Anda di halaman 1dari 3

SIKAP DAN PERILAKU PROFESSIONAL

Ciri orientasi professional adalah sejauh mana ia memberikan pelayana kepada orang yang
memerlukan. Fungsi pelayanan ini adalah bagian terpenting dalam pengakuan status sebagai
professional dalam masyrakat. Diharapkan bahwa seorang profesioanl akan dapt menyampingkan
kepentingan-kepentingan pribadinya sendiri dengan mengutamakan kepentingan kliennya. Apabila si
professional bertindak sebaliknya, maka ia akan menerima sanksi oleh teman sejawat maupun oleh
masyarakat. Disinilah penekanan betapa pentingnya fungsi pelayanan seorang professional yang terikat
pada norma atau aturan tertentu, misalnya kode etik tertentu. Selain norma pelayanan terdapat pula
norma lain yang mengatur hubungan antara professional dengan lingkungannya.

Orientasi profesionalnya adalah obyektif, tidak pribadi (impersonal) dan tidak memihak
(impartial). Hubungan ini terbatas pada tugas teknis yang menjadi pertimbangan saat itu, sehingga
seorang professional diharapkan akan menghindari keterlibatan emosional dengan kliennya. Dengan cara
yang tidak memihak meskipun menyangkut kepentingan pribadinya, secara obyektif dan netral seorang
professional akan mengadakan penilaian yang beralasan dan rasional demi kepentingan kliennya.

Sikap moral profesi ini sangat dikontrol oleh konsep diri seseorang antara lain sikap menghadapi
tantangan, cobaan serta hambatan.

1. Tidak memaksa

Seorang yang berjiwa atau bermoral profesional tetunya akan memiliki keahlian teknis yang khusus yang
mendukung keprofesionalannya. Dengan demikian dia akan mempunyai kekuatan (`power’). Sehingga
dengan ‘power’ yang dia miliki, dia dapat melakukan tindakan untuk menekan pihak lain.

2. Tidak berjanji

Satu sikap moral professional dalam menghadapi apapun yang telah, sedang dan bakal terjadi juga hal
yang harus diperhatikan. Sikap ihlas dalam menghadapi keberhasilan maupun kegagalan merupakan sikap
professional yang ketiga. Berjanji merupakan tindakan yang mungkin sekali menjadikan kita melanggar
dua sikap moral sebelumnya yang disebutan diatas. Karena kegagalan maka akan muncul pemaksaan atau
mengiba dari salah satu pihak, atau bahkan kedua pihak. Sehingga kesiapan menerima apapun yang bakan
terjadi merupakan sikap moral profesi yang dibutuhkan.

3. Tidak mengiba

Pada saat-saat tertentu kesulitan atau hambatan muncul baik dipihak pekerja maupun perusahaan. Krisis
ekonomi saat lalu (soalnya saya yakin saat ini sudah mulai tahap penyembuhan) banyak mengakibatkan
kesulitan dikedua pihak.

Tentunya tidak bisa hanya dengan mengiba untuk menghadapi kesulitan ini, dan tentunya tindakan
mengiba ini bukan moral yang professional.
HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PROFESIONALISME

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi. Sebagai
contoh, pekerjaan staff administrasi tidak masuk dalam golongan profesi karena untuk bekerja sebagai
staff administrasi seseorang bisa berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan dan
pengalaman, sedangkan akuntan merupakan profesi karena seseorang yang bekerja sebagai akuntan
haruslah berpendidikan akuntansi dan memiliki pengalaman kerja beberapa tahun di kantor akuntan

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang
tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi
dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu
pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek.

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PROFESIONALISME

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi. Sebagai
contoh, pekerjaan staff administrasi tidak masuk dalam golongan profesi karena untuk bekerja sebagai
staff administrasi seseorang bisa berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan dan
pengalaman, sedangkan akuntan merupakan profesi karena seseorang yang bekerja sebagai akuntan
haruslah berpendidikan akuntansi dan memiliki pengalaman kerja beberapa tahun di kantor akuntan.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal
yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang
sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu
dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu
penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.

HUBUNGAN ANTARA PROFESI DAN PROFESIONALISME

Seorang yang profesional adalah seseorang yang menjalankan profesinya secara benar dan
melakukannya menurut etika dan garis-garis profesionalisme yang berlaku pada profesinya tersebut.
Untuk menjadi seorang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan dituntut untuk memiliki
beberapa sifat sebagai berikut :
1.   Memiliki komitmen tinggi
Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat dalam menjalankan profesinya.
2.   Tanggung jawab
Seorang profesional juga haruss bertanggung jawab penuh terhadap profesinya.
3.   Berpikir sistematis
Seorang profesinal harus berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya.
4.   Penguasaan materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam, bahan dan materi yang berhubungan dengan
profesinya.
5.   Menjadi bagian masyarakat profesional
Seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya. Titik penekanan
dalam profesionalisme adalah penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Kata isme dalam profesionalisme berarti paham. Ini berarti pula bahwa nilai-nilai
profesional harus menjadi bagian dari jiwa seseorang yang mengemban sebuah profesi.

Anda mungkin juga menyukai