Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN


“ACARA IX”

Oleh :
Nama : Eka Putra Bagus Dewanta
NIM : 180210104011
Kelas :A
Kelompok : 5 (Lima)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. JUDUL
Menentukan Kadar Hemoglobin (Hb)
II. TUJUAN
Menentukan kadar Hb pada vertebrata dan mengetahui bentuk sel darah merah
vertebrata
III. TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan cairan tubuh yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yang bersirkulasi dalam jantung dan pembuluh darah. Darah
membawa oksigen dan nutrisi bagi seluruh sel dalam tubuh serta
mengangkut produk-produk hasil metabolisme sel. Darah berada di dalam
suatu pembuluh darah arteri maupun vena, dan merupakan sebagian dari
sistem organ tubuh manusia yang berperan penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Volume darah total dalam tubuh manusia dewasa adalah
berkisa 3,6 liter (wanita) dan 4,5 liter (pria) (Firani, 2018: 1).
Unsur seluler seluruh sel darah terdiri dari sel darah merah atau eritrosit,
beberapa jenis sel darah putih (leukosit) dan fragmen/pecahan sel yang
disebut trombosit. Komponen utama dari sel darah merah adalah protein
hemoglobin. Sintesis hemoglobin dalam sel darah merah berlangsung dari
eritroblas sampai stadium perkembangan retikulosit. Sedangkan retikulosit
adalah sel darah merah imatur yang tidak berinti yang mengandung sisa-
sisa RNA dan merupakan penentuan untuk menggambarkan aktivitas
sumsum tulang (Bijanti et al., 2010: 11).
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah dengan jumlah yang
paling banyak dalam tubuh manusia. Fungsi utama eritrosit adalah
mengangkut oksigen dan mengantarkannya ke sel-sel tubuh. Hitung jumlah
eritrosit merupakan salah satu parameter Hematologi yang ditentukan guna
membantu menegakkan diagnosis, menunjang diagnosis, membuat
diagnosis banding, memantau perjalanan penyakit, menilai beratnya sakit
dan menentukan prognosis (Oktiyani et al., 2017: 38).
Satu dari empat sel dalam tubuh manusia adalah sel darah merah/Red
Blood Cell (RBC) juga disebut eritrosit. Umur rata-rata (RBC) pada orang
dewasa adalah 100–120 hari dan membutuhkan pembaruan terus-menerus
secara konstan. Proses proliferasi sel yang masif namun terorganisir dengan
baik ini diperlukan untuk mengakomodasi fungsi utama sel darah merah
yaitu untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke organ perifer, dan
karbon dioksida dari organ ke paru-paru. Hemoglobin (HGB) merupakan
metaloprotein yang sejauh ini merupakan biomolekul paling melimpah
yang ditemukan di sel darah merah dewasa, bertanggung jawab untuk
transportasi oksigen. Selain peran penting mereka dalam sistem peredaran
darah, sel darah merah juga memiliki fungsi sekunder, seringkali kurang
dihargai, Di dalam pembuluh darah, mereka merespons tekanan geser dan
menghasilkan oksida nitrat vasodilator untuk mengatur tonus vaskular. Sel
darah merah berpartisipasi dalam strategi antimikroba untuk melawan
patogen hemolitik dan respon inflamasi, bertindak sebagai reservoir untuk
beberapa kemoterapi. Selain itu, keterlibatan langsung sel darah merah
dalam mengikuti endotel vaskular atau mendukung pembentukan trombin
dapat membantu meningkatkan koagulasi darah atau trombosis (Chami et
al., 2016: 8-10).
Leukosit merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh
yang sangat tanggap terhadap agen infeksi penyakit. Leukosit berfungsi
melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit dengan cara fagosit dan
menghasilkan antibody. Diferensial leukosit merupakan kesatuan dari sel
darah putih yang terdiri dari dua kelompok yaitu granulosit yang terdiri atas
heterosinofil, eusinofil, dan asofil, dan kelompok agranulosit yang terdiri
dari lima limfosit dan monosit. Tingkat kenaikan dan penurunan jumlah
leukosit dalam sirkulasi menggambarkan ketanggapan sel darah putih
dalam mencegah hadirnya agen penyakit dan peradangan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah leukosit dan diferensialnya antara lain kondisi
