LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan sebagai salah satu tugas Praktikum Mekanika Kekuatan Material pada Tahun Akademi
2021-2022
Disusun Oleh:
Yustinus Bram Prakosa Adi 102220047
Dosen Pengampu:
Dr. Eng. Sri Hastuty, S.T., M.T., M.Eng
Dr. Eng. Yose Fachmi Buys B.Eng.,M.Eng
Asisten Praktikum:
Gavra Arkananta 102218042
LEMBAR KONSULTASI
Praktikum : Mekanika dan Kekuatan Material
Nama : Yustinus Bram Prakosa Adi
NIM : 102220047
Kelompok : 14
Tanggal Praktikum : 5 Januari 2022
Batas Akhir Pengumpulan : 15 Januari 2022
Gavra Arkananta
ii
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Modul 4 yang berjudul “Thin Cylinder
Apparatus” ini yang diajukan sebagai tugas Praktikum Mekanika Kekuatan Material pada Tahun Akademi
2021-2022. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu dan berkontribusi sehingga laporan praktikum ini dapat selesai dengan tepat waktu. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, penulis sangat terbuka dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga dengan adanya laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Salatiga, 15 Januari 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Konsultasi .......................................................................................................................ii
Kata Pengantar .............................................................................................................................iii
Daftar Isi ......................................................................................................................................iv
Daftar Gambar .............................................................................................................................v
Daftar Tabel .................................................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Praktikum ............................................................................................................. 1
BAB 2 DASAR TEORI..............................................................................................................3
2.1 Definisi ............................................................................................................................... 3
2.2 Prinsip Kerja ....................................................................................................................... 7
BAB 3 METODE PERCOBAAN ............................................................................................9
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................................... 9
3.2 Prosedur Percobaan Alat..................................................................................................... 10
3.3 Diagram Alir Percobaan .................................................................................................... 10
BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................................................11
4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan ........................................................................................................................ 11
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bejana Tekan Vertikal .............................................................................................3
Gambar 2.2 Bejana Tekan Horizontal .........................................................................................4
Gambar 2.3 Komponen Bejana Tekan .........................................................................................4
Gambar 2.4 (a) Bejana Tekan Dinding Tipis, (b) Bejana Tekan Dinding Tebal .........................5
Gambar 2.5 Tekanan Pada Bejana Tekan Dinding Tipis .............................................................5
Gambar 2.6 Tekanan Hoop Pada Dinding Bejana .......................................................................6
Gambar 2.7 Konstruksi Lingkaran Mohr ....................................................................................7
Gambar 2.8 Arah Tegangan Radial .............................................................................................8
Gambar 3.1 Alat dan Bahan .........................................................................................................9
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Tekanan dan Regagnan Open Ends Condition ...........................12
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Tekanan dan Regagnan Closed Ends Condition .........................13
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Regangan Kondisi 1 dan Direct Hoop Stress ..............................14
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Regangan Kondisi 2 dan Direct Hoop Strain ..............................15
Gambar 4.5 Mohr Cicle-Plane Strain Untuk Open Ends Condition ............................................16
Gambar 4.6 Mohr Cicle-Plane Strain Untuk Closed Ends Condition .........................................17
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bejana tekan adalah wadah yang berfungsi untuk menampung fluida. Dalam merancang bejana
tekan, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan seperti tegangan – tegangan yang muncul pada dinding
bejana tekan. Tegangan dapat diakibatkan oleh beban angin dan gempa sebagai faktor eksternal, serta oleh
akibat tekanan kerja dan berat bejana itu sendiri sebagai faktor internal.
(Purnomo dan Satrijo, 2012)
Seiring dengan majunya teknologi, enggineering diminta untuk memiliki pengetahuan dasar dan
mencangkup banyak hal supaya dapat diterapkan dalam bidang industri maupun kehidupan sehari – hari.
Salah satu teknologi yang perlu dipelajari adalah bejana tekan.
