungnya manajemen pendidikan (Bush, 2006). Bolam (1999)
menyatakan manajemen pendidikan mengacu pada fungsi eksekutif untuk
menjalankan kebijakan yang sudah disepakati. Tujuan dari kebijakan yang sudah
dibuat merupakan arahan yang sangat krusial dalam menyokong manajemen
pendidikan. Manajemen pendidikan harus lebih difokuskan secara khusus pada
pendidikan dan berbagai urusannya (Ribbins, 1999).

B. System Informasi
Makna kata “sistem” didefinisikan dengan berbagai pendekatan dan
beragam istilah. Menurut Lucas (1992), Sistem adalah suatu pengorganisasian yang
saling berinteraksi, saling tergantung dan terintegrasi dalam kesatuan variabel atau

4
komponen. Jogiyanto (1999) mendefinisikan sistem ke dalam dua kelompok
pendekatan, yaitu menekankan pada prosedur dan komponen atau elemennya.
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan
sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedurprosedur yang saling berhubungan,
berkelompok dan bekerjasama untuk melakukan kegiatan pencapaian sasaran
tertentu. Makna dari prosedur sendiri, yaitu urutan yang tepat dari tahapan-tahapan
instruksi yang menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang
mengerjakan, kapan (when) dikerjakan dan bagaimana (how) mengerjakannya.
Pendekatan yang menekankan pada komponen mendefinisikan “sistem” sebagai
kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Menurut Synanski dan Pulschen (1995), Informasi adalah pemrosesan data
yang tampak dalam konteks untuk menyampaikan arti kepada orang lain.
Lebih lanjut, Jogiyanto mendefinisikan informasi sebagai data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Informasi adalah arti dari hubungan dan penafsiran data yang mengizinkan
seseorang untuk membuat keputusan (Tsichritis dan Lochovsky, 1970). Informasi
dikatakan berharga jika informasi itu mempengaruhi proses pengambilan keputusan
yang lebih baik.
John Burch dan Gary Grudnitski mengemukakan bahwa sistem informasi
terdiri dari komponen-komponen yang disebutnya dengan istilah blok bangunan
(building block), yaitu blok masukan (input block), blok model (model block), blok
keluaran (output block), blok teknologi (technology block), blok basis data
(database block), dan blok kendali (controls block). Sebagai suatu sistem keenam
blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lainnya
membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya.
Sistem Informasi Manejemen (selanjutnya disebut SIM) merupakan
penerapatan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. SIM didefinisikan
oleh George M. Scott sebagai berikut. Suatu SIM adalah kumpulan dari interaksi-
interaksi sistemsistem informasi yang menyediakan informasi baik untuk
kebutuhan manajerial maupun kebutuhan operasi. Menurut Barry E. Cushing SIM
adalah sekumpulan dari manusia dan sumber-sumber daya modal di dalam suatu

5
organisasi yang bertanggungjawab mengumpulkan dan mengolah data untuk
menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam
kegiatan perencanaan dan pengendalian. Menurut Gordon B. Davis SIM adalah
sistem manusia atau mesin yang menyediakan informasi untuk mendukung operasi
manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. Lebih lanjut
Gordon B. Davis juga menegaskan bahwa SIM selalu berhubungan dengan
pengolahan informasi yang berbasis pada komputer (computer-based information
processing). SIM merupakan suatu sistem yang melakukan fungsi-fungsi untuk
menyediakan semua informasi yang mempengaruhi semua operasi organisasi.

C. Kemitraan
Secara etimologis, kata atau istilah kemitraan adalah kata turunan dari kata
dasar mitra. Mitra, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya teman, sahabat,
kawan kerja. Kemitraan diartikan sebagai hubungan kooperatif antara orang atau
kelompok orang yang sepakat untuk berbagi tanggung jawab untuk mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah dalam modul pemberdayaan Komite Sekolah menjelaskan bahwa yang
dimaksud kemitraan dalam konteks hubungan resiprokal antara sekolah dan
masyarakat kemitraan bukan sekedar sekumpulan aturan main yang tertulis dan
formal atau suatu kontrak kerja melainkan lebih menunjukkan perilaku hubungan
yang bersifat intim antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak saling
membantu untuk mencapai tujuan bersama.
Dari definisi-definisi diatas kita bisa mengetahui bahwa hakikat kemitraan
adalah adanya keinginan untuk berbagi tanggung jawab yang diwujudkan melalui
perilaku hubungan dimana semua pihak yang terlibat saling bantu-membantu untuk
mencapai tujuan bersama. Masingmasing pihak yang bermitra memiliki posisi dan
tanggung jawab yang sama. Hubungan atasanbawahan tidak berlaku dalam konteks
kemitraan.
Masing-masing menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan tugas dan
batas-batas wewenang yang dimiliki. Selain berkaitan dengan fungsi dan peran
masing-masing dalam kemitraan, dalam kemitraan tercakup dimensi kepentingan
yang dijadikan andalan. Model kemitraan mengandalkan pada kepentingan pribadi

