Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI LOGAM

Oleh :
GANDI KURNIAWAN
18.1.03.01.0029

LABORATORIUM UJI LOGAM

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM UJI LOGAM

Laporan Praktikum Uji Logam yang disusun oleh:

Nama : GANDI KURNIAWAN


Tingkat : 3A
NPM : 18.1.03.01.0029

Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Praktikum Uji Logam di Program Studi Teknik Mesin
Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Kediri, 25 Januari 2021


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ali Akbar, M.T

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala berkat, rahamat serta
hidayah-Nya yang selalu Terlimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Ilmu Logam.
Dalam penulisan Laporan Praktikum Ilmu Logam ini, penulis mendapatkan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Hesti Istiqlaliyah, ST., M., Eng. selaku Kepala Prodi Teknik Mesin Universitas
Nusantara PGRI Kediri.
2. Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum Logam Bapak Ali Akbar, M.T.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kelompok Kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
ini dapat saya selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus dan
ihklas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak retak, untuk
itu Kamipun menyadari bahwa Makalah yang telah Kami susun dan Kami kemas masih memiliki
banyak kelemahan serta kekurangan. Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya
kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-
hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan

Kediri, 21 Januari 2021


   

Penyusun

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2 Tujuan Praktikum..............................................................................................................................6
1.3 Manfaat..............................................................................................................................................7
1.4 Batasan Masalah................................................................................................................................7
1.5 Metodologi Pengambilan Data.........................................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................................................................9
2. Dasar Teori..........................................................................................................................................9
2.1 Metode Gores....................................................................................................................................9
2.2 Metode Pantul..................................................................................................................................10
2.3 Metode Indentasi.............................................................................................................................10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................................................................12
3.1 Diagram Alir Praktikum Logam................................................................................................12
3.2 Persiapan alat dan bahan..................................................................................................................13
3.3 Uji kekerasan metode rockwell.......................................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................15
4.1 Proses pengujian kekerasan............................................................................................................15
BAB V PENUTUP....................................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................................19
5.2 Saran................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
HASIL PRATIKUM.................................................................................................................................21

4
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan logam banyak sekali digunakan untuk konstruksi, peralatan dan kebutuhan rumah
tangga. Untuk peralatan industri khususnya bahan logam tersebut sering kali dioperasikan
dilingkungan temperatur tinggi. Banyak pengujian dilakukan pada logam bertemperatur tuinggi,
karena bahan tersebut banyak dipakai dalam industri, misalnya untuk pembuatan engine, turbin-
turbin uap, dapur-dapur pembakaran, alat-alat penyulingan dll, yang mana mereka bekerja pada
temperatur tinggi. Baja merupakan bahan garapan yang mudah diubah wujudnya dan harga
relatif rendah, oleh karena itu baja paling banyak pemakaiannya. Berbagai jenis baja berbeda
menurut : kekuatan, kekerasan, kekenyalan, mampu keras, mampu las, mampu bentuk dingin dan
panas, serta daya tahan, karat (korosi) dll. Baja konstruksi mencakup 90% dari seluruh
pembuatan baja, baja konstruksi (jembatan, menara, bangunan tinggi), baja beton (dituang,
ditempa, dikempa). Baja konstruksi juga digunakan pada temperatur tinggi.

Pada umumnya semua logam tidak kehilangan tegangan serta kelakuannya dan bahan
memiliki kenaikan keuletan dengan kenaikan temperatur ruang. Para ahli mengatakan bahwa
fase atau struktur dari logam berubah dengan sendirinya mempunyai konsekuensi terhadap sifat-
sifat mekanisnya seperti: tarik, tekan, geser, puntir, lengkung, dan tekuk.

Hubungan antara kemampuan logam akibat panas ini maka bisa mengubah modulus
elastisitas dari logam akan menurun. Panas juga bisa mengubah ikatan ikatan antar atom,
sehingga bukan hanya menimbulkan fungsi-fungsi mekanis tapi juga sifat elektrikal (electrical
properties) dari logam tersebut. Logam di beri perlakuan panas pada suhu tertentu lalu di tarik.
Proses ini mengubah karakteristik suatu logam.

