Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI LOGAM

Oleh:

ANDHIKA DWI ANGGORO

NPM : 18.1.03.01.0084

LABORATORIUM UJI LOGAM

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM UJI LOGAM

Laporan Praktikum Uji Logam yang disusun oleh:

Nama : ANDHIKA DWI ANGGORO

Tingkat : III A

NPM : 18.1.03.01.0084

Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Praktikum Uji Logam di Program Studi Teknik Mesin Universitas
Nusantara PGRI Kediri.

Kediri, 25 januari 2021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ali Akbar, M.T

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan Modul Praktikum Ilmu Logam ini sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
Dalam penyusunan modul ini, penulis menyadari banyak kekurangan dan kekeliruan yang terjadi,
serta penulis menyadari modul ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.
Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak.
Atas segala bantuan, bimbingan, dan motivasi, serta kritik dan saran dari semua pihak, penulis
hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT, semoga Allah SWT membalas kebaikannya, dan mudah-
mudahan modul ini bermanfaat.

Kediri, 25 Januari 2021


   

Penyusun

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
1. Profil Laboratorium...............................................................................................................................5
2. Manajemen Laboratorium......................................................................................................................6
3. Penggunaan Laboratorium.....................................................................................................................9
4. Mesin dan Peralatan Utama.................................................................................................................10
5. Peralatan Pendukung............................................................................................................................12
BAB II KURIKULUM...................................................................................................................................13
1. Analisis Materi.....................................................................................................................................13
2. Silabus Praktikum................................................................................................................................13
3. Satuan Acara Praktikum......................................................................................................................14
BAB III MATERI MODUL...........................................................................................................................16
A. Perlakuan panas.......................................................................................................................................16
1. Pendahuluan.........................................................................................................................................16
2. Dasar Teori...........................................................................................................................................16
3 Intruksi Praktikum...............................................................................................................................27
B. Pengujian Kekerasan...............................................................................................................................30
1. Pendahuluan.........................................................................................................................................30
2. Dasar Teori...........................................................................................................................................30
3. Intruksi Praktikum...............................................................................................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................38
4.1 Proses pengujian kekerasan..............................................................................................................38
BAB 5 PENUTUP..........................................................................................................................................43
5.1. Kesimpulan..........................................................................................................................................43
5.2. Saran....................................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................44
HASIL PRAKTIKUM....................................................................................................................................45

4
BAB I PENDAHULUAN

1. Profil Laboratorium
Laboratorium Teknik Mesin digunakan sebagai pusat pembelajaran secara praktek dan
eksperimental. Mahasiswa diharapkan akan dapat menerapkan materi kuliah secara langsung
pada alat yang telah disediakan, mempelajari alat secara langsung, melakukan pengambilan data,
penelitian, dan konsultasi. Dalam laboratorium ini terdapat beberapa sub pengujian yang disediakan
berupa pengujian perlakuan panas, pengujian kandungan nilai oktan, serta pengujian kekerasan.
 Visi Laboratorium :
Menjadi Laboratorium yang unggul, inovatif dan terstandarisasi di tahun 2025.
 Misi Laboratorium :
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dibidang teknik mesin sesuai
dengan perkembangan teknologi dan kemajuan jaman.
2) Menyelenggarakan kegiatan penelitian di bidang rekayasa teknologi tepat guna yang bermanfaat
bagi pengembangan pendidikan dan pengajaran.
3) Bersama program studi menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan
menerapkan teknologi tepat guna sehingga mampu meningkatkan produktifitas potensi lokal dan
nasional.
 Tujuan:
1) Membantu dalam mendukung kegiatan akademik berupa praktikum dan penelitian
2) Membantu dalam menghasilkan lulusan yang kreatif dan inovatif dalam bidang teknik mesin,
serta mampu bersaing di tingkat nasional.
3) Membantu dalam menghasilkan karya penelitian yang berkualitas dan inovatif di bidang
rekayasa teknologi tepat guna sehingga mampu meningkatkan produktivitas potensi lokal dan
nasional.

5
2. Manajemen Laboratorium
2.1. Struktur Organisasi

Laboratorium Teknik Mesin berada di bawah struktur Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas UNP PGRI Kediri, seperti tergambar dalam bagan berikut:

2.2. Sistem Pengelolaan


Tugas pihak terkait:
a) Peneliti/Praktikan
o Mendaftar sebagai calon praktikan
o Mengikuti praktikum sesuai jadwal
o Konsultasi kepada asisten dan dosen pembimbing
o Membuat laporan praktikum
b) Asisten Praktikum
 Membuat daftar peserta praktikum
 Menyusun jadwal praktikum
 Menyiapkan segala perlengkapan praktikum

 Memberi materi saat praktikum


6
 Membimbing praktikan membuat laporan
 Memberikan nilai praktikum
 Perawatan laboratorium
c) Laboran
 Menyiapkan segala perlengkapan praktikum
 Perawatan laboratorium
d) Dosen Pembimbing
 Mengevaluasi praktikum
 Membimbing perbaikan laporan praktikum
 Memberikan penilaian hasil praktikum
 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
1) Laboran menyiapkan laboratorium dan perlengkapannya.
2) Asisten menyiapkan materi praktikum berdasarkan modul praktikum.
3) Mahasiswa melaksanakan praktikum didampingi asisten dan dosen pembimbing
4) Mahasiswa membuat laporan dan diserahkan kepada asisten pada pertemuan berikutnya.
5) Asisten memeriksa dan menandatangai asistensi laporan praktikum mahasiswa
6) Laporan yang telah diperiksa diserahkan kembali kepada mahasiswa
7) Pada akhir praktikum, dosen dan asisten memberikan tes/ujian yang harus diikuti oleh semua
mahasiswa.
8) Dosen dan asisten menyerahkan nilai hasil tes/ujian praktikum yang dilaksanakan mahasiswa ke
Laboran.
9) Laboran dibantu asisten merekap nilai praktikum (20% tugas + 40 % pelaksanaan praktikum +
30 % ujian praktikum + 10 % laporan praktikum)
10) Laboran menyerahkan nilai praktikum ke Dosen Pembimbing Praktikum, dengan ketentuan
nilai :

7
8
 Prosedur dan Mekanisme Pendaftaran sebagai Praktikan
a. Persyaratan
Untuk dapat mengikuti praktikum metalurgi mahasiswa harus telah mengikuti atau sedang
menempuh matakuliah yang tertera pada buku pedoman.
b. Mekanisme pendaftaran
1) Daftar ulang di lab. dengan membawa prasyarat.
2) Mengisi form pendaftaran
3) Mengisi daftar hadir

