Anda di halaman 1dari 14

1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)

Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 93-106, Maret 2018

Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar


Hemoglobin, Leukosit, dan Platelet Limfosit Ratio pada Pasien Kanker
Ovarium di RSUD ULIN Banjarmasin

Hermin Sabaruddin1*, Ferry Armanza2


RS. Annisa Cikarang, Jawa Barat1
Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin2
*e-mail: herminsabaruddin@gmail.com

Abstrak

CA-125 merupakan tumor marker yang paling sering digunakan pada kanker ovarium, sering
disebut sebagai “Gold Standard” untuk diagnosis kanker ovarium. CA-125 ini diduga berkaitan
dengan mekanisme inflamasi yang berhubungan dengan leukosit dan limfosit, serta Platelet
Limfosit Rasio (PLR). Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan penelitian ini. Berdasarkan teori
terkait kanker ovarium yang melibatkan inflamasi, yaitu salah satu peningkatan penyebab kanker
(ca) ovarium terjadi pada wanita yang mengalami infeksi atau peradangan di panggul (inflamasi).
Berbagai karsinogen dapat mencapai ovarium melalui saluran genital yang mempengaruhi
pemeriksaan Ca125. Penelitian ini bertujuan meneliti korelasi tumor marker CA-125 terhadap
pemeriksaan hematologi inflamasi yang terdiri dari Hemoglobin, leukosit dan PLR sebagai indikator
pemeriksaan inflamasi pada pasien kanker ovarium. Metode penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik secara retrospektif deskriptif cross sectional, dari rekam medis pasien yang
berobat di poliklinik onkologi RSUD sebanyak 42 sampel pada periode Oktober 2014 – Oktober
2017. Sampel dipilih dengan metode pembatasan waktu. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan metode nonpropability diikuti metode purposive sampling. Setelah data diambil
dan dipilih kemudian data diolah ke dalam SPSS untuk diuji normalitas dan dilanjutkan dengan uji
regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis korelasi tumor marker CA-
125 terhadap kadar Hb, leukosit, dan PLR adalah P = 858b; P value <0,05. Hubungan CA-125
terhadap Hb, leukosit dan PLR adalah hubungan negatif (r Hb = -3,463, r leukosit = -6,117, r PLR = -
2,281), yang berarti semakin tinggi nilai Hb, leukosit dan PLR maka nilai CA125 semakin rendah.
Kesimpulan penelitian ini tidak ada korelasi tumor marker CA125 terhadap Hb, leukosit dan PLR
pada pasien kanker ovarium. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai
CA125 bekoresi negatif karena tidak diikuti dengan penurunan Hb, peningkatan leukosit dan PLR.

Kata Kunci: CA-125, Hemoglobin, Leukosit, PLR, Ca ovarium

93
Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit, dan Plat…
Hermin Sabaruddin, Ferry Armanza

Correlation of Tumor Marker Cancer Antigen (CA-125) against Hemoglobin,


Leukocytes, and Platelet Lymphocyte Ratio in Ovarian Cancer Patients at
RSUD ULIN Banjarmasin

Abstract

CA-125 is the most commonly used tumor marker in ovarian cancer, its known as the "Gold
Standard" for the diagnosis of ovarian cancer. CA-125 allegedly related to the inflammatory
mechanisms which associated with leukocytes and lymphocytes, as well as Lymphocyte Platelet
Ratio. This study is to prove above hypothesis. This study aims to investigate CA-125 correlation as
tumor marker of inflammatory hematology examination consisting of Hemoglobin, leukocytes and
PLR as indicator of inflammatory examination in ovarian cancer patient. This is based on the theory
of ovarian ca that involves the theory of inflammation, in which one cause of ovarian cancer
increases in women who have infection or pelvic inflammation. According to this theory, various
carcinogens can reach the ovaries through the genital tract. This inflammatory mechanism will
affect the Ca125 examination. It is this theory that the researchers want to see the relationship
between Ca125 tumor marker, hemoglobin, leukocyte, platelet lymphocyte ratio as investigation in
enforcement of ovarian cancer diagnosis. The method is an observational analytic study with cross
sectional retrospective descriptive. The sample is 42 patients medical record who are treated in
Oncology Polyclinic RSUD ULIN in October 2014 - October 2017 period. Samples selected by time
limitation method. Sampling technique using Nonprobability method followed by purposive
sampling method. After the data is taken and selected then processed into SPSS for normality test
and continued by multiple linear regression test. The results showed that correlation analysis of CA-
125 tumor marker on Hb, leukocyte and PLR levels was P = 858b; P value <0.05. The CA-125
relationship to Hb, leukocytes and PLR is a negative relationship (r Hb = -3,463, r leukocytes = -
6,117, r PLR = -2.281), which means that more high the Hb, leukocyte and PLR value, conversely
CA125 value become more low. The conclusions of this study is there no correlation of CA125
tumor marker against Hb, leukocytes and PLR in ovarian cancer patients. The results of this study
indicate that the increasing of CA125 value is negative correlation because it is not followed by
decreasing of Hb, increasing of leukocytes and PLR.