lingkungan, umur, dan kandungan nutrisi (Moenek et al., 2019: 991).
Pengukuran konsentrasi hemoglobin darah dilakukan dengan
menggunakan metode Sahli. Metode ini mengkonversikan hemoglobin
darah dalam bentuk asam hematin. Tabung sahli diisi dengan HCl 0,1 N
sampai batas tera terbawah. Sampel darah dihisap menggunakan pipet
hemoglobin sampai tanda 20 mm3. Darah tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam tabung Sahli. Perubahan yang muncul adalah terbentuknya asam
hematin yang berwarna coklat atau coklat hitam. Dengan menggunakan
pipet penetes, akuades diteteskan sambil dikocok hati-hati. Penambahan
akuades ini dilakukan sedikit demi sedikit hingga warnanya sama dengan
warna standar. Pembacaan kadar hemoglobin dilakukan dengan melihat
meniscus bawah cairan pada tabung Sahli. Satuan hemoglobin dinyatakan
dalam gram% (Azis, 2019: 32).
Metode Sahli sudah lama digunakan dalam pengukuran Hb. Prinsip
Metode Sahli adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standart warna pada
alat hemoglobinometer. Metode Sahli merupakan metode estimasi kadar
hemoglobin yang tidak teliti, karena alat hemoglobinometer tidak dapat
distandarkan dan perbandingan warna secara visual tidak teliti (Purba dan
Nurazizah, 2019: 23).
Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit secara manual dengan alat
Hemositometer merupakan metode yang paling umum digunakankarena
lebih murah. Metode ini biasanya digunakan pada rumah sakit dan
laboratorium klinik berskala kecil dengan beban kerja yang tidak terlalu
besar. Pada metode ini, eritrosit dihitung dengan bantuan mikroskop.
Namun hitung jumlah eritrosit dengan metode ini membutuhkan waktu
yang cukup lama dan rumit. Selain itu akurasi hasil pemeriksaan
dipengaruhi oleh faktor subyektif seperti pengalaman dan keahlian dari
teknisi laboratorium, dan faktor kelebihan dari teknisi terutama jika sampel
pemeriksaan dalam jumlah yang sangat besar (Oktiyani et al., 2017: 38).
Globin diekspresikan dengan cara yang sangat spesifik untuk spesies
dan jaringan yang diduga memiliki fungsi berbeda. Mereka semua diduga
terlibat dalam proses seluler yang berkaitan dengan transportasi dan
penyimpanan O2, detoksifikasi spesies oksigen dan nitrogen reaktif,
penginderaan dan pensinyalan atau mungkin memiliki fungsi yang belum
diketahui. Hingga saat ini, Hb, yang bertanggung jawab atas pengangkutan
O2 dan CO2 merupakan globin yang paling banyak didistribusikan dan
dianggap sebagai satu-satunya globin yang diekspresikan dalam eritrosit
vertebrata atau sel darah merah (RBC). Eritrosit dewasa dari hampir semua
spesies ikan, amfibi, reptil, dan burung berbentuk oval dan
mempertahankan nukleus serta semua organelnya sepanjang hidupnya.
Sebaliknya, eritrosit mamalia yang beredar pasti tidak memiliki inti dan
organel. Sel darah merah vertebrata sangat padat dengan Hb dan konsentrasi
Hb seluler meningkat dari agnathans ke burung dan mamalia. Pada semua
vertebrata berahang (gnathostomates), Hb adalah tetramer yang terdiri dari
empat rantai globin (2 alfa dan 2 beta). Dalam sel darah merah mamalia
dewasa, sejumlah besar mRNA Hb terdiri lebih dari 95% dari total mRNA
seluler dan terakumulasi di dalam sel selama perkembangan eritroid
(Götting dan Nikinmaa, 2015: 1-2).
Di bawah hipoksia berat, peningkatan afinitas Hb-O2 dapat membantu
mempertahankan pengiriman O2 jaringan dengan menjaga saturasi O2 arteri
sekaligus mempertahankan gradien tekanan untuk difusi O 2 dari darah
kapiler ke mitokondria jaringan, sehingga perubahan terkait ketinggian
pada fungsi Hb kemungkinan memiliki relevansi adaptif . Peningkatan
evolusioner dalam afinitas Hb-O2 dapat disebabkan oleh mutasi asam amino
yang meningkatkan afinitas O2 intrinsik dan / atau mutasi yang menekan
sensitivitas Hb terhadap efek penghambatan efektor alosterik seperti ion
Cl– dan fosfat organic (Natarajan et al., 2016: 337).
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
 Haemometer
 Lanset
 Jarum steril
 Alkohol 70%
 Kapas
4.1.2 Bahan
 Larutan HCl 0,1m
 Aquades
 Darah Kapiler
4.2 Langkah Kerja Sistematis

