Anda di halaman 1dari 33

Produksi Kerja dari Panas

Kristinah haryani
Steam Power Plant
• Siklus mesin Carnot dioperasikan secara
reversibel dan terdiri dari dua langkah
isotermal dan dua langkah adiabatis. Pada
langkah isotermal pada suhu tinggi TH panas
sebesar QH diserap oleh fluida kerja, dan pada
langkah isotermal pada suhu rendah TC panas
sebesar QC dilepas oleh fluida kerja
W  QH  QC
• Dan efisiensi termalnya:
W Q T
  1 C  1 C
QH QH TH
• Efisiensi nilainya akan bertambah besar bila TH bertambah dan TC
berkurang. Meskipun efisiensi mesin kalor pada proses
irreversibel rendah, namun efisiensinya dapat bertambah
apabila temperatur penyerapan panas dinaikkan dan temperatur
pembuangan panas diturunkan.
• Proses alir sederhana dimana uap dibangkitkan dalam boiler
kemudian diekspansi secara adiabatis dalam turbin
menghasilkan kerja. Aliran steam keluar turbin masuk ke dalam
kondenser kemudian dipompakan secara adiabatis kembali ke
boiler.
• Produksi kerja di turbin jauh lebih besar dibandingkan kerja yang
dibutuhkan oleh pompa, sehingga kerja neto yang dihasilkan
sama dengan perbedaan antara panas masuk di boiler [QH]
dengan energi panas yang dikeluarkan di kondenser [QC]
• Keadaan perubahan fluida yang mengalir pada masing-masing alat dapat
dilihat pada diagram TS yang terlihat pada gambar.
• Langkah 1-2 adalah proses penyerapan panas secara isotermal pada
temperatur TH yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada diagram TS.
Proses penguapan terjadi pada tekanan tetap dan dihasilkan uap jenuh dari
cair jenuh.
• Langkah 2-3 adalah proses ekspansi secara adiabatis reversibel dari uap
jenuh ke tekanan dimana temperatur air mencapai TC. Proses yang terjadi
adalah ekspansi secara isentropi, yang ditunjukkan dengan garis vertikal
pada diagram TS, sehingga dihasilkan uap basah.
• Langkah 3→4 adalah proses pembuangan panas secara isotermal pada
temperatur TC, yang ditunjukkan dengan garis mendatar disebut proses
kondensasi.
• Langkah 4→1 adalah langkah balik kembali ke keadaan semula,
menghasilkan air pada keadaan cair jenuh pada titik 1, disebut proses
kompresi secara isentropi yang ditunjukkan dengan garis vertikal pada
diagram TS.
• Siklus reversibel tersebut dapat digunakan sebagai
pembanding untuk steam power plant yang
nyata . Beberapa permasalahan dihadapi di
langkah 2→3 dan 4→1, antara lain cairan yang
keluar dari turbin mengandung cairan dalam
konsentrasi tinggi, sehingga menyebabkan korosi
• Pada titik 4, kesulitan dijumpai dalam mendesain
pompa yang mampu menerima campuran cairan
uap, dan air keluar pompa dalam keadaan cair
jenuh (titik1). Berdasarkan alasan tersebut maka
diajukan model lain yaitu siklus Rankine.
• Siklus Rankine berbeda dengan siklus Carnot, yaitu
pada langkah 1→2 terdapat pemanasan air menjadi
cair jenuh, dan uap jenuh menjadi uap lewat panas.
• Perbedaan yang lain pada langkah pendinginan 3→4
dihasilkan cair jenuh secara sempurna, yang
selanjutnya akan dipompa ke boiler.
• Siklus Rankine terdiri atas empat langkah sebagai
berikut: Langkah 1→2 proses pemanasan pada tekanan
tetap di boiler. Langkah ini merupakan proses isobar
pada tekanan boiler, dan terdiri dari tiga tahap yaitu:
pemanasan air sampai ke temperatur cair jenuh,
penguapan pada tekanan tetap dan pemanasan uap
jenuh menjadi uap lewat panas.
• Langkah 2→3 merupakan proses ekspansi secara adiabatis
reversibel (isentropik) dari uap di dalam turbin sehingga
tekanannya turun sampai ke tekanan kndenser. Langkah ini
memotong kurva uap jenuh sampai dihasilkan uap basah.
Namun umumnya kurva langkah 2→3 ini cenderung ke
kanan, sehingga kadar air dalam uap tidak begitu besar.
• Langkah 3→4 proses pengembunan di kondenser pada
tekanan dan temperatur tetap yang menghasilkan cairan
jenuh di titik 4.
• Langkah 4→1 proses pemompaan secara adiabatis
reversibel (isentropik) dari cairan pada tekanan jenuh
sampai ke tekanan masuk boiler . Garis vertikal pada
langkah 4→1 sangat pendek , karena kenaikan temperatur
cairan akibat pemompaan sangat kecil.
• Steam power plant tidak dapat beroperasi secara reversaibel.
Hal tersebut nampak pada garis 2→3 dan 4→1 tidak tepat
vertikal, namun agak miring sehingga terjadi penambahan
entropi. Uap yang keluar turbin masih basah, namun asal
kadar air tidak lebih dari 10%, tidak menimbulkan problem
yang serius.
• Dengan mengabaikan energi kinetik dan potensial, maka
kebutuhan panas di boiler dan panas yang harus dikeluarkan
di kondenser dapat dihitung dengan persamaan :
Q  mH
• Dengan m = massa fluida
• ∆H = beda entalpi antara dua keadaan ( 1-2 atau 3-4)
 
• Efisiens termal pada steam power plant akan meningkat
apabila tekanan operasi di boiler dinaikkan, sehingga
temperatur di boiler juga naik.
• Namun hal ini akan meningkatkan biaya investasi
pabrik, karena menghendaki alat dan material
konstruksi peralatan yang lebih mahal.
• Efisiensi mesin uap juga akan meningkat dengan
penurunan temperatur di kondenser. Namun hal in
tetap dibatasi oleh temperatur media pendingin, yang
umumnya menggunakan air yang temperaturnya sangat
tergantung pada iklim dan geografi.
• Produksi tenaga biasanya beroperasi pada tekanan
kondenser serendah yang dapat dilakukan.
Mesin Pembakaran Dalam
(Internal Combustion Chamber)

•Pada pembangkit tenaga uap , uap merupakan zat inert yang


dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar. Dengan cara ini
membutuhkan luas permukaan yang besar untuk proses
perpindahan panas baik di boiler maupun di kondenser . Selain
itu dalam rangka perpindahan panas terutama di boiler
dibutuhkan dinding logam yang mampu bertahan pada tekanan
dan temperatur yang tinggi. Sedangkan pada mesin pembakaran
dalam, bahan bakar dibakar alam mesn itu sendiri, dan produk
pembakaran merupakan fluida kerja yang menggerakkan
piston.Temperatur tinggi terjadi di dalam mesin, dan tidak
memerlukan permukaan perpindahan panas.
 
• Pembakaran dalam pada mesin membutuhkan analisis
termodinamika yang rumit. Bahan bakar bercampur
dengan udara masuk kedalam ruang bakar, dan hasil
pembakaran harus selalu dialirkan keluar.
• Analisis sederhana dibuat untuk membahas siklus pada
operasi pembakaran, yaitu dengan menganggap udara
merupakan fluida kerja, dan proses pembakaran adalah
penambahan sejumlah energi ke dalam udara.
 
Mesin Otto

• Mesin pembakaran dalam seperti pada mesin mobil dan


motor adalah mesin Otto. Siklus terdiri dari empat
langkah dimulai dari proses konstan selama piston
bergerak keluar silinder
• Agar bahan bakar dan udara masuk ke dalam silinder.
Langkah tersebut digambarkan dengan garis 0 → 1
seperti terlihat pada gambar. Selama langkah yang kedua
1-2-3, semua valve ditutup karena udara dan bahan bakar
akan dikompresi secara adiabatis dengan silinder piston.
 
• Sepanjang garis 1-2 campuran bahan bakar dan udara
dinyalakan, dan proses pembakaran terjadi dengan cepat,
sehingga tekanan akan naik pada lintasan 2-3. pada langkah
ke tiga 3-4-1 dihasilkan kerja, yang diperoleh dari hasil
pembakaran yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi,
• Langkah 3-4 terjadi proses ekspansi secara adiabatis dengan
bergeraknya silinder piston, dan penambahan volum slinder.
Pada langkah 4-1 valve terbuka untuk membuang gas hasil
pembakaran, sehingga tekanan turun dengan cepat. Pada
langkah ke empat 1-0, piston menekan sisa-sisa gas hasil
pembakaran dari ruang silinder.
• Pengaruh penambahan rasio kompresi (rasio antara volum
awal dan akhir kompresi) dapat menambah efisiensi
mesin, yaitu menambah kerja yang dihasilkan untuk setiap
kuantitas bahan bakar.

• Siklus Otto diidealkan seperti gambar. Siklus tersebut


terdiri atas dua langkah adiabatis dan dua langkah volume
konstan. Paa langkah D_A sejumlah panas diserap oleh
udara pada volume konstan sehingga temperatur dan
tekanan naik sebagai hasil proses pembakaran.
Selanjutnya udara diekspansi secara adiabatis reversibel
(A-B), pendinginan pada kondisi volume konstan (B-C), dan
akhirnya kompresi adiabatis dan reversibel kembali ke
kondisi awal D.
• Efisiensi termal η pada siklus standar udara adalah :
W (net) QDA  QBC
 
QDA QDA

• Untuk 1 mol udara dengan kapasitas panas konstan, maka :

QDA  CV (TA  TD ) QBC  CV (TC  TD )


dan

• Substitusi ke dalam ke persamaan di atas, diperoleh:


CV (TA  TD )  CV (TC  TB )

CV (TA  TD )
TB  TC
•   1
TA  TD
• Efisiensi termal berhubungan dengan rasio
kompresi, r  VC / VD
PBVB PBVC PCVC
TB   TC 
R R R
PAV A PAVD PDVD
TA   TD 
R R R

VC  PB  PC   PB  PC 
  1     1  r  
VD  PA  PD   PA  PD 
• Untuk langkah adiabatis reversibel
PAV D  PBVC PCV C  PDVD
PB PA

PC PD
• Persamaannya menjadi:
  1 r
 PB / PC  1 PC
 1 r
PC
 PA / PD  1 PD PD
 
PC  VD   1 
     
PD  VC   r 

  1
1 1
  1  r   1   
r r

• Persamaan ini menunjukkan efisiensi termal


akan naik bila rasio kompresi rendah.
Mesin Diesel
• Pada mesin diesel suhu pada akhir kompresi
cukup tinggi sehingga terjadi pembakaran
secara spontan.
• Suhu yang lebih tinggi dihasilkan karena rasio
kompresi yang tinggi
• Untuk rasio kompresi yang sama mesin otto
mempunyai efiensi lebih tinggi, tetapi karena
rasio kompresi mesin diesel jauh lebih tinggi
maka efisiensinya menjadi lebih tinggi.
• Untuk basis 1 mol udara, dianggap sebagai gas
ideal dengan kapasitas panas konstan,
sejumlah panas diserap pada langkah DA dan
dibuang pada langkah BC:
QDA  C P (TA  TD ) QBC  CV (TC  TB )
• dan
• Efisiensi termalnya:
QBC CV (TC  TB ) 1  TB  TC 
  1  1  1   
QDA C P (TA  TD )   TA  TD 
• Untuk proses ekspansi adiabatis reversibel
(langkah AB), dan kompresi adiabatis
reversibel (CD)
• T V  1  T V  1 dan  1  _1
A A B B TDVD  TCVC
• Didefinisikan rasio kompresi:
r  VC / VD dan rasio ekspansi re  VB / VA
 1
Maka: 1 1
 1

TB  TA   TC  TD  
 re  r

1  TA (1 / re ) 1  TD (1 / r ) 1 
Sehingga:   1  
 TA  TD 

PA  PD PDVD  RTD PAVA  RTA


Karena
TD VD VD / VC re
VC  VB   
T A V A V A / VB r
1 1 / re    re / r 1 / r  
  1  1
  1  
 1  re / r 

1  1 / re   1 / r  
 
  1  
  1 / re  1 / r 
Gas Turbine Engine
• Idealisasi gas turbine engine ( berbasis udara
disebut siklus Brayton) dalam PV diagram dapat
dilihat pada gambar. Langkah AB adalah kompresi
adiabatis reversibel udara dari tekanan PA
( atmosferik) sampai PB. Pada langkah BC panas
QBC menggantikan pembakaran ditambahkan
pada tekanan konstan, menaikkan suhu udara
sebelum menghasilkan kerja melalui ekspansi
isentropic dari tekanan PC ke tekanan PD
• Langkah DA merupakan proses pedinginan
pada tekanan konstan yg akan melengkapi
siklus. Efisiensi siklus ini:
W( net ) WCD  WAB
 
QBC QBC

WAB  H B  H A  C p (TB  TA )

QBC  C p (TC  TB ) WCD  C p  TC  TD 

TD  TA
  1
TC  TB
• Karena langkah AB dan CD isentropik maka:
(  1 ) / 

TB  PB 
  
TA  PA 
(  1) /  (  1) / 
TD  PD  P 
     A 
TC  PC   PB 

(  1) / 
P 
  1   A 
 PB 

Anda mungkin juga menyukai