Keywords: CA-125, Hemoglobin, leukocytes and PLR

PENDAHULUAN Serikat dengan presentase sebesar 3% dari


Kanker ovarium adalah proses seluruh kanker pada wanita dan menjadi
keganasan primer yang terjadi pada organ penyakit urutan ke-5 terbanyak yang
ovarium yang sering ditemukan dan menyebabkan kematian (Ordovician et al,
merupakan penyakit yang mematikan. 2009). Insidens kanker ovarium tertinggi di
Kanker ovarium merupakan kanker dunia terdapat di Amerika Serikat dan Eropa
ginekologi terbanyak kedua di Amerika Utara, dan terendah di Afrika dan Asia.

94
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 93-106, Maret 2018

Setiap tahunnya di Amerika Serikat salah satunya CA-125. Pemeriksaan


diperkirakan sebanyak 21.650 kasus baru anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan
ditemukan dan 15.520 wanita meninggal pemeriksaan yang dilakukan pada umumnya
akibat kanker ovariumi. Di Indonesia kanker di RS. USG abdomen merupakan salah satu
ovarium menempati urutan ke empat kanker pemeriksaan penunjang yang mampu
ginekologi dengan angka kejadian 15 kasus membantu mendiagnosis adanya
per 100.000 wanita (Fauzan, 2009). Di massa/tumor di abdomen, namun
Rumah Sakit Ulin Banjarmasin angka kekuranganya pada pemeriksaan USG
kejadian kanker ovarium kedua tinggi kanker abdomen tidak dapat mendeteksi
ginekologi terbanyak setelah kanker Cerviks. massa/tumor tersebut jinak atau ganas.
Pada umumnya kasus kanker ovarium Pemeriksaan biopsi juga merupakan salah
ditemukan pada wanita dengan usia diatas satu pemeriksaan penunjang penting dalam
55 tahun (Clarke-Pearson, 2009). Pada mendiagnosis kanker ovarium namun jika
wanita umur kurang 20 tahun terbanyak setelah pemeriksaan biopsi tidak diikuti
ditemukan jenis tumor germinal dan dengan perawatan dan pengobatan maka
sedangkan pada usia yang lebih tua (lebih akan mempengaruhi prognosis penyakit
dari 50 tahun) tumor jenis epitelial sering dikarenakan luka pada bagian tumor yang
didapatkan. Karena kanker ovarium dibiopsi mampu mempercepat pertumbuhan
merupakan penyakit silent symptoms kanker ovarium. CA-125 atau disebut juga
dimana hanya sedikit yang menunjukkan Cancer Antigen 125 atau Carbohydrate
gejala spesifik, maka sekitar 70% kasus Antigen 125 pertama kali ditemukan oleh
kanker ovarium saat terdiagnosis sudah Bast dkk pada tahun 1981. CA-125 terdapat
berada pada stadium lanjut, dimana angka 5- pada semua jaringan yang berasal dari
years survival rate dibawah 30%. Sebaliknya, derivat sel mesotel dan epitel coelomik,
jika terdiagnosis pada stadium I, 5-years diantaranya pleura, perikardium,
survival rate meningkat drastis yakni sebesar peritoneum, tuba, endometrium dan
90% (Yurkovetsky et al, 2010). endoserviks (Aggarwal and Kehoe, 2010). CA-
Untuk mendiagnosis kanker ovarium 125 merupakan tumor marker yang paling
dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan sering digunakan pada kanker ovarium,
fisik/ginekologi, USG abdomen, biopsi, sering disebut sebagai “Gold Standard”
pemeriksaan darah rutin dan tumor marker untuk diagnosis kanker ovarium (Gupta and

95
Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit, dan Plat…
Hermin Sabaruddin, Ferry Armanza

