Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

Fitogeografi Dan Sebaran Vegetasi

Dosen Pengampu : Indayana Febriani Tanjung,M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 9

1. Erna Suyanti (0310193067)


2. Hanifah Dinda Diefanie Sm (0310192059)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI 2

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A.2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa. Hanya
berkat rahmat, taufiq dan hidayah-NYA, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar,
baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tersanjungkan kepangkuan Rasulullah
Saw, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari
jalan yang gelap gulita ke jalan yang terang benderang ke jalan agam Islam. Penulisan makalah
ini guna melengkapi / memenuhi salah satu tugas kuliah Ekologi Tumbuhan.

Dengan terselesaikan makalah yang berjudul „‟ Fitogeografi dan sebaran vegetasi‟‟,


penulis dengan ikhlas menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantunya
baik langsung maupun tidak langsung khususnya kepada dosen pengampu Mata Kuliah
„’Ekologi Tumbuhan’’ sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Akhirul kalam semoga segala usaha kita dalam peningkatan mutu pendidikan mendapat ridho
dari Allah SWT aamiin.

Medan,November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………... . i

DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… ... 4

1.1. Latar Belakang ...................................................................... ........ 4


1.2. Rumusan Masalah ................................................................. ........ 5
1.3. Tujuan ................................................................................... ........ 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 6

2.1 Defenisi Fitogeografi………………………………………………..6


2.2 Dasar-Dasar Fitogeografi ............................................................ ........ 6
2.3 Sebaran Vegetasi ......................................................................... ........ 9
2.4 Distribusi Vegetasi Di Alam…………………………………………..13
BAB III PENUTUP………………………………………………….... ........ .16

3.1 Kesimpulan ................................................................................ ........ 16

3.2.Saran .......................................................................................... ........ 16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fitogeografi adalah kajian yang mempelajari sebaran makhluk hidup di bumi pada masa
yang lalu dan saat ini. Kajian tentang distribusi vegetasi dapat dilakukan menurut jenis-jenisnya
secara terpisah atau secara keseluruhan pola distribusi tumbuhan dapat secara luas atau secara
terbatas pada wilayah tertentu. Berdasarkan terdapat atau tidak terdapat jenis-jenis tumbuhan di
suatu wilayah, dikenal 3 kelompok taksa tumbuhan, yaitu tumbuhan yang tersebar luas,
tumbuhan endemik dan tumbuhan discontinue. Contoh tumbuhan tersebar luas (wides) antara
lain, plantago mayor, atauagathis australis; tumbuhan endemik adalah Ginko biloba atau
Rafflesia arnoldii, dan tumbuhan discontinue adalah Empetum nigrum atau Larrea trdentata.
Tumbuhan tersebar luas atau yang sering dinamakan juga tumbuhan kosmopolit adalah
kelompok taksa tumbuhan yang penyebarannya hampir di seluruh dunia. Untuk tumbuhan yang
tersebar luas di wilayah tropis tumbuhan dan dinamakan tumbuhan “pantropis”

Tumbuhan endemik merupakan taksa tumbuhan yang penyebarannya terbatas di wilayah


yang tidak terlalu luas, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan setempat dan barier. Terdapat
macam-macam tumbuhan endemik, antara lain tumbuhan endemik benua, endemik regional dan
lokal atau setempat. Tumbuhan discontinue adalah taksa tumbuhan yang kehadirannya di suatu
wilayah yang luas terpisah-pisah dalam kantong-kantong taksa tumbuhan tertentu. Terbentuknya
taksa tumbuhan discontinue antara lain disebabkan oleh faktor barier ekologi, gagal bermigrasi,
dan gagal beradaptasi pada lingkungan tertentu. Kemudian dalam skala evolusi terdapat jenis
yang mampu bertahan melalui perubahan genetik atau mutasi sehingga dapat beradaptasi pada
lingkungan baru, dan terpisah-pisah di wilayah-wilayah tertentu melalui migrasi atau adanya
perubahan benua atau wilayah sesuai dengan teori paparan benua (continental drift). Pola
distribusi vegetasi berlangsung secara alamiah atau melalui proses seleksi alam atau mutasi
sebagai hasil respon toleransi dan adaptasi vegetasi terhadap amplitudo ekologi habitat dan
iklim. Respon tersebut dapat bersifat luas (eurytopic) atau bersifat sempit (stenotopic) yang
ditentukan oleh faktor “perangkat genetik” (genetic set up) yang dimiliki oleh setiap jenis,
sekelompok suku atau taksa tumbuh-tumbuhan tertentu.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan fitogeografi ?