9
 Tata Tertib Laboratorium:
1. Praktikum dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
2. Mahasiswa yang terlambat datang atau absen harus memberikan surat izin (surat dokter atau surat
keterangan kerja dari perusahaan).
3. Mahasiswa diperbolehkan pindah kelompok/jam/hari praktikum dengan syarat mengkonfirmasi 1
minggu sebelum pelaksaan praktikum melalui asisten.
4. Mahasiswa yang tidak hadir pada saat jadwal yang telah ditentukan diperkenankan mengikuti
praktikum berikutnya dengan syarat membayar denda Rp 25.000,-.
5. Mahasiswa harus berbusana sopan dan rapi ( tidak diperkenankan memakai kaos Oblong dan Sandal
atau sepatu sandal ) serta membawa kartu asistensi.
6. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa dilarang merokok makan, bergurau, bermain alat,
menghidupkan hand phone, atau pun keluar masuk ruangan tanpa seijin dosen pembimbing/asisten
pendamping.
7. Praktikum dianggap selesai jika mahasiswa telah selesai melakukan pengujian, alat kembali bersih
dan rapi.
8. Kerusakan alat yang dipinjam oleh mahasiswa menjadi tanggung jawab penuh kelompok mahasiswa
yang bersangkutan.
9. Mahasiswa yang tidak melaksanakan satu modul praktikum dinyatakan tidak lulus.
10. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa harus membuat laporan sementara hasil pengamatan
praktikum rangkap dua dan menyerahkan kepada dosen pembimbing/asisten untuk ditanda tangani.
11. Laporan akhir praktikum covernya menggunakan standart fakultas dan laporan diserahkan 2 minggu
setelah jadwal masing-masing kelompok.
12. Apabila laporan diserahkan lebih dari 2 minggu maka dinyatakan tidak lulus.
13. Mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus praktikum harus mengulang dijadwal praktikum berikutnya
dengan membayar biaya praktikum yang telah ditentukan oleh Universitas melalui bank yang
ditunjuk.

3. Penggunaan Laboratorium
1) Pengujian Perlakuan Panas
Laboratorium ini digunakan untuk pengujian Perlakuan Panas. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perlakuann panas terhadap perubahan sifat dan karakter bahan. Sehingga
10
mahasiswa dapat mengetahui proses perlakuan panas, kegunaannya, dan arah pengembangan
metode yang digunakan.
2) Pengujian Kekuatan Tarik dan Tekan
Laboratorium ini digunakan untuk pengujian Kekuatan Tarik dan Tekan. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui kekuatan bahan terhadap beban tarik dan tekan, serta karakter bahan pada kondisi
pembebanan tertentu. Sehingga mahasiswa dapat mengetahui proses pengujian tarik dan tekan,
kegunaannya, serta mengaplikasikannya untuk material yang lain dalam penelitian maupun industri.
3) Pengujian Kekerasan
Laboratorium ini digunakan untuk pengujian Kekerasan Material. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui kekerasan bahan bila dilakukan penekanan dengan beban tertentu. Dengan pengujian ini
akan dapat diketahui kekerasan bahan dan ketahanan ausnya. Sehingga mahasiswa dapat
mengetahui proses pengujian kekerasan, kegunaannya, serta mengaplikasikannya untuk material
yang lain dalam penelitian maupun industri.

4. Mesin dan Peralatan Utama


Peralatan yang digunakan, meliputi peralatan utama yang terdiri dari:
1. Sebuah perangkat Furnace

Spesifikasi alat :
 Tipe K
 Tahun pembuatan 2020
 Temperatur alat 20°- 950°C
 Waktu mulai penundaan 0-9999 menit
 Ramp end, Skip, 4-700°C/h
 Dweel 0-9999 menit
 Pendinginan skip 4-700°C
 End 0-9999 menit ditahan
11
2. Universal Testing Machine

Gambar 1.3 Universal Testing Machine

3. Universal Hardness Tester QV-700

Gambar 1.4 Universal Hardness Tester


4. Mesin Polish

12
5. Peralatan Pendukung

Peralatan pendukung yang digunakan, meliputi:

1. Thermometer inframerah

2. Jangka sorong

3. Mistar

4. Mesin gerinda duduk

5. Mesin gerinda tangan

6. Tang jepit

7. Kunci pas

8. Bak air/oli pendingin

13
BAB II KURIKULUM

1. Analisis Materi
Mata Kuliah : Praktikum Metalurgi
Semester : 3 (tiga)
Sks : 1 (sks)

Setelah mengikuti Praktikum Metalurgi mahasiswa semester 3 Teknik Mesin Fakultas


Saintek Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dapat menguasai dan mengembangkan
teknologi material logam.

Menjelaskan tentang berbagai metode perlakuan panas, pengujian tarik, pengujian


tekan , dan pengujian kekerasan.

Menjelaskan tentang persiapan spesimen, Menjelaskan tentang pengambilan data dan


metode pemanasan, holding, analisa data pengujian tarik, tekan, dan
pendinginan, dan persiapan sebelum kekerasan.
diuji.

Menjelaskan tentang alur proses perlakuan panas, persiapan pengujian, dan


pengujian material: uji tarik, uji tekan, dan uji kekerasan.

Menjelaskan tentang pengertian Metalurgi, proses


perlakuan panas, dan pengujian material logam

Gambar 2.1 Diagram alir analisis materi pengujian material

2. Silabus Praktikum
Praktikum ini membahas berbagai proses metalurgi secara umum serta
memberikan ketrampilan dasar penggunaan alat uji, pengambilan data, dan analisa data.
14
Cakupan pokok bahasan meliputi: pengantar metalurgi, proses perlakuan panas, diagram
tegangan-regangan, analisa mikro, pengujian tarik-tekan, metode-metode uji kekerasan
logam. Setelah mengambil praktikum ini, mahasiswa diharapkan memahami berbagai
proses metalurgi yang ada serta mampu merumuskan/memilih proses yang sesuai untuk
menguji material tertentu.