Lis, 2009). Pemeriksaan Hemoglobin, leukosit Hasil pemeriksaan laboratorium


dan PLR (Platelet limfosit Ratio) merupakan merupakan informasi yang penunjang untuk
pemeriksaan yang penting dan sederhana membedakan diagnosis, mengkonfirmasi
karena mampu mendeteksi adanya proses diagnosis, menilai status klinik pasien,
inflamasi pada kanker ovarim. Dimana mengevaluasi efektivitas terapi dan
kanker ovarium didahului oleh proses munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan
inflamasi (Lin and Karin, 2007). Hemoglobin pada pasien kanker ovarium. Untuk itu
(Hb) adalah komponen inflamasi yang peneliti ingin meneliti korelasi CA125 sebagai
berfungsi sebagai alat transportasi oksigen tumor marker terhadap pemeriksaan
(O2) dan karbon dioksida (CO2). Masalah hematologi inflamasi yang terdiri dari
transportasi tersebut akan menyebabkan sel Hemoglobin, leukosit, limfosit dan trombosit
menjadi hipoksia sehingga berakibat buruk ratio sebagai indikator pemeriksaan inflmasi
pada sensitivitas sel. Penurunan Hb dapat pada pasien kanker ovarium (Lin and Karin,
menyebabkan oksigenasi tumor menurun 2007; Kemenkes RI, 2011).
sehingga menyebabkan hipoksia sel tumor Kadar korelasi tumor marker CA125
sehingga menjadi kompensasi hemoglobin terhadap Hemoglobin, leukosit dan PLR pada
untuk terjadi penurunan (anemia). Leukosit pasien kanker ovarium belum pernah
merupakan pemeriksaan inflamasi yang dilakukan di Indonesia namun sudah
berperan dalam transportasi darah ke organ beberapa penelitian mengenai peran CA125
dan jaringan. Peningkatan leukosit berperan sudah dilakukan begitupula dengan peran
memfagositosis dalam proses inflamasi dan PLR pada kanker ovarium. Beberapa
dapat menyebabkan mutasi sel kanker pada penelitian mengenai CA125 dalam
daerah sekitar.PLR merupakan ratio mendeteksi kanker ovarium pernah
perbandingan trombosit dan limfosit dimana dilakukan oleh MK Tuxen dkk yang
peningkatan trombosit berperan dalam menyatakan bahwa tumor marker CA 125
proses angiogenesis dan metastase dari dapat memantau dan memprediksi
kanker. Limfosit terdiri dari limfosit T dan prognosis kambuhnya penyakit kanker
limfosit B yang berperan dalam proses ovarium, dimana sample pada penelitian
sistem imun tubuh dalam proses inflamasi tersebut menggunakan 255 pasien dengan
(Kemenkes RI, 2011; Raungkaemaniee et al, kanker ovarium stadium IC-IV (Tuxen et al,
2012; Budiana, 2014). 2011) sedangkan pada penelitian

96
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 93-106, Maret 2018

Yurkovetsky et al telah melaporkan bahwa Poliklinik Onkologi RSUD. Ulin pada periode
CA125 dapat menjadi panel biomarker yang oktober 2014 – oktober 2017.
dapat digunakan membedakan kanker Sampel dipilih dengan metode
stadium awal dan kanker stadium akhir yang pembatasan waktu. Teknik pengambilan
melibatkan 139 sample pasien dengan sampel dengan menggunakan metode
kanker ovarium stadium awal, 149 pasien nonpropability diikuti metode purposive
dengan kanker ovarium stadium akhir, dan sampling. Data diambil dari rekam medis
1.102 wanita sehat, dianalisis dengan poliklinik onkologi RSUD sebanyak 42
algoritma MMC dan validasi silan sampel. Ulin Banjarmasin dengan kriteria
(Yurkovetsky et al, 2010). Peran PLR inklusi: pasien kanker ovarium umur 40-60
terhadap kanker ovarium pernah diteliti oleh tahun dan hasil CA-125, Hemoglobin,
Ekasanti, dkk dan disimpulkanbahwa PLR leukosit dan PLR pada pasien kanker ovarium
dapat menjadi parameter untuk melihat yang tercatat di rekam medis. Adapun
kecenderungan prognosis pada kanker kriteria eksklusi: Data rekam medis tidak
ovarium, penelitian ini melibatkan sebanyak tercantum secara lengkap, pasien memiliki
133 pasien kanker ovarium yang terdiri dari kelainan hematologi bawaan yang tercantum
68 orang pasien kanker ovarium metastase dalam rekam medis, dan pasien yang
dan 65 pasien kanker ovarium non terdiagnosis kista endometriosis, kanker
metastase serta 114 kontrol (Ekasanti et al, payudara dan kanker paru yang
2014). menggunakan tumor marker CA125.
Data pasien yang ditetapkan sebagai
BAHAN DAN METODE sampel diambil dari rekam medis yang rawat
Penelitian ini merupakan penelitian jalan poli onkologi di RSUD. Ulin yang
observasional analitik secara retrospektif meliputi identitasi pasien, hasil Ca-125,
deskriptif cross sectional. Metode penelitian hemoglobin, leukosit, trombosit (platelet)
ini dimaksud menilai variabel terikat dan dan limfosit. Nilai normal CA-125 (<35 U/ml),
variabel bebas pada waktu tertentu. Variabel nilai normal Hb: 12-16 gr/dl, nilai normal
bebas dalam penelitian ini adalah CA-125, leukosit: 4.00-10.5 ribu/µL, nilai normal
variabel terikatnya adalah, hemoglobin, trombosit: 150-450 ribu/µL, nilai normal

leukosit, dan PLR. Pengambilan data diambil limfosit 1.25-4.0. PLR dihitung dari rasio
dari rekam medis pasien yang berobat di antara platelet dengan limfosit.