Perlakuan panas (heat treatmeant) dapat di definishikan sebagai suatu kombinasi operasi
pemanasan dan pendinginan terhadap logam dan panduaan, di mana perlakuan panas ini di
berikan pada logam atau paduaan untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Pada proses perlakuan
panas pada baja karbon sedang, akan di hasilkan perubahan butir dan sifat mekanik materialnya.

Dalam perencanaan kontruksi mesin harus di upayakan menggunakan bahan sehemat


mungkin, karena setiap kelebihan beban yang tidak perlu berakibat fungsi atau kerja mesin serta
memperbanyak biaya produksi. Supaya berbagai tuntutan terhadap efesiensi bahan serta
memaksimalkan hasil tercapai, maka sifat- sifat bahan seperti mengoprasikannya pada kondisi
5
tertentu harus di uji. Penguji yang lain menyelidiki kesalahan, perlakuan, atau kelemahan bahan
yang dapat timbul pada saat pembuatan, pengolahan atau pemakaian dalam kontruksi, untuk
maksud ini harus di lakukan serangkaian pengujian sesuai dengan kekerasan bahan (material).

Kekerasan suatu bahan merupakan salah satu sifat mekanik bahan yang terpenting, serta
bentuk pengujian yang sederhana, cepat, dan relatif murah di bandingkan beberapa bentuk
pengujian lain.

Definisi kekerasan sangat tergantung pada cara pengujian yang di lakulan, beberapa definisi
kekerasan adalah:

a. Ketahanan terhadap identitas permanen akibat beban dinamis atau statis


yang di sebut kekerasan identasi.
b. Energi yang di serap impact di sebut kekerasan pantul.
c. Kekerasan terhadap goresan di sebut kekerasan goresan.
d. Ketahanan terhadap pemotongan di sebut kekuatan mampu mesin.

Pengujian kekerasan yang banyak di lakukan adalah berdasarkan pada identifikasi


permanen atau deformasi plastik akibat beban statis. Hasil pengujian kekerasan tidak dapat
langsung dalam design seperti halnya pengujian tarik namun demikian penguji kekerasan banyak
di lakukan sebab hasilnya dapat di gunakan sebagai berikut:

a. Pada bahan yang sama dapat di klasifikasikan berdasarkan kekerasan.


Dengan kekerasan tersebut dapat di tentukan penggunaan dari bahan itu.
b. Sebagai kontrol kualitas dari produk seperti halnya mengetahui
homoginitas akibat suatu proses pembentukan dingin, pemaduan, heat
treatment,cost hardening dan sebagainya.
c. Sebagai sarana kontrol terhadap proses tersebut.
d. Kekuatan bahan merupakan tekanan atau tegangan tinggi yang di terima
suatu bahan.
Akibat dari perubahan bentuk terbersar sebelum terjadi perpatahan.Tegangan yaitu
perpatahan kecil dalam yang muncul pada suatu satuan bidang seluas 10 mm.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1. Proses Heat Treatment

6
Dalam proses ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :
a. Mendapatkan sifat mekanika material yang di inginkan dengan melakukan
proses heat treatment.
b. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap sifat fisik dan sifat
mekanik suatu material.
c. Membandingan kekerasan suatu material yang mendapat perlakuan panas
dengan material yang tidak dapat perlakuan panas.
d. Untuk mengurang kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.
1.2.2 Pengujian Kekerasan
Pengertian uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji
kekerasan dari suatu material, karena dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah
mengetahui gambaaran sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan
pada suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan
kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di
golongkan sebagai material ulet atau getas.

1.3 Manfaat
Beberapa manfaat dari pengujian ini antara lain:
a. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang melakukan praktikum
tentang sifat-sifat logam.
b. Sebagai pelatihan dalam melakukan pengujian suatu bahan.
c. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai
kekerasan brinellnya.
d. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell, Vickers
dan Rockwell.