6
orang tua dan anggota masyarakat yang mau tidak mau membuat mereka
berpartisipasi dalam aktifitas yang berkaitan dengan sekolah. Kemitraan
memandang semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap sekolah merupakan
pihak yang dapat didayagunakan dan mampu membantu sekolah dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan.
Bentuk-bentuk hubungan kemitraan sekolah dengan masyarakat antara lain:
a. Mengikutsertakan guru dan siswa dalam kegiatan masyarakat
Partisipasi warga sekolah, termasuk guru dan siswa dalam kegiatan
masyarakat sekitarnya, misalnya dalam kegiatan kerja bakti, perayaan-perayaan
hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi, dan sebagainya. Selain itu
keikutsertaan guru dan siswa dalam kegiatan masyarakat bisa ditunjukkan dengan
adanya program baksos (bakti sosial) untuk masyarakat yang kurang mampu
ataupun yang terkena musibah/ bencana, kegiatan bazar sekolah dengan
memamerkan hasil karya siswa, termasuk pementasan karya tulis, karya seni dan
karya keterampilan pada saat HUT RI, kunjungan guru ke rumah tokoh masyarakat.
Hal ini akan menambah kesan masyarakat sekitar akan kepedulian sekolah terhadap
lingkungan sekitar sebagai anggota masyarakat yang senantiasa sadar lingkungan
demi baktinya terhadap pembangunan masyarakat. Bagi sekolah sendiri, kegiatan
tersebut dapat melatih para siswanya untuk lebih mudah dalam bersosialisasi
dengan masyarakat dan untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap sesama.
b. Menyediakan fasilitas sekolah untuk keperluan masyarakat
Sekolah dapat menyediakan fasilitasnya untuk kepentingan masyarakat
sekitar sepanjang tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran. Fasilitas
tersebut, misalnya:
• Lapangan olah raga yang digunakan sebagai sarana olahraga anggota
masyarakat di luar jam pelajaran sekolah.
• Halaman sekolah untuk acara sholat idul fitri / idul adha untuk agama islam
• LCD sekolah untuk acara perayaan HUT RI.

D. Administrasi Siswa dan Pegawai


Administrasi dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Menurut
Handayaningrat (2003), kata administrasi secara sempit berasal dari kata

7
“administratie” (dari bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan catat-mencatat, surat-
menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda dan sebagainya yang
mempunyai sifat teknis ketatausahaan (clerical work). Kegiatan adminsitrasi yang
dilakukan termasuk pengarsipan surat serta kegiatan-kegiatan lainnya yang
bertujuan untuk menyediakan informasi serta mempermudah untuk memperoleh
informasi kembali ketika membutuhkan.
Pegawai merupakan salah satu sumber daya dalam organisasi dan
meruoakan sumber daya yang penting. Pegawai akan mengelola seluruh sumber
daya yang ada dalam organisasi. Sempurnanya semua sumber daya dalam
organisasi tetapi jika tidak dikelola dengan baik oleh pegawai atau manusia yang
ada maka organisasi. tidak akan berhasil. Sehingga diperlukan pengelolaan yang
baik terhadap orang yang ada dalam organisasi atau administrasi kepegawaian.
Administrasi peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahkan secara sengaja serta bimbingan secara kontiniu
terhadap seluruh peserta didik dalam lembaga pendidikan yang bersanggkutan agar
dapat mengikuti proses belajar mengajar secra efektif dan efesien. Administrasi
pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam
suatu oragnisasi guna mencapai tujuan dari oragnisasi tersebut. Dengan demikian
administrasi merupakan suatu sistem yang terpaut dengan organisasi. Bahkan dapat
dinyatakan pula bahwa Administrasi adalah upaya mencapai tujuan secara efektif
dan efisien dengan memanfaatkan orang-orang dalam suatu pola kerja sama.
Sedangkan Pendidikan menurut UUSPN 1989 adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.
Dalam administrasi pendidikan terdapat beberapa bidang-bidang yang
dikaji. komponen sekolah yang menjadi objek fungsi administrasi itu sendiri. Ada
juga yang menganggapnya sebagai subtansi administrasi pendidikan bahkan ada
yang menganggapnya sebagai komponen administrasi pendidikan. Menurut
Suryosubroto ( 2004 : 25 ) adapun bidang – bidang dalam administrasi pendidikan
adalah administrasi kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi kepegawaian,
administrasi perlengkapan dan administrasi keuangan. Siswa adalah unsur yang
sangat penting dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Lembaga