97
Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit, dan Plat…
Hermin Sabaruddin, Ferry Armanza

Metode pengambilan sampel serum HASIL


CA125 adalah dengan menggunakan alat Pada penelitian ini didapatkan 42
mini VIDAS (Tes ELISA). Tes ELISA (Enzyme- sampel yang memenuhi kriteria, Usia pasien
Linked Immunosorbent Assay) adalah suatu yang paling muda adalah 41 tahun dan yang
tekhnik biokimia yang digunakan dalam paling tua adalah berusia 67 tahun dengan
bidang immunologi untuk mendeteksi rata-rata usia sekitar 51,02 tahun (Tabel 1).
kehadiran antibody atau antigen dalam suatu Tabel 1. Rata-rata usia, hasil CA125, Hb, Leukosit
dan PLR
sampel. Sistem yang digunakan pada Uji
Parameter Hasil Hasil Rata-
VIDAS menggunakan system reagen strip tertinggi terendah rata
Usia 41 64 51,02
dengan metode ELFA dimana hasil ditunggu (tahun)
CA125 9665 4.30 414,77
selama 1 jam pemeriksaan. Metode
Hb 14,50 8.0 11,65
pengambilan darah hemoglobin, leukosit dan Leukosit 72,00 3,80 8.05
PLR 489,09 50,59 190.76
platelet dan limfosit dengan menggunakan
Pada Table 1 terlihat bahwa usia
mesin hematologi Mindray BC 1800 selama
pasien yang terkena kanker ovarium di
10 detik.
RSUD.Ulin rata-rata pada usia 51 tahun.
Setelah data diambil dan dipilih
Kadar CA-125 rata-rata sebesar 414,77 U/ml
kemudian data diolah ke dalam SPSS untuk
dimana hasil tertinggi sebesar 9665 U/ml dan
diuji normalitas. Apabila hasil data normal,
yang terendah 4.30. Kadar Hb rata-rata
maka data dilanjutkan dengan uji regresi
sebesar 11,6 dimana hasil tertinggi sebesar
linear berganda dengan menggunakan Nilai p
14.50 gr/dl dan yang terendah sebesar 8.0.
yang kurang dari 5% dianggap bermakna
Kadar leukosit rata-raya sebesar 8.05 rb/ul
secara statistik.
dimana hasil tertinggi sebesar 72.00 rb/dl
dan yang terendah sebesar 3.80. sedangkan
untuk PLR kadar tertinggi sebesar 489.09
rb/dl dan terendah sebesar 50.59 rb/dL.

Tabel 2. Hasil uji regresi linear berganda HB, Leukosit, PLR terhadap CA125
Variabel VIF Durbin Anova Cofficients R
Bebas Watson (sig) Sig B Std.Error Square
Hb 1.110 2.068 858b .800 -3.463 -13.562 .020
Leukosit 1.114 2.068 858b .732 -6.117 -17.744 .020
PLR 1.008 2.068 858b .459 -2.281 -2.28 .020

98
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 93-106, Maret 2018

Data pada Tabel 2 kemudian dilakukan 6,117, PLR = -2,281), yang berarti semakin
uji regresi linear berganda untuk mencari tinggi nilai Hb, leukosit dan PLR maka nilai
apakah ditemukan korelasi CA125 terhadap CA125 semakin rendah.
hemoglobin, leukosit dan PLR. Sebelum diuji,
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik PEMBAHASAN
untuk menilai ada tidaknya multikolineritas, Kadar tumor marker CA-125
heterokedastisitas dan normalitas. Uji merupakan pemeriksaan gold standar pada
multinoleniritas dilihat dari nilai Durbin penyakit onkologi kanker ovarium sehingga
Watson (DW) dimasukkan ke dalam table dipercaya sebagai tumor marker terbaik
DW pada penelitian ini adalah 2.068 (Tabel untuk mendiagnosis dan memonitoring
2). Tabel DW dihitung dengan n (jumlah kanker ovarium (Lin and Karin, 2007). CA-125
sampel) = 6-43, k (jumlah variable) = 3-43 ditemukan pada mayoritas tumor ovarium
dan batas kritis 5% (0,05). Nilai dL (down tipe epitelial, namun tidak terdeteksi pada
lower) 0.857, nilai dU (down upper) 1.728 ovarium normal. Sehingga, ada hubungan
dan nilai DW 2.068 lebih besar dari 1.728 yang kuat antara progresi dan regresi
dan lebih kecil dari 2.272. UJi penyakit dengan naik turunnya kadar CA-125
heterokesdasitas dan normalitas membentuk (Boivin et al, 2009). Pada penelitian yang
pola-pola yang tidak mengikuti garis lurus dilakukan oleh Maggino dkk, angka
sehingga didapatkan kesimpulan bahwa sensitifitas CA-125 untuk diagnosis kanker
terjadi heterokesdasitas dan dan tidak ovarium adalah sebesar 78,3% dan
teredistribusi normal yang menunjukkan spesitifitas 82% dengan menggunakan nilai
tidak terdapat korelasi kadar tumor marker batas kadar CA-125 sebesar 35U/mL (15).
C125 terhadap hemoglobin, leukoit, dan PLR Pada kanker ovarium stadium II, III, dan IV
pada kanker ovarium CA-125 meningkat pada 90% kasus, namun
Dari hasil uji regresi linear berganda hanya 50% dari kanker ovarium stadium I
yang terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 yang mengalami peningkatan kadar CA- 125
menunjukkan tidak ada korelasi tumor (Rarung, 2008; Jordan and Bristow, 2013).
marker CA-125 terhadap kadar Hb, leukosit, Stadium kanker ovarium menurut
dan PLR (P = 858b; P value <0,05). Hubungan International Federation of Gynecology and
CA125 terhadap Hb, leukosit dan PLR adalah Obstetrics (FIGO) berdasarkan hasil evaluasi
hubungan negatif (Hb = -3,463, leukosit = - pembedahan terhadap tumor ovarium

