Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UTILITAS

PENYEDIAAN LISTRIK UNTUK INDUSTRI KIMIA

Disusun Oleh:

FADLILLAH FANI
21030119130119

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
1. Konsumsi Listrik Di Indonesia

Masyarakat Indonesia telah dibiasakan berkonsumsi terlalu tinggi di luar


batas kemampuannya yang wajar. Keinginan berkonsumsi tinggi ini telah
mendorong manusia Indonesia untuk kehilangan kendali, sehingga berani
menghalalkan berbagai cara untuk atau demi memenuhi kebutuhannya
tersebut. Kebiasaan mendapatkan bantuan subsidi telah membiasakan bangsa
Indonesia berkonsumsi terlalu berlebihan.

2. Penggunaan Listrik pada Industri


Listrik memegang peranan yang vital dalam kehidupan. Dapat dikatakan
bahwa listrik telah menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan baik
di rumah tangga maupun industry. Apabila industry berkembang dengan
pesat akan berakibat kepada meningkatnya laju ekonomi yang akhirnya
berpengaruh terhadap peningkatan perkiraan kapasitas pembangkit tenaga
listrik.
Sektor industi memerlukan listrik yang ketersediannya terus berlanjut
(sustainable), terjangkau (equity), dan cukup (security). Hal tersebut akan
mendukung industri dalam negeri untuk menyediakan produk yang
berkualitas dan berdaya saing. Konsumsi energi yang paling besar di sektor
industri terdapat pada industry makanan, minuman, dan tembakau dengan
porsi 18,5%. Diikuti oleh industry pupuk, kimia, dan barang dari karet
(18,1%), industry semen dan barang galian bukan logam (17,2%) industry
tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki (17%), serta industry logam dasar,
besi, dan baja (9,7%).
Unit penyedia listrik berfungsi untuk memenuhi kebutuhan listrik di
seluruh area pabrik, pemenuhan kebutuhan listrik dipenuhi oleh PLN dan
sebagai cadangan adalah generator set untuk menghindari gangguan yang
mungkin terjadi pada PLN. Manfaat listrik di industri kimia dapat dibagi :
a. Listrik untuk keperluan proses.
b. Listrik untuk utilitas.
c. Listrik untuk penerangan dan AC.
d. Listrik untuk laboratorium dan bengkel.
e. Listrik untuk instrumentasi
3. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi
tenaga listrik adalah :
1) Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2) Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan
tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikin tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau
500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan
tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir (1 kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai
tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga
kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan
diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada
gardu untuk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran
tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi
primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan
tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu
220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke
konsumen- konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan
bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan
yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi
antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga
perlengkapanperlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat
beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan
menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai
tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat
bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