8
pendidikan didirikan untuk kepentingan siswa. Oleh sebab itu perlu mendapat
perhatian yang cukup dari pelaksanaan pendidikan agar tercapainya tujuan
pendidikan nasional secara utuh.
Maka dari itu, sebagai calon pendidik nantinya, agar mampu dalam
melakukanadministrasi bagi siswanya sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan baik maka perlu memahami tentang administrasi kesiswaan / peserta didik
tersebut. Oleh karena itu, penulis mencoba membuat sebuah makalah yang
membahas mengenati administrasi peserta didik.

E. Dokumen Sekolah/kelas
Menjadi wali kelas merupakan tugas tambahan bagi seorang guru. Dalam
pelaksanaannya, wali kelas memiliki beberapa tugas yang secara khusus adalah
membantu kepala sekolah yang berkaitan langsung dengan siswa dan orang tua.
Berikut ini contoh dokumen kelas:
• Tugas-tugas wali kelas
Pada dokumen ini dijelaskan secara detail apa saja yang menjadi tugas wali
kelas. Secara umum, tugas wali kelas bisa saja berbeda. Seperti di sekolah saya ini,
dimana wali kelas memiliki tugas melaporkan beberapa tugasnya secara online ke
Google Form yang dibuat oleh pimpinan.
• Data identitas kelas
Dokumen ketiga merupakan identitas kelas dimana wali kelas tersebut
melaksanakan tugasnya. Pada dokumen ini berisi isian seputar identitas kelas, mulai
dari nama wali kelas, nama ketua kelas, domisili siswa rata-rata hingga jumlah
siswa.
• Program kerja dan jurnal wali kelas
Program kerja wali kelas merupakan dokumen yang telah di tetapkan oleh
masing-masing sekolah. Biasanya program kerja ini merupakan hasil konversi dari
tugas-tugas yang kemudian akan ada kolom tanggal kapan pelaksanaannya.
Sementara untuk jurnal merupakan dokumen catatan dari pelaksanaan program
kerja yang telah dilaksanakan oleh wali kelas.
• Rekap kehadiran siswa perbulan

9
Pada form pemanggilan siswa tersedia kolom untuk isian tanggal, nama,
kelas, jenis masalah dan tanda tangan siswa. Sementara untuk form pemanggilan
orang tua siswa terdapat isian nama orang tua, nama anak, kelas, jenis masalah,
hasil pemanggilan dan tanda tangan orang tua siswa.
• Form pemanggilan siswa dan orang tua
Dokumen terakhir yang ada pada Buku Catatan Wali Kelas adalah Catatan
Penting Wali Kelas. Masing-masing wali kelas tentu memiliki catatan tersendiri
dalam melaksanakan tugasnya. Nah, disini wali kelas bisa mencatatnya agar tidak
lupa saat nanti dibutuhkan.

10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang


menggambarkan situasi atau objek dalam fakta yang sebenarnya secara sistematis.
Lokasi penelitian adalah SDN 21 Pasaran Parsaoran. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Observasi dilakukan dengan cara memperhatikan dan mengamati seluruh kondisi
dan kegiatan yang ada dalam sekolah yang berkaitan erat dengan penyelenggaraan
manajemen pendidikan di era new normal.

11
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Manajemen Pendidikan
Adanya manajemen dalam bidang pendidikan memiliki tujuan dalam
implementasinya. Menurut Bush (2008) manajemen diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang sudah jelas. Sehingga, sebagai sebuah ilmu terapan,
manajemen pendidikan tidak terlepas dari fondasi keilmuan manajemen baik dalam
hal teori dan praktik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Connolly, James, dan Fertig (2017) menyimpulkan manajemen pendidikan
menjalankan tanggung jawab untuk fungsi yang tepat pada sebuah sistem dalam
institusi pendidikan dimana yang lainnya terlibat. Dengan kata lain, pelaksanaan
tata kelola sistem dalam lembaga pendidikan sangat berkaitan erat dengan fungsi
manajemen yang dikontekstualisasikan sesuai dengan kebutuhan pada bidang
pendidikan.