2. Apa saja dasar-dasar dari fitogeografi ?
3. Bagaimana sebaran vegetasi ?
4. Bagaimana Distribusi Vegetasi di Alam ?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui mengenai fitogeografi !


2. Untuk mengetahui dasar-dasar dari fitogeografi !
3. Untuk mengetahui sebaran vegetasi !
4. Untuk mengetahui distribusi vegetasi di alam !

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Fitogeografi

Secara luas. yang dimaksud fitogeografi adalah suatu kajian tentang sebaran makhluk
hidup di bumi pada saat yang lalu dan pada saat ini. Shukla dan Chandel (1996) mendefinisikan
"fitogeografi sebagai suatu kajian tentang migrasi dan penyebaran tumbuh- tumbuhan di daratan
atau perairan. Penelaahan tentang penyebaran tumbuhan di bumi pertama kali dikemukakan oleh
Alexannder von Humboldt pada tahun 1808.1

Secara deskriptif, fitogeografi adalah “studi dan deskripsi tentang perbedaan fenomena
distribusi tumbuhan di bumi, mencakup semua hal yang mengubah atau mempengaruhi
permukaan bumi, baik oleh pengaruh fisik, iklim atau interaksi dari makhluk hidup ke
lingkungannya".

Secara umum pembahasan fitogeografi adalah tumbuhan di seluruh permukaan bumi


yang mencakup komposisi, produktivitas setempat dan terutama distribusinya, Distribusi
vegetasi dapat ditelaah secara terpisah-pisah berdasarkan jenis-jenisnya atau secara bersama
sebagai suatu kesatuan masyarakat tumbuhan, dengan maksud memperoleh pemahaman tentang
perbedaan vegetasi di berbagai wilayah di bumi.

2.2. Dasar-dasar fitogeografi

Fitogeografi sebagai bagian dari Geografi selain Zoogeografi, Biogeografi Sejarah atau
Biogeografi Ekologi berusaha menjelaskan dan memahami berbagai pola distribusi suatu jenis
organisme atau kelompok taksa organisme yang lebih luas. Fitogeografi merupakan pengetahuan
sintesis yang sebagian besar ditunjang oleh ilmu pengetahuan lain, seperti ekologi, biologi
populasi, sistematik, evolusi, geologi dan sejarah alam. Pada umumnya penelaahan tentang
fitogeografi mempunyai hubungan yang erat dengan analisis dan penjelasan tentang pola
distribusi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya di bumi, yang variasi jenis-jenisnya sebagian

1
Campbell, Neil A et al. Biologi Edisi 8, Jilid 1. 2008. Erlangga: Jakarta.

6
besar dipengaruhi lingkunpan fisik tempat tumbuhnya yang berlangsung pada saat ini dan masa
yang lalu. Faktor fisik, antara lain adalah iklim dan tipe tanah di suatu habitat terestris, dan
variasi suhu, salinitas, cahaya dan tekanan air di suatu habitat perairan. Penelaahan dalam
fitogeografi pada umumnya dititikberatkan pada kelompok organisme sebagai "unit kehidupan"
dalam kelompok taksa tertentu seperti kelompok tumbuhan dalam suku atau famili.

