Anda di halaman 1dari 7

Uraian proses dan diagram komponen2

Siklus heat engine:

1. Siklus Karnot

Siklus Carnot terdiri dari empat tahapan proses, sebagai berikut:

Proses 1 : Ekspansi isotermal reversible, reversible, dimana working


substance berkurang tem Proses Isothermal pertama pada siklus carnot ini
terjadi pada temperatur tinggi, zat akan mengalami ekspansi dan penyerapan
kalor.
Dimana kalor Q1 diserap dari reservoir kalor ( tempat kalor ) pada
temperatur T1 dan sistem bekerja. Reservoir dengan suhu yang tinggi akan
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston berkurang.
Temperatur sistem tetap, namun volume sistem bertambah selama proses
berlangsung
Proses 2 : Proses Adiabatik pertama ini terjadi zat akan mengalami
ekspansi
Dimana zat akan mengalami penurunan temperatur dari T 1 menjadi T2
dan sistem bekerja. Tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem
saat proses berlangsung. Tekanan gas diturunkan dengan cara mengurangi
beban yang ada di atas piston. Temperatur sistem akan turun dan volumenya
bertambah.
Proses 3 : Kompersi isothermal reversible, dimana working substance
melepaskan kalor Q₂ ke reservoil dingin dengan temperatur T₂ dan kerja
dikenakan terhadap sistem. Proses Isothermal kedua ini terjadi pada
temperatur rendah, zat akan mengalami kompresi dan kalor akan dilepaskan.
Dimana zat melepaskan kalor Q2 ke reservoir dingin dengan
temperatur
T2  dan sistem dikenai kerja. reservoir dengan suhu 200 K menyentuh dasar
silinder dan jumlah beban di atas piston bertambah. Tekanan pada sistem
meningkat, temperaturnya konstan, dan volume sistem menurun. Dari
keadaan 3
ke keadaan 4, sejumlah kalor (Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu
rendah
untuk menjaga temperatur sistem agar tetap.
Proses 4 : Kompresi adiabatic reversible, dimana working substance
dikembalikan ke keadaan awal (semula), temperatur sistem berubah dari T₂
menjadi T₁ dan kerja dikenakan terhadap sistem.

Dimana zat akan dikembalikan ke keadaan semula, temperatur sistem


akan berubah dari T2 menjadi T1 dan sistem dikenai kerja. Jumlah beban di
atas piston bertambah. Tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam
sistem selama proses berlangsung, tekanan sistem meningkat, dan volumenya
berkurang.
2. Siklus Rankine

Air menjadi fluida kerja siklus rankine dan mengalami siklus tertutup (close-
loop cycle) artinya secara konstan air pada akhir proses siklus masuk kembali
ke proses awal siklus. Pada siklus rankine, air ini mengalami empat proses
sesuai dengan gambar di atas, yaitu:

1. Proses C-D: Fluida kerja / air dipompa dari tekanan rendah ke tinggi,


dan pada proses ini fluida kerja masih berfase cair sehingga pompa
tidak membutuhkan input tenaga yang terlalu besar. Proses ini
dinamakan proses kompresi-isentropik karena saat dipompa, secara
ideal tidak ada perubahan entropi yang terjadi.
2. Proses D-F: Air bertekanan tinggi tersebut masuk ke boiler untuk
mengalami proses selanjutnya, yaitu dipanaskan secara isobarik
(tekanan konstan). Sumber panas didapatkan dari luar
seperti pembakaran batubara, solar, atau juga reaksi nuklir. Di boiler air
mengalami perubahan fase dari cair, campuran cair dan uap, serta
100% uap kering.
3. Proses F-G: Proses ini terjadi pada turbin uap. Uap air kering dari
boiler masuk ke turbin dan mengalami proses ekspansi secara
isentropik. Energi yang tersimpan di dalam uap air dikonversi menjadi
energi gerak pada turbin.
4. Proses G-C: Uap air yang keluar dari turbin uap masuk
ke kondensor dan mengalami kondensasi secara isobarik. Uap air
diubah fasenya menjadi cair kembali sehingga dapat digunakan kembali
pada proses siklus.