4. Pembangkit Listrik
a. PLTA
PLTA adalah suatu pembangkit listrik dengan media kerja air.
Secara umum, PLTA adalah mesin konversi energi yang terdiri dari dam
(bendungan),reservoir, penstock (pipa pesat), turbin, draft tube, power
house dan electricity terminal Dalam suatu sistem PLTA (Pembangkit
Listrik Tenaga Air), turbin merupakan suatu peralatan utama selain
generator. Sistem kerjanya adalah dengan memanfaatkan arus aliran air
dari sungai yang kemudian di tampung pada sebuah dam (bendungan)
yang kemudian dialirkan pada suatu rangkaian pipa agar energi potensial
air dapat diubah menjadi energi kinetik, sehingga pada akhirnya diubah
kembali menjadi energi mekanis untuk menggerakkan atau memutarkan
turbin hal tersebut menyebabkan generator yang seporos dengan turbin
dapat berputar, maka dengan proses yang terjadi tersebut induksi
elektromagnetik yang menghasilkan energi listrik. Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial dari
bendungan (dam) atau air terjun menjadi energi mekanik dengan bantuan
turbin air dan dari energi mekanik menjadi energi listrik dengan bantuan
generator. Kapasitas daya yang dihasilkan PLTA diseluruh dunia ada
sekitar 675.000 MW atau setara dengan 3,6 milyar barrel minyak atau
sama dengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh lebih 1
milyar orang. Komponen – kompnen dasar PLTA berupa bendungan
(dam), turbin, generator dan transmisi.PLTA merubah energi yang
disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan energi listrik. Turbin
mengkonversi tenaga gerak jatuh air ke dalam daya mekanik. Kemudian
generator mengkonversikan daya mekanik tersebut dari turbin ke dalam
tenaga elektrik. Jenis PLTA bermacam-macam, mulai yang berbentuk
“mikro-hidro” dengan kemampuan mensupalai untuk beberapa rumah saja
sampai berbentuk raksasa seperti Bendungan Karangkates yang
menyediakan listrik untuk berjuta - juta orang-orang. Photo dibawah ini
menunjukkan PLTA di Sungai Wisconsin, merupakan jenis PLTA
menengah yang mampu mensuplai listrik untuk 8.000 orang (Hidayat,
2019).
b. PLTU
Pembangkit listrik tenaga uap adalah pembangkit listrik yang
menggunakan energi kinetik dari uap air untuk menghasilkan energi listrik.
PLTU menggunakan siklus Rankine di dalam proses operasinya. Siklus
Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas menjadi
kerja. PLTU memiliki 3 siklus konversi energi dalam operasinya, yaitu:
1) Konversi energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas dalam
bentuk uap bertemperatur dan bertekanan tinggi.
2) Konversi energi panas menjadi energi mekanik untuk memutar
generator.
3) Konversi energi mekanik menjadi energi listrik
PLTU bekerja dengan siklus air tertutup (closed loop). Siklus
tertutup adalah siklus air yang digunakan secara berulang-ulang. siklus
kerja dari PLTU jika dideskripsikan adalah sebagai berikut:
1) Air dimasukkan ke dalam boiler.
2) Campuran antara bahan bakar dan udara akan memanaskan air di dalam
boiler hingga menjadi uap.
3) Uap yang dihasilkan oleh boiler masuk ke dalam sudu-sudu turbin
kemudian memutar turbin. Turbin memiliki satu poros dengan
generator, sehingga dengan berputarnya turbin maka generator sudah
menghasilkan energi listrik.
4) Uap yang telah melewati turbin kemudian di dinginkan di dalam
kondensator, tujuan untuk mendinginkan uap adalah agar uap berubah
wujud kembali menjadi air. Proses kondensasi dibantu oleh aliran air
baik dari cooling tower maupun air yang bisa didapatkan secara
langsung dari lingkungan seperti laut.
5) Setelah uap air berubah menjadi cair, air akan di sirkulasikan kembali
ke dalam boiler dengan bantuan pompa air.
Terdapat beberapa jenis bahan bakar yang dapat digunakan untuk
memanaskan air di dalam boiler, diantaranya:
1) Gas (Liquid Petroleum Gas, Hydrogen, Biogas).
