Anda di halaman 1dari 199

PENGOPERASIAN

BOILER
MUNARTO
PLC PT. INDONESIA POWER
SURABAYA, 14 MEI 2014
DATA PRIBADI
NAMA : MUNARTO
NIP : 7093125 JA
JABATAN : AMA KINERJA DAN EFISIENSI KANTOR PUSAT
ALAMAT : TAMAN KRAKATAU E 20 NO 2 SERANG-BANTEN
STATUS : KL 1 / 2
KARIER :
1. TAHUN 1993 1995 : PLTU PERAK
2. TAHUN 1995 - 1996 : PLTGU GRESIK
3. TAHUN 1996 - 2013 ; PLTU SURALAYA
4. TAHUN 2013 - SEKARANG : KANTOR PUSAT IP
5. RENCANA BALIK LAGI SURALAYA
Uap sbg Fluida Kerja
Uap sbg Fluida Kerja telah digunakan
sejak 130 BS untuk menggerakan Heros
Engine dr Yunani. Turbine Reaksi Pertama
Di dunia.
Mesin Uap pertama yg berhasil di
komersialkan oleh Thomas Savery pada
1698 --> pada awal revolusi industri

Uap sbg penggerak peralatan pd


peralatan industri tua, tetapi
dikembangkan sepanjang masa.
Ide dasar adalah :
PANAS DIHASILKAN PEMINDAHAN
PANAS KE AIR MENGHASIKAN UAP
DIKONVERSIKAN MENJADI ENERGI.
APA ITU UAP ?
Uap dihasilkan dr penambahan panas yg cukup ke air
menyebabkan terjadi penguapan . Penguapan ini
terjadi dalam 2 tahap :
Dg menambahkan panas ke air, terus meningkat sampai
temperatur pendidihan (sensible heat)
Dg dilanjutkannya penambahan panas maka terjadi
perubahan kondisi dr Air Menjadi Uap (latent heat)
Uap Jenuh ( Saturated steam ):
Uap yg mendidih terjadi pada tekanan konstan
Temperatur sama dengan temperatur air mendidih ( campuran
uap + air.
Uap Panas lanjut ( Superheated steam ):
Uap jenuh dipanaskan terus pada temperatur yang tinggi
pada tekanan yang sama.
Sifat sifat uapnya mendekati sifat gas sempurna
Percobaan #1 Tabung silinder berisi air [ ] dipanaskan ke
temperatur didih pada tekanan konstan.
Panas ditambahkan secara kontinu terjadi
perubahan air menjadi uap [ ]
Menghasikan uap dengan : Temperature Tp,
Pressure Pp, Volume Vp and Enthalpy Hp