Maka dari itu sebagai engineering kita diminta untuk dapat merancang bejana tekan dengan baik.
Selain itu kita diminta untuk dapat melakukan analisis mengenai bejana tekan.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Menentukan tegangan dan regangan pada bejana tekan dengan menggunakan “strain gage”.
2. Menentukan perbandingan hasil pengukuran dengan perhitungan teoritis.
3. Menentukan diagram lingkaran mohr kondisi terbuka dan tertutup pada bejana tekan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Hitunglah setiap tegangan Hoop (σH) pada kondisi bejana terbuka dan tertutup setiap tekanan! Dan
buatlah tabel untuk kedua kondisi!
2. Buatlah grafik tekanan (P) dengan setiap posisi regangan (𝜺) untuk perlakuan open ends condition
dan close ends condition!
3. Setelah di plot pada grafik, apakah ke 6 (enam) posisi regangan (𝜺) tersebut memiliki grafik yang
sama atau berbeda? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
4. Mengapa terdapat perbedaan hasil regangan (𝜺) untuk perlakuan silinder open ends condition dan
close ends condition pada kondisi tekanan (P) yang sama? Jelaskan!
5. Hitunglah direct hoop stress (σH) untuk setiap tekanan yang berbeda!
6. Buatlah grafik antara regangan (kondisi 1) dengan tegangan melingkar (direct hoop stress) pada
perlakuan open ends condition! Apa yang dapat anda simpulkan dari grafik tersebut? (sumbu x
Regangan, Y tegangan)
7. Buatlah grafik antara regangan (kondisi 2) dengan regangan melingkar (direct hoop strain) pada
perlakuan open ends condition! Apa yang dapat anda simpulkan dari grafik tersebut? (sumbu x
regangan hoop, Y regangan 2)
8. Gambarkan Mohr Cicle-Plane Strain millimeter blok untuk posisi regangan! Kemudian tentukan
regangan normal (direct strain) dan regangan geser (shear strain) dalam bentuk table untuk
masing-masing perlakuan open ends condition dan close ends condition!
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum thin cylinder apparatus adalah untuk menambah ilmu dan pengalaman dalam
dunia mekanika kekuatan material. Selain itu, kita juga menjadi tau cara untuk melakukan uji thin cylinder
1
apparatus dan dapat menganalisa hasil dari thin cylinder apparatus tersebut. Praktikum thin cylinder
apparatus juga bermanfaat bagi mahasiswa sehingga wawasan dan ilmu mahasiswa mengenai bejana tekan
menjadi lebih luas. Mahasiswa menjadi paham fungsi dari bejana tekan dan dapat mengolah data dari uji
thin cylinder apparatus.
2
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Definisi
Bejana tekan merupakan sebuah wadah yang memiliki fungsi untuk penampung fluida bertekanan,
baik fluida cair atau gas.
(Hibbeler, 2011)
Bejana tekan adalah wadah yang berfungsi untuk menampung fluida. Dalam merancang bejana
tekan, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan seperti tegangan – tegangan yang muncul pada dinding
bejana tekan. Tegangan dapat diakibatkan oleh beban angin dan gempa sebagai faktor eksternal, serta oleh
akibat tekanan kerja dan berat bejana itu sendiri sebagai faktor internal.
(Purnomo dan Satrijo, 2012)
Bejana tekan merupakan sebuah wadah tertutup yang digunakan untuk berbagai keperluan industri.
Bejana tekan dirancang untuk menampung cairan atau gas yang memiliki temperatur atau tekanan yang
berbedaa dari keadaan lingkunganya.
(Satrijo dan Habsya, 2012)
Bejana tekan diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu, bejana tekan vertikal dan bejana tekan
horizontal. Bejana tekan vertikal merupakan bejana tekan yang posisinya vertikal/tegak lurus terhadap
sumbunya. Bejana jenis ini biasanya diaplikasikan dalam instalasi anjungan minyak lepas pantai atau
tempat – tempat yang memiliki luas terbatas. Yang kedua adalah bejana tekan horizontal. Bejana tekan
horizontal merupakan bejana tekan yang posisinya horizontal. Bejana tekan jenis ini biasanya banyak
diaplikasikan di ladang minyak didataran. Alasannya adalah karena jenis bejana ini memiliki kapasitas
produksi yang besar.