Pola distribusi tumbuhan dapat mempunyai sebaran yang luas atau hanya pada tertentu.
Sifat distribusinya dapat berhubungan atau sarnbung-menyamhung dengan wilayah lainnya
("continue"), atau dapat pula terpisah dengan wilayah lain yang berjauhan ("discontinue" atau "
disjunct").2Berdasarkan pada ada tidaknya tumbuh-tumbuhan di berbagai wilayah bumi maka
terdapat distribusi 3 kelompok taksa tumbuhan, yaitu:

1. tumbuhan tersebar luas


2. tumbuhan endemik
3. tumbuhan discontinue

1. Tumbuhan yang Tersebar Luas

Tumbuhan yang tersebar luas ("wides") adalah kelompok taksa tumbuhan yang
penyebarannya hampir terdapat di seluruh dunia di wilayah yang memiliki bermacam-macam
zona iklim. Tumbuhan demikian yang sebarannya luas dinamakan "tumbuhan kosmopolit".
Conloh adalah Taraxacum officinale, Chenopodium album atau Plantago mayor dan jenis
tumbuhan dari suku Gramineae (Cox dan Moore, 1993; Shukla dan Chandel, 1996). Tumbuhan
kosmopolit yang tersebar luas di daerah tropis dinamakan tumbuhan "pantropis" contohnya
adalah kelompok tumbuhan yang termasuk suku Zingiberaceae yang terdapat di beberapa
kepulauan dan daratan Asia. Sedangkan tumbuhan yang tersebar secara luas di daerah beriklim
dingin di wilayah zona artik dan zona alpin, dikenal sebagai tumbuhan "artik-alpin", contohnya
adalah tumbuhan lumut atau rerumputan seperti Carex sp, dan Eriophomm spp atau pepohonan
berlumut yang dinamakan "elfin wood" dan "krummholz" (Polunin, 1994).

2. Tumbuhan Endemik

2
Fictor F, dkk.Praktis Belajar Biologi SMA X. 2009. Jakarta. BSE.

7
Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang jenis-jenisnya tumbuh di wilayah terbatas dan
terdapat pada daerah yang tidak terlalu luas. Daerah sebarannya pada umumnya dibatasi oleh
adanya penghalang ("barrier"), seperti lembah, bukit atau pulau. Dikenal beberapa tipe tumbuhan
endemik yaitu tumbuhan "endemik benua", "endemik regional" atau "endemik setempat/ lokal".

Tumbuhan endemik dapat berasal dari jenis tumbuhan purba yang tersebar luas yang sampai saat
ini mampu bertahan dan beradaptasi pada wilayah yang terbatas. Tumbuhan jenis ini kemudian
menjadi tumbuhan endemik karena sebarannya yang sempit. Contohnya adalah Ginko biloba (di
Jepang dan China), Sequioa sempervirens (di suatu lembah di pantai Califonia) atau Agathis
australis dan Metasequioa sp, yang diperkirakan merupakan spesies tunggal yang tumbuh di
suatu lembah di China. Tumbuhan endemik purba tersebut dinamakan tumbuhan
"paleoendemik" atau "epibion". Jenis tumbuhan endemik lainnya adalah tumbuhan masa kini
(modern) yang dalam proses evolusinya tidak mempunyai kesempatan dan waktu yang cukup
untuk tersebar secara luas melalui migrasi (Shukla dan Chandel, 1996). Contohnya antara lain
atau Eleusine coracana (Gramineae), Mecanopsis sp. (Papaveraceae), Piper longum (Piperaceae)
atau Rafflesia arnoldii, Tumbuhan demikian dinamakan tumbuhan "neoendemik".

3. Tumbuhan Discontinue

Tumbuhan discontinue adalah tumbuhan yang terpisah pada dua atau lebih wilayah yang
berjarak puluhan, ratusan atau ribuan kilometer oleh adanya penghalang yang terdiri dari
pegunungan atau gunung yang tinggi di daratan atau pulau-pulau di laut. Contoh tumbuhan
discontinue, antara lain Empetrum nigrum, Larrea tridentata, Phacelia magellanica atau Sanigula
cranicaulis.