99
Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit, dan Plat…
Hermin Sabaruddin, Ferry Armanza

primer dan penemuan penyebarannya dapat Tumor secara makroskopis terbatas


pada pelvis dan tidak ada
dilihat pada Tabel 3. pembesaran kelenjar limfe, tetapi
pemeriksaan histologi menunjukkan
Tabel 3. Kriteria Stadium Kanker Ovarium IIIa penyebaran ke permukaan
Menurut FIGO (Berek, 2005). peritoneum abdominal
Stadium Kriteria Tumor pada satu atau kedua
ovarium dengan penyebaran di
Pertumbuhan tumor terbatas pada
I permukaan peritoneum
ovarium
berdiameter tidak lebih dari 2 cm
Pertumbuhan tumor terbatas pada IIIb
dan didukung oleh hasil
satu ovarium, cairan ascites tidak
pemeriksaan histologi. Tidak ada
Ia mengandung sel-sel ganas, tidak
penyebaran ke kelenjar limfe
ada pertumbuhan tumor pada
Terdapat penyebaran pada
permukaan luar tumor, kapsul Utuh
peritoneum abdominal dengan
Pertumbuhan tumor terbatas pada
diameter lebih dari 2 cm atau
kedua ovarium, cairan ascites tidak
IIIc terdapat penyebaran ke kelenjar
Ib mengandung sel-sel ganas, tidak ada
limfe retroperitoneal atau inguinal
pertumbuhan tumor pada
atau keduanya
permukaan luar tumor, kapsul utuh
Pertumbuhan tumor meliputi satu
Tumor pada stadium Ia atau Ib
atau kedua ovarium dengan
tetapi dengan pertumbuhan tumor
IV metastase jauh. Bila terdapat efusi
pada permukaan luar dari satu atau
pleura, harus ditemukan sel-sel
kedua atau kapsul pecah atau cairan
ganas pada pemeriksaan sitologi.
Ic ascites atau cairan bilasan
Metastasis pada parenkim liver
peritoneum mengandung sel-sel
sesuai dengan stadium IV
ganas
Pertumbuhan tumor pada satu atau
II kedua ovarium dengan perluasan ke Hemoglobin, leukosit, trombosit dan
rongga pelvis
Penyebaran dan atau metastasis ke limfosit merupakan salah satu pemeriksaan
IIa
uterus dan atau tuba fallopi
pendukung dalam mendeteksi kanker
Penyebaran tumor ke organ pelvis
IIb
lainnya ovarium. Dimana pemeriksaan ini mampu
Tumor dengan stadium IIa atau IIb,
tetapi dengan pertumbuhan tumor mewakili proses inflamasi yang terjadi pada
pada permukaan luar dari satu atau kanker ovarium. Hemoglobin merupakan alat
kedua ovarium atau kapsul pecah
IIc
atau cairan ascites atau cairan transportasi oksigen dan karon dioksia. Hb
bilasan peritoneum mengandung
sel-sel ganas tersusun dari globin (empat rantai protein
Tumor melibatkan satu atau kedua yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit
ovarium dengan implantasi di luar
pelvis dan atau terdapat beta) dan heme (mengandung atom besi dan
pembesaran kelenjar limfe inguinal
atau retroperitoneal. Metastasis porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen
III
pada pemukaan liver sesuai dengan besi hemoglobin bergabung dengan oksigen.
stadium III. Tumor terbatas pada
pelvis, tetapi pemeriksaan histologi Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah
menunjukkan penyebaran tumor ke
usus halus atau omentum
(dalam arteri) berwarna merah terang