(Modul Praktikum Mekanika Kekuatan Material)
3
Gambar 2.2 Bejana Tekan Horizontal
Bejana tekan memiliki beberapa komponen utama yaitu,
1. Shell
Shell adalah bagian utama dari bejana tekan. Shell pada umumnya terbuat dari material baja.
2. Head
Head merupakan bagian penutup dari kedua ujung silinder bejana tekan. Head pada umumnya
terbuat dari bahan yang dengan shell.
3. Nozzle
Nozzle adalah saluran yang berfungsi sebagai jalur keluar masuk dari suatu bejana tekan. Nozzle
pada umumnya berbentuk tabung dan terbuat dari material baja. Nozzle diletakkan pada bagian
head dan shell dengan cara dilas.
4. Saddle
Saddle adalah support yang berfungsi untuk menyangga bejana tekan horizontal.
4
Bedasarkan ukuran tebal dindingnya, bejana tekan terbagi menjadi dua yaitu bejana tekan
berdinding tipis dan bejana tekan berdinding tebal.
1. Bejana Tekan Berdinding Tipis
Bejana tekan berdinding tipis adalah bejana tekan yang perbandingan tebal dengan diamternya
dibawah/ kurang dari 1:10. Tegangan yang dihitung pada bejana ini adalah tegangan dengan arah
circumferensial dan longitudinal. Karena perbedaan tegangan arah radial dari dinding dalam
dengan dinding luar sangat kecil sehingga nilai tegangan dalam arah radial tidak diperhitungkan
dalam bejana jenis ini.
2. Bejana Tekan Berdinding Tebal
Bejana tekan berdinding tebal adalah bejana tekan yang perbandingan tebal dengan diamternya
diatas/lebih dari 1:10. Tegangan yang dihitung pada bejana ini adalah tegangan dengan arah
circumferensial, longitudinal, dan radial. Distribusi tegangan di arah radial sangat jelas sehingga
tegangan dalam arah radial diperhitungkan dalam bejana jenis ini.
(Satrijo dan Habsya, 2012)
Gambar 2.4 (a) Bejana Tekan Dinding Tipis, (b) Bejana Tekan Dinding Tebal
Ketika silinder tipis diberikan tekanan internal, ada tiga tegangan principal yang tegak lurus.
Tegangan tersebut adalah tegangan tekanan melingkar (hoop), tegangan longitudinal, dan tegangan radial
yang bereaksi di dalam silinder.
(Modul Praktikum Mekanika Kekuatan Material)
5
Apabila rasio ketebalan t dan diameter dalam dari silinder kurang dari 1:20, dapat diterapkan teori
membran, sehingga hoop dan tegangan longitudinal dapat diasumsikan bahwa nilainya adalah konstan pada
ketebalan dinding. Besarnya nilai dari tegangan radial sangatlah kecil sehingga dapat diabaikan.
6
Gambar 2.7 Konstruksi Lingkaran Mohr
(Modul Praktikum Mekanika Kekuatan Material)
2.2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari bejana sederhana adalah bejana yang berisi air/cairan ditekan dengan pompa
hydrolik sampai pada tekanan tertentu yang ditunjukan oleh manometer. Tekanan dalam bejana diteruskan
melalui air ke segala arah. Tekanan air ini menekan dinding bejana dalam bentuk tegangan yang terurai
ketiga arah. Tegangan ini mengakibatkan perubahan dimensi pada dinding bejana. Perubahan dimensi ini
disebut regangan. Regangan dinding bejana untuk arah tangensial dan longitudinal dapat dipantau dengan
menggunakan strain gauge dan besarnya ditampilkan pada panel digital indikator. Dengan mengubah –
ubah tegangan pada bejana maka akan didapatkan hubungan antara tegangan dan regangan.