Tumbuhan discontinue terdapat, antara lain karena :

a. tumbuhannya berevolusi di beberapa wilayah yang sesuai dengan amplitude ekologinya,


tetapi gagal bermigrasi dari habitat aslinya oleh adanya penghalang tertentu;
b. tumbuhan yang jenis-jenisnya pada suatu saat pada masa lalu yang tersebar luas,
kemudian oleh karena kondisi lingkungannya berubah akan lenyap atau rnusnah. Tetapi
di antara jenis tumbuhan tersebut terdaptl jenis yang dapat beradaptasi dan mampu
bertahan; sehingga akhirnya pada wilayah atau habitat tertentu akan terbentuk kantung-
kantung discontinue;

8
c. iklim yang berubah dalam skala evolusi juga dapat menyebabkan adanya discontinue
karena pada umumnya tumbuhan mempunyai kebutuhan iklim tertentu akan menemukan
kehidupannya. Misalnya walaupun secara terpisah, tumbuhan yang terdapat di wilayah
artik mempunyai kesamaan jenis dan bentuk hidup dengan tumbuhan wilayah alpin
dengan kondisi iklim yang serupa. Contohnya, Salix spp. dan Silen spp. adalah tumbuhan
discontinue yang tumbuh di wilayah artik, wilayah alpin atau wilayah artik alpin
d. secara geologis daratan di masa lampau sekarang sangat berbeda dengan daratan masa
kini. Menurut teori "paparan benua" ("continental drifts") wilayah yang terdapat sekarang
seperti di Amerika Selatan, Afrika, India, Polinesia, Australia dan Antartika, pada "era
meozoicum” menjadi satu benua yang luas yang dinamakan Gondwana dan memiliki
karakteristik flora dan fauna yang spesifik dengan flora dan faunanya yang discontinue.
Oleh adanya gerakan lempengan bumi maka daratan Gondwana kemudian pecah dan
terpisah menjadi wilayah tersebut (Brown dan Gibson, 1983).

2.3 Sebaran Vegetasi

1. Pola Sebaran Vegetasi

Dalam konsep dinamika fitogeografi, terdapat pola dasar distribusi vegetasi diwilayah.
Menurut Weis, (1963) dan Misra, (1980) pola dasar distribusi vegetasi dipengaruhi oleh:

a. "habitat", sebagai tempat tumbuh tumbuhan yang mempunyai hubungan sangat erat
dengan iklim. Dalam proses evolusi perubahan iklim dapat menyebabkan wilayah yang
menjadi habitat dan lingkungannya yang tempat tumbuh berbagai jenis tumbuhan akan
dapat berubah dan dapat mempengaruhi distribusi vegetasinya.
b. "respon" vegetasi dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya bersifat khas dan
sering menjadi karakteristik suatu jenis tumbuhan. Penyebaran tumbuhan pada umumnya
dibatasi oleh sifat toleransi dan adaptasi terhadap kondisi lingkungannya.
c. "migrasi" berbagai flora setempat telah berlangsung sepanjang sejarah geologi, selama itu
persebaran, pengangkutan dan penguasaan wilayah akan turut menentukan pola distribusi
vegetasi.
d. "kelanjutan hidup" jenis vegetasi tertentu tergantung oleh proses migrasi dan evolusi.
Dalam proses evolusi dan proses suksesi, berbagai perubahan kondisi lingkungan turut

9
dalam perubahan komunitas vegetasi. Di mana dalam proses evolusi struktur komunitas
distribusi vegetasi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, proses mutasi dan seleksi
alam.

Melalui penyesuaian diri selama proses evolusi terhadap kondisi iklim dan sifat edafik
habitat, dalam proses evolusi tumbuhan di bumi akan terus berkembang sepanjang mencapai
klimaks stabil dalam proses suksesi. Perubahan komunitas vegetasi berlangsung pada umumnya
terjadi karena lingkungannya berubah. Menurut Leon Croizat (dalam Misra, 1980), dalam skala
ruang dan waktu yang berlangsung secara berulang kali dengan teratur, pola distribusi tumbuhan
Angiospermae telah bermigrasi dari belahan bumi bagian selatan ke utara yang secara
fitogeografis proses tersebut adalah sebagai bagian dari proses evolusi organis. Dalam klasifikasi
makhluk hidup, salah satu tingkat taksa yang sering digunakan dan dapat menjelaskan suatu
karakteristik makhluk hidup secara umum adalah suku. Suku adalah suatu kategori klasifikasi
organisme yang terdiri dari satu atau beberapa marga, yang terdiri atas populasi beberapa spesies
makhluk hidup yang serupa atau mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat.