100
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 93-106, Maret 2018

sedangkan hemoglobin yang kehilangan tumor yang menginduksi agregasi platelet


oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. menyebabkan invasi sel tumor di vaskuler
Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL dengan cara melindungi sirkulasi sel tumor
oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dari paparan fisik, melepaskan sitokin dan
dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah enzim proteolitik yang berperan dalam
merah. Pada penyakit keganasan, sel sel pertumbuhan tumor. Platelet memfasilitasi
kanker merusak sistem transportasi sehingga penangkapan sel tumor pada vaskuler pada
menyebabkan penurunan Hb (anemia). vaskuler, menginduksi proliferasi sel endotel
Leukosit terbentuk di sumsum tulang dan pembentukan pembuluh darah baru
(myelogenous), disimpan dalam jaringan yang diperlukan untuk angiogenesis dan
limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan pertumbuhan sel tumor (Bambace and
diangkut oleh darah ke organ dan jaringan. Holmes, 2011). Hal ini sejalan dengan
Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, penelitian Crasta JA et al yang menunjukkan
asam folat dan asam amino dibutuhkan bahwa nilai trombosit pada pasien kanker
dalam pembentukan leukosit. Sistem ovarium metstase berbeda signifikan dengan
endokrin mengatur produksi, penyimpanan non metastase (Crasta et al, 2010).
dan pelepasan leukosit. Ada dua tipe utama Pada penelitian ini terlihat bahwa
sel darah putih yaitu granulosit yang terdiri angka insiden rata-rata penyakit terjadi pada
dari neutrophil, eosinofil dan basofil pasien diatas umur > 50 tahun. Ini
sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit dikarenakan pada kanker ovarium jarang
dan monosit. Saat terjadi proses keganasan, menimbulkan gejala pada awal stadium
leukosit akan berperan dalam melawan sehingga disebut dengan “silent killer”
infeksi, melindungi tubuh dengan dimana gejala klinis yang terjadi biasanya
memfagosit organisme asing dan tidak terlihat jelas sampai berada pada tahap
memproduksi atau mengangkut/ selanjutnya (Aggarwal and Kehoe, 2010).
mendistribusikan antibodi sehingga saat Oleh sebab itu pada umumnya pasien pada
antibodi kalah maka leukosit akan terjadi kanker ovarium akan datang saat kanker
peningkatan. 8Platelet (trombosit) berperan sudah menyebar dalam tubuh. Dimana
dalam tahapan metastase kanker yaitu pasien merasa perut membesar, terasa
memfasilitasi migrasi sel tumor, invasi dan kembung, berat badan menurun, mual,
penagkapan sel tumor pada vaskuler. Sel muntah, kesulitan buang air besar, frekuensi

101
Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit, dan Plat…
Hermin Sabaruddin, Ferry Armanza

buang air kecil meningkat dan nyeri saat permukaan terperangkap ke dalam stroma
berhubungan seksual (Ordovician et al, dan menjadi kista inklusi. Akibat paparan
2009). hormon-hormon ovarium, kista inklusi
Pada pemeriksaan fisik, pada tersebut dapat berproliferasi dan jika disertai
umumnya pasien dengan kanker ovarium kerusakan DNA akan mengarah menjadi
akan teraba massa di abdomen atau pelvis. suatu keganasan. Hal ini berhubungan
Secara umum, tumor yang ganas memiliki dengan faktor risiko kanker ovarium, dimana
karakter bentuk solid, nodular dan dapat semakin dini wanita mengalami menstruasi
terfiksir, namun ukuran tumor yang tidak dan semakin tua usia menopause serta tidak
sesuai dengan derajat keganasan, sebaliknya pernah hamil meningkatkan frekuensi
massa yang besar lebih sering merupakan terjadinya kanker ovarium. Sebaliknya,
massa yang jinak (Hoffman et al, 2008). berbagai kondisi yang menekan factor
Patogenesis kanker ovarium sampai saat ini ovulasi seperti kehamilan dan menyusui
belum diketahui dengan pasti, namun, menurunkan frekuensi terjadinya kanker
beberapa teori tentang patogenesis kanker ovarium (Gupta and Lis, 2009; Karst and
ovarium, antara lain teori incessant Drapkin, 2010).
ovulation, teori inflamasi dan teori Teori kedua adalah teori inflamasi. Hal
gonadotropin (Gupta and Lis, 2009). Teori ini didasarkan pada penelitian dimana angka
incessant ovulation menganggap bahwa kejadian kanker ovarium meningkat pada
kanker ovarium berasal dari epitel wanita yang mengalami infeksi atau radang
permukaan ovarium sendiri dimana saat panggul. Menurut teori ini, berbagai
terjadi ovulasi, terjadi trauma pada epitel karsinogen dapat mencapai ovarium melalui
permukaan ovarium yang perlu direparasi. saluran genitalia (Raungkaemaniee et al,
Selama siklus reproduksi wanita, proses 2012). Sementara itu, teori ketiga adalah
tersebut terus terulang. Selama proses teori gonadotropin. Adanya kadar
tersebut epitel permukaan ovarium rentan gonadotropin yang tinggi yang berkaitan
mengalami kerusakan DNA dan transformasi. dengan lonjakan yang terjadi selama ovulasi
Selain itu, seiring dengan bertambahnya dan hilangnya gonadal negative feedback
usia, permukaan ovarium membentuk pada menopause serta kegagalan ovarium
invaginasi pada stroma kortikal. Invaginasi prematurmemegang peranan penting dalam
tersebut dapat menyebabkan epitel perkembangan kanker ovarium. Pada

