Anda di halaman 1dari 15

“PENYESUAIAN TERHADAP MENTAL, MINAT DAN PEKERJAAN PADA

DEWASA MADYA”

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan Dewasa Dan Lansia

Dosen Pembimbing : Beny Dwi Pratama,M.Psi.

Disusun Oleh :

Amalia Ananda Fitrah 1802103047

Anugrah Azis 1802103063

Christina Ervanda Y. 1802103068

PROGRAM STUDI

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat
taufiq serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan mata kuliah “Psikologi
Perkembangan Dewasa dan Lanjut Usia”, Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan yang lebih luas untuk kita dalam kehidupan sehari-hari dan juga menunjang proses
pelaksanaaan perkuliahan, serta mahasiswa dapat memberi tanggapan sebuah laporan. Tak
lupa saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah meridhoi pembuatan makalah ini,
2. Dosen pembimbing mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas
3. Orang tua yang membantu kami secara materiil maupun non materiil,
4. Semua pihak yang telah mambantu terselesaikannya tugas makalah ini.
Maka dari itu kami selaku penyusun berharap makalah ini dapat berguna bagi kita
dalam meniti karir nantinya. kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan
penyempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Madiun, 21 November 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Penelitian............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Penyesuaian mental pada fase dewasa madya................................................................3

B. Penyesuaian minat pada fase dewasa madya..................................................................4

C. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasa Madya.........................................................7

BAB III.....................................................................................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang individu dalam rentang kehidupannya di dunia ini harus melalui berbagai
macam fase atau masa seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki
penyesuaian diri dari perkembangan masing-masing, hal ini berbeda antara fase satu dengan
fase yang lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap tugas
perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan rentang usia yang sudah
ditentukan pada tiap fase tersebut.
Seorang individu dapat dikatakan normal atau bahagia apabila ia mampu melakukan
penyesuaian diri dengan tepat. Apabila individu tersebut tidak dapat atau mengalami
hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka individu tersebut akan
mengalami gangguan atau ketidakbahagiaan baik dalam aspek fisik, kognitif, emosi, sosial,
maupun spiritualnya.
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia
antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan
mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh
penurunan daya ingat. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an. Sengaja
atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia
madya.
Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang berbeda menurut tahap,
dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia lanjut di
batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada
waktu yang sama ada yang bulan juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan
oktober. Demikian halnya dengan manusia.
Usia madya merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan mereka.
Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan
tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya
harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa.
Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai
kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia
madya. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai penyesuaian terhadap mental,
minat dan pekerjaan usia madya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penyesuaian Karir Pada Fase Dewasa Madya ?

2. Bagaimana Penyesuaian mental pada fase dewasa madya?

3. Bagaimana Penyesuaian minat pada fase dewasa madya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dituliskannya makalah ini yaitu diharapkan meningkatkan dan/atau


memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi
pendidikan,meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyesuaian mental pada fase dewasa madya

Penyesuaian terhadap perubahan psikologis. Penelitian Terman dan oden


pada sekelompok pria dan wanita yang diikuti dari usia prasekolah hingga usia
madya memperhatikan bahwa kemunduran mental tidak mulai (ada) selama usia
madya dikalangan orang-orang yang mempunyai kemampuan intelektual tinggi.
Penelitan berikut yang dilakukan 50 tahun setelah itu hanya menunjukkan sedikit
kemunduran intelektual yang tinggi. Dalam kemampuan mental khusus,
pemecahan masalah semacam ini dan kemampuan verbal dilaporkan bahwa tidak
ada penurunan mental pada usia madya di kalangan orang-orang yang kemampuan
inisialnya tinggi. Sama seperti anggota kelompok Terman dan Oden, mereka yang IQ
nya lebih tinggi menunjukkan sedikit daripada orang yang IQ nya rendah.. Pria
menunjukkan peningkatan nilai IQ pada saat mereka menjadi tua, sedangkan wanita
menunjukkan sedikit penurunan. Karena pria secara mental harus lebih waspada dan
siap untuk bersaing dalam dunia kerja dari pada wanita untuk membawakan peran
sebagai pengatur rumah. Secara psikologis, lebih banyak penurunan psikologis yang
di alami oleh wanita terhadap perubahan psikis yang menurun.Dengan perubaahan-
perubahan psikis tersebut diperlukan penyesuaian terhadap perubahan psikis.
penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa kegunaan kemampuan mental
merupakan faktor penting dalam menentukan apakah terdapat kemunduran mental
pada usia madya. Bahwa banyak pria dan wanita yang cemas untuk membangun
kesediaan secara mental dibuktikan oleh minat yang berkembang dalam mentalnya
yang masih ada, hal ini merupakan bukti bahwa daya tariknya terhadap kebutuhan
kultural berkembang dan daya tarik tersebut dianggap sebagai bentuk rekreasi dengan
cara semakin sering mencela pelanggaran pendidikan yang pernah mereka terima dulu
dari tingkat SD sampai dengan tingkat pendidikan yang tinggi.Kemunduran mental
tidak akan terjadi selama orang-orang di usia ini memiliki kemampuan intelektual
tinggi.