3. Satuan Acara Praktikum


Tabel 2.1 Satuan Acara Praktikum
Kompetensi  mahasiswa mampu menguji dan menganaliasa kekuatan dan kekerasan
Akhir material
 mahasiswa mampu membuat spesimen uji material dan memberi
perlakuan panas
 mahasiswa mampu menyelesaikan seluruh modul praktikum beserta
laporannya
Pertemuan Materi Pembelajaran Bentuk Kriteria Penilaian Bobot
ke-- Pembelajaran (Indikator) Nilai (%)
1–2 Perlakuan Panas pada Pra test teori Mahasiswa mampu 10%
logam baja Praktikum menjelaskan
- Hardening Laporan macam perlakuan
- Annealing panas dan kegu-
- Normalizing naannya
- Tempering

3–4 Diagram Fe-Fe3C Pra test teori Mahasiswa mampu 10%


- Fase ferit Praktikum menjelaskan fase
- Fase austenit Laporan struktur baja dan
- Fase martensit kegunaannya

4–5 Uji kekerasan Pra test teori Mahasiswa mampu 10%


- Metode brinell Praktikum menjelaskan ber-
- Metode vickers Laporan bagai metode uji
- Metode rockwell kekerasan.
- Persiapan spesimen Mampu melakukan
pengujian keke-
rasan, mengolah
dan menganalisa
data.

6 -7 Diagram tegangan dan Pra test teori Mahasiswa mampu 10%


Regangan Praktikum menjelaskan
- Daerah elastis Laporan hubungan tegangan

15
- Titik yield regangan. Dan
- Daerah plastis karakteristik
- Titik ultimate kekuatan tarik baja.
- Titik luluh

8–9 Uji kekuatan tarik Pra test teori Mahasiswa mampu 10%
- Persiapan spesimen Praktikum melakukan
- Setting alat Laporan pengujian tarik,
- Metode mengolah dan
pengambilan dan menganalisa data.
pengolahan data

13 UAS Ujian tertulis 1. Mahasiswa 40%


mampu
menjelaskan
perlakuan panas
2. Mahasiswa
mampu
menjelaskan
diagram fasa
3. Mahasiswa dapat
melakukan dan
menjelaskan uji
kekerasan
4. Mahasiswa dapat
menjelaskan
diagram tegangan
regangan
5. Mahasiswa dapat
melakukan dan
menjelaskan uji
kekuatan tarik

a. Tugas Praktikum

Tabel 2.2 Tugas Praktikum


Tugas Kelompok Waktu Metode
Membuat laporan Dikerjakan setiap 1 minggu
praktikum kelompok,
- Diskusi
masing-masing 5
- 10 mahasiswa
b. Kriteria Penilaian
Tugas Praktikum : 40 %
Ujian Praktikum : 60 %

16
BAB III MATERI MODUL

A. Perlakuan panas

1. Pendahuluan
Proses perlakuan panas merupakan proses pemanasan dan pendinginan logam
sehingga dapat mengubah sifat mekanik logam sesuai dengan kebutuhan. Secara garis
besar terdapat dua tujuan perlakuan panas yaitu menaikkan kekerasan logam dan
menurunkan kekerasan logam. Selain itu terdapat tujuan lain seperti menghilangkan
tegangan dalam. Proses meningkatkan kekerasan logam disebut juga dengan
hardening. Logam dikeraskan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap
aus, sehingga logam menjadi tahan terhadap gesekan dan tidak mudah berubah
bentuk. Akan tetapi pada keperluan lain, logam diturunkan kekerasannya. Seperti pada
persiapan untuk proses permesinan diperlukan logam yang lebih lunak agar
mempermudah pemotongan maupun pembentukan. Proses menurunkan kekerasan
logam disebut softening/annealing. Proses ini akan meningkatkan efisiensi pabrik
dalam permesinan. Dari sedikit pengertian perlakuan panas diatas menunjukkan
pentingnya praktikum perlakuan panas agar mahasiswa dapat mengetahui,
menerapkan, dan mengembangkannya baik sebagai ilmu pengetahuan maupun
aplikasi di dunia industri. Sehingga dapat diambil beberapa tujuan praktikum seperti
di bawah ini.
 Tujuan Praktikum Perlakuan Panas:
A. Mendapatkan sifat mekanik material yang diinginkan dengan melakukan proses
Perlakuan panas.
B. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap sifat fisik dan sifat mekanik suatu
material.
C. Membandingkan kekerasan suatu material yang mendapat perlakuan panas dengan
yang tidak mendapat perlakuan panas.
D. Untuk mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.

2. Dasar Teori
2.1. Pengertian

17
Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan pada logam hingga
merubah struktur dan sifat mekanik logam sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Tujuan dari perlakuan panas diantaranya adalah :
1. Mempermudah proses machining.
2. Memperbaiki keuletan dan kekuatan material
3. Mengeraskan logam sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat.
4. Menghilangkan tegangan dalam.
5. Memperbesar atau memperkecil ukuran butiran agar seragam.
 Perubahan struktur dan sifat mekanik baja tergantung pada:
1. Kandungan unsur karbon Pada pengerasan baja unsur karbon sangat berperan.
Makin banyak kandungan karbon makin mudah baja untuk dikeraskan, karena
karbon mengisi ruang diantara celah unsur besi.
2. Temperatur pemanasan Untuk merubah struktur baja, maka baja harus dipanaskan
sampai berubah fase menjadi austenit yang memungkinkan untuk terjadinya
penataan kristal kembali. Tetapi pemanasan ini berbeda-beda tergantung tujuan
perlakuan panas. Semakin tinggi temperatur pemanasan diatas garis perubahan
fase maka butir austenit akan semakin besar dan semakin homogen. Terdapat pula
pemanasan yang tidak mencapai perubahan fase yang bertujuan untuk
menghilangkan tegangan dalam saja, yang disebut dengan proses tempering.
3. Pengaruh pendinginan Jika baja didinginkan dengan kecepatan tinggi yang diatas
kecepatan pendinginan kritis maka seluruh austenit akan berubah ke dalam bentuk
martensit. Sehingga akan dihasilkan kekerasan baja yang maksimum. Adapun
kecepatan pendinginan kritis adalah bergantung pada komposisi kimia baja. Untuk
pendinginan yang cepat digunakan larutan garam atau soda api yang dimasukkan
ke dalam air. Sementara itu, untuk pendinginan yang sangat lambat digunakan
pendinginan dalam dapur, dimana temperatur turun sangat lambat.
4. Kandungan unsur paduan
Selain karbon, pada besi dan baja terkandung Si, Mn, dan unsur pengotor
lain seperti P, S, dsb. Unsur-unsur tersebut tidak berpengaruh besar terhadap
diagram fasa bila jumlahnya kecil. Akan tetapi penambahan unsur paduan seperti
Ni, Mn, Mo, Cr, dsb pada presentase tertentu akan merubah diagram fase dan sifat
mekanik baja.