2) Biomass.
3) Geothermal (Panas Bumi).
4) Nuklir. (Yuniarti & Aji, 2019)
c. PLTG
PLTG adalah pembangkit tenaga listrik yang mengonversi energi
kinetik yang dihasilkan oleh gas untuk menghasilkan energi mekanik pada
turbin dan kemudian di konversi lagi oleh generator menjadi energi listrik.
Siklus kerja dari PLTG adalah sebagai berikut:
1) Udara dari lingkungan diserap oleh kompresor dengan bantuan filter
agar udara yang masuk adalah udara yang bersih dari debu maupun
kotoran lainnya.
2) Udara kemudian di tekan oleh kompresor bersamaan dengan bahan
bakar gas.
3) Di dalam combustion chamber campuran udara dan gas dibakar dalam
tekanan yang tinggi sehingga gas buang dari combustion chamber
memiliki tekanan tinggi yangdapat memutarkan turbin.
4) Turbin mengubah energi kinetik dari gas menjadi energi mekanik
selanjutnya turbin akan memutar generator.
5) Generator menghasilkan energi listrik dari berputarnya turbin.
6) Sisa gas bakar dibuang secara langsung ke lingkungan (Yuniarti & Aji,
2019)
d. PLTN
Prinsip kerja dari PLTN adalah memanfaatkan reaksi fisi dan fusi
(pembelahan inti dan penggabungan) nuklir. Reaksi fusi adalah proses
penggabungan dua inti atom membentuk sebuah inti atom yang lebih besar
untuk melepaskan energi. Reaksi fusi nuklir merupakan reaksi yang
menyebabkan bintang bersinar maupun bom hidrogen meledak. Sedangkan
reaksi fisi adalah proses pembelahan inti atom diakibatkan oleh inti atom
lain yang bertabrakan. Reaksi ini melepaskan energi dalam bentuk panas.
Bahan bakar yang digunakan dalam proses fusi dan fisi adalah uranium,
plutonium dan thorium dengan simbol di dalam kimia U -235 atau U-238,
P-239, dan TH90. Bahan bakar kimia untuk PLTN didapatkan dengan cara
penambangan. Penambangan dapat dilakukan secara terbuka (open pit)
maupun tertutup. Energi yang dihasilkan oleh bahan bakar PLTN seperti
satu kilogram uranium setara dengan 2,4 juta kilogram batu bara. Proses
kerja PLTN hampir sama dengan proses kerja PLTU, perbedaan hanya pada
proses pemanasan fluida sistemnya saja pada boiler. Jika di dalam PLTU
pemanas air disebut boiler, pemanas air pada PLTN disebut sebagai Reaktor
(Yuniarti & Aji, 2019).
5. Rangkaian Arus Listrik
a. Rangkaian listrik 1 phase
Sistem 1 fasa adalah sistem instalasi listrik yang menggunakan dua
kawat penghantar yaitu 1 kawat fasa dan 1 kawat 0 (netral). Listrik AC
tersebut hanya terdapat satu gelombang voltase. Biasanya digunakan pada
instalasi listrik penerangan dan alat rumah tangga dalam industri seperti
kipas angin, pompa air, kipas angin, kompresor AC dan kulkas di dalam
kantor.
b. Rangkaian listrik 2 phase
Hanya ada dua jenis yaitu instalasi listrik 1 fasa dan instalasi listrik 3
fasa. Karena instalasi listrik 2 fasa tidak pernah dijelaskan, bahkan jarang
disebutkan. Definisi instalasi listrik 2 fasa sebenarnya akan sulit
dijelaskan karena memang belum ada karena alat-alat listrik yang
menggunakan listrik 2 fasa. Pembangkit 3 fasa sebenarnya bisa digunakan
untuk 1 fasa atau 2 fasa. Karena listrik 1 dan 3 fasa sudah ada
pembangkitnya sedangkan ketiadaan pembangkit listrik 2 fasa menjadikan
belum adanya alat–alat listrik yang menggunakan instalasi listrik 2
ataupun instalasi listrik 4 fasa.
c. Rangkaian listrik 3 phase
Sistem 3 fasa adalah sistem instalasi listrik yang menggunakan tiga
kawat fasa dan satu kawat 0 (netral) atau kawat ground. Berfungsi sebagai
tenaga penggerak untuk peralatan proses maupun penerangan dan tenaga
penggerak untuk peralatan proses (Hoist Crane/alat angkat, kompresor
AC dan chiller, motor-motor produksi, conveyor, pompa-pompa
(air,minyak/hidrolik dsb)). Listrik disuplai dari PLN dan dari generator
sebagai cadangan bila listrik dari PLN mengalami gangguan.

Anda mungkin juga menyukai