3
B. Penyesuaian minat pada fase dewasa madya

Selama perubahan minat selama usia madya perubahan-perubahan tersebut


jauh kurang kentara daripada perubahan-perubahan yang terjadi pada tahun-tahun
awal kehidupan. Perubahan minat yang ada pada masa usia madya terjadi sebagai
akibat dari perubahan tugas, tanggung jawab, kesehatan dan peran dalam hidup.
Konsentrasi pria pada bidang pengembangan kerja pada umumnya memainkan peran
penting dalam menekan keinginan mereka dibanding pada masa yang relatif masih
muda. Orang yang lebih berhasil adalah mereka yang memperhatikan dan mempunyai
banyak waktu yang harus dihabiskan untuk pekerjaannya dan hanya sedikit waktu
yang digunakan untuk memenuhi keinginan dan bentuk kegiatan lainnya. Perubahan
minat dalam peran bagi wanita jauh lebih tegas dan kongkrit pada usia madya
dibanding pria, konsekuensinya perubahan keinginan ini lebih berkesan. Wanita yang
berperan sebagai ibu pada awal tahun-tahun masa dewasanya, terbukti waktu dia
menghadapi hari-hari bebas seperti anak muda pada waktu dia berusia madya, dia
mempunyai cukup waktu untuk membujuk, membatasi keinginan dan kegiatan yang
dulu sering dilakukan. Keinginan baru mungkin akan menjadi mantap pada waktu
usia madya, tetapi baik pria maupun wanita nampaknya lebih berperan teguh pada
minat lama yang pernah memberikan kepuasan.Orang usia madya tahu tentang
pengalaman yang dapat memberinya kepuasan dan mereka melihat apakah ada alasan
kecil untuk sekedar mengubah dan mencari variasi saja. Mereka juga tahu bagaimana
mereka harus membahagiakan diri mereka sendiri meskipun pada usia dewasa madya,
mereka belum juga menikah. Bahkan masyarakat Indonesia memberikan pelabelan
negatif kepada orang pada usia dewasa madya yang masih lajang. Seperti yang tertera
pada jurnal yang ditulis oleh Muhammad Syarif Hidayatullah dan Raina Meilia
Larassaty yang berjudul makna bahagia pada lajang dewsa muda, setiap orang
memiliki cara masing-masing untuk tetap bahagia dan puas dengan apa yang
dijalaninya. Mereka adalah lajang tipe involuntary stable singles yang artinya lajang
yang tidak pernah menikahnamun ingin menikah akan tetapi belum menemukan
pasangan yang tepat. Mereka dapat menerima kemungkinan status lajang mereka
sebagai status yang permanen dalam hidupnya.

Pada teori yang ada, pada umumnya wanita cukup realistis untuk mengetahui
bahwa pada masa dewasa madya, kesempatan mereka untuk menikah semakin tipis.
Dengan begitu mereka berusaha mnyesuaikan pola hidupnya setepat mungkin dan
4
sering memusatkan perhatian pada pekerjaan. Penjelasan tersebut sesuai dengan apa
yang dirasakan oleh partisipan kedua. Pria yang lajang pada usia dewasa madya pada
umumnya mereka merasa bahwa atas dasar pertimbangan sosial, mereka dapat
menikah kapanpun mereka mau. Mereka mempunyai aspirasi yang lebih tinggi untuk
berhasil dalam karir, mereka lebih senang menggunakan waktu dan tenanganya untuk
terus bekerja demi kemajuannya. Hal ini juga dirasakan oleh partisipan pertama.

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa keadaan lajang seseorang tidak
berpengaruh terhadap kebahagiaan. Mereka justru bahagia karena menjalani proses
segala hal yang didapat sampai saat ini dan menikmati hidup apa adanya.

a) Penampilan dan Pakaian


Minat dalam penampilan, yang mulai berkurang setelah menikahn dan
khususnya selama tahun-tahun awal sebagai orangtua semakin nampak pada
waktu perubahan fisik terjadi, yang dibarengi dengan semakin bertambahnya usia.
Baik pria maupun wanita biasanya melakukan pembatasan dan pemilihan jenis
makanan (diet), olahraga, penggunaan alat kecantikan atau pakaian guna menutupi
kondisi fisiknya. Hasilnya, banyak orang usia madya yang nampak lebih muda
dari pada usianya. Ini membuat mereka merasa lebih puas dengan penampilannya.
Pria memahami betul peran pakaian dan perawatan demi keberhasilan
usahanya. Seperti biasa mereka dapat mencapai puncak prestasi pada usia madya,
maka mereka menjadi semakin sadar terhadap peranan pakaian daripada yang
biasa ia pakai pada masa muda dulu atau pada waktu status kepegawaiannya
masih rendah.
Pada wanita usia madya justru terjadi sebaliknya, kesadaran tentang peranan
pakaian lebih kecil dibandingkandengan pria atau pada masa remajanya, tetapi
mereka juga sepakat bahwa peranan pakaian dan dandanan penting agar usaha dan
dunia sosialnya berhasil.
b) Penghasilan (Uang)
Tanpa menyinggung berapa banyak atau berapa sedikit uang yang mereka
miliki, pria dan wnaita berusia madya memang tertarik pada uang, tetapi
penekanan akan ketertarikan mereka mungkin berbeda. Juga ketertarikan pria
pada uang selama usia madya sering berbeda sekali dari ketertarikan wankita
berusia madya.

5
Dalam usia madya biasanya ada perubahan perilaku terhadap penggunaan
uang. Akibatnya mereka dapat membelanjakan pendapat mereka, sesuai dengan
kebutuhan keluarga dan menabung untuk mengatasi situasi darurat yang sewaktu-
waktu bisa datang dan juga demi hari tua mereka.
Sebagian besar pria pada bidang seni keterampilan, usaha, dan bidang profesi
mencapai puncak prestasinya pada usia madya sehingga kekhawatirannya tentang
keperluan akan menjadi berkurang. Wanita usia madya, sering lebih tertarik pada
uang daripada pria. Pengertian uang disini tidaknya dalam bentuk uang yang
disediakan, tetapi juga dalam bentuk harta benda yang diinginkan. Stabilitas kerja,
kepuasan terhadap pekerjaan dan prestasi jauh lebih penting baginya daripada
uang yang diperoleh. Karena jika kepuasan tersebut tidak terpenuhi maka akan
berdampak pada karirnya, hal ini bisa di perjelas dengan hasil penelitian dari
jurnal Karir Dan Pekerjaan Di Masa Awal Dan Dewasa Madya, Karya Siska
Adinda Prabowo Putri yang mengatakan bahwa Mengenai bahaya Karier selama
tahun-tahun awal masa dewasa maka ada dua hal penting yang merupakan resiko
bagi penyesuaian diri dan sosial yaitu ketidakpuasan kerja dan pengangguran.

c) Urusan Kemasyarakatan
Penyesuaian Diri dengan Pekerjaan bagi sebagian besar orang dewasa muda
terutama mereka yang kurang mempunyai pengalaman kerja atau bahkan bagi
yang belum pernah bekerja selama masih sekolah sering mengalami banyak
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya.
Havighurst dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya
menyimpulkan bahwa mereka dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum
yaitu sikap kerja yang menopang masyarakat dan sikap kerja yang melibatkan
ego. (Jurnal Karir Dan Pekerjaan Di Masa Awal Dan Dewasa Madya, Karya Siska
Adinda Prabowo Putri) Pria dan wanita berusia madya, yang merasa diri mereka
sebagai pemimpin dalam kehidupan sosial seperti yang terjadi dirumah dan
pekerjaannya, juga merasa bahwa masa madya sudah mempunyai pekerjaan yang
mantab, dan bagi rata-rata ibu rumah tangga, pada usia itu tugas rumah tangganya
sudah berkurang.
Selama usia madya baik pria maupun wanita mempunyai alasan yang berbeda
untuk terjun dan bergabung dalam organisasi masyarakat dan aktif melakukan

6
kegiatan. Alasan lain mengapa mereka melibatkan diridalam kegiatan sosial
adalah karena perasaan sepi, mengingat berbagai kasus lebih baik kalau ia
melibatkan diri dengan kegiatan sosial sehingga mereka dapat lebih banyak
mengenal orang lain yang dilayani secara langsung. Alasan lain adalah dem
prestasi apalagi kalau mereka memegang posisi pimpinan organisasi. Puncak
keinginannya untuk berpartisipasi aktif adalah semasa usia empatpuluhan
dibanding pada usia limapuluhan dan bagi wanita mulai aktif pada usia menjelang
empat puluhan.

C. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasa Madya

a. Penyesuaian Pekerjaan Pria dan Wanita pada Fase Dewasa Madya


1. Pria
Biasanya, prestasi keberhasilan tertinggi bagi pria diperoleh pada
waktu usia empat puluhan dan awal lima puluhan. Pada masa itu pekerja
tidak hanya dapat mencapai puncak status dalam jenjang organisasi saja
tetapi juga pendapatannya mencapai angka tertinggi. Pria berusia madya
secara kelompok lebih puas dengan pekerjaannya, daripada mereka yang
relative masih muda sebagian karena bagi orang usia muda mempunyai
pekerjaan saja sudah menyenangkan dan sebagian lagi karena mereka
mempunyai pekerjaan yang lebih baik dari pada pekerjaan yang mereka
punyai waktu masih muda. Bagaimanapun juga ada beberapa pria yang
berusia madya yang telah mencapai puncak statusnya dalam kerjaannya
tetapi masih juga belum puas. Dalam kondisi seperti ini, beberapa dari
mereka berusaha mencari pekerjaan yang lebih mereka sukai dan bagi
sebagian pria lain tidak sekedar berganti pekerjaan saja, tetapi ada juga
yang berganti profesi.
2. Wanita
Jumlah wanita usia madya dalam profesi, bisnis, dan industri
meningkat, masalah penyesuaian diri mereka juga bertambah. Salah satu
masalah utama menyangkut kesamaan dengan pria dalam perekrutan,
promosi, dan gaji. Sebagian wanita, melihat pelatihan dan kemampuan
mereka, merasa sulit mendapat pekerjaan dan dipromosikan daripada
pria.Bidang kerja wanita biasanya tidak memperoleh persaingan yang

7
berat dari pria, karena kondisi tersebut banyak wanita usia madya tidak
hanya merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Tetapi mereka juga tidak
kerasan pada satu jenis pekerjaan yang sesuai dengan usianya. Beberapa
dari mereka khususnya yang mempunyai pekerjaan atau jabatan penting,
memutuskan untuk mengganti pekerjaan dan karir setelah mencapai usia
madya.
b. Penilaian terhadap Penyesuaian Pekerjaan Fase Dewasa Madya
Penyesuaian terhadap pekerjaan pada usisa madya, dapat dinilai dari
tingkat keberhasilan yang dicapai pria dan wanita dalam pekerjaan mereka dan
dari tingkat kepuasan yang diperoleh.
1) Pretasi, pekerja usia madya menikmati tingkat keberhasilannya (mendapat
pendapatan prestise, wewenang dan otonomi yang diharapkan). Masih
banyak pula pekerja lain yang merasa berhasil dalam arti bahwa mereka
telah berbuat yang terbaik dengan kemampuannya tapi menilai gagal karena
belum mencapai apa yang diinginkan di masa muda.
2) Kepuasan, pada usia 60-an biasanya terjadi penurunan kepuasan pada pria,
dikarenakan merasa memiliki kemungkinan yang kecil untuk berprestasi
meskipun sudah bekerja keras. Kepuasan kerja juga menurun.
3) Pekerjaannya, pada masa dewasa madya seseorang menunjukan sikap tidak
suka pada pekerja yang lebih muda. Tidak ada dari faktor tersebut yang
menunjang rasa puas terhadap pekerjannya.Wanita usia madya mengalami
kegagalan mencapai prestasi dan kepuasan kerja. Ketidakpuasan kerja dapat
terjadi oleh berbagai faktor sama halnya dengan pria, tetapi hal tersebut
semakin diintensifkan dengan ketidaksamaan dalam kesempatan untuk
pengembanganh asil. Anggota kelompok minoritas pria maupun wanita
mengalami kekecewaan terhadap pekerjaannya, sedang alasannya
samadengan yang dikemukakan oleh kelompok wanita.
4) Kepuasan Kerja. Greenberg dan Baron (2003) mendeskripsikan kepuasan
kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap
pekerjaan mereka. Robbin (dalam Baron, 2003) menjelaskan kepuasan
kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah
yang mereka yakini seharusnya mereka terima.Kepuasan kerja merupakan