Percobaan #2
Dg tabung silender berisi Air dipanaskan ke
temperatur didih pada volume konstan . [ ]
Penambahan panas secara kontinu untuk
mengubah kondisi air menjadi uap. [ ]
Menghasilkan Uap dengan : Temperature Tv,
Pressure Pv, Volume Vv and Enthalpy Hv.
where Pv > Pp, Tv >Tp, and Hv > Hp
KESIMPULAN
Dengan naiknya tekanan, temperatur pendidihan juga akan naik.
Tekanan dan temperatur yg tinggi pada uap, akan meningkatkan energi
yang tersimpan di dalam Uap (enthalpy)
Mengap uap ?
Kandungan energi thermal (enthalpy) ada
hubungannya terhadap pressure dan
temperaturenya
Relatif mudah untuk mengkonversikan dr energi
thermal ke energi mekanik atau maksud-maksud
kemanusiaan / industri yang lain.
Mudah ditangani atau dipindahkannya.
Easy to produce it, a lot of water resources
Proses recycle: Air - Uap - Air - Uap .
KETEL UAP (STEAM GENERATOR) ADALAH
DI BUTUHKAN !!
KETEL UAP ( BOILER )
Di difinisikan : Uap yang dihasilkan pada tekakan diatas
tekanan atmosfer
Sistim bagian yang bertekanan: mengkonversikan Air pengisi
ketel ( Feedwater) menjadi uap.
Dapur (Furnace ): Ruang proses pembakaran.
Sistim Bahan bakar (Fuel handling system ): mengirim bahan
bakar dan membuang sisa atau abu bahan bakar
Instrument and kontrol: operasi dan monitoring ketel uap (
boiler)
E O-A: ICE WARMING A-O : ICE COOLING
T A-B: ICE MELTING B-A : ICE FREEZING
B-C: WATER HEATING C-B : WATER COOLING
K
C-D: WATER BOILING D-C: STEAM CONDENSING
P3 D-E: STEAM SUPERHEATING E-D : STEAM EXPANDING
THE HIGHER PRESSURE PROVIDED TO THE PROCESS
P1 WILL RESULT IN HIGHER BOILING TEMPERATURE
C
P2
D
B-E : PROSES DI DALAM KETEL UAP
E-D : PROSES DI TURBINE UAP
D-C: PROSES DI KONDENSOR
C D C-B : AIR DR KONDENSOR KEMBALI KE KETEL UAP
K : TITIK KRITIS = 3208 Psia, SIFAT-SIFAT UAP DAN
A AIR SAMA
B
0
0C O
S
DAERAH UAP JENUH (CAMPURAN AIR DAN UAP) SECARA NORMAL DIGUNAKAN UNTUK PROSES PEMANASAN/
PROSES INDUSTRI.
DAERAH PANAS LANJUT SECARA NORMAL DIGUNAKAN UNTUK TURBINE UAP.
KEUNTUNGAN UAP PANAS LANJUT ( SUPERHEATED STEAM ) :
MENINGKATKAN EFISIENSI TURBINE
MENCEGAH KERUSAKAN SUDU TURBINE UAP TINGKAT AKHIR SEBAGAI AKIBAT PENGKONDENSASIAN.
PENGKONDENSASIAN LEBIH SEDIKIT KETIKA UAP MENGALIR PADA PIPA UTAMA YANG PANJANG.
GENERATIVE (PREHEATED) PROCESS PD AIR PENGISI KETEL MENINGKATKAN EFISIENSI BOILER
1. PROSES PRODUKSI UAP PANAS
LANJUT
Seperti diketahui bahwa fluida kerja yang dipakai
untuk siklus PLTU adalah air. Secara alamiah, air
dapat eksis dalam 3 wujud yaitu : dalam wujud padat
(es), dalam wujud cair (air) dan dalam wujud gas
(uap). Adapun parameter yang mempengaruhi wujud
fluida kerja adalah tekanan dan temperatur. Sebagai
contoh, pada tekanan atmosfir standard, air dibawah
temperatur 0 0C akan berwujud padat (es) sedang
antara 00C sampai 100 0C akan berwujud cair, dan
diatas 100 0C akan berwujud gas (uap).
Dalam konteks termodinamika, kita seringkali
dituntut untuk mengetahui berapa besar panas
yang terkandung dalam air atau uap pada kondisi
tertentu. Dari uraian dalam gambar , terlihat jelas
bahwa besarnya panas yang dikandung oleh air
yang mulai mendidih (titik B) adalah sebesar X1.

Besarnya panas laten penguapan adalah X2.


Dengan demikian maka panas yang dikandung
oleh uap jenuh (titik C) adalah sebesar X1 + X2.
Sedangkan panas yang dikandung oleh uap panas
lanjut (titik D) adalah X1 + X2 + X3.
2. TABEL UAP

Melalui serangkaian percobaan yang


dilakukan secara seksama, para ahli
melakukan pengamatan yang teliti dan
mencatat semua parameter untuk
berbagai kondisi percobaan. Parameter-
parameter yang dimaksud antara lain
meliputi tekanan, temperatur, total
kandungan panas (entalpi), volume dan
entropi.
Hasil pencatatan parameter-parameter yang
dilakukan pada berbagai kondisi tersebut
kemudian ditabulasikan secara cermat dalam
bentuk daftar yang dikenal dengan tabel uap.

Dengan bantuan tabel uap, maka berbagai


persoalan termodinamika dapat diselesaikan
dengan relatif mudah. Adapun tabel uap yang
akan dibahas pada session ini adalah tabel uap
dalam satuan SI. Sebelum membahas lebih lanjut
mengenai tabel uap, ada baiknya dibahas terlebih
dahulu tentang besaran, simbol dan satuan yang
dipakai yaitu :
BESARAN SIMBOL SATUAN
Tekanan P bar (10 5 N/m 2 )

bar (10 5 N/m 2 ) t 0C

Entalpi h KJ/kg
Entropi s KJ/kg
KJ/kg v v

Sedangkan untuk indeks :


s = jenuh g = uap jenuh
f = cair jenuh fg = fraksi penguapan
3. TEMPERATUR - ENTROPI
Derajat Kekeringan Uap (Dryness Fraction)
AB
DF 100%
AC

Dimana DF = derajat kekeringan (dryness


fraction).
Sedangkan derajat kebasahan uap untuk titik yang
sama adalah :
BC
WF 100%
AC

Dimana WF = derajat kebasahan (wetness fraction).


3.2. Titik Kritis
3.3. Luas Daerah Dalam Diagram Ts
SIKLUS CARNOT DAN SIKLUS RANKINE SEDERHANA
Adapun rincian prosesnya adalah sebagai berikut :

- Proses di boiler adalah proses isobar - isoterm.


- Proses di turbin adalah proses ekspansi isentropis.
- Proses di kondensor adalah proses isobar - isoterm.
- Proses pompa adalah proses kompresi isentropis.