B. Penyelenggaraan Manajemen Pendidikan


Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan
perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen
sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, dan sebagian
lainnya masih memprihatinkan.
1) Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang
menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata
yaitu kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan educational production function yang tidak dilaksanakan secara
konsekuen,

12
2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan
birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi sekolah setempat,
3) sangat minimnya peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Pelaksanaan manajemen di SDN 21 Pasaran Parsaoran menurut data yang
diperoleh sudah bagus. Dimana dapat dilihat dari pola manajemen, system
informasi, kemitraan, adm siswa/pegawai dan dokumen sekolah/kelas dapat
1) mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur
komite sekolah/mejelis madrasah dalam aspek manajemen berbasis
sekolah untuk peningkatan mutu sekolah,
2) mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur
komite sekolah/majelis madrasah dalam melaksanakan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan, baik di lingkungan sekolah maupun di
masyarakat setempat,
3) mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam masalah
umum persekolahan dari unsur komite sekolah dalam membantu
peningkatan mutu sekolah.
Amanchukwu, Stanley dan Ololube (2015) menyatakan bahwa proses
menajemen pendidikan melibatkan pengaturan dan penyebaran sistem-sistem untuk
memastikan pengimplementasian berbagai kebijakan, strategi, dan rencana tindak
melalui sekumpulan praktis yang terintegrasi demi mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian, penekanan pada tujuan pendidikan adalah hal penting lainnya
dalam memahami konsep manajemen pendidikan. karena tanpa ada tujuan yang
jelas, proses manajemen pendidikan akan kehilangan arah.

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Undang-Undang menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Dalam pendidikan dibutuhkan pengelolaan yang
baik dan benar agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah adalah
pengaturan pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi kegiatan
merencanakan, mengorgariisir, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
yang terkait dengan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, dengan
berpedoman pada prinsip-pninsip implementasi manajemen berbasis sekolah.
Tenaga kependidikan yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan din dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan di SD. Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan di SD. Pada
tingkat SD tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah. Prinsip-
prinsip manajemen berbasis sekolah, yaitu kemandirian, keadilan, keterbukaan,
kemitraan, partisipatif, efisiensi, dan akuntabilitas.

B. Saran
Kiranya Implementasi dan penyelenggaraan manajemen pendidikan diera
new normal melalui kegiatan seminar ini mampu mengelola sumberdaya sekolah
yang bermacam-macam harus dilaksanakan dengan baik oleh sekolah. Kepala
sekolah, guru dan semua kelompok yang berkepentingan harus bekerjasama
melaksanakan program pengelolaan sekolah secara efektif dan dapat mengetahui
pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan diera new normal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Diat Prasojo, Lantip. (2013). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan.


Yogyakarta: UNY Press.
Ernita, Novela & Hade. (2020). Administrasi Peserta Didik. Jurnal Pintek, 1-4.
Irsan, Robenhart. 2020. Manajemen Berbasis Sekolah. Medan: Universitas Negeri
Medan
Ramadani, Wahyuni; Dahri & Arsyam. (2019). Administrasi Kemitraan Sekolah
dengan Masyarakat. Jurnal Tulungangung, 26-35.
Siagan, Sondang P. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara
Umaedi, dkk. 2015. Manajemen Berbasis Sekolah. Universitas Negeri Terbuka.
Banten.
Lumban Gaol, Nasib tua. 2020. Sejarah dan Konsep Manajemen Pendidikan.
Tarutung: Universitas Kristen Negeri Tarutung. Jurnal Dinamika
Pendidikan. Vol.13. No.1. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/jdp
Bahri, Syamsul. 2020. Analisis Manajemen SDM Dalam Mengembangkan Strategi
Pembelajaran Di Era New Normal. Mojokerto: Institut Pesantren KH.
Abdul Chalim Mojokerto. Interdisciplinary Journal Of Islamic Education.
Vol. 1. No.1. https://pasca.jurnalikhac.ac.id/index.php/tijie/article/view/2/9

15

Anda mungkin juga menyukai