Secara global terdapat 2 kelas tumbuh-tumbuhan (Dicotyledoneae dan


Monocotyledoneae) utama yang mempunyai jumlah jenis anggota yang terbesar, yaitu sekitar
250.000 spesies (Boled 1984). Pola distribusi sebagian besar tumbuhan dalam kelas tersebut
pada umumnya dipengaruhi oleh habitat dan iklim. Menurut Weis (1963), dalam konsep
dinarnika fitogeografi pola distribusi vegetasi kelompok suku, diberi nama dan dikelompokkan
sesuai dengan sifat toleransi dan adaptasi terhadap habitat dan iklim. Kelompok tersebut adalah :

a. "Suku tumbuhan sub-kosmopolit dan sub-kosmopolit", contohnya adalah tumbuhan dari


suku Compositae, Graminae, Ericaceae, Malvaceae alau Umbillifereae
b. "Suku tumbuhan wilayab tropis", contohnya adalah tumbuhan dari suku Araceae,
Cucurbitaceae atau Melastomataceae
c. "Suku tumbuhan wilayah sub-tropis, (beriklim sedang)", contohnya adalah tumbuhan dari
suku Aceraceae, Salicaceae atau Vacciniaceae .
d. "Suku tumbuhan "discontinue", contohnya adalah tumbuhan dari suku Bromeliace,
Fagaceae, Magnoliaceae, atau Papaveraceae

10
e. "Suku tumbuhan "endemik" contohnya adalah tumbuhan dari suku Bixaceae, Cactaceae,
atau Casuarinaceae.
f. "Suku tumbuhan "wilayah ekstrim" (misalnya habitat gurun), contohnya adalah
tumbuhan dari suku Pedaliaceae.

Pola distribusi vegetasi seperti di atas, disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat alami
dari kondisi lingkungan biotik dan abiotiknya yang saling berinteraksi, mengatur pola distribusi
dan mempengaruhi komunitas vegetasinya dalam proses penyebaran vegetasi di bumi. Yang
menjadi latar belakang pola-pola distribusi vegetasi di bumi, pada dasarnya ditentukan oleh
karakteristik sebaran vegetasi, kemampuan bertoleransi dan beradaptasi vegetasi dalam proses
evolusi. Proses toleransi dan adaptasi dalam evolusi pulalah yang menentukan sebab dan akibat
dari pola distribusi vegetasi di mana tumbuhan sebagai makhluk hidup secara relatif tumbuh di
suatu tempat atau habitat tanpa mampu berpindah tempat. Dalam hubungannya dengan hal
tersebut, ternyata kemampuan toleransi dan adaptasi terhadap lingkungan setempat dari berbagai
jenis, marga atau suku tumbuhan yang ada, perlu ditunjang oleh kemampuan menyebarkan biji
atau mempunyai struktur alat reproduksi yang sesuai dengan persyaratan habitat dan iklim.
Dalam pola distribusi vegetasi di alam, salah satu hal penting yang dapat membatasi pola dan
daya penyebaran komunitas tumbuhan adalah terdapatnya barrier, seperti gurun,
pegunungan,gunung-gunung yang tinggi, lernbah atau laut. Barier akan membatasi suatu wilayah
dengan wilayah lainnya disertai dengan lingkungan fisik, habitat atau iklim yang berbeda. Tetapi
sering terdapat sejurnlah jenis tumbuhan secara alamiah atau genetis mempunyai kemampuan
untuk tumbuh pada berbagai jenis habitat dengan kondisi iklim dan lingkungan yang berbeda
sama sekali. Jenis tersebut pada umumnya secara genetis memiliki kemampuan menyesuaikan
diri secara potensial sehingga tumbuhan tersebut mempunyai pola distribusi yang bersifat
kosmopolit melalui seleksi alam atau mutasi.