102
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 93-106, Maret 2018

penelitian yang dilakukan oleh Cramer dan memerlukan terjadinya inaktivasi p53 untuk
Welch ditemukan hubungan antara kadar dapat berkembang (Gupta and Lis, 2009).
gonadotropin dan estrogen. Adanya sekresi Pada penelitian ini teori yang berperan
gonadotropin dalam jumlah yang tinggi adalah teori inflamasi, dimana proses
ternyata mengakibatkan stimulasi estrogen inflmasi berperan dalam terjadinya kanker
pada epitel permukaan ovarium. Hal ovarium. Inflamasi secara fisiologis
tersebut diduga berperan dalam proses dibutuhkan oleh tubuh dalam proses sistem
terjadinya kanker ovarium (Boivin et al, pertahanan tubuh, tetapi pada kasus kanker,
2009). inflamasi kronis merupakan lingkungan
Faktor lain yang turut perperan dalam mikro pendukung pertumbuhan dan
patogenesis kanker ovarium adalah faktor perkembangan kanker. Inflamasi kronis
genetik. Kanker ovarium terjadi akibat dari terjadi jika proses inflamasi akut gagal dan
akumulasi perubahan genetik yang antigen menetap, hal ini memicu berbagai
mengarah ke transformasi keganasan yang penyakit (termasuk kanker)
berasal dari kista jinak kemudian (Raungkaemaniee et al, 2012).
bermodifikasi menjadi tumor yang Penelitian ini bertujuan melihat
berpotensi keganasan rendah dan pada korelasi CA125 terhadap Hemoglobin,
akhirnya berkembang menjadi kanker leukosit dan PLR yang sama-sama digunakan
ovarium invasif. Pada jenis tumor tersebut dalam penegakan diagnosis pasien kanker
ditemukan mutasi dari K-ras, H-ras dan N- ovarium. Namun hasil penelitian
Ras. Seorang wanita yang dilahirkan dengan menunjukkan tidak adanya korelasi (P =
mutasi BRCA hanya memerlukan satu “hit” 858b; P value <0,05). Hubungan CA125
pada allel pasangannya yang normal untuk terhadap Hb, leukosit dan PLR adalah
menghentikan produk BRCA yang memiliki hubungan negatif (Hb = -3,463, leukosit = -
fungsi tumor suppressor gene. Sehingga 6,117, PLR = -2,281) yang berarti semakin
kanker yang berkaitan dengan BRCA tinggi nilai Hb, leukosit dan PLR maka nilai
biasanya akan muncul sekitar 15 tahun lebih CA125 semakin rendah tidak seperti yang
awal daripada kasus-kasus kanker yag diharapkan peneliti bahwa semakin
bersifat sporadik. Setelah itu, BRCA-related meningkat CA125 maka semakin rendah
ovarian cancer nampaknya memiliki kadar hemoglobin dan semakin meningkat
patogenesis molekuler yang berbeda, kadar leukosit dan PLR. Hal ini tidak sesuai

103
Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit, dan Plat…
Hermin Sabaruddin, Ferry Armanza

dengan teori yang mengatakan bahwa pada PLR tidak memiliki sensitifitas dalam
kanker ovarium didahului terjadinya proses penegakan diagnosis pada kanker ovarium.
inflamasi dimana inflamasi secara fisiologis Keterbatasan pada penelitian ini
dibutuhkan oleh tubuh dalam proses sistem adalah penelitian bersifat retrospektif
pertahanan tubuh, tetapi pada kasus kanker, dengan mengambil data dari rekam medis
inflamasi kronis merupakan lingkungan sehingga menimbulkan bias yang diperoleh
mikro pendukung pertumbuhan dan dari beberapa penyakit lain yang dapat
perkembangan kanker. Berbeda dengan menyebabkan nilai CA-125, hemoglobin,
penelitian yang dilakukan oleh Riesti dkk leukosit dan PLR meningkat. Selain itu biaya
yang menunjukkan bawa PLR sebagai salah pemeriksaan CA125 relatif mahal namun
satu predictor inflamasi memiliki sensitifitas masih dicover oleh badan penyelengga
dan spesifitas untuk dijadikan parameter jaminan sosial (BPJS) berbeda dengan
pemeriksaan skrining diagnosis kanker pemeriksaan hemoglobin, leukosit dan PLR
ovarium. yang biaya pemeriksaan sederhana dan
Pada penelitian ini diperoleh nilai rata- murah.
rata kadar CA125 sebesar 414,77 U/ml
dimana menunjukkan bahwa peningkatan KESIMPULAN
nilai CA125 sangat berpengaruh terhadap Hasil penelitian ini menunjukkan
penegakan diagnosis kanker ovarium. bahwa tidak terjadi korelasi tumor marker
Walaupun dalam hal ini pemeriksaan kadar CA125 terhadap Hb, leukosit dan PLR pada
CA125 mempunyai spesifitas dan positif pasien kanker ovarium. Pada hasil penelitian
value yang rendah dikarenakan tumor ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai
marker ini dapat meningkat pada kista CA125 bekoresi negatif karena tidak diikuti
endometriosis, kanker payudara dan kanker dengan penurunan Hb, leukosit dan PLR.
paru. Untuk nilai hemoglobin rata-rata Diharapkan kedepannya ada peneliti lain
sebesar 11,65 g/dl, leukosit rata-rata sebesar yang dapat menggunakan sampel yang lebih
8.05 rb/ul dan nilai PLR rata-rata sebesar banyak dan pemilihan sampel dengan
190.76 rb/ul menunjukkan tidak adanya kriteria inklusi dan eksklusi yang lebih yang
peningkatan nilai bermakna dimana lebih baik.
menunjukkan pemeriksaan Hb, leukosit dan