1.4 Batasan Masalah


Pembatasan masalah yang di ambil dalam laporan ini adalah :
a. Proses Heat Treatment.
b. Pengujian tarik.
c. Pengujian kekerasan (Brinell, Rockwel dan Vickers)

7
1.5 Metodologi Pengambilan Data
Pengambilan data yang di ambil adalah pengambilan data secara langsung melalui
pratikum yang di lakukan, kemudian data yang sudah didapat di analisa.

8
BAB II KAJIAN TEORI
2. Dasar Teori
Kekerasan suatu material merupakan sesuatu ketahanan material terhadap gaya penekanan
dan material lain yang lebih keras, (kekerasan merupakan ketahanan terhadap defomasi dan
merupakan ukuran ketahanan logam terhadap deformasi plastis atau defonnasi permanen,
Dieter 1987). Prinsip pengujian kekerasan yaitu pada permukaan meterial dilakukan
penekanan dengan indentor sesuai dengan parameter (diameter, beban, dan waktu).
Berdasarkan metode penekanan tersebut, dikenal 3 metode pengujian yaitu:

2.1 Metode Gores


Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau lebar goresan pada benda uji
dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan material pembanding. indentor
yang biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan. Namun, metode ini tidak cocok
untuk logam yang skala kekerasannya tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah karena
tidak akurat. Metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi, tapi masih dalam
dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan membagi
kakerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai sitala
Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana
dimiliki oleh talc, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana yang
dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh
:

1. Tale 6. Orthoclase

2 Gyprum 7. Quartz
3. Celcite 8. Topaz
4. Plourite 9. Corundum
5. Apartite 10. Diamond
Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu digores
oleh Apartite(5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal
ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama berupa ketidak akuratan nilai
kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain,

9
ditemukan bahwa nilai nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki
rentang yang besar

2.2 Metode Pantul


Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope yang
mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) casa. berat tertentu yang dijatuhkan dari
suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan
mewakili kekerasan benda uji.

Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial pada alat pengukur,
maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.

2.3 Metode Indentasi


Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor
dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material
ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor
dan jenis pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara
indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Metode Brinell

Pengujian Brinell Metode uji kekerasan yang di ajukan oleh J.A Brinell pada
tahun 1900an ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertamakali banyak digunakan
dan di susun pembakuannya (dieter, 1987). Uji kekerasan ini berupa pembentukan
lekukan pada permukaan logam menggunakan indentor. Indentor untuk brinell berbentuk
bola dengan diameter 10mm, diameter 5mm, diameter 2,5mm, dan diameter 1mm, itu
semua adalah diameter bola standar internasional. Bola brinell yang standar internasional
tersebut ada 2 bahan pembuatannya. Ada yang terbuat dari baja yang di keraskan/dilapis
chrom, dan ada juga yang terbuat dari Tungsten Carbide lebih keras dari baja, jadi
tungsten carbide biasanya dipakai untuk pengujian benda yang keras yang dikhawatirkan
akan merusak bola baja. Namun untuk pengujian bahan yang tingkat kekerasannya belum
diketahui, alangkah baiknya jika kita mengujinya terlebih dahulu menggunakan metode
rockwell,dengan menggunakan indentor kerucut intan, untuk menghindari rusaknya
indentor. Seperti yang kita ketahui bahwa intan adalah logam yang paling keras saat ini,
jadi intan tidak akan rusak jika di indentasikan ke material yang keras. Untuk bahan/
10
material pengujian brinell harus disiapkan terlebih dahulu. Material harus bersih dan
diusahakan halus (minimal N6 atau digerinda). Harus rata dan tegak lurus, bersih dari
debu, karat, dan terak.

b. Metode Vickers
Uji Vickers dikembangkan di inggris tahun 1925an. Dikenal juga sebagai
Diamond Pyramid Hardness test (DPH), uji kekerasan vickers menggunakan indentor
piramida intan, besar sudut antar permukaan piramida intan yang saling berhadapan
adalah 136 derajat . Ada dua rentang kekuatan yang berbeda, yaitu mikro (10g – 1000g)
dan macro (1kg – 100 kg).

c. Metode Rockwell
Pengujian Rockwell menggunakan indentor bola baja diameter standar (diameter
10mm, diameter 5mm, diameter 2.5mm, dan diameter 1mm) dan indentor kerucut intan.
Pengujian ini tidak membutuhkan kemampuan khusus karena hasil pengukuran dapat
terbaca langsung. Tidak seperti metode pengujian Brinell dan Vickers yang harus
dihitung menggunakan rumus dahulu.