18
Gambar 3.1 Diagram Fasa Besi-Karbida-Besi (Fe-Fe 3C)

Titik penting dalam diagram fasa ini adalah :


A : titik cair besi
A2 : titik transformasi magnetic untuk besi atau ferrit
A3 : titik transfomasi besi ∂ →
ACM : Titik eutektoid selama pendinginan ferrit pada komposisi alfa dan sementit
pada komposisi terbentuk simultan dari austenit. Reaksi eutektoid ini dinamakan
transformasi A1 dan fasa eutektoid ini dinamakan ferrit.
Diagram tersebut bermanfaat untuk memilih temperatur yang tepat untuk
berbagai operasi perlakuan panas sesuai dengan presentase kandungan karbonnya
dan memperlihatkan pula struktur yang dapat diperoleh setelah pendinginan
perlahan-lahan. Dengan diagram Fe- Fe3C kita dapat mengetahui pada temperatur
berapa baja dengan kandungan karbon tertentu akan berubah fase. Dan kita akan
dapat mengetahui jenis fase yang akan terbentuk.
2.2. Jenis-jenis perlakuan panas
Proses perlakuan panas dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu :
1. Hardening

19
Hardening adalah proses perlakuan panas yang bertujuan untuk meningkatkan
kekerasan logam. Sehingga logam akan memiliki kekerasan yang tinggi, ketahanan
terhadap aus, ketangguhan, dan kekuatan tinggi. Proses hardening diawali dari
pemanasan logam hingga terbentuk austenit, kemudian pendinginan cepat sehingga
akan terbentuk struktur martensit yang keras. Pengerasan dapat dilakukan untuk
seluruh bagian atau hanya pada permukaan benda saja dengan mempertahankan
keuletan pada bagian tengah benda.
Quenching adalah proses pendinginan cepat setelah mengalami pemanasan.
Media quenching dapat berupa oli, air, air garam, udara dan lain-lain sesuai dengan
material yang diquenching.
Dalam urutan menurun, kapasitas pendinginan dari beberapa media pendingin
adalah : air garam 5; air suling 1; minyak suling 0,3; gas dingin 0,1; dan udara suling
0,02. Pengadukan juga merupakan faktor yang penting pada tingkat pendinginan.
Semakin baik pengadukan, makin tinggi tingkat pendinginannya. Media pendingin
disimbolkan dengan huruf, seperti W untuk pengerasan air, O untuk pengerasan oleh
minyak, dan A untuk pengerasan oleh udara.
Tingkat pendinginan juga tergantung dari permukaan luas dan ketebalan, serta
luas dan volume dari bagian itu. Makin tinggi rasionya, makin besar tingkat
pendinginannya. Contohnya, plat tebal lebih lambat menjadi dingin daripada plat tipis
dengan luas yang sama. Pertimbangan ini juga sangat penting pada pendinginan
logam dan plastik pada proses pengecoran dan pencetakan.
 Tiga tahap pendinginan, yaitu:
A. Vapor-blanket Cooling stage
Tahap pertama, suhu logam sangat tinggi sehingga medium quenching
menguap pada permukaan logam.
B. Vapor-transport Cooling Stage
Proses ini dimulai ketika logam didinginkan pada suhu uap air dan suhu
film tidak stabil. Permukaan logam basah oleh medium quenching dan titik didih
yang tinggi.Tahapan ini merupakan proses pendinginan yang paling cepat.
C. Liquid Cooling Stage
Proses ini dimulai ketika suhu permukaan logam mencapai titik didih.
Tahapan ini merupakan proses yang paling lambat.

20
Gambar 3.2 Diagram Proses Quenching Baja Diameter 1/2 inchi

Dengan Berbagai Media Quenching

Diagram Quenching memuat berbagai macam media pada pusat dari baja
berdiameter ½ inchi. Pada sisi kiri kurva adalah campuran brine 10 % pada 75° F.
Dilanjutkan dengan tap water pada suhu 75° F, gulf super-quench pada 125° F, fused
salt pada 400° F, slow oil pada 125° F dan yang terakhir still air pada 82° F.
Hardening dengan pendinginan cepat akan membentuk pengerasan
hingga ke inti/tengah benda. Akan tetapi terdapat beberapa proses hardening
yang tujuannya hanya mengeraskan permukaan luar dan mempertahankan
keuletan bagian dalam diantaranya:

 Carburizing
Carburizing adalah proses perlakuan panas dengan memanaskan
o
logam sampai suhu 900-950 C dalam lingkungan karbon, lalu dibiarkan
beberapa waku pada suhu tersebut dan kemudian didinginkan. Tujuan dari
pengerjaan panas ini adalah untuk memberi lapisan karbon pada permukaan
benda kerja sehingga kemudian dapat disepuh keras. Pengerjaan karbon ini
digunakan untuk baja dengan kadar karbon rendah 0.1-0.2%. Tebalnya lapisan
karbon yang dihasilkan tergantung dari waktu karburasi dan suhu. Hubungan
antara kandungan karbon pada material dan kekerasan material pada proses
karburasi ditunjukkan dalam Gambar 3.2 di bawah ini.

21
Gambar 3.3 Hubungan Kandungan Karbon dan Kekerasan Material pada Karburasi

 Nitriding
Nitriding didefinisikan sebagai suatu proses pengerasan permukaan dengan
senyawa nitrat. Dalam hal ini baja paduan spesial dipanaskan untuk waktu yang lama
dalam suatu atmosfer dari gas nitrogen. Hasil dari pengerjaan nitrid adalah
menghasilkan suatu permukaan yang keras. Supaya dihasilkan permukaan yang keras
dengan cara dengan cara ini maka digunakan suatu baja paduan yang mengandung
sedikit unsur kromium dan alumunium sesuai dengan kekerasan yang akan dihasilkan.
Apabila baja karbon biasa yang digunakan dalam proses ini maka proses nitrid akan
membentuk seluruh struktur dengan pengaruh yang kecil atas sifat-sifatnya.
Kandungan karbon pada baja yang dinitrid adalah sekitar 0.2-0.5% sesuai dengan
sifat-sifat inti yang diperlukan. Dan baja tersebut akan bereaksi secara langsung
terhadap pengerjaan pengeras
Pada proses pengerasan, pendinginan dilakukan tiba-tiba dalam minyak.
Selanjutnya, diikuti dengan penyepuhan pada suhu sekitar 550-750 oC dalam atmosfer
terkontrol seperti yang tergambar pada Gambar 3.4 di bawah ini.

