Anda di halaman 1dari 6

UJIAAN TENGAH SEMESTER STT HKBP PEMATANGSIANTAR T.

P 2020/2021
Nama : Abram Manahan Sitorus
NIM : 18.3344
Kelas : 6B
Mata Kuliah : Missiologia I
Dosen Pengampu : Pdt. Pulo Aruan, M.Th

Sifat Ujian : Buka Buku


Buku rujukan : Apa itu Misi - J. Andrew Kirk.

Soal :
1. Bicarakanlah bagaimana aspek-aspek mengenai sifat Allah berikut ini membentuk
misi Allah : kasih, keadilan, kekudusan, kemarahan dan belas kasihan.
2. Uraikanlah gejala-gejala suatu Gereja yang telah kehilangan visi misionernya dan
langkah-langkah yang dapat diambilnya guna memulihkannya.
3. Siapkanlah suatu garis besar singkat dari pelayanan Yesus di depan umum
sebagaimana ditulis dalam salah satu dari keempat kitab injil.
4. Tariklah pelajaran-pelajaran yang anda telah pelajari dari setiap kegiatan PI
dimana anda pernah terlibat.
5. Jelaskanlah kepada seorang sahabat yang bersikap terbuka namun yang belum
mendengar, mengapa anda berpendapat bahwa Injil Yesus Kristus merupakan
kabar baik.
6. Pilihlah sebuah contoh dari pengalaman anda sendiri tentang bagaimana
kebudayaan telah menyelewengkan Injil dan berilah saran cara-cara untuk
menanggulangi situasi itu.
7. Lukiskanlah suatu situasi dimana anda merasa gereja telah berhasil membuat Injil
relevan bagi suatu kebudayaan (atau sub-kebudayaan).
Jawaban :
1. Missio Dei merupakan titik tolak dalam memulai penyelidikan tentang hakekat misi.
Yang mana Missio Dei memberitakan kabar baik bahwa Allah adalah Allah untuk
manusia. Misi Allah diungkapkan melalui keseluruhan pekerjaan-Nya untuk
menyelamatkan dunia dan segala isinya. Kepedulian Allah terhadap manusia dan segala
ciptaan-Nya diwujudkan dengan cara mengutus Yesus Kristus untuk keselamatan dunia.
Gereja harus kemali ketugas utamanya dalam memberitakan injil dan membuat orang
bertobat kepada Kristus, dan akan membawaa dampak jauh lebih besar kepada kebutuhan
sosial, moral dan psikologis manusia daripada progam lain. Sebagian dari gerakan-
gerakan sosial terbesar dalam sejarah telah terjadi sebagai akibat dari orang-orang yang
bertobat kepada Kristus. Tidak ada penginjilan tampa solidaritas, tidak ada solidaritas
Kristen yang tidak membagikan kerajaan yang merupakan janji Allah kepada kaum
miskin dunia. Terdapat satu uji kredebilitas ganda sebab pemberitaan yang tidak
berpegang pada janji keadilan kerajaan bagi kaum miskin diseluruh bumi adalah ejekan
terhadap injil. Tetapi partisipasi Kristen dalam perjuangan-perjuangan demi keadilan
yang ridak menunjuk pada janji-janji kerajaan juga ejekan bagi pemahaman Kristen
tentang keadilan. Berita Syalom Allah yang dikenal dengan Injil (kabar baik) adalah
berita sukacita dan damai sejahtera yang harus diberitakan kepada semua manusia di
muka bumi ini. Memberitakan Injil adalah tanggung jawab semua orang percaya, sebab
Amanat Agung Tuhan Yesus merupakan amanat yang bersifat imperatif. Oleh sebab itu,
orang percaya harus sadar akan tanggung jawabnya dalam menjalankan misi kudus Allah,
yaitu Syalom Allah bagi dunia ini. Billy Graham mengatakan: “Kita harus betul-betul
sadar akan segala sesuatu yang tercakup dalam misi penginjilan, dan akan pentingnya
misi seperti yang ditekankan dalam Alkitab. Kita juga harus betul-betul sadar akan
pentingnya panggilan untuk menjadi penginjil”. Hal ini menjelaskan bahwa misi menjadi
tanggung jawab setiap umat Kristen, karena tema utama seluruh isi Alkktab adalah misi
Allah, yaitu rencaan daan tindakan Allah untuk meyelamatkan manusia dari kuasa dosa
melalui pengurbanan Tuhan Yesus. Pemeliharaan dan pemerintahan Allah berdaulat
penuh atas alam semesta dan menyentuh seluruh elemen kehidupan. Allah juga
berdaulatatas hidup setiap umat manusia, yang menjelaskan bahwa Allah berkuasa atas
kelahiran, karier, dan kematian manusia. Allah dengan giat terlibat sebelum seseorang
dilahirkan, dan melaksanakan rencanaNya dalm kehidupan seseorang. Allah menentukan
saat dan cara seseorang meninggal. Allah juga berdaulat memelihara dan mencukupi
segala kebutuhan umatNya, menjamin keamanan, menyediakan yang baik, dan pada
umumnya membuat segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia. Allah juga berdaulat atas nasib orang-orang yang diselamatkan dan yang tidak
diselamatkan. Ia akan menuntuhn orang percaya sepanjang hidupnya hingga mencapai
kemuliaan. Ia akan menopang orang-orang percaya kepadaNya ketika mereja jatuh, tetapi
hukuman dari Tuhan akan menimpa orang-orang yang tidak percaya.