Mengisi tabung hemometer dengan 0,1n HCl sampai angka 2

Menghisap darah kapiler dengan Pipet Hb sampai angka 20

Menghapus darah yang melekat pada ujung pipet

Memasukan darah kedalam tabung pengencer sebelum darah


menjedal, dengan cara memasukan ujung pipet sedikit kedalam
larutan HCl 0,1n
Menghisap HCl didalam tabung ke dalam pipet kemudian
mengeluarkannya kembali dan mengulanginya sampai tiga kali

Menghisap HCl didalam tabung ke dalam pipet kemudian


mengeluarkannya kembali dan mengulanginya sampai tiga kali

Mendiamkan larutan selama satu sampai tiga menit

Mengencerkan larutan dengan aquades secara pertetes


kemudian mengaduknya menggunakan batang pengaduk hingga
warnanya sesuai dengan standart

Mengambil sedikit larutan darah dan mengamatinya di bawah


mikroskop
V. HASIL PENGAMATAN

Kadar
Jenis Tinggi Berat
No. Nama Umur Hb % Ket.
Kelamin Badan Badan
gr
1. E L 160 cm 45 kg 27 th 14 Normal
Tidak
2. B L 155,5 cm 88 kg 20 th 8
Normal
3. P L 165 cm 50 kg 23 th 13 Normal
4. V P 166 cm 50 kg 23 th 14 Normal
5. N P 163 cm 65 kg 25 th 15 Normal
Tidak
6. T P 160,5 cm 52,5 kg 21 th 6,7
Normal
VI. PEMBAHASAN
Hemoglobin terdiri dari kata "haem" dan kata "globin", secara harfiah
haem adalah Fe (besi) dan protoporfirin adalah mitokondria, globin adalah
rantai asam amino (1 pasang rantai α dan 1 pasang non α). (Devie, 2015)
Hemoglobin merupakan suatu jenis protein yang terkandung paling banyak di
dalam sel darah merah, hemoglobin berfungsi sebagai pengankut oksigen, juga
merupakan komponen yang memberikan warna merah pada darah. (Devie,
2015) menjelaskna bahwa hemoglobin terbentuk dari empat rantai polipeptida,
terususn atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta, masing masing rantainya terbuat
dari 141-146 asam amino. Dalam tiap rantai di hemoglobin mengandung grup
prostetik yang disebut heme, heme inilah yang menyebabkan warna merah pada
darah.
Lebih jelasnya menurut Hasanah (2018) hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, satu molekul organik juga atom besi.
Komponen ini membentuk empat molekul protenin (globulin chain) yang
terhubung satu sama lain, pada orang dewasa yang normal hemoglobin tersusun
dari 2 alpha-globulin chains dan 2 betaglobulin chains.
Berbicara mengenai fungsi hemoglobin epriadi and Eldawaty (2019)
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hemoglobin berfungsi untuk
mengantur pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada jaringan tubuh,
hemoglobin terkandung banyak dalam sel darah merah dan sekaligus
merupakan komponen utama dalam sel darah merah.data mengenai fungsi
hemoglobin yang disampaikan ini juga sejalan dengan yang dituliskan oleh
sherwood (2012) dalam bukunya yang menejlaskan bahwa Hemoglobin
mempunyai beberapa fungsi diantaranya mengatur pertukaran O2 dan CO2
dalam jaringan tubuh, Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa
keseluruh jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar, dan Membawa
CO2 dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme menuju ke paru-paru untuk
dibuang.
Kadar hemoglobin merupakan ukuran keadaan pigmen respiratorik
yang terkandung di dalam butiran butiran darah merah, mengenai batas normal
kadar hemoglobin sesorang berdasarkan umur dan jenis kelamin, pada saat ini
telah dibuat oleh organisasi WHO. Sebenarnya tingkat batasan normal
hemoglobin pada setiap orang sangat sukar ditentukan hal ini dikarenakan
setiap suku dan bangsa memiliki kadar hemoglobin yang bervariasi.
Berdasrakan data tabel yang didaparkan dari asisten laboratorium yang
bersumber dari WHO angka standar Hb anak-anak (6-59 bulan) memiliki
standar Hb 110 gr/L atau lebih, anak-anak (5-11 tahun) memiliki standart Hb
115 gr/L atau lebih, anak-anak (12-14) memiliki standart Hb 120 gr/L atau
lebih, wanita tidak hamil (15 tahun atau lebih) memiliki standart Hb 120 gr/L
sedangkan wanita hamil memiliki standart Hb 110 gr/L, dan laki-laki (15 tahun
atau lebih) memiliki standart Hb 130 gr/L atau lebih.