22
Gambar 3.4 Proses Nitriding

 Karbonitriding
Karbonitriding adalah proses hardening yang merupakan kombinasi dari gas
carburizing dan nitriding. Karbonitriding disebut juga sianida kering atau nikarbing,
yang adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan diatas suhu
kritis didalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan nitrogen. Dapat
digunakan gas amonia atau gas yang kaya akan karbon. Amonia dan gas alami
dialirkan mengenai material, material yang dihasilkan adalah kombinasi antara besi
karbida (dari karbon) dan besi nitrida (dari nitrogen). Lapisan ini tahan aus dan
mempunyai ketebalan antara 0,08 sampai 0,75 mm. Keuntungan karbonitriding
adalah bahwa kemampuan pengerasan lapisan luar meningkat bila ditambahkan
nitrogen sehingga dapat diperoleh baja yang relatif murah.

Gambar 3.5 Proses Karbonitriding

 Cyaniding
Cyaniding merupakan proses untuk mengeraskan permukaan baja dengan
penambahan nitrogen dan karbon. Benda yang dikeraskan dicelupkan ke dalam cairan
yang mengandung garam natrium sianida (NaCN) pada suhu sedikit di atas daerah
austenit (800-960°C), dengan konsentrasi bervariasi antara 25% dan 90%. Sejumlah

23
udara dimasukkan ke dalamnya sehingga NaCN berreaksi dengan oksigen di udara
dan beroksidasi, reaksinya adalah
2NaCN + O2 → 2NaNCO
4NaNCO + O2 → Na2CO3 + 2NaCN + CO + 2N 2CO → CO2+ C
Dari reaksi diatas sodium cyanide (NaCN) dibakar, menghasilkan sodium
cyanate (NaNCO). Sodium cyanate dinaikkan konsentrasinya dan terurai yang dalam
uraiannya menghasilkan karbon monoksida (CO). Karbon monoksida tersebut
berperan dalam proses pengerasan baja. Semakin tinggi suhu sianida yang diberikan,
semakin besar persentase karbon yang berdifusi (sampai dengan 0,8-1,2%) ke dalam
permukaan baja bereaksi dengan nitrogen (0,2-0,3%). Kemudian material didinginkan
dengan air atau oli. Setelah proses ini akan dihasilkan kekerasan permukaan sekitar
850 VHN. Proses ini tidak memakan banyak waktu. Cyaniding terutama diterapkan
untuk perlakuan panas bagian-bagian yang kecil.

Kelebihannya yaitu biaya yang dihabiskan tidak mahal karena baja karbon
biasa dapat digunakan. Kekurangannya adalah proses ini sangat berbahaya karena
garam sianida sangat beracun dan fatal jika terhirup.

 Flame hardening
Proses ini disebut juga proses pengerasan dalam waktu yang singkat. Baja
dengan kandungan karbon yang sesuai tingginya dipanaskan sampai suhu pengerasan
dengan busur nyala gas esitelen. Dan seterusnya didinginkan secara cepat untuk
memperoleh permukaan yang keras.

Gambar 3.6 Flame Hardening


Dasar pengerasan nyala adalah sama dengan pengerasan induksi yaitu
pemanasan yang cepat disusul dengan pencelupan permukaan tebal lapisan yang

24
mengeras tergantung pada kemampuan pengerasan bahan, karena selama proses
pengerasan tidak ada penambahan unsur-unsur lainnya. Pemanasan di lakukan dengan
nyala oksiasitelin yang dibiarkan memanasi logam sampai suhu kritis. Pada alat
dipasangkan juga aliran pendingin sehingga setelah suhu yang diinginkan tercapai
permukaan langsung disemprot dengan air. Bila dikendalikan dengan baik, bagian-
bagian dalam tidak terpengaruh. Tebal lapisan yang keras tergantung pada waktu
pemanasan dan suhu nyala.

2. Softening
Softening merupakan proses perlakuan panas untuk pelunakan logam. Ada beberapa
proses softening diantaranya:
 Annealing
Annealing didefenisikan sebagai pemanasan pada suhu yang sesuai, diikuti dengan
pendinginan pada kecepatan yang rendah. yang bertujuan :
1. Menghilangkan tegangan sisa
2. Meningkatkan keuletan dan mampu mesin
3. Menghasilkan baja yang lunak

Gambar 3.7 Diagram Annealling

Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa dalam proses Annealing terdapat
berbagai macam proses disesuaikan dengan kandungan karbon yang terdapat pada
material dan temperature proses.Tahapan-tahapan perubahan material dapat kita lihat
dari diagram fasanya seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

25
Gambar 3.8 Diagram Tahap Annealing
Sifat-sifat baja yang didefinisikan di atas dapat diartikan bahwa baja harus
dipanaskan melalui suhu pengkristalan kembali untuk membebaskan tegangan-
tegangan dalam baja. Kemudian mempertahankan pemanasannya pada suhu tinggi
untuk membuat sedikit pertumbuhan butir-butiran dan struktur austenit. Dan
seterusnya didinginkan secara perlahan-lahan untuk membentuk struktur perlit,
mengindikasi kelunakan, dan memperbaiki sifat-sifat pengerjaan dingin.

 Normalizing

Proses ini seperti yang terlihat dari pada gambar dibawah, dapat diartikan
sebagai pemanasan dan mempertahankan pemanasan pada suhu yang sesuai diatas
batas perubahan, diikuti pendinginan secara bebas di dalam udara luar supaya terjadi
perubahan ukuran butir-butiran. Pendinginan yang bebas akan menghasilkan struktur
yang lebih halus daripada struktur yang dihasilkan dengan annealing. Pengerjaan
mesin juga akan menghasilkan permukaan pengerjaan yang lebih baik.

26
Gambar 3.9 Proses Normalizing
Hal tersebut membuat struktur lebih seragam dan juga untuk memperbaiki
sifat-sifat mekanik baja tersebut. Pada proses ini baja dipanaskan untuk membentuk
struktur austenit, direndam dalam keadaan panas dan seterusnya didinginkan secara
bebas di udara.

 Tempering

Baja biasanya dipanaskan kembali pada suhu kritis terendah setelah dilakukan
pengerasan untuk memperbaiki kekuatan dan kekenyalannya. Akan tetapi hal itu
mengurangi daya regang dan kekerasannya, sehingga membuat baja lebih sesuai untuk
kebutuhan untuk membuat peralatan. Proses pemanasan kembali disebut tempering
atau penyepuhan. Proses tersebut menyebabkan martensit berubah menjadi troostit
dan sorbit sesuai dengan suhu penyepuhannya. Troostit dan sorbit tersebar halus
dalam bentuk karbid pada lapisan ferrit. Bentuk strukturnya tidak seperti austenit
tetapi berlapis-lapis.Suhu penyepuhan tergantung pada sifat-sifat baja yang
diperlukan, biasanya sekitar 180oC-650oC, dan lamanya pemanasan bergantung pada
tebalnya bahan. Pemanasan biasanya dilakukan di dalam dapur sirkulasi udara dan
seterusnya direndam dalam minyak atau timbal (timah hitam). Dengan demikian, suhu
pemanasanya dapat dikontrol secara tepat. Alat-alat biasanya disepuh pada suhu
rendah. Penetapan suhu dengan cara melihat warna pada selaput oksida yang
dihasilkan dengan pemanasan.
 Beberapa macam proses tempering
1. Tempering suhu rendah (150°C - 500° C)
Untuk mengurangi tegangan kerut dan kerapuhan dari baja. Digunakan
untuk alat kerja yang tak mengalami beban berat.
2. Tempering suhu menengah (300°C - 500°C)
Untuk menambah keuletan dan kekerasan sedikit berkurang. Digunakan
untuk alat kerja yang mengalami beban berat
3. Tempering suhu tinggi (500°C - 650°C)

27
Untuk memberikan keuletan yang besar tetapi kekerasannya rendah.
Digunakan untuk roda gigi, poros, batang penggerak, dan lain-lain

3 Intruksi Praktikum
3.1 Metode Percobaan

28
3.2. Data dan Analisa
3.2.1 Data Hasil Percobaan
Setelah melakukan percobaan didapatkan data :
a. Material Non Perlakuan
NO Baja A Baja B Besi cor
1
2
3
Rata – rata
b. Material perlakuan panas dengan pendinginan udara

NO Baja A Baja B Besi cor


1
2
3
Rata – rata
c. Material perlakuan panas dengan pendinginan air

NO Baja A Baja B Besi cor


1
2
3
Rata – rata
d. Material perlakuan panas dengan pendinginan oli

NO Baja A Baja B Besi cor


1
2
3
Rata – rata

29
3.2.2 Analisa Data
3.2.2.1 Analisis berdasarkan teori
a. Pendinginan air
b. Pendinginan udara
c. pendinginan oli
3.2.2.1 Analisis berdasarkan pengujian
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
Penyimpangan
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
3.3 Kesimpulan dan saran
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..

30
B. Pengujian Kekerasan

1. Pendahuluan

 Tujuan Pembelajaran Umum:


1. Mahasiswa mengetahui prosedur pengujian kekerasan dengan benar

2. Mahasiswa melakukan analisis pengujian kekerasan

3. Mahasiswa dapat menganalisa data pengujian.

 Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Menghitung tegangan dan regangan teknik
2. Menghitung tegangan dan regangan yang sebenarnya
3. Menghitung faktor pengerasan regang
4. Menentukan kekeuatan luluh bahan
5. Menentukan modulus elastisitas bahan.
6. Menganalisis data uji kekerasan
 Tujuan Praktikum:
1. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Rockwell
2. Mengetahui prinsip dan teknik pengujian kekerasan mikro dan mengaplikasikannya untuk
mengetahui kekerasan fasa-fasa di dalam logam baja/besi tuang
3. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai kekerasan Rockwell

2. Dasar Teori
Kekerasan suatu material merupakan ketahanan material terhadap gaya penekanan
dari material lain yang lebih keras. Prinsip pengujian kekerasan ini yaitu pada permukaan
material dilakukan penekanan dengan indentor sesuai dengan parameter (diameter, beban
dan waktu). Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan :
2.1. Metode gores

Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau lebar goresan pada benda uji
dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan material pembanding. Indentor
yang biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan. Namun, metode ini tidak cocok
untuk logam yang skala kekerasannya tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah
karena tidak akurat.Metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi, tapi masih
dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan
membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal
sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah,
sebagaimana dimiliki oleh talc, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi,
sebagaimana yang dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material
di dunia diwakili oleh :
1. talc 6. orthoclase

2. gypsum 7. quartz

3. calcite 8. topaz

4. fluorite 9. corundum

5. apatite 10. diamond

Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu digores oleh
apatite(5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini,
jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama berupa ketidakakuratan nilai
kekerasan suatu material.
Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai
nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
2.2. Metode pantul

Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope yang
mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan
dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang
dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang
ditunjukan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.
2.3. Metode Indentasi

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor
dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh
dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian).

1) Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan
dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban dan waktu
indentasi tertentu. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung
diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan
berikut:
P 2P
BHN= 2 2
=
( D/2)( D D d ) ( D)(D √ D 2−d 2)
dimana : P adalah beban (Kg)
D diameter indentor (mm)
d diameter jejak (mm).
Dari gambar 1, Dapat dilihat bahwa d=DsinΦ. Dengan memasukkan harga ini ke dalam
persamaan (1) akan dihasilkan bentuk persamaan kekerasan brinell yang lain, yaitu:
P
BHN = 2
( π /2) D (1−cosφ )
P

Φ Φ

θ
d

Gambar 1. Parameter-parameter dasar pada pengujian Brinell (Dieter, 1987)

Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10 mm dan beban 3000 kg
untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-logam non ferrous. Untuk logam-
logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar 10 detik, sementara untuk logam-logam non ferrous
sekitar 30 detik. Walaupun demikian pengaturan beban dan waktu indentasi untuk setiap material
dapat pula ditentukan oleh karakteristik alat penguji. Nilai kekerasan suatu material yang
dinotasikan dengan “HB” tanpa tambahan angka di belakangnya menyatakan kondisi pengujian
standar dengan indentor bola baja 10mm, beban 3000 kg selama waktu 1-15 detik. Untuk kondisi
yang lain nilai kekerasan HB diikuti angkaangka yang menyatakan kondisi pengujian.
Syarat menggunakan metode Brinell :
 indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-3000 Kg
 permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu
 permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material, tidak mengalami karburasi
ataupun proses sejenis lainnya
 ketebalan minimum 0.6 mm dan permukaan tanpa dikeraskan
 pengujian tidak boleh terlalu dipinggir
 beban yang digunakan harus steady dan terbebas dari kemungkinan pembebanan tak
diinginkan disebabkan oleh gaya inersia dari beban
 jarak antar uji minimum 3d
 tidak terjadi penggelembungan di bagian belakang material uji disebabkan penggunaan
beban yang terlalu besar.
2) Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136° , seperti
gambar dibawah ini

Prinsip pengujian adalah sama dengan


Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur
dengan skala pada mikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh: ��� =

Dimana: VHN = Nilai kekerasan Vickers (N/mm2 )


P = Beban Penekanan (N)
d = diagonal rata-rata (mm)
yang mana
� = �1 +�2 2
Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang berbeda-beda
tergantung pada elestisitas material. Apabila material lunak atau keelastisitasannya
tinggi, maka hasil indentasi akan mengempis. Dan pada material yang kaku, maka
akan berbentuk menggembung. Metode ini biasa dilakukan untuk mengukur
kekerasan mikro dari material.

3) Metode Rockwell

Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk muka intan 120 o.
Pembebanan dilakukan dengan dua tahap; tahap pertama adalah pembebanan minor
kemudian pembebanan mayor. Nilai kekerasan ditentukan dengan perbandingan kedalaman
kedua tahap pembebanan. Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan
suatu bahan dinilai dari diameter atau diagonel jejak yang dihasilkan, maka metode
Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct reading). Metode
ini banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan
indentor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang
paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 inci
dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dan beban 150 kg). Walaupun
demikian lainnya biasa dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material
harus dispesifikasikan dengan jelas.
4) Kekerasan Knoop

Merupakan salah satu metode micro-hardness, yaitu uji kekerasan untuk benda uji
yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah pembebanan dibagi dengan luas penampang
yang terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm – 0.1 mm dan beban
yang digunakan berkisar antara 5 gr – 5 Kg. Permukaan benda uji harus benar-benar halus.
3. Intruksi Praktikum
3.1. Bahan dan Alat
1. Universal Hardness Tester QV-700 (Rockwell)
2. Sampel uji kekerasan (besi ST 304 dan besi ST 42)

Gambar 3.16 Mesin uji kekerasan hidrolik


3.2. Flow Chart Prosedur Pengujian

3.2.1 Metode Rockwell (sample silinder pejal)

Preparasi sampel
(amplas & poles)

Pasang indentor yang sesuai


(rockwell B atau C)

Pasang beban yang sesuai

Atur skala pada mesin uji


sesuai rockwell yang dipilih

Lakukan preload

Lakukan pembebanan antara


10-15 detik

Kembalikan tuas beban ke


posisi semula

Baca nilai
kekerasan

Lepas benda uji dari dudukan

Material lain
ya

tidak

Selesai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Proses pengujian kekerasan


A. Hari dan tanggal praktikum : senin, 21 desember 2020
B. Topik praktikum : pengujian kekerasan Rockwell
C. Tujuan praktikum
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat :
a. Mempersiapkan bahan dan perlengkapan uji kekerasan Rockwell
b. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Rockwell
c. Membandingkan nilai kekerasan dari beberapa jenis logam.
d. Menentukan harga kekerasan suatu bahan dengan metode Rockwell
D. Bahan
 ST 42
 ST 304
E. Alat dan Perlengkapan
a. Universal Hardness Tester beserta dengan perlengkapannya
b. Kaca pembesar berskala
c. Ragum, kikir dan ampelas
d. Modul, lembar kerja, dan alat tulis
F. Langkah kerja
1. Siapkan permukaan benda kerja :
a. Ratakan kedua permukaan benda kerja menggunakan kikir dan ampelas kasar
untuk menghilangkan korosi, sehingga bidang permukaan menjadi sejajar.
b. Haluskan permukaan benda kerja menggunakan ampelas
2. Untuk metode ROCKWELL
a. Pilih indikator rockwell
b. Set lampu ke rockwell
c. Gunakan beban 1471
d. Pilih indentor penekan untuk media pengujian rockwell
e. Letakkan benda uji ke meja kerja test
f. Lakukan preload dengan memutar handle wheel sampai garis set
g. Main load diaplikasikan dengan memutar handle searah jarum jam kemudian
ditahan selama 12 detik

39
h. Angkat main load dengan memutar handle arah CCW
i. Turunkan benda uji dengan memutar handle wheel arah CCW (Counter
Clockwise)
j. Ukur panjang diagonal luka dengan mikroskop
k. Lihat tabel

G. Data –data pengamatan


Alat uji kekerasan : Universal Hardness Tester
Type : CV-700
Indentor
 Brinell
 Vickers
 Rockwell : Steel dengan diameter = 2,5 mm

Pembesaran mikroskop : 5x = 0,002

Tabel hasil pengujian kekerasan

N Nama spesimen HRC


O
1 ST 42 44
2 ST 304 35,5

40
a) Perhitungan hasil percobaan menggunakan rumus secara teoritis
Menurut rumus untuk mencari kedalaman tekan oleh rockwell adalah
h=0,26−0,002 HRC
maka dapat ditentukan nilai HRC secara teori adalah
 ST 42 : h=0,26−0,002 HRC=0,26−0,002 ( 44 )=0,172mm
 ST 304 : h=0,26−0,002 HRC=0,26−0,002 ( 35,5 )=0,189 mm
b) Diagram batang uji kekerasan rockwell
Berikut merupakan diagram batang yang didapatkan dari data pada saat proses
praktikum uji kekerasan rockwell

0.19

0.19

0.18

0.18 Series 3

0.17

0.17

0.16
ST 42 ST 304

c) Grafik uji kekerasan rockwell


Berikut merupakan grafik yang didapatkan dari data pada saat proses
praktikum uji kekerasan rockwell.

Series 1
0.2
0.19
0.19
0.18 Series 1

0.18
0.17
0.17
0.16
ST 42 ST 304

41
H. Pembahasan
a. Menurut Rockwell : Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu mengindentasi
material contoh dengan indentor kerucut intan atau bola baja. indentor ditekan ke
material dibawah beban minor/terkecil pada umumnya 10 kgf. Ketika
keseimbangan telah dicapai, suatu indikasi terlihat pada alat, yang mengikuti
pergerakan indentor dan demikian bereaksi terhadap perubahan kedalaman
penetrasi oleh indentor, ini merupakan angka posisi pertama. Beban kedua atau
beban utama ditambahkan tanpa menghilangkan beban awal, sehingga akan
meningkatkan kedalaman penetrasi. Saat keseimbangan kembali tercapai, beban
utama dihilangkan tetapi beban awal masih tetap diberikan. Dengan hilangnya
beban utama maka akan terjadi recovery parsial dan terjadi pengurangan jejak
kedalaman.Peningkatan kedalaman penetrasi akhir sebagai hasil aplikasi ini dan
kehilangan beban utama digunakan untuk menentukan nilai kekerasan Rockwell
HR = E e

b. Sumber-Sumber Kesalahan Hasil Pengujian Kekerasan Yang Anda Lakukan


Terdapatnya kesalahan-kesalahan serta perbedaan-perbedaan hasil
percobaan jika dibandingkan literature disebabkan oleh beberapa
factor,diantaranya adalah :
 Permukaannya specimen yang terlalu kecil
Hal ini menyebabkan pemilihan titik uji tidak dapat
dimaksimalkan,misalnya pengukuran satu dilakukan terlalu dekat dengan
pengukuran lainnya.Pengukuran yang berdekatan ini mempenaruhi daerah elastis
yang berada dibawah daerah penekanan (plastis) ke daerah yang laen.
 Permukaaan benda uji yang berkarat

42
Sehingga memerlukan proses penghilangan karat dengan menggunakan
kikir atau amplas.Walaupun demikian,masih terdapat sisa bekas karatan yang
masih menempel yang disebabkan karena ketidakmaksimalan dalam melakukan
proses pembersihan akibat keterbatasan waktu,permukaan yang berkarat ini
mempengaruhi angka kekerasan yang diuji.Sebab ,dengan adanya karat kekerasan
permukaan bertambah ,dan mempengaruhi perbandingan dengan nilai pada
literatur.
 Pengukuran dilakukan pada pinggir specimen
Hal ini disebabkan material yang diuji memiliki penampang kecil,sehingga
diambil titik yang hampir berdekatan dengan pinggir specimen.Akibatnya,daerah
hasil indentasi pada pinggir specimen memiliki nilai yang berbeda dengan hasil
pengujian yang dilakukan pada bagian tengah specimen.
 Permukaan bawah benda uji yang tidak rata
Hal mempengaruhi dalam melakukan pengambilan data,sebab permukaan
yang tidak rata ini menyebabkan benda uji terangkat keatas.Walaupn sedikit
besarnya,namun hal ini mempenagruhi nilai kekerasan yang diperoleh.
 Hasil dari pembersihan karat tidak benar-benar bersih
Mempengaruhi pengambilan data diagonal atau diameter jejak,permukaan
yang tidak merata ini menyulitkan dalam pengambilan data pada proses
penglihatan nilai melalui mikroskop.
 Kesulitan dalam penggunaan alat
Hal ini ditunjukkan ketika melakukan penempatan specimen pada posisi
yang pas pada mikroskop di skala nol-nya,akibatnya penempatan specimen uji
tidak pas dengan skala nol sehingga mempengaruhi perbandingan dengan literarut.
 Pengukuran diagonal dan diameter jejak pada suatu titik saja
Hasil akan lebih akurat jika diameter jejak diukur di tiap titik kemudian
diambil rata-ratanya,begitupun juga dengan pengukuran diagonal dimana hasil
lebih akurat dengan nilai rata-rata dari dua diagonal tersebut.
 Pengujian titik dilakukan hanya pada satu titik saja (keminiman data).
Baik pada pengambilan data nilai kekerasan serta pengukuran jejak.Hasil
lebih akurat jika dilakukan ke beberapa titik dan membuat rata-ratanya.

43
BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Jadi, pengujian rocwell adalah pengujian menggunakan mesin uji kekerasan
rockwell yang berkerja dengan menekan spesimen menggunakan indentor intan
berupa kerucut maupun bola, adapun penggunaan indentor menyesuaikan dengan
jenis material yang akan di uji, material yang keras akan menggunakan indentor intan
kerucut dan yang lebih lemah menggunakan indentor bola baja.Pada alat uji rockwell
mampu memberikan nilai kekerasan secara otomatis dan mudah digunakan di dunia
industri
1. Faktor factor yang menyebabkan terjadinya kesalahan saat melakukan pengujian
kekerasan:
a. Permukaannya specimen yang terlalu kecil
b. Permukaaan benda uji yang berkarat
c. Pengukuran dilakukan pada pinggir specimen
d. Permukaan bawah benda uji yang tidak rata
e. Hasil dari pembersihan karat tidak benar-benar bersih
f. Kesalahan paralaks ketika pengambilan data
g. Kesulitan dalam penggunaan alat
h. Pengukuran diagonal dan diameter jejak pada suatu titik saja
i. Pengujian titik dilakukan hanya pada satu titik saja (keminiman data).

5.2. Saran
Dalam praktikum ini masih banyak kekurangan baik dari peserta maupun alat
yang digunakan saat praktikum yang masih sedikit kurang memadai akibatnya proses
praktikum berjalan sedikit terhambat. Untuk kedepannya semoga alat yang digunakan
pada saat praktikum mendapatkan peningkatan baik dari segi kualitas maupun segi
kuantitas agar praktikum lebih efisien dan berjalan dengan lancar sesuai dengan
standart prosedur yang sesungguhnya.

44
DAFTAR PUSTAKA
Dieter, G,E,”mechanical metallurgy”, Mc-Graw Hill Book.
Surendra Singh,”strength of materials”, VIKAS PUBLISHING HOUSE PVT PTD, 1982.
Drs. Daryanto,”pengetahuan tentang metalurgy”, Tarsito Bandung,1983.
M.Durand-Charre tailor & francis,Inc,”Micro Structure Of Superallouys”,Philadelphia,
PA,USA,1998.
http://kalogualoe.blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-vickers.html
http://strong-indonesia.com/artikel/sifat-mekanis-material/
http://ejurnalmaterialmetalurgi.com/index.php/metalurgi/article/download/370/217
http://slimm.metalurgi.lipi.go.id/ir/assets/uploaded/galleys_optimize.pdf
http://eprints.unpam.ac.id/5846/7/JURNAL.pdf
http://docplayer.info/36509161-uji-kekerasan-material-dengan-metode-rockwell.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132161225/pendidikan/Bab+1+kekerasan+edisi+2009.pdf
http://id.scribd.com/doc/115762597/Laporan-Uji-Kekerasan
http://id.scribd.com/doc/425879622/Laporan-Praktikum-Uji-Rockwell

45
HASIL PRAKTIKUM

46

Anda mungkin juga menyukai