Pengujian ini menggunakan 2 beban, yaitu beban minor/minor load (FO)= 10 kgf
dan beban mayor/mayor load (F1) = 60 kgf sampai dengan 150 kgf tergantung material
yang akan di uji dan tergantung menu Rockwell yang dipilih (ada HRC, HRB, HRG,
HRD, dll. yang pasti, untuk menguji material yang kekerasannya sama sekali belum
diketahui kita harus menggunakan Rockwell HRC. HRC menggunakan indentor kerucut
intan dan beban 150 kgf. Ini dimaksudkan untuk mencegah rusaknya indentor karena
kalah keras dibandingkan material yang di uji, seperti yang kita tahu bahwa intan adalah
logam paling keras saat ini. Beban minor sebesar 10 kgf diberikan dengan tujuan untuk
menyamaratakan semua permukaan benda uji. Dengan adanya sedikit penekanan tersebut
membuat material yang akan di uji tidak perlu di persiapkan sehalus dan semengkilap
mungkin, cukup bersih dan tidak berkarat. perbedaan kedalaman hasil indentasi
berdampak pada tingkat kekerasan material Semakin dalam indentasi semakin lunak
material yang kita uji.

11
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum Logam

12
3.2 Persiapan alat dan bahan

Persiapan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ilmu logam, berikut
merupakan peralatan yang digunakan :

1. Amplas

2. Besi st 42 dan st 304

3. Stopwatch

4. Mesin universal hardness tester

3.3 Uji kekerasan metode rockwell

a) Pilih indikator rockwell

13
b) Set lampu ke rockwell

c) Gunakan beban 1471

d) Pilih indentor penekan untuk media pengujian rockwell

e) Letakkan benda uji ke meja kerja test

f) Lakukan preload dengan memutar handle wheel sampai garis set

g) Main load diaplikasikan dengan memutar handle searah jarum jam kemudian
ditahan selama 12 detik

h) Angkat main load dengan memutar handle arah CCW

i) Turunkan benda uji dengan memutar handle wheel arah CCW (Counter
Clockwise)

j) Ukur panjang diagonal luka dengan mikroskop

k) Lihat tabel

14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses pengujian kekerasan


A. Hari dan tanggal praktikum : senin, 21 desember 2020
B. Topik praktikum : pengujian kekerasan Rockwell
C. Tujuan praktikum
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat :
a. Mempersiapkan bahan dan perlengkapan uji kekerasan Rockwell
b. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Rockwell
c. Membandingkan nilai kekerasan dari beberapa jenis logam.
d. Menentukan harga kekerasan suatu bahan dengan metode Rockwell
D. Bahan
 ST 42
 ST 304
E. Alat dan Perlengkapan
a. Universal Hardness Tester beserta dengan perlengkapannya
b. Kaca pembesar berskala
c. Ragum, kikir dan ampelas
d. Modul, lembar kerja, dan alat tulis
F. Langkah kerja
1. Siapkan permukaan benda kerja :
a. Ratakan kedua permukaan benda kerja menggunakan kikir dan ampelas kasar
untuk menghilangkan korosi, sehingga bidang permukaan menjadi sejajar.
b. Haluskan permukaan benda kerja menggunakan ampelas
2. Untuk metode ROCKWELL
a. Pilih indikator rockwell
b. Set lampu ke rockwell
c. Gunakan beban 1471
d. Pilih indentor penekan untuk media Turunkan benda uji dengan memutar handle
wheel arah CCW (Counter Clockwise)