(Modul Praktikum Mekanika Kekuatan Material)
Untuk menentukan tegangan hoop (direct hoop stress) pada dinding silinder dinding tipis dapat
dihitung dengan persamaan berikut,
𝑃𝑑
𝜎𝐻 = (2.1)
2𝑡
Dimana:
P : Tekanan Internal
d : Diameter Dinding
t : Tebal Dinding Silinder
Kesetimbangan gaya dalam arah aksial dirumuskan sebagai tegangan longitudinal,
𝑃𝑑
𝜎𝐿 = (2.2)
4𝑡
7
Tegangan yang terjadi pada arah radial dianggap sama dengan tekanan internal dan berbanding
terbalik.
Untuk menentukan regangan longitudinal pada dinding silinder dinding dapat dihitung dengan
persamaan berikut,
−𝑣.𝜎𝐻
𝜀𝐿𝑜 = 𝐸
(2.4)
Dimana:
𝜀𝐻𝑜 : Regangan Hoop
𝜀𝐿𝑜 : Regangan Longitudinal
𝑣 : Poissoon Rasio
E : Modulus Young
Regangan bejana tekan kondisi tertutup terdiri dari regangan hoop dan regangan longitudinal.
Untuk menentukan regangan hoop pada dinding silinder dinding dapat dihitung dengan persamaan berikut,
𝜎𝐻−𝑣𝜎𝐿
𝜀𝐻𝑜 = 𝐸
(2.5)
Untuk menentukan regangan longitudinal pada dinding silinder dinding dapat dihitung dengan
persamaan berikut,
𝜎𝐿−𝑣.𝜎𝐻
𝜀𝐿𝑜 = (2.6)
𝐸
8
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat: Gambar
Thin Cylinder Apparatus Unit
9
3.2 Prosedur Percobaan Alat
1. Komponen kelistrikan dirangkai terlebih dahulu.
2. Tombol hijau pada controller thin cylinder apparatus dinyalakan.
3. Tuas diputar ke kanan untuk menaikan tekanan secara bertahap.
4. Hasil tekanan pada controller yang muncul dicatat.
5. Percobaan diulangi dengan kondisi terbuka dan tertutup.
3.3 Diagram Alir Percobaan
10
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
3 97 18 22 30 60 85
6 127 22 26 42 83 45
4.2 Pembahasan
1. Hitunglah setiap tegangan Hoop (σH) pada kondisi bejana terbuka dan tertutup setiap tekanan! Dan
buatlah tabel untuk kedua kondisi!
• Kondisi Terbuka
Sampel untuk P=3
11
𝑃𝑑 3 𝑃𝑎 × 80 𝑚𝑚
𝜎𝐻 = = = 40 𝑃𝑎
2𝑡 2 × 3 𝑚𝑚
• Kondisi Tertutup
Sampel untuk P=3
𝑃𝑑 3 𝑃𝑎 × 80 𝑚𝑚
𝜎𝐻 = = = 40 𝑃𝑎
2𝑡 2 × 3 𝑚𝑚
Tabel 4.3 Tegangan Hoop (σH)
Direct Hoop Stress (Pa)
Tekanan (Pa)
Open Ends Condition Closed Ends Condition
0 0 0
3 40 40
6 80 80
9 120 120
12 160 160
15 200 200
18 240 240
2. Buatlah grafik tekanan (P) dengan setiap posisi regangan (𝜺) untuk perlakuan open ends condition
dan close ends condition!
300
250
Regangan
200
150
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Tekanan
σ1 σ2 σ3 σ4 σ5 σ6
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Tekanan dan Regagnan Open Ends Condition
12
Closed Ends Condition
350
300
250
Regangan
200
150
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Tekanan
σ1 σ2 σ3 σ4 σ5 σ6
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Tekanan dan Regagnan Closed Ends Condition
3. Setelah di plot pada grafik, apakah ke 6 (enam) posisi regangan (𝜺) tersebut memiliki grafik yang
sama atau berbeda? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Bedasarkan gambar 4.1, dapat kita tarik kesimpulan bahwa hubungan tekanan dan
regangan dari 6 kondisi memiliki karakter yang sama. Semakin besar nilai tekanan maka akan
semakin besar pula nilai regangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan tekanan dengan
regangan adalah berbanding lurus. Bedasarkan gambar 4.2, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
hubungan dan regangan dari 6 kondisi memiliki karakter yang sama. Semakin besar nilai tekanan
maka akan semakin besar pula nilai regangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan tekanan
dengan regangan adalah berbanding lurus.
4. Mengapa terdapat perbedaan hasil regangan (𝜺) untuk perlakuan silinder open ends condition dan
close ends condition pada kondisi tekanan (P) yang sama? Jelaskan!
Bedasarkan data tabel 4.1 dan 4.2, nilai regangan yang muncul berbeda dari 6 kali
percobaan disebabkan oleh adanya faktor sudut dan letak dari rangkaian kabel yang terpasang pada
thin cylinder apparatus yang berbeda – beda. Hal ini menyebabkan pembacaan nilai regangan pada
alat controller thin cylinder apparatus berbeda – beda. Untuk perbedaan nilai regangan pada open
dan closed cylinder disebabkan karena adannya tegangan logitudinal gaya aksial. Pada open
condition, nilai tegangan longitudinal 0 sedangkan pada closed condition nilai tegangan
lognitudinal tidak 0. Hal ini mengakibatkan nilai regangan yang dihasilkan berbeda – beda
walaupun menggunakan tekanan yang sama.
5. Hitunglah direct hoop stress (σH) untuk setiap tekanan yang berbeda!
Tabel 4.4 Direct Hoop Stress
Direct Hoop Stress (Pa)
Tekanan (Pa)
Open Ends Condition Closed Ends Condition
0 0 0
3 40 40
6 80 80
9 120 120
13
12 160 160
15 200 200
18 240 240
6. Buatlah grafik antara regangan (kondisi 1) dengan tegangan melingkar (direct hoop stress) pada
perlakuan open ends condition! Apa yang dapat anda simpulkan dari grafik tersebut? (sumbu x
Regangan, Y tegangan)
Tabel 4.5 Direct Hoop Stress dan Regangan Kondisi 1
Tekanan (Pa) Direct Hoop Stress (Pa) Regangan Kondisi 1
0 0 31
3 40 77
6 80 118
9 120 164
12 160 208
15 200 250
18 240 295
240
250
200
Direct Hoop Stress
200
160
150
120
100 80
40
50
0
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Regangan Kondisi 1
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Regangan Kondisi 1 dan Direct Hoop Stress
Bedasarkan gambar 4.3, dapat kita simpulkan bahwa nilai regangan berbanding lurus
dengan nilai direct hoop stress. Artinya adalah jika nilai regangan semakin besar maka nilai direct
hoop stress juga ikut membesar.
7. Buatlah grafik antara regangan (kondisi 2) dengan regangan melingkar (direct hoop strain) pada
perlakuan open ends condition! Apa yang dapat anda simpulkan dari grafik tersebut? (sumbu x
regangan hoop, Y regangan 2)
Sampel perhitungan untuk P=3
𝜎𝐻 40 𝑃𝑎
𝜀𝐻𝑜 = = = 0.580 × 10−9
𝐸 69 𝐺𝑃𝑎
14
Tabel 4.6 Direct Hoop Strain dan Regangan Kondisi 2
Tekanan (Pa) Direct Hoop Strain (Pa) Regangan Kondisi 2
0 0 16
3 0.580 × 10−9 24
−9
6 1.159 × 10 32
9 1.739 × 10−9 41
−9
12 2.319 × 10 50
−9
15 2.899 × 10 58
18 3.478 × 10−9 67
50
50
41
40
32
30 24
20 16
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Direct Hoop Strain (x10-9)
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Regangan Kondisi 2 dan Direct Hoop Strain
Bedasarkan gambar 4.4, dapat kita simpulkan bahwa nilai regangan berbanding lurus
dengan nilai direct hoop strain. Artinya adalah jika nilai regangan semakin besar maka nilai direct
hoop strain juga ikut membesar
8. Gambarkan Mohr Cicle-Plane Strain millimeter blok untuk posisi regangan! Kemudian tentukan
regangan normal (direct strain) dan regangan geser (shear strain) dalam bentuk table untuk
masing-masing perlakuan open ends condition dan close ends condition!