2. Gereja pada masa kini terus berkembang dan berwujud dalam berbagai format. Pada
kenyataannya gereja-gereja cenderung membangun kekuasaannya sendiri dan
kerajaannya. Tantangan yang dihadapi gereja masa kini adalah bagaimana gereja tetap
bekerja di tengah masyarakat post modern melalui misi yang kontekstual. Masyarakat
memiliki keyakinannya masing-masing dan apa yang bisa diperbuat adalah menjadi
bagian dari dunia dengan paradigma seperti Allah melihat yaitu untuk mendirikan
Kerajaan-Nya di bumi seperti di surga. Kesimpulannya bahwa gereja seharusnya tidak
hanya fokus pada hal-hal di dalam (internal) tapi juga tetap melakukan gerakan missioner
ke seluruh dunia seperti yang diamanatkan oleh Tuhan Yesus. Hal yang perlu dilakukan
ialah Gereja perlu membuka mata hatinya untuk kembali melihat esensi dari keberadaan
gereja adalah menjadi katalisator di dunia dan membawa terang kepada dunia yang gelap
dengan berbagai sekularisasi dan world view yang berbeda. Sementara itu gereja menjadi
alat-Nya untuk mewartakan Kabar Baik dan mendatangkan kerajaan Allah ke dalam
dunia. Dalam hal ini berarti bahwa Kerajaan Allah adalah sebuah sistem pemerintahan
yang mengakui Yesus Tuhan sebagai Raja dan pemerintahan dijalankan sesuai dengan
Firman Tuhan. Gereja yang menyadari perbedaan paradigm ini akan melakukan gerakan
karena dunia ini sedang sibuk dengan pergulatan masalah hidup pada saat ini. Tantangan
bagi gereja untuk dapat menolong orang-orang yang di luar gereja melihat sebuah cara
pandang yang ada di atasnya yaitu keberadaan Tuhan di dalam realita hidup.