104
1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 93-106, Maret 2018

DAFTAR PUSTAKA Journal pathology and


Aggarwal P and Kehoe S, 2010. Serum Microbiology. 53(1): 54-55
Tumour Marker in Gynaecological Ekasanti R, Bahrun U, dan Arif M, 2014.

Cancers. Maturitas 67(1): 46-53 Platelet Limfosit Ratio (PLR) pada


Bambace NM and Holmes CE, 2011. The Kanker Ovarium. Jurnal Kedokteran
Platelets Contribution to Cancer dan Kesehatan Wadi Husada. 1(2):
Progression. J Thromb Haemost. 9 13-20
(2): 237-249 Fauzan, R, 2009. Gambaran Faktor Risiko
Berek J, 2005. Epithelial ovarian cancer: Piver Penggunaan Kontrasepsi terhadap
editor. Handbook of Angka Kejadian Kanker Ovarium di
gynecologiconcology. 2nd edition. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Lippincott Williams & Wilkins, Jakarta Berdasarkan Pemeriksaan
Philadelphia, page: 586 Histopatologik. Tesis. Universitas
Boivin M, Lane D, Piche A, Rancourt C, 2009. Indonesia, Jakarta
CA125 (MUC16) Tumor Antigen Gupta D and Lis CG, 2009. Role of CA-125 in
Selectively Modulates The Predicting Ovarian Cancer Survival

Sensitivity of Ovarian Cancer Cells – A Review of The Epidemiological


to Genotoxic Drug-induced Literature. Journal of Ovarian
apoptosis. Gynecologic Oncology Research. 2: 13
115: 407-413 Hoffman B, Schorge J, Schaffer J, Halvorson L,
Budiana ING, 2014. Peran Klinis CA125 pada Bradsaw K, and Cunningham F,
Kanker Ovarium. Karya Ilmiah. 2008. Williams Gynecology. Mc
Bagian obstetri dan Ginekologi Graw Hill Companies, United
Fakultas Kedokteran Universitas States, page 716
Udayana, Bali Jordan SM and Bristow RE, 2013. Ovarian
Clarke-Pearson DL, 2009. Clinical Practice. Cancer Biomarkers As Diagnostic
Screening for Ovarian Cancer. N Triage Test. Current Biomarker
Engl J Med. 361(2): 170-177 Findings. 3: 35-42
Crasta JA, et al, 2010. Significance Of Karst AM and Drapkin R, 2010. Ovarian

Preoperative Tromboscytosis In Cancer Pathogenesis: A Model In


Epithelial Ovarian Cancer. Indian

105
Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen(CA-125) terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit, dan Plat…
Hermin Sabaruddin, Ferry Armanza

Evolution. Journal of Oncology. Ovarian Cancer. J Gynecol oncol.


2010: 1-13 23(4): 265-273
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Tuxen MK, Soletormos G, Dombernowsky P,
Data Klinik. Direktorat Jenderal 2001. Serum Tumour Marker CA
Bina Kefarmasian Dan Alat 125 in Monitoring of Ovarian
Kesehatan, Jakarta Cancer During First-line
Lin WW and Karin M, 2007. A Cytokine- Chemotheraphy. British Journal of
Mediated Link Between Innate Cancer. 84(10): 1301–1307
Immunity, Inflamasi, and Cancer. Yurkovetsky Z, Skates S, Lomakin A, Nolen B,
Department of Pharmacolgy. Pulsipher T, Modugno F, 2010.
College of Medicine, National Development of A Multimarker
Taiwan Universty, Taipe, Republic Assay for Early Detection of
of China, page: 1175-1183 Ovarian Cancer. J Clin Oncol,
Ordovician O, Sima CS, Iansonos A, Bell- 28(13):2159-2166.
McGuinn K, Sabbatini PJ, Leitao
MM, 2009. Exploratory Analysis of
Serum CA-125 Response to Surgery
and The Risk of Relapse in Patient
with FIGO stage IIIC Ovarian
Cancer. Gynecologic Oncology.
115(2): 209-214
Rarung M, 2008. Sensitifitas dan Spesifisitas
Petanda Tumor CA125 Sebagai
Prediksi Keganasan ovarium. JKM.
8(1): 9-14
Raungkaemaniee S, Tangjitgamol S,
Manusirivithaya S, Srijaipracharoen
S, and Thavaramara T, 2012.
Platelet to Lymphocyte Ratio as A
Prognostic Factor for Ephithelial

106

Anda mungkin juga menyukai