15
e. Ukur panjang diagonal luka dengan mikroskop
f. Lihat tabel pengujian rockwell
g. Letakkan benda uji ke meja kerja test
h. Lakukan preload dengan memutar handle wheel sampai garis set
i. Main load diaplikasikan dengan memutar handle searah jarum jam kemudian
ditahan selama 12 detik
G. Angkat main load dengan memutar handle arah CCW Data –data pengamatan
Alat uji kekerasan : Universal Hardness Tester
Type : CV-700
Indentor
 Brinell
 Vickers
 Rockwell : Steel dengan diameter = 2,5 mm

Pembesaran mikroskop : 5x = 0,002

Tabel hasil pengujian kekerasan

N Nama spesimen HRC


O
1 ST 42 53
2 ST 304 28

a) Perhitungan hasil percobaan menggunakan rumus secara teoritis


Menurut rumus untuk mencari kedalaman tekan oleh rockwell adalah
h=0,26−0,002 HRC
maka dapat ditentukan nilai HRC secara teori adalah
 ST 42 : h=0,26−0,002 HRC=0,26−0,002 ( 53 )=0,154 mm
 ST 304 : h=0,26−0,002 HRC=0,26−0,002 ( 28 ) =0,204 mm

16
H. Pembahasan
a. Menurut Rockwell : Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu mengindentasi
material contoh dengan indentor kerucut intan atau bola baja. indentor ditekan ke
material dibawah beban minor/terkecil pada umumnya 10 kgf. Ketika keseimbangan
telah dicapai, suatu indikasi terlihat pada alat, yang mengikuti pergerakan indentor
dan demikian bereaksi terhadap perubahan kedalaman penetrasi oleh indentor, ini
merupakan angka posisi pertama. Beban kedua atau beban utama ditambahkan tanpa
menghilangkan beban awal, sehingga akan meningkatkan kedalaman penetrasi. Saat
keseimbangan kembali tercapai, beban utama dihilangkan tetapi beban awal masih
tetap diberikan. Dengan hilangnya beban utama maka akan terjadi recovery parsial
dan terjadi pengurangan jejak kedalaman.Peningkatan kedalaman penetrasi akhir
sebagai hasil aplikasi ini dan kehilangan beban utama digunakan untuk menentukan
nilai kekerasan Rockwell
HR = E e.

b. Terdapatnya kesalahan-kesalahan serta perbedaan-perbedaan hasil percobaan jika


dibandingkan literature disebabkan oleh beberapa factor,diantaranya adalah
 Permukaannya specimen yang terlalu kecil
Hal ini menyebabkan pemilihan titik uji tidak dapat dimaksimalkan,misalnya
pengukuran satu dilakukan terlalu dekat dengan pengukuran lainnya.Pengukuran
yang berdekatan ini mempenaruhi daerah elastis yang berada dibawah daerah
penekanan (plastis) ke daerah yang laen.
 Permukaaan benda uji yang berkarat
Sehingga memerlukan proses penghilangan karat dengan menggunakan kikir
atau amplas.Walaupun demikian,masih terdapat sisa bekas karatan yang masih
menempel yang disebabkan karena ketidakmaksimalan dalam melakukan proses
pembersihan akibat keterbatasan waktu,permukaan yang berkarat ini mempengaruhi
angka kekerasan yang diuji.Sebab ,dengan adanya karat kekerasan permukaan
bertambah ,dan mempengaruhi perbandingan dengan nilai pada literatur.