3. Injil Sinoptik menggambarkan dua lingkungan geografis yang berbeda dalam pelayanan
Yesus. Yang pertama bertempat di utara Yudea di Galilea, di mana pelayanan Yesus
mengalami suatu kesuksesan; dan yang kedua memperlihatkan ditolak dan dibunuhnya
Yesus ketika mengadakan perjalanan ke Yerusalem. Secara khusus Yesus melarang
mereka yang mengenali identitas-Nya untuk berbicara tentang hal itu, termasuk orang-
orang yang disembuhkan Yesus dan setan-setan yang diusir-Nya. Injil Yohanes
menggambarkan pelayanan Yesus lebih banyak berlangsung di dan sekitar Yerusalem
daripada di Galilea. Dalam Injil ini, identitas ilahi Yesus dinyatakan secara terbuka di
hadapan publik dan segera diakui oleh mereka. Para akademisi membagi pelayanan
Yesus ke dalam beberapa tahap. Pelayanan di Galilea dimulai ketika Yesus kembali ke
Galilea dari Gurun Yudea setelah penolakan atas semua godaan Setan. Yesus berkhotbah
di seluruh Galilea dan Matius 4:18–20 mengisahkan bahwa murid-murid pertama Yesus,
yang pada akhirnya membentuk inti dari Gereja perdana, bertemu dengan Yesus dan
mulai bepergian dengan-Nya. Periode ini meliputi peristiwa Khotbah di Bukit, yaitu salah
satu pengajaran utama Yesus, meredakan badai, memberi makan 5.000 orang, berjalan di
atas air, serta sejumlah mukjizat dan perumpamaan. Periode ini berakhir
dengan Pengakuan Petrus dan peristiwa Transfigurasi.
Pengajaran Yesus dicatat dalam keempat Injil. Dalam Injil sinoptik, Yesus sering
berbicara dengan menggunakan perumpamaan. Perumpamaan adalah cerita sederhana
dengan makna dan pelajaran penting di baliknya. Yesus juga mengajarkan banyak hal
penting yang praktis dengan khotbah-Nya di atas bukit (Mat. 5-7). Banyak pengajaran
yang Yesus sampaikan, tetapi fokusnya adalah tentang Kerajaan Allah dan kebenaran.
Kasih Allah yang sangat besar dinyatakan kepada orang yang sesat dan berdosa; percaya
kepada-Nya dan hidup di dalam kasih adalah jalan kebenaran; dua perintah besar adalah
mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Mat. 22:40); untuk menjadi murid Yesus perlu
komitmen dan kerelaan untuk mengangkat salib; dan banyak lagi. Yesus juga mengajar
murid-Nya tentang doa, yaitu komunikasi dengan Bapa. Dia memberi mereka bukan saja
pengajaran tetapi juga pelatihan langsung dalam melayani. Kemudian, Dia mengutus
mereka untuk pergi dan memberitakan Injil (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15-18; Luk. 24:48-
49; Yoh. 20:21-23). Sementara itu, dalam Injil Yohanes Yesus banyak mengajar tentang
hubungan-Nya dengan Bapa-Nya. Salah satu contohnya adalah kisah tentang Yesus
mengajar Nikodemus tentang kelahiran baru dan bagaimana manusia harus dilahirkan
kembali sebagai anak-anak Allah. Dia juga khusus mengajar murid-murid-Nya tentang
kedatangan Roh Kudus.

4. Bermisi dalam pendampingan kelas belajar sidi. Saat itu saya beserta sahabat saya
mahasiswa STGH sedang melakukan pendampingan kegiatan outbound terhadap kelas
pelajar sidi di HKBP Pangombusan. Dalam kegiatan tersebut terdapat 56 orang peserta
aktif dalam mengikuti rangkaian kegiatan demi kegiatan. Pelaksanaan kegiatan tersebut
berlandaskan dari tema “ Kamu telah belajar mengenal Kristus” (Efesus 4:20b).
Berdasarkan hal tersebut para pelajar sidi diajak untuk lebih mendalami dan menggumuli
akan apa yang menjadi komitmen-komitmen pribadi mereka dalam menempuh capaian
atau harapan mereka masing-masing terutama untuk lebih bias dalam saling mengasihi
satu sama lain. Mengingat akan hal itu mereka yang sebelumnya belum saling mengenal
satu sama lain akan latar belakang keluarga, pendidikan dll dipacu agar lebih saling
memperhatikan pribadi satu sama lain. Lalu saya teringat cerita ketika Tuhan Yesus
memanggil murid-muridnya"jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala
manusia". Demikian Yesus berkata kepada Simon. Menjala manusia. Demikianlah tugas
yang Tuhan berikan kepada Simon. Bagaimana supaya Simon mengikut Yesus
menyebarkan Kasih Tuhan kepada orang banyak tanpa melihat latar belakang orang
tersebut. Demikianlah saya memahami misi. Bahwa misi bukan lagi sebatas
mengkristenkan orang, tetapi bagaimana saya mampu mengasihi manusia sebagai teladan
Yesus Kristus yang telah lebih dahulu mengasihi saya (Mat. 22:39).