Dalam proses evolusi, skala waktu juga sering turut menunjang proses seleksi alam dan
mutasi dalam antisipasi tumbuhan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Dengan
kemampuan adaptasi tersebut, pola distribusi vegetasi dari "spesies baru” biasanya mempunyai
daya pemencaran spasial yang Iebih luas (Weis, 1963 ). Pada ekosistem darat alau ekosistem
perairan, secara global atau setempat, pola distribusi atau sebaran suatu organisrne secara
fisiologis sangat dipengaruhi dan dibatasi oleh berbagai faktor ekologi, seperti faktor fisik atau

11
faktor abiotik dari lingkungannya, seperti suhu, kelembaban, cahaya, pH, kualitas tanah,
salinitas, atau kecepatan arus. Secara ekologis faktor lingkungan yang paling kecil atau minimum
(“hokum minimum Liebig") sering rnenjadi faktor pembatas yang akan berpengaruh terhadap
keberadaan, kehidupan dan sebaran suatu organisme di alam. Selain itu sebaran jenisnya juga
dikontrol oleh factor lingkungan yang paling minimum yang masih dapat ditolerir dan diadaptasi
oleh jenis tersebut. Secara geografis, distribusi atau sebaran spasial dan temporal tumbuh –
tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologis yang terdiri dari faktor lingkungan biotik
dan abiotik. Faktor – factor berpengaruh tersebut biasanya tidak hanya terdiri dari satu faktor
tetapi dapat lebih dari satu faktor, yang akan saling berinteraksi satu sama lain (Brewer, 1994;
Stiling. 1996). Beberapa jenis tumbuhan mungkin mempunyai sifat toleransi yang luas terhadap
satu atau beberapa faktor ekologi, seperti kondisi lingkungan habitat. Tumbuhan yang demikian
dinamakan tumbuhan ektopik (eurytopic), tetapi mungkin juga terdapat hanya satu jenis
tumbuhan yang mempunyai toleransi yang sempit terhadap kondisi lingkungan tersebut,
dinamakan jenis tumbuhan stenotopik (stenotopic). Sifat-sifat ektopik dan stenotopik sering
dapat menjadikan suatu jenis tumbuhan dalam suatu komunitas vegetasi dapat bersifat
cosmopolit atau endemik.

Sifat-sifat toleransi demikian dinamakan sebagai sifat toleransi dengan " rentang yang
optimum", misalnya secara geografis karakteristik faktor tanah dengan rentang optimum tertentu,
menjadi satu faktor ekologi paling penting yang mempengaruhi sebaran spasial berbagai jenis
tumbuhan di bumi. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor ekologi merupakan salah satu factor
utama yang turut mengontrol atau menentukan mengapa satu atau beberapa spesies tumbuhan
atau hewan sebarannya bersifat endemik atau kosmopolit (Jenny, 1980). Karena tumbuh-
tumbuhan bersifat menetap, tumbuhan endemik atau tumbuhan kosmopolit harus memiliki
toleransi sebagai factor pembatas, yang sempit atau luas terutama terhadap kondisi faktor-faktor
fisik di lingkungan setempat atau di seluruh permukaan bumi.3

Faktor pembatas yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan distribusi
tumbuhan menurut Brown dan Gibson (1983), antara lain adalah :

3
Rikky F, dkk. Mudan dan Aktif Belajar Biologi SMA X. 2009. Jakarta. BSE.

12
a. jenis tumbuhan karena jenis tumbuhan setempat cenderung mempunyai reproduksi yang
sesuai dengan kondisi setempat,
b. kepekaan dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap spektrum cahaya,
c. preferensi tumbuhan terhadap sifat - sifat fisik tanah.
d. ada dan tidak adanya jenis tumbuhan tertentu yung berhubungan erat dengan
kemampuannya menghadapi gangguan secara periodik "catastrophe", seperti pencemaran
atau banjir,
e. interaksi-spesifik antara tumbuhan dengan tumbuhan atau antara tumbuhan dengan
hewan.

2.4 Distribusi Vegetasi di Alam

Secara fitogeografis, Shukla dan Chandel (19%) rnenyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor ekologi yang berpengaruh terhadap distribusi tumbuhan. Faktor ekologi tersebut adalah :