17
 Pengukuran dilakukan pada pinggir specimen
Hal ini disebabkan material yang diuji memiliki penampang kecil,sehingga
diambil titik yang hampir berdekatan dengan pinggir specimen.Akibatnya,daerah
hasil indentasi pada pinggir specimen memiliki nilai yang berbeda dengan hasil
pengujian yang dilakukan pada bagian tengah specimen.
 Permukaan bawah benda uji yang tidak rata
Hal mempengaruhi dalam melakukan pengambilan data,sebab permukaan
yang tidak rata ini menyebabkan benda uji terangkat keatas.Walaupn sedikit
besarnya,namun hal ini mempenagruhi nilai kekerasan yang diperoleh.
 Hasil dari pembersihan karat tidak benar-benar bersih
Mempengaruhi pengambilan data diagonal atau diameter jejak,permukaan
yang tidak merata ini menyulitkan dalam pengambilan data pada proses penglihatan
nilai melalui mikroskop.
 Kesulitan dalam penggunaan alat
Hal ini ditunjukkan ketika melakukan penempatan specimen pada posisi yang
pas pada mikroskop di skala nol-nya,akibatnya penempatan specimen uji tidak pas
dengan skala nol sehingga mempengaruhi perbandingan dengan literarut.
 Pengukuran diagonal dan diameter jejak pada suatu titik saja
Hasil akan lebih akurat jika diameter jejak diukur di tiap titik kemudian
diambil rata-ratanya,begitupun juga dengan pengukuran diagonal dimana hasil lebih
akurat dengan nilai rata-rata dari dua diagonal tersebut.
 Pengujian titik dilakukan hanya pada satu titik saja (keminiman data).
Baik pada pengambilan data nilai kekerasan serta pengukuran jejak.Hasil lebih akurat
jika dilakukan ke beberapa titik dan membuat rata-ratanya.

18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jadi, pengujian rocwell adalah pengujian menggunakan mesin uji kekerasan
rockwell yang berkerja dengan menekan spesimen menggunakan indentor intan berupa
kerucut maupun bola, adapun penggunaan indentor menyesuaikan dengan jenis material
yang akan di uji, material yang keras akan menggunakan indentor intan kerucut dan yang
lebih lemah menggunakan indentor bola baja.Pada alat uji rockwell mampu memberikan
nilai kekerasan secara otomatis dan mudah digunakan di dunia industri
1. Faktor factor yang menyebabkan terjadinya kesalahan saat melakukan pengujian
kekerasan:
a. Permukaannya specimen yang terlalu kecil
b. Permukaaan benda uji yang berkarat
c. Pengukuran dilakukan pada pinggir specimen
d. Permukaan bawah benda uji yang tidak rata
e. Hasil dari pembersihan karat tidak benar-benar bersih
f. Kesalahan paralaks ketika pengambilan data
g. Kesulitan dalam penggunaan alat
h. Pengukuran diagonal dan diameter jejak pada suatu titik saja
i. Pengujian titik dilakukan hanya pada satu titik saja (keminiman data).

5.2 Saran
Dalam praktikum ini masih banyak kekurangan baik dari peserta maupun alat
yang digunakan saat praktikum yang masih sedikit kurang memadai akibatnya proses
praktikum berjalan sedikit terhambat. Untuk kedepannya semoga alat yang digunakan
pada saat praktikum mendapatkan peningkatan baik dari segi kualitas maupun segi
kuantitas agar praktikum lebih efisien dan berjalan dengan lancar sesuai dengan standart
prosedur yang sesungguhnya.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

Dieter, G,E,”mechanical metallurgy”, Mc-Graw Hill Book.


Surendra Singh,”strength of materials”, VIKAS PUBLISHING HOUSE PVT PTD, 1982.
Drs. Daryanto,”pengetahuan tentang metalurgy”, Tarsito Bandung,1983.
M.Durand-Charre tailor & francis,Inc,”Micro Structure Of Superallouys”,Philadelphia,
PA,USA,1998.
http://kalogualoe.blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-vickers.html
http://strong-indonesia.com/artikel/sifat-mekanis-material/
http://ejurnalmaterialmetalurgi.com/index.php/metalurgi/article/download/370/217
http://slimm.metalurgi.lipi.go.id/ir/assets/uploaded/galleys_optimize.pdf
http://eprints.unpam.ac.id/5846/7/JURNAL.pdf
http://docplayer.info/36509161-uji-kekerasan-material-dengan-metode-rockwell.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132161225/pendidikan/Bab+1+kekerasan+edisi+2009.pdf
http://id.scribd.com/doc/115762597/Laporan-Uji-Kekerasan
http://id.scribd.com/doc/425879622/Laporan-Praktikum-Uji-Rockwell

21
HASIL PRATIKUM

22

Anda mungkin juga menyukai