5. Falsafah dasar Yesus Kristus tentang Penginjilan, sebenarnya berkisar pada pemahaman
tentang diri-Nya dan misi-Nya. Rentetan pemahaman tentang pribadi Yesus dan misi-
Nya dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini:
1. Yesus melihat diri-Nya sebagai "Pemberita Yang Diurapi Allah" (Pemberita Mesias)
dengan tugas Mesianik (Lukas 4:18) yang datang untuk melakukan pekerjaan sebagai
Imam Raja, Imam Besar (Pemberi berkat); Imam -- yang mengorbankan diri sebagai
korban. Tugas Mesianik ini berhubungan dengan pekerjaan penebusan, yang telah
dikhususkan untuk itu. Dari pihak Allah, Ia adalah korban anugerah untuk menebus
manusia berdosa, sedangkan dari pihak manusia Ia adalah korban pengganti, yaitu
mengambil tempat dalam wujud sebagai manusia. Dia dikutuk dan dihukum untuk
menggantikan manusia (1 Petrus 2:22-24 -- bandingkan Yesaya 53). Inilah inti berita
Injil(1 Yohanes 4:10).
2. Yesus melihat diri-Nya sebagai "Pemberita yang diutus" dengan suatu berita
(Pemberita Rasul/Apostle) dengan tugas Kerasulan/apostolik. Lukas 4:19, berbicara
tentang tugas misioner/penginjilan. Tugas ini menyangkut "datang sebagai utusan
Allah" dengan "Karya Pembebasan", yaitu pembebasan dalam segala bidang atau
pembebasan total. Bila Yesus membebaskan, maka Ia membebaskan secara total,
yaitu meliputi segi materi dan non materi manusia dari kuasa dosa (Galatia 5:1). Jadi,
berita pembebasan Yesus harus bekerja dalam segala bidang. Pembebasan rohani
adalah kunci dalam pembebasan di segala segi kehidupan. Semua yang telah
dibebaskan akan hidup dalam rahmat Tuhan (Yohanes 17:18).
3. Yesus melihat diri-Nya sebagai Penyataan Kerajaan/Pemerintahan Allah. Di sini, Ia
melihat diri-Nya sebagai "tanda" bagi manifestasi kerajaan itu (Lukas 17:20-21).
Kehadiran Yesus di bumi adalah sebagai "tanda" bahwa kerajaan Allah memulai
babak pembebasan dan penguasaan-Nya secara baru di bumi (Matius 16:21-28; Markus
8:31 - 9:1; Lukas 9:22-27). Dengan demikian, berita penginjilan adalah berita "Kerajaan
Allah", berita yang berkisar pada Alkitab; berita sekitar pribadi Yesus Kristus, dan berita
Kristologis. Berita pembebasan ini bertumpu pada pribadi Yesus Kristus dan dimensinya
bergerak pada batas yang berikut:
1. Penyataan Kerajaan Allah adalah penyataan pembebasan Kristus yang membebaskan
manusia dari kuasa dosa. Yohanes Pembaptis menyerukan: "Bertobatlah dan berilah
dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu" (Markus 1:4), dan Yesus
Kristus menyerukan: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" (Markus 1:15). Yohanes dan Yesus
memberitakan berita kerajaan itu yang dapat dibuktikan sebagai "menyatakan diri"
dalam pertobatan.
2. Dalam pertobatan, Allah membebaskan para petobat itu dari dosa dan mengklaim
kekuasaan pemerintahan-Nya atas mereka yang telah dibebaskan itu. Dalam
penginjilan berita "Kerajaan Allah" datang dalam kuasa pembebasan yang
diwujudkan melalui "pertobatan". Pertobatan (berita kerajaan) harus mendapat tempat
dalam tugas penginjilan itu.
Penyataan Kerajaan Allah adalah Penyataan Pembebasan Allah yang menekankan
pada "kewajiban taat" dari mereka yang telah dibebaskan. Hal ini dapat diungkapkan
dalam cara:
1. Menyambut Kerajaan Allah -- datanglah kerajaan-Mu. Orang yang telah dibebaskan
akan menggunakan kebebasan untuk memberikan kesempatan kepada Allah
memerintah atas hidupnya (Matius 6:10).
2. "Menyaksikan" kuasa kerajaan Allah itu bekerja (Matius 6:13) yaitu dalam
pengudusan, pengampunan, kecukupan kebutuhan sehari-hari, kerelaan mengampuni,
bertahan terhadap pencobaan atau kejahatan (Matius 6:9-13).
3. Membuktikan "kuasa kerajaan Allah" dalam pengalaman dan sikap hidup, yaitu
dengan bertanggung jawab memberikan prioritas kepada-Nya (Matius 6:33). Kuasa
Kerajaan Allah itu akan terbukti bekerja hari ini dan di sini, menjawab tantangan hari
ini dalam segala segi kehidupan serta menjadi landasan bagi pembebasan hari esok
yang merupakan rahasia bagi manusia. Dengan demikian, penginjilan dalam falsafah
Yesus jelas berkisar pada diri-Nya sendiri (Kristologi), dan dinyatakan dalam
pekerjaan-Nya sebagai Mesias dengan karya penebusan-Nya, sebagai Rasul dalam
karya pembebasan-Nya, dan kuasa kerajaan Allah dengan kedaulatan pemerintahan-
Nya yang penuh berkat.