Kadar hemolgobin yang dikandung dalam darah sangat dipengaruhi
oleh beragam faktor, menurut Estridge dan Reynolds (2012) kadar hemoglobin
dapat dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, logam berat, perokok, letak
geografis dan faktor penggunaan pakaian APD dalam pekerjaan. Faktor usia
dan jenis kelamin adalah faktor umum yang sering digunakan untuk mengukur
keadaan dan kadar hemoglobin dalam darah dan bahkan sudah digunakan oleh
WHO sebagai acuan penentu normal tidaknya kadar hemoglobin dalam darah.
Secara umunya seharusnya laki laki memiliki Kadar Hb yang lebih besar dari
perempuan karena biasanya laki laki memiliki sistem metabolik yang lebih akitf
dari perempuan, disampin juga perempuan selalu mengalami menstuasi yang
juga memicu turunnya kadar Hb dalam darah.
Faktor logam berat, logam berat dapat masuk kedalam tubuh dan
mempengaruhi keadaan hemoglobin pada manusia. Biasanya logam berat
masuk melalui pernapasan dan bereaksi secara langsung dengan darah. Contoh
umum yang sering terjadi dalam kehidupan sehari adalah terhidupnya timbal
(Logam berat), timbal berasal dari pencemaran udara umumnya berasal dari
sisa pembakaran kenadaraan bermotor bentuknya berupa partikel yang
terkandung dalam udara sehigga sangat mudah untuk terhirup. Timbal yang
masuk kedalam pernapasan ini akan terdistribusi dalam darah yang akirnya
akan berdampak pada sitem hematopoetik dan menyebabkan terhambatnya
pembentukan heme sehingga berpengaruh terhadap keadaaan Hb.
Faktor Perokok, dalam rokok terkandung banyak zat yang telah kita
fahami bahwa sifatnya adalah racun, zat zat ini berupa Nikotin, NO, CO,
Hidrogen sianida, dan lain lain. Salah satu dari zat yang dihasilkan adalah CO
(Karbon monoksida) peru diketahui bahwa zat ini memiliki sifat berkalilipat
lebih mudah berikatan dengan Hb dibandingkan dengan oksigen, hasil dari
ikatan ini adalah karboksilhemoglobin (COHb) , kadar COHb yang randah
tidak akan menimbulkan masalah, tetapi ketika jumlahnya sangat bayak maka
dapat manimbulkan keracunan CO, karena gas CO ini menyebabkan rendahnya
penyerapan Oksigen oleh tubuh.
Faktor keadaan lingkungan atau faktor geografi, tempat tinggal dari
mahluk hidup juga dapat menyebabkan perbedaan keadaan hemoglobin dalam
darah, contohnya pada manusia yang tinggal pada daerah yang tinggi tubuhnya
akan cebderung aktif dalam menghasilkan sel darah merah yang bertujuan
meingkatkan suhu tubuh, juga supaya lebih banyak dalam mengikat oksigen
yang lebih rendah daripada orang yang tingal di dataran rendah, dan berlaku
sebaliknya bagi orang yang tinggal di dataran rendah atau pesisir.
Kegiatan pengukuran dalam praktikum kali ini menggunakan metode
sahli. Metode yang dilakukandengan penghidrolisisan hemoglobin dengan
menggunakan HCL yang kemudian berubah menjadi asal hematin dengan
warna menjadi coklat, warna inilah yang menjadi acuan ukur pada haemometer.
Dalam praktikum ini digunakan probandus sebanyak 6 orang terbagi menjadi 3
laki laki dan 3 perempuan. Pada probandus kedua laki laki didapati bahwa kadar
Hbnya sebesar 8%gr, merupakan kadar yang tidak nromal dan pada probandus
keenam degan jenis kelamin perempuan didapati Hbnya 6,7% gr juga
merupakan kadar yang tidak normal. Bentuk data yang dilampirkan ini
diaktakan tidak normal mengacu pada usia probadus dimana pada usia ini kadar
hemoglobin yang dimiliknya dinilai telalu sedikit bedasarkan kualifikasi dari
WHO.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa setiap mahluk
hidup (Vertevrata) memiliki kadah Hb yang berbeda beda, yang tentunya
dipengeruhi oleh faktor faktor berupa usia, berat bedan, jenis kelamin,
logam berat, kebiasaan merokok, dan keadaan lingkungan. Lalu bentuk sel
darah merah pada vertebrata setelah diamati di bawah mikroskop memiliki
bentuk oval.
7.2 Saran
Saran untuk praktikan supaya lebih mempersiapkan diri kembali
sebelum praktium dimulai, dan tidak ada saran untuk laboran karena
video prosedur langka yang disajikan sudah jelas dan bisa untuk
dipahami
DAFTAR PUSTAKA