a. Open Ends Condition
• Direct Hoop Strain
Menggunakan data saat P=18 Pa,
𝜎𝐻 240 𝑃𝑎
𝜀𝐻𝑜 = = = 3.478 × 10−9 ≈ 3.5 × 10−9
𝐸 69 𝐺𝑃𝑎
• Direct Longitudinal Strain
−𝑣. 𝜎𝐻 −(0.33) × 240 𝑃𝑎
𝜀𝐿𝑜 = = = −1.148 × 10−9 ≈ −1.1 × 10−9
𝐸 69 𝐺𝑃𝑎
• Titik Pusat
𝜀𝐻𝑜 + 𝜀𝐿𝑜 (3.5 × 10−9 ) + (−1.2 × 10−9 )
𝜀𝑎𝑣𝑔 = = = 1.15 × 10−9 ≈ 1.2 × 10−9
2 2
15
Gambar 4.5 Mohr Cicle-Plane Strain Untuk Open Ends Condition
Tabel 4.7 Direct Strain dan Shear Strain Pada Open Ends Condition
Sudut Direct Strain Shear Strain
60° 0.05 × 10−9 2 × 10−9
−9
90° 1.2 × 10 2.3 × 10−9
−9
120° 2.35 × 10 2 × 10−9
16
Gambar 4.6 Mohr Cicle-Plane Strain Untuk Closed Ends Condition
Tabel 4.8 Direct Strain dan Shear Strain Pada Closed Ends Condition
Sudut Direct Strain Shear Strain
60° 1.15 × 10−9 1 × 10−9
90° 1.75 × 10−9 1.15 × 10−9
−9
120° 2.35 × 10 1 × 10−9
17
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan setelah praktikum adalah:
1. Tegangan pada bejana tekan dapat dilihat pada tabel 4.3, sedangkan untuk regangan dapat dilihat
pada tabel 4.1 dan 4.2.
2. Perbandingan hasil pengukuran dengan perhitungan teoritis dapat dilihat pada subbab 4.2.
3. Diagram lingkaran mohr kondisi terbuka dapat dilihat pada gambar 4.5 dan diagram lingkaran mohr
kondisi tertutup dapat dilihat pada gambar 4.6.
5.2 Saran
Saran untuk kegiatan praktikum selanjutnya mohon untuk memberikan video penjelasan mengenai
langkah – langkah praktikum tidak hanya lewat presentasi power point saja sehingga mahasiswa memiliki
bayangan dalam praktikum thin cylinder apparatus. Lalu untuk kegiatan praktikum selanjutnya, mohon
untuk dijelaskan bagian analisis data baik lewat video atau power point. Dengan begitu mahasiswa akan
lebih dapat mengerti dalam proses analisis data.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hibbeler, R. C. (2011). Mechanics of Materials. Boston: Pearson Highered.
Modul Pratikum Material Teknik Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina 2021
Purnomo, J., & Satrijo, D. (2012). Perancangan Bejana Tekan Tipe Vertikal. Semarang: Program S1 Teknik
Mesin Universitas Diponegoro.
Satrijo D, dan Syarief A. H. (2012). Perancangan Dan Analisategangan Pada Bejana Tekan Horizontal
Dengan Metode Elemen Hingga. Semarang: Program S1 Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
19
LAMPIRAN
20