3. Siklus Otto

Diagram P-V dan T-S 

Proses siklus otto sebagai berikut :


Proses 1-2 : proses kompresi isentropic (adiabatic reversible) dimana piston bergerak
menuju (TMA=titik mati atas) mengkompresikan udara sampai
volume clearance sehingga tekanan dan temperatur udara naik.
Proses 2-3 :  pemasukan kalor konstan, piston sesaat pada (TMA=titik mati atas)
bersamaan kalor suplai dari sekelilingnya serta tekanan dan temperatur meningkat
hingga nilai maksimum dalam siklus.
Proses 3-4 : proses isentropik udara panas dengan tekanan tinggi mendorong piston
turun menuju (TMB=titik mati bawah), energi dilepaskan disekeliling berupa internal
energi.
Proses 4-1 : proses pelepasan kalor pada volume konstan piston sesaat pada
(TMB=titik mati bawah) dengan mentransfer kalor ke sekeliling dan kembali mlangkah
pada titik awal.

4. Siklus Diesel
Efisiensi Diesel :

η W Q¿−¿Q Qout C V (T 4−T 1 )


d= = out
=1− =1− ¿¿
Q¿ Q¿ Q¿ C P ¿¿

Proses 1 – 2 : Kompresi Adiabatis

V 1 k−1 k−1
T 2=T 1 ⌊ ⌋ =T 1 r v
V2

Proses 2 -3 : Tekanan K

V3
T 3=T 2 =T 2 r c =T 1 r vk −1 r c
V2

Proses 3 – 4 : Ekspansi Adiabatis

V 3 k−1 V 3 V3 V3 V 2 V2 V 2 1 rC
T 4=T 3 ⌊ ⌋ dimana = = x = x =r C x =
V4 V 4 V1 V1 V 2 V2 V 1 rV rV

r C k−1 r C k−1
T 4=T 3 ⌊ ⌋ =T 1 r V r C ⌊ ⌋ =T 1 r C k−1
k−1
rV rV

Setelah nilai dari T 2 , T 3 , T 4 dimasukkan ke persamaan efisiensi, maka dihasilkan :

T 1 r C k −T 1 (r C k −1) ( r C k −1)
ηd =1− k−1 k−1
=1− k−1 k−1
=1− k−1
k (T 1 r V r C −T 1 r V ) k (r V r C −r V ) r V k (r C −1)
η 1
d =¿ 1− ¿¿
rV k−1

Efisiensi Termal (Thermal Efficiencies)


Efisiensi termal sebenarnya digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari suatu mesin kalor , yaitu
berapa bagian dari input panas yang diubah menjadi output kerja bersih.

Unjuk kerja atau efisiensi, pada umumnya dapat di ekspresikan menjadi :

Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih dan input yang diperlukan adalah
jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja. Kemudian efisiensi termal d ari sebuah mesin kalor dapat
diekspresikan sebagai

atau,

Dalam peralatan- peralatan praktis, seperti mesin kalor, mesin pendingin dan pompa kalor umumnya
dioperasikan antara sebuah media bertemperatur tinggi pada temperatur T H dan sebuah media
bertemperatur rendah pada temperatur T L . Untuk sebuah keseragaman dalam mesin kalor, mesin
pendingin dan pompa kalor perlu pendefinisian dua kuantitas :

QH = besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media bertemeperatur tinggi pada
temperatur TH.

QL = besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media berteperatur rendah pada temperatur
TL.

Sehingga efisiensi termal dapat dituliskan sebagai berikut :

Melihat karakteristik dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin kalor yang dapat mengubah
semua panas yang diterima dan kemudian mengubahnya semua menjadi kerja. Keterbatasan tersebut
kemudian dibuat sebuah pernyataan oleh Kelvin - Plank yang berbunyi: “Adalah tidak mungkin untuk
sebuah alat/mesin yang beroperasi dalam sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir
tunggal dan memproduksi sejumlah kerja bersih.”
Pernyataan Kelvin-Plank (hanya diperuntuk untuk mesin kalor) diatas dapat juga diartikan sebagai tidak
ada sebuah mesin atau alat yang bekerja dalam sebuah siklus menerima panas dari reservoir
bertemperatur tinggi dan mengubah panas tersebut seluruh menjadi kerja bersih. Atau dengan kata lain
tidak ada sebuah mesin kalor yang mempunyai efisiensi 100%.

Anda mungkin juga menyukai