8
fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji
memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan.
Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol
dari pencapaian, keberhasilan dan pengakuan/penghargaan.
c. Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja:
1) Gaji/Upah
Berdasarkan teori keadilan Adams, orang yang menerima gaji yang
dipersepsikan terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami
ketidakpuasan. Jika gaji dipersepsikan adil berdasarkan tuntutan-tuntutan
pekerjaan, tingkat ketermpilan individu dan standar gaji yang berlaku
untuk kelompok pekerjaan tertentu maka akan ada kepuasan kerja. Jika
dianggap gaji terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas. Tapi jika gaji
dirasakan terlalu tinggi, pekerja tidak lagi tidak puas, artinya tidak ada
dampak pada motivasi kerjanya. Gaji atau imbalan akan mempunyai
dampak terhadap terhadap motivasi kerja seseorang jika besarnya imbalan
disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
2) Kondisi Kerja
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan akan
menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus
membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga
kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
3) Hubungan Kerja
a) Hubungan dengan Rekan Kerja
Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh
masukan dari tenaga kerja lain. Hubungan antara pekerja adalah
hubungan ketergantungan sepihak yang berbentuk fungsional.
Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam jumlah tertentu
berada dalam satu ruangan kerja sehingga dapat berkomunikasi. Dalam
kelompok kerja di mana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu
tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan
tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi
dan mempunyai dampak pada motovasi kerja mereka.
b) Hubungan dengan Atasan

9
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah
tenggang rasa. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana
atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan
yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan
pada keterkaitan antara pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan
nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya mempunyai pandangan
hidup yang sama.
Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika
kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri
pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat
motivasinya dan sekaligus merasa puas dengan pekerjaannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para ahli teori humanistic seperti Maslow dan Rogers memandang fase
dewasa madya sebagai sebuah kesempatan untuk perubahan positif. tidak hanya itu
fase dewasa madya merupakan masa di mana pria dan wanita harus melakukan
penyesuaian yang meliputi mental, minat dan pekerjaa. Carl Jung memandang
bahwa laki-laki dan perempuan pada masa dewasa madya mengungkapkan aspek
kepribadian yang sebelumnya di tekan.
Usia dewasa madya merupakan masa yang paling sulit dalam rentang
kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk
menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan
pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap
peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik
yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan
10
untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia
madya.Penyesuaian pada dewasa madya merupakan usaha untuk mencapai
keharmonisanpada diri sendiri dan pada lingkunganya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J.W. 1995. Life – Span Development Perkembangan Masa hidup Jilid 2
Edsii 5. Jakarta: Erlangga.
Muhammad Syarif Hidayatullah, Raina Meilia Larassaty. 2017 . Makna Bahagia pada
Lajang Dewasa Madya. Jurnal Ecopsy. Vol.4 No.2.
https://media.neliti.com/media/publications/195929-ID-makna-bahagia-pada-
lajang dewasa-madya.pdf
Nuzul Ahadiyanto.( 2021 ).Diktat Psikologi Perkembangan Dewasa dan Lanjut
Usia.Institut Agama Islam Negeri Jember.45-49.

12

Anda mungkin juga menyukai