a. Faktor Sejarah Geografi dan Sebarannya

Suatu wilayah di bumi yang menjadi tempat asal tumbuhan pertama kali ada dinamakan
pusat asal tumbuhan ("centre of origin"). Dalam skala evolusi dan geologi proses terbentuknya
spesies biota cenderung berlangsung lama dan kontinyu. Dalam proses evolusi tersebut beberapa
jenis tumbuhan lelah berdiferensiasi membentuk spesies baru dan dapat menjadi flora sekarang.
Dalam proses diferensiasi tersebul jenis tumbuhan purba biasanya berasal dari pusat "tumbuhan
awal" di wilayah yang dinamakan pusat anal jenis masa lalu atau "centre of origin", yang
kemudian akan berevolusi rnenjadi jenis tumbuhan masa kini. Sementara itu tumbuhan spesies
baru mengalami perubahan selama evolusi, kemudian menjadi flora biasa kini yang berkembang
dari flora purba yang berasal dari spesies yang berasal dari proses evolusi dari pusat tumbuhan
baru ("recent of'origin"). Dalam proses evolusi beberapa spesies purba akan punah dan dapat
ditemukan sekarang sebagai "tumbuhan fosil", sedangkan tumbuhan jenis lain yang lampu
beradaptasi dan bertahan hidup cenderung akan menjadi tumbuhan palcoendemik atau mungkin
menjadi tumbuhan kosmopolit.4

4
Herni Budiati. Biologi SMA X. 2009.Jakarta. BSE.

13
Dalam evolusi proses deferensiasi terbentuknya jenis-jenis spesies baru pada umurnnya
berkaitan dengan proses hibridisasi dan proses mutasi antara jenis-jenis tumbuhan yang
mempunyai kekerabatan yang dekat, serta proses seleksi alam dari populasi hibrid dan mutan.
Proses diferensiasi yaug berlangsung secara alamiah akan menghasilkan hibrid dan mutan
dengan habitat dan amplitudo ekologi ("ecological amplitude") tertentu. Selain itu iklim juga
memegang peranan penting dalam membentuk asal spesies baru ("origin of new species").

b. Faktor Migrasi

Jenis tumbuhan baru yang berhasiil dalam proses evolusi, kemudian mungkin akan
bermigrasi pada habitat baru. Di habitatnya spesies baru tersebut akan tumbuh, berkembang dan
beradaptasi pada kondisi lingkungan setempat tanpa mengalami perubahan karakteristik jenis /
mengalami perubahan sebagai jenis baru dan melangsungkan persebaran dan pemencaran nya,
yang berlangsung bersamaan dengan proses evolusmya sendiri. Persebaran ("dispersal") atau
pemencaran bibit dan biji dilakukan oleh berbagai agen , seperti angin, air, serangga, burung atau
hewan lainnya termasuk manusia. Dalam migrasi, proses dispersal akan dilanjutkan dengan
proses "ekesis", yaitu proses berkecambah, tumbuh dan beradaptasi, berkembang biak dan
menetap di habitatnya yang baru. Proses migrasi dapat terhalang bahkan berhenti oleh sebab
tcrtentu karena terdapatnya barier. Baricr dapat terdiri dari barier ekologi, barier lingkungan dan
barier geografi. Misalnya iklim adalah ekologi yang berperan penting dalam proses sebaran
tumbuhan dan pembentukan spesies baru. Barier lingkungan dapat tcrdiri dari faklor biotik
(misalnya burung) yang dapat berperan sebagai agen pemencaran, sedangkan barier gcografi
biasanya terdiri dari topografi dan fisiografi habitai seperti gurun, atau laut yang dapat menjadi
penghalang tumbuhan untuk berpencar.

c. Amplitudo Ekologi

Kondisi lingkungan tdak saja mempengaruhi kehidupan,pertumbuhan dan perkembangan


vegetasi di suatu wilayah, tetapi kehidupan, migrasi dan sebaran vegetasi tersebut juga
ditentukan oleh "amplitudo ekologi" wilayah tcrsebut berupa:

1. ada atau tidaknya kehadiran jenis tumbuhan


2. kekuatan dan kelemahan jenis tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang
3. keberhasilan dan kcgagalan dari vegetasi dalam bermigrasi

14
Setiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas biotik pada dasarnya mempunyai rentang
toleransi terhadap amplitude ekologi berupa kondisi faktor lingkungan fisik dan biotik tertentu.
Sehingga adanya atau terdapatnya satu spesies di suatu habitat akan menunjukkan bahwa kondisi
lingkugannya sesuai dengan amplitude ekologj spesies tersebut. Secara spasial amplitude ekologi
suatu spesies tumbuhan akan ditentukan dan dipengaruhi oleh perangkat genetik ("genetic set
up'"} dari jenis tersebut. Perangkat genetik adlah suatu perangkat sifat-sifat menurun yang
tcrsusun dari rangkaian DNA yang mempunyai karakteristik dan respon yang spesifik terhadap
kondisi lingkungan ( amplitude ekologi tertentu). Spesies tumbuhan yang berbeda-beda akan
mempunyai amplitude ekologi yang berbeda pula.. Tctapi satu jenis atau satu marga tumbuhan
yang mempunyai sebaran ekologi yang sama atau serupa, mungkin terdapat pada wilayah
geografi yang berbeda. Contohnya tumbuhan conifer yang terdapat di wilayah beriklim sejuk di
sekitar lingkaran kutub, dapat pula tumbuh di wilayah "zona-alpin" di daerah pegunungan
wilayah tropis dan sub-tropis.5

Faktor amplitudo ekologi suatu jenis tumbuhan sering dipengaruhi perubahan


waktu(temporal), yang dapat menentukan dan mempengaruhi distribusi vegetasiya . contohnya
adalah tumbuhan yang reproduksinya berlangsung secara generatif (seksual), proses hibridisasi
antara jenis tumbuhan yang sejenis akan menghasilkan keturunan yang secara genetik
sama.tetapi karena terjadi pcrubahan kondisi lingkungannya, tumbuhan tersebut harus
beradaptasi sesuai dcngan lingkungannya dan amplitude ekologinya yang baru dengan perangkat
genetik baru pula sebagai hasil seleksi alam atau mutasi. Perangkat genetik sebagai hasil adaptasi
pada kondisi lingkungan yang baru akan menyertai perubahan gcnotip atau proses mutasi dari
jenis tersebut. Jenis-jems atau populasi tumbuhan terscbut dinamakan ''tumbuhan ekotip".
Contohnya adalah tumbuhan Euphorbia thymifolia ,yang tumbuh pada bermacam-macan
habibat. Terdapat hasil mutasi atau variasi jenis tumbuhan tersebut yang mempunyai 2 ekotip,
yaitu ekotip yang menyukai habitat berkapur, thymifolia var. calcicola dan ekotip yang tidak
menyukai habitat tanah berkapur adalah E. thymifolia var.

5
Indun Kistinnah, dkk.Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA X. 2009.Jakarta. BSE.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi Fitogeografi merupakan ilmu yang mempelajari sebaran makhluk hidup (tumbuhan)
atau distribusi vegetasi dibumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh
faktor fisik,iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Singkatnya
fitogeografi kajian yang mempelajari sebaran makhluk hidup di bumi pada masa yang lalu dan
saat ini. Tumbuhan yang tersebar luas adalah kelompok taksa tumbuhan yang penyebarannya
hampir terdapat di seluruh dunia di wilayah yang memiliki bermacam-macam zona iklim.
Contoh plantago mayor, atau agathis australis. Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang jenis-
jenisnya tumbuh di wilayah terbatas dan terdapat pada daerah yang tidak terlalu luas. Contoh
Ginko biloba atau Rafflesia arnoldii dan Tumbuhan discontinue adalah tumbuhan yang terpisah
pada dua atau lebih wilayah yang berjarak puluhan, ratusan atau ribuan kilometer oleh adanya
penghalang yang terdiri dari pegunungan atau gunung yang tinggi di daratan atau pulau-pulau di
laut. Contoh Empetum nigrum atau Larrea tridentata.

3.2 Saran

Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalh ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik. Untuk
memperbaiki kualitas, maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A et al. 2008. Biologi Edisi 8, Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Fictor F, dkk.2009. Praktis Belajar Biologi SMA X. Jakarta. BSE.

Herni Budiati. 2009. Biologi SMA X. Jakarta. BSE.

Indun Kistinnah, dkk.2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA X. Jakarta. BSE.

Rikky F, dkk. 2009. Mudan dan Aktif Belajar Biologi SMA X. Jakarta. BSE.

17

Anda mungkin juga menyukai