Azis. 2019. Marka Molekuler dalam Seleksi Ikan Lele Tahan Infeks Aeromonas
hydrophila. Surabaya: CV. Jakad Publishing.
Bijanti, R., M. G. A. Yuliani, R. S. Wahjuni, dan R. B. Utomo. 2010. Buku Ajar
Patologi Klinik Veteriner Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga University
Press.
Chami, N., et al. 2016. Exome Genotyping Identifies Pleiotropic Variants Associated
with Red Blood Cell Traits. The American Journal of Human Genetics. 99(1):
8-21.
Estridge, B. H., and A. P. Reynolds. 2012. Basic Clinical Laboratory Technique.
USA: Delmar Cengage Learning
Firani, N. K. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. Malang: UB Press.
Götting, M., dan M. Nikinmaa. 2015. More Than Hemoglobin – The Unexpected
Diversity of Globins in Vertebrate Red Blood Cells. Journal of Physiological
Reports. 3(2): 1-8.
Hasanah, D. K. 2018. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Gradivarium
Trisemester III di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember.
Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Moenek, D. Y. J. A., A. B. Oematan, dan N. N. Toelle. 2019. Total Leukosit dan
Diferensial Leukosit Darah Ayam Kampung yang Terpapar Ascaridia galli
Secara Alami. Jurnal PARTNER. 24(2): 991-997.
Natarajan, C., et al. 2016. Predictable Convergence in Hemoglobin Function has
Unpredictable Molecular Underpinnings. Science Journal. 354(6310): 336-
339.
Oktiyani, N., Fahriyan, dan A. Muhlisin. 2017. Akurasi Hitung Jumlah Eritrosit
Metode Manual dan Metode Otomatis. Medical Laboratory Technology
Journal. 3(2): 37-41.
Purba, E. M., dan Nurazizah. 2019. Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil dengan
Menggunakan Metode Sahli dan Metode Cyanmethemoglobin di Wilayah
Kerja Puskesmas Sialang Buah Tahun 2019. Excellent Midwifery Journal.
2(2): 21-29.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC
LAMPIRAN

1. Foto Kegiatan

2. Abstrak Jurnal
3. Cover Buku

Anda mungkin juga menyukai