6. Pola hidup yang konsumtif dan serba instan. Tanpa kita sadari setiap harinya apa yang
kita lakukan terkadang bertentangan dengan firman Tuhan yang mana seharusnya kita
taati. Tidak dapat kita pungkiri jika globalisasi beserta ide-ide inovasinya sangat
memberikan dampak yang besar bagi kita, namun ada baiknya jika kita menyeleksi serta
memilih dengan bijak apa saja yang baik dan buruk terhadap kita dihadapan Allah. Hal
ini dapat diperhatikan dalam ayat alkitab tentang hedonisme. Salah satu kebudayaan yang
melanggar firman Tuhan yakni hidup konsumtif dan instan. Hidup konsumtif dalam
artian menggunakan atau memanfaatkan suatu produk yang kita butuhkan yang mana
tidak dapat kita produksi sendiri tidak termasuk ke dalam kebudayaan yang melanggar
firman Tuhan. Namun apabila seseorang sangat konsumtif dan hidup instan bukankah
dapat berpengaruh terhadap kehidupannya sendiri? Saya ambil contoh seperti seseorang
yang setiap harinya mengkonsumsi makanan junk food atau makanan lainnya dengan
tidak memerhatikan kesehatannya sendiri. Dalam jangka waktu yang panjang
kebiasaannya ini dapat menyebabkan kesehatannya terganggu atau malah memicu
penyakit pad dirinya sendiri. Jika kita lihat dari sisi keuangan bukankah orang yang saya
contohkan ini melakukan pemborosan? Bisa saja jika ia memasak sendiri makannya yang
mana tentu dapat menghemat pengeluaranya. Pemborosan tanpa melihat batasan ini juga
melanggar ketetapan Tuhan akan berkat yang diberikan kepada kita, Tuhan memberikan
kelimpahan kepada kita untuk dapat kita atur sebaik mungkin. Tuhan ingin agar kita juga
dapat mengatur ekonomi kita sehingga apa yang telah diberikan tersebut juga dapat kita
berikan atau limpahkan kepada orang lain yang mungkin saja lebih membutuhkan.
Dengan cara ini bukankah kita juga menyalurkan dan menjadi berkat bagi orang lain?
sehingga kita boleh menjadi ciri orang bijak menurut alkitab.

7. Dalihan Na Tolu merupakan suatu kebudayaan yang melekat pada masyarakat Batak
pada umumnya. Menjadi tantangan tersendiri bagi umat Kristen di batak, bagaimana
menjalankan misi Kristen yang dinamis pada masyarakat batak yang telah memiliki
system kebudayaan sejak jaman dahulu dan berlaku turun temurun ke keturunannya
sampai sekarang ini. masyarakat Kristen Batak harus memiliki pemikiran terbuka dalam
menjalankan misi Kristen di tanah Batak. Masyarakat Kristen Batak dapat menggunakan
Dalihan Na Tolu sebagai bentuk misi Kristen yang inkulturatif. Budaya batak (Dalihan
Na Tolu (DNT)) tidak dapat dipandang sebagai suatu bentuk manifestasi dari dunia yang
penuh dosa semata tetapi budaya batak harus dilihat sebagai ladang kerja bagi umat
Kristen. Dalihan Na Tolu yang menjadi system kekerabatan di budaya Batak sangat baik
dilihat sebagai implementasi dari iman Kristen karena Dalihan Na Tolu memberikan nilai
saling menghormati, saling menghargai dan saling menolong pada masyarakat Batak.
Nilai-nilai yang dimunculkan oleh Dalihan Na Tolu merupakan nilai-nilai Kristiani yang
menjadi kabar baik bagi masyarakat Batak. Nilainilai ini merupakan bentuk kasih yang
diwujudkan oleh Yesus Kristus pada zamannya dan dilakukan oleh masyarakat Batak
pada budayanya. Hal inilah yang menjadi inkulturasi misi Kristen di tanah Batak. Dengan
demikian, masyarakat Kristen di tanah Batak yang menjalankan misi Allah yaitu
mewartakan dan menyatakan kabar baik bagi seluruh umat manusia harus menjalankan
system kekerabatan Dalihan na Tolu dengan baik. Dalihan Na Tolu merupakan aplikasi
kabar baik yang diwartakan umat Kristen sehingga Dalihan Na Tolu juga memaknai nilai
Injili. Saling menghormati meruapakan suatu sikap yang diajarkan oleh Yesus Kristus
selama masa hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai