Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Pembelajaran Discovery Learning pada Pembelajaran Biologi

Anisya Agustina, Hanifah Dinda Difanie.Sm, Merliyana Saragih, Octavia Chotimah, Sarah
Yulinda, Sauda Julia Intana
*Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

ABSTRAK
Pendekatan Discovery Learning merupakan pendekatan pembelajaran yng sesuai
dengan karakteristik pembelajaran tematik. Penelitian ini menggunakan pendekatan
discovery learning. Metode pada artikel ini menggunakan studi pustaka (Library research).
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa dengan menggunakan pendekatan
Discovery Learning dapat memberikan dampak positif bagi siswa terhadap proses
pembelajaran yang ditinjau dari peningkatan nilai rata-rata kelas yang meningkat setiap
siklusnya serta membuat siswa menjadi aktif dan tidak pasif dalam mengikuti pembelajaran
dikelasnya.

PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan siswa, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini
disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan siswa
(Sukmadinata, 2011: 3). Fungsi pendidikan adalah menyiapkan siswa. Menyiapkan diartikan
bahwa siswa pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan
dirinya sendiri (Hamalik, 2001: 2).
Pada proses pembelajaran, pengembangan potensi & potensi siswa harus dilakukan
secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan potensi siswa secara tidak seimbang
menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli pada pengembangan satu aspek kepribadian
tertentu saja. Padahal sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan
tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah dan guru.
Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa
kebaikan yaitu, pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan
dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain, hasil belajar penemuan
mempunyai efek transfer yang lebih baik dan secara menyeluruh belajar penemuan dapat
meningkatkan penalaran siswa dan keterampilan untuk berpikir secara kritis.
Dipilihnya model pembelajaran Discovery Learning dengan pendekatan saintifik
karena model ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir, menemukan,
berpendapat, dan saling bekerja sama melalui aktivitas belajar secara ilmiah, sehingga dapat
melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting yang nantinya akan berdampak pada
peningkatan hasil belajar.
Sistem pembelajaran Discovery Learning, guru tidak langsung menyajikan bahan
pelajaran, akan tetapi siswa diberi kesempatan untuk menemukan suatu persoalan dengan
menggunakan pendekatan problem solving. Menurut Anitah (2009) Pembelajaran Discovery
Learning mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: (1) Identifikasi masalah, (2)
Mengembangkan kemungkinan solusi (hipotesis), (3) Pengumpulan data, (4) Analisis dan
interpretasi data (5) Uji kesimpulan.
Pendekatan Discovery Learning (PDL) merupakan pendekatan pembelajaran yng
sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik. Hal ini dikarenakan PDL merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru memberikan kesempatan
dan kebebasan kepada siswa untuk menemukan, menggali dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, sehingga siswa dapat lebih mengerti dan mudah memahami materi
pembelajaran. Dengan belajar menemukan sendiri, siswa akan lebih dapat memahami dan
mengingat konsep dan pengetahuan yang dipelajari sendiri, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat.
Menurut Sund dalam Roestiyah (1998: 22), Discovery Learning adalah proses mental
siswa untuk mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Maksud dari proses
mental tersebut antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, mengklasifikasikan, membuat
dugaan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Piaget menyatakan bahwa siswa
harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan
menyebutnya Discovery Learning, yaitu siswa mengorganisasikan bahan yang dipelajari
dalam suatu bentuk akhir.
Menurut Bell dalam Sutrisno (2008: 67) menyatakan bahwa belajar penemuan
(discovery) adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat
struktur dan mentransformasikan informasi untuk menemukan informasi baru. Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Discovery Learning
(penemuan), adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
mendapatkan ide, konsep, dan ketrampilan yang dipelajari sebelumnya untuk mendapatkan
pengetahuan baru. Sebagai model pembelajaran, pendekatan Discovery Learning
menempatkan guru sebagai fasilitator, dengan cara membimbing siswa untuk berfikir sendiri,
untuk menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau topik yang disediakan oleh guru.
Brunner (Suryobroto, 2009: 69) mengemukakan, bahwa persiapan guru dalam
mengaplikasikan pendekatan Discovery Learning di kelas, adalah menentukan tujuan
pembelajaran, melakukan identifikasi karakteristik siswa, memilih materi pelajaran,
menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif, mengembangkan bahan-
bahan belajar, mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah pendekatan Discovery Learning menurut Syah (Agus N. Cahyo,
2013: 123-127) adalah sebagai berikut:
1. Stimulation, siswa dihadapkan sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
2. Problem statement, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran.
3. Data collection, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan
informasi yang relevan untuk membuktikan hipotesis.
4. Data processing, merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh siswa melalui wawancara, observasi, dsb lalu ditafsirkan.
5. Verification, siswa melakukan pemeriksaan untuk membuktikan hipotesis
6. Generalization, adalah proses menarik kesimpulan.
Dengan demikian, langkah-langkah kegiatan pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) adalah siswa menerima sebuah pertanyaan yang merangsang siswa berfikir,
menyimak penjelasan guru dan mengamati gambar atau teks bacaan untuk mengumpulkan
informasi, merumuskan masalah, siswa membuat hipotesis, mengumpulkan data, mengolah
data, meverifikasi, membuat generalisasi dan presentasi hasil diskusi dan siswa lain
memberikan tanggapan.
Hasil belajar menurut Briggs yang dikutip Taruh (2003: 17) adalah seluruh kecakapan
dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan
angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Rasyid (2008: 9) berpendapat
bahwa jika ditinjau dari segi proses pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan
dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih
dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar
siswa, akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan siswa
pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-angka.

METODE PENELITIAN
Metode pada artikel ini menggunakan studi pustaka (Library research) yaitu metode
dengan pengumpulan data dengan cara memahami dan mempelajari teori-teori dari berbagai
literatur yang berhubungan dengan penelitian tersebut.Pengumpulan data tersebut
menggunakan cara mencari sumber dan menkontruksi dari berbagai sumber contohnya
seperti buku,jurnal dan riset riset yang sudah pernah dilakukan.Bahan pustaka yang didapat
dari berbagai referensi tersebut di analisis secara kritis dan harus mendalam agar dapat
mendukung proposisi dan gagasannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan discovery learning.Pendekatan discovery
learning ialah pendekatan pembelajaran dengan tema Berbagai Pekerjaan dengan langkah-
langkah; menyimak pertanyaan tentang berbagai pekerjaan, membentuk kelompok terdiri 4
siswa, mengidentifikasi masalah berbagai pekerjaan, mengklasifikasikan masalah berbagai
pekerjaan, merumuskan masalah tentang berbagai pekerjaan, menyusun hipotesis tentang
Barang dan Jasa, mengumpulkan informasi jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan
jasa, mengolah data dengan berdiskusi hasil pengumpulan informasi, membuat pembuktian
dari hipotesa yang akan diajukan, dan menarik kesimpulan, mempresentasikan dan memberi
tanggapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL PENELITIAN
Hasil data penelitian yang dimasukkan dalam kajian literatur ini merupakan analisis
dan rangkuman dari artikel yang didokumentasi terkait dengan Analisis Penerapan
Pembelajaran Discovery Learning pada Pembelajaran Biologi.
Tabel Hasil Penelitian Terhadap Analisis Penerapan Pembelajaran Discovery Learning
Pada Pembelajaran Biologi
Penelitian Dan Tahun Jurnal Hasil Penelitian
Manganjuk Manik & Jurnal Of Biology Education Penerapan pembelajaran
Fauziyah Harahap , 2021) discovery learning pada
pembelajaran biologi pada
jurnal (Implementasi
Discovery Learning dalam
Pembelajaran Biologi Materi
Struktur
dan Fungsi Jaringan Hewan)
sebelumnya sekolah tersebut
tidak menggunakan
discovery learning.
Berdasarkan
pengalaman penulis selama
melakukan pembelajaran di
SMA Negeri 3 Medan di
kelas
XI MIA-8 ditemukan
beberapa fakta berikut: (1)
Proses pembelajaran
menggunakan media lebih
menarik bagi siswa; (2) guru
telah berupaya melibatkan
siswa dalam
pembelajaran, melalui tanya
jawab, meminta siswa untuk
menjelaskan materi yang
telah di baca ke depan, dan
lain-lain, namun umumnya
siswa belum mau untuk
terlibat
aktif (3) siswa kurang
memperhatikan guru saat
menerangkan pelajaran (4)
siswa belum mampu
menguasai materi
pembelajaran di mana siswa
yang dapat mencapai KKM
hanya sebanyak 50%. Dalam
kenyataan yang ada, proses
pembelajaran yang
ditemukan di lapangan tidak
sesuai dengan kondisi ideal
pembelajaran semestinya.
Dan setelah menggunakan
discovery learning sudah
sangat bagus dan sintaks
dilakukan dengan sesuai
serta pembelajaran
menggunakan discovery
learning yang telah
dipaparkan menunjukkan
bahwa kegiatan
pembelajaran dengan
menerapkan model
pembelajaran Discovery
learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa sama
halnya
dengan penelitian
implementasi Discovery
learning pada pembelajaran
biologi yang dilakukan di
kelas XI MIA-8 SMA
Negeri 3 Medan.
(Zenin Agusriyalni, Irdam Jurnal pendidikan dan Penerapan model discovery
Idrus & Yennita 2021) Pembelajaran Biologi learning pada materi sistem
koordinasi untuk
meningkatkan hasil belajar
peserta didik , Dalam
mendukung penerapan
model Discovery Learning
ini nantinya digunakan
bahan ajar berupa LKPD
dan LDPD dalam proses
pembelajarannya. Peserta
didik akan melakukan
sebuah percobaan atau
praktikum sederhana dengan
saling bekerjasama satu
sama lain dan juga
menjawab beberapa
pertanyaan yang
berhubungan dengan materi
yang diajarkan.
Dimana nantinya dari
praktikum dan pertanyaan
tersebut peserta didik akan
mudah dalam memahami
konsep materi
yang diberikan.
Keterampilan peserta didik
juga akan semakin
meningkat selama proses
belajar. Sehingga hasil
belajar peserta didik
tidak hanya ranah
pengetahuan saja yang
mengalami peningkatan
tetapi keterampilannya juga.
Jadi, dengan penerapan
model Discovery Learning
guru dapat mengubah
pembelajaran yang awalnya
teacher centered menjadi
student centered.
Hasil dari penelitian tersebut
membuktikan bahwa
Perbaikan pembelajaran
dengan
penerapan model Discovery
Learning dalam proses
pembelajaran biologi dengan
materi Sistem Koordinasi
dapat meningkatkan hasil
belajar ranah pengetahuan
dan keterampilan peserta
didik Kelas XI IPA2 SMAN
1 Kepahiang.
(Dian Abdjul, 2022) Aksara: Jurnal Ilmu Penerapan Model
Pendidikan Non Formal Pembelajaran Discovery
Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
BiologiPada Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Buntulia,
pada penelitian yang telah
dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa hasil
belajar biologi secara
signifikan dapat
ditingkatkan dengan model
pembelajaran
discovery learning pada
siswa kelas X semester satu
SMA Negeri 1 Buntulia
tahun
pelajaran 2019/2020.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diberikan saran kepada
guru
Biologi di SMA Negeri 1
Buntulia agar lebih selektif
dalam menggunakan metode
atau model pembelajaran
dalam melaksanakan
pembelajaran. Sebab metode
atau model mengajar yang
kurang tepat memberi
dampak yang kurang baik
terhadap hasil belajar siswa
dan siswa merasa
kurangnyaman dalam
mengikuti pembelajaran jika
metoda atau model
pembelajaran yang
digunakan guru kurang
tepat.

PEMBAHASAN
1. Model Discovery Learning
Sani (2014:97) mengatakan bahwa Discovery Learning merupakan metode
pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat
membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Metode belajar
ini sesuai dengan teori Brunner yang meyarankan agar peserta didik belajar secara aktif
untuk membangun konsep dan prinsip. Kegiatan Discovery melalui kegiatan
eksperimen dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara
simultan.
Sedangkan Hosnan (2014:282) berpendapat bahwa Discovery Learning adalah
suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa
belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan itu, Widiasworo (2017:161) mengemukakan bahwa Discovery
Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk
menemukan sendiri konsep pengetahuannya. Dalam proses menemukan, peserta didik
dibimbing untuk melakukan serangkaian tahap pembelajaran mulai dari mengamati
hingga mengorganisasikan hasil penemuannya menjadi suatu konsep pengetahuan.
Marzano (dalam Hosnan, 2014:288) mengemukakan kelebihan model
Discovery Learning sebagai berikut : (1) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran yang disajikan; (2) Menumbuhkan sekaligus menanamkansikap inquiry
(mencarimenemukan); (3) Mendukung kemampuan Problem Solving peserta didik; (4)
Memberikan wahana interaksi antar peserta didik, maupun peserta didik dengan guru,
dengan demikian peserta didik juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar; (5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkay kemampuan yang
tinggi dan lebih lama membekas karena peserta didik dilibatkan dalam proses
penemuan; (6) Peserta didik belajar bagaimana belajar (learn how to learn); (7) Belajar
mengahrgai diri sendiri; (8) Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer; (9)
Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (10) Hasil belajar discovery
mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil lainnya; (11) Meningkatkan
penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir bebas; (12) Melatih
keterampilan – keterampilan kognitif peserta didik untuk menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain.
Sejalan dengan itu, Hanafiah dan Cucu Suhana (dalam Faisal, 2014:109)
mengemukakan kelebihan model discovery learning sebagai berikut : (1) Membantu
peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif; (2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga
dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya; (3) Dapat membangkitkan motivasi
dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi; (4) Memberikan peluang
untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing – masing;
(5) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan menemukan
sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat
terbatas.
2. Pembelajaran menggunakan model Discovery Learning (DL)
Model Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang terjadi ketika
peserta didik tidak disajikan informasi secara langsung tetapi peserta didik dituntut
untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri dan
menitikberatkan pada proses pemecahan masalah. Peserta didik dilatih untuk
menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan, mereka tidak hanya sebagai konsumen,
tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari penemuan
pengetahuan baru. Model discovery learning banyak memberikan kesempatan bagi
anak didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar, karna disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan peserta didik itu sendiri. Melalui model ini diharapkan dapat
mengembangkan sikap rasa ingin tahu peserta didik dengan cara selalu melibatkannya
dalam setiap proses pembelajaran. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk jurnal
membuktikan bahwa model Discovery Learning (DL) yang diterapkan dalam
pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar dapat meningkatkan kualitas belajar
siswa.
Hasil penelitian Hanida dkk (2019) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan bahan ajar tematik terpadu dengan menggunakan model
Discovery Learning berada pada kategori sangat tinggi. Kategori sangat tinggi
ditunjukkan pada aktivitas memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru,
memperhatikan bahan ajar dan mengerjakan latihan. Kategori tinggi ditunjukkan pada
mengerjakan langkah-langkah kegiatan yang terdapat dalam bahan ajar, mengajukan
pertanyaan, menanggapi pertanyaan dan aktifitas bekerjasama dalam kelompok maupun
individu. Hasil Pengamatan aktivitas siswa untuk tujuh aspek pengamatan yang
dilakukan dalam satu kali kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori sangat
tinggi. Maka, efektivitas bahan ajar tematik terpadu dengan menggunakan model
Discovery Learningdikatakan sangat tinggi digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model
Pembelajaran Berbasis Masalah dilaksanakan dengan langkah-langkah: (a)
Mengorientasikan peserta didik pada masalah, (b) Mengorganisasi peserta didik untuk
belajar, (c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (d)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (e) Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
Arfika Wedekaningsih dkk (2019) mengatakan bahwa penerapan model
pembelajaran Discovery Learning dapat berhasil meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan hasil belajar peserta didik. Adanya peningkatan yang signifikan menunjukkan
pengaruh dalam pembelajarannya. Peningkatan terus terjadi disetiap siklusnya. Hal ini
tentu membuktikan bahwa model pembelajaran discovery Learning sangat baik
diterapkan dalam pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari tahu dengan
melakukan percobaan dan penemuan. Peningkatan bukan hanya terjadi pada nilai
pengetahuan saja, melainkan siswa juga terlihat sangat senang dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Dengan demikian model Discovery Learning dapat diterapkan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran kearah yang lebih baik lagi. Model Discovery
Learning ini juga melatih peserta didik untuk lebih aktif sehingga tugas pendidik hanya
berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran seperti ini juga dapat dilakukan dengan
membiasakanpeserta didik melakukan kegiatan percobaan maupun kegiatan yang
menuntut untuk menemukan sendiri ilmu yang baru maka kegiatan tersebut dapat
melatih peserta didik untuk lebih kritis dalam berpikir dan ilmu yang didapatkan akan
tetap melekat diingatan peserta didik dibandingkan pendidik hanya memberikan
ceramah kepada peserta didik. Selain pembelajaran berbasis penemuan peserta didik
juga dapat diberi latihan soal terus menerus untuk meningkatkan hasil belajar.
Proses pembelajaran yang dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini;
pemberian rangsang, mengidentifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data,
pembuktian, dan menarik kesimpulan. Dalam pemberian rangsang siswa dihadapkan
pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Setelah itu
mengidentifikasi masalah, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Untuk menjawab permasalahan
yang diberikan siswa terlebih dahulu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Selanjutnya siswa
melakukan pengolahan data dengan percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip yang telah dirancang oleh guru dalam bentuk pertanyaan yang
disediakan di lembar kerja siswa. Hasil kegiatan percobaan dianalisis dan ditulis dalam
lembar kerja siswa. Setiap kelompok mempresentasikan hasil yang diperoleh dan
membuktikan hasil yang diperoleh kepada teman satu kelas.
Dalam model pembelajaran discovery learning, guru harus merencanakan dan
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, memeriksa kesiapan siswa serta
membantu siswa yang mengalami kesulitan supaya proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Model discovery learning merupakan suatu model pembelajaran melalui
penemuan. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Jerome Brunner (Hosnan,2014:281) mengungkapkan bahwa model discovery
learning adalah model yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Belajar
penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat
struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan
informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture),
merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses
induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat masalah
(Hosnan,2014:281).
Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery
learning terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery learning dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan.
Roestiyah (2001: 20) mengemukakan model discovery learning adalah model
mengajar mempergunakan teknik penemuan. Model discovery learning adalah proses
mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan
memberikan instruksi. Model pembelajaran discovery learning adalah model mengajar
yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery learning kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsipprinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Kelebihan dalam pembelajaran discovery learning siswa aktif dalam kegiatan
belajar, sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat, proses
menemukan sendiri menimbulkan rasa puas siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin
melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat. Siswa yang
memperoleh pengetahuan dengan penemuan akan lebih mampu mentransfer
pengetahuannya ke berbagai konteks. Dalam pembelajaran discovery learning juga
terdapat kendala yang dihadapi siswa, kendala ini menjadi kekurangan dalam
pembelajaran discovery learning. Kendala yang dihadapi misalnya membutuhkan
waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk
mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat
dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan memberikan informasi secara
singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa
(LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari data diatas adalah bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari
setiap siklus. Jadi model Discovery Learning yang diterapkan ini memberikan dampak positif
bagi siswa terhadap proses pembelajaran yang ditinjau dari peningkatan nilai rata-rata kelas
yang meningkat setiap siklusnya. Model Discovery Learning berpengaruh pada psikomotorik
atau keterampilan peserta didik, dan saat pembelajaran peserta didik dapat berpikir kritis
dengan guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, guru
juga memberikan kesempatan untuk menjawab dengan gagasan peserta didik sendiri dalam
memecahkan masalah. Dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
membuat siswa menjadi aktif dan tidak pasif dalam mengikuti pembelajaran dikelasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdjul, D. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Buntulia. Aksara: Jurnal Ilmu
Pendidikan Nonformal, 8(1), 343. https://doi.org/10.37905/aksara.8.1.343-348.2022

Agusriyalni, Z., Idrus, I., & Yennita, Y. (2021). Penerapan Model Discovery Learning Pada
Materi Sistem Koordinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Diklabio:
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Biologi, 5(1), 31–39.
https://doi.org/10.33369/diklabio.5.1.31-39

Faisal. 2014. Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD. Yogyakarta: Diandra Creative.

Firosalia, Dwi Rahayu. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas 4 Sd. Jurnal Scholaria. Vol. 6, No. 1
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.

Jamil, A. U., Listyono, & Norra, B. I. (2019). Bioeduca: Journal of Biology Education.
Bioeduca: Journal of Biology Education, 1(1), 18–28.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yulia Mitra, Taufik Taufina. 2020. Penerapan Model Discovery Learning (Dl) Dalam
Pembelajaran Tematik Terpadu Di Kelas IV Sekolah Dasar (Studi Literatur). E-jurnal
Inovasi Pendidikan SD. Vl. 8, No 8.

Anda mungkin juga menyukai