Proses - proses tersebut kemudian dirangkai membentuk


suatu siklus oleh tuan Carnot dan tuan Rankine yang
hingga kini dikenal sebagai siklus Carnot dan siklus
Rankine.

Tampilan siklus Carnot dalam diagram Ts terlihat seperti


pada gambar.
Dengan menggunakan tabel uap, maka
semua besaran tersebut dapat
diketemukan dan selanjutnya efisiensi
Rankine dapat dihitung. Sebagai
contoh, misalnya tekanan boiler pada
siklus seperti gambar 4.3, adalah 100
bar absolut dan tekanan kondensor
= 0,07 bar absolut. Hitung efisiensi
Rankine.
Input = (h4 - h3) +(h3 - h2) + (h2 - h1) = h4 - h1
Losses = T (S5 - S1)
Output = h4 - h5
Sebagai contoh misalnya tekanan boiler untuk siklus seperti gambar 5.1.b,
adalah 100 bar absolut. Temperatur uap keluar Superheater = 500 0C dan
tekanan kondensor = 0,07 bar absolut. Berapakah efisiensi Rankine untuk
siklus tersebut.
Untuk menyelesaikan persoalan ini diperlukan bantuan
Tabel Uap. Karena titik 4 ada diluar garis lengkung jenuh,
maka digunakan tabel uap panas lanjut. Untuk tekanan 100
bar dan temperatur 500 0C, diperoleh :

h4 = 3374,6
S4 = S5 = 6,6994.

Sedangkan dari Tabel Uap jenuh untuk tekanan 0,07 bar


diperoleh :

T1 = 39,025 + 273,15 = 312,175


hf = h1 = 163,4
Sf = S1 = 0,5591.
Sebagai contoh misalkan siklus seperti gambar
6.1.b, tekanan dan temperatur uap masuk turbin
tekanan tinggi (T.T) adalah 100 bar dan 500 0C.
Tekanan dan temperatur uap keluar turbin (TT)
adalah 40 bar dan 300 0C yang selanjutkan
dialirkan kembali ke Reheat. Temperatur uap
keluar reheater = 500 0C. Uap tersebut
selanjutnya mengalir kedalam turbin tekanan
menengah dan turbin tekanan rendah untuk
akhirnya masuk ke kondensor. Tekanan
kondensor adalah 0,07 bar absolut. Berapakah
efisiensi Rankine untuk siklus tersebut ?.
Untuk menyelesaikan masalah kembali diperlukan Tabel
Uap, karena titik 4,5 dan 6 ada diluar garis lengkung jenuh,
maka dipakai tabel uap panas lanjut. Dari tabel tersebut
untuk tekanan 40 bar dan temperatur 500 0C, diperoleh :

h6 = 3445
S6 = S7 = 7,0909

Pada tekanan 40 bar temperatur 300 0C diperoleh :


h5 = 2962

Pada tekanan 100 bar, 500 0C, diperoleh :


h4 = 3374,6
Sedangkan dari tabel uap jenuh untuk
tekanan 0,07 bar diperoleh :

T1 = 39,025 + 273,15 = 312,175 K


hf = h1 = 163,4
Sf = S1 = 0,5591
1. PERPINDAHAN PANAS

Seperti diketahui beberapa jenis komponen


PLTU bekerja berdasarkan azas pemindahan
energi panas dari suatu fluida kefluida lain
seperti ketel, condenser, heat exchanger dan
lain sebagainya. Karena itu para operator
hendaknya juga memahami prinsip-prinsip
dasar proses perpindahan panas. Session ini
akan membahas prinsip dasar proses
perpindahan panas secara terbatas beserta
penerapannya sesuai dengan kebutuhan
lingkup tugas operator.
1.1. Mekanisme Perpindahan Panas.

Secara umum panas dapat berpindah dari suatu daerah


atau benda yang bertemperatur lebih tinggi ke daerah atau
benda yang bertemperatur lebih rendah. Dengan kata lain
dapat dinyatakan bahwa panas dapat berpindah apabila
ada perbedaan tempeatur ( t ). Karena itu dapat
disimpulkan bahwa perbedaan temperatur ( t ) merupakan
potensial pendorong bagi proses perpindahan panas.
Pada prinsipnya panas dapat berpindah melalui 3 macam
mekanisme yaitu radiasi, konduksi dan konveksi.
Radiasi: adalah proses perpindahan panas
melintasi ruang melalui pancaran gelombang
elektromagnetik dengan kecepatan cahaya dari
benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda
yang bertemperatur rendah. Perpindahan panas
secara radiasi tidak membutuhkan media
perantara sehingga panas tetap dapat berpindah
secara radiasi meskipun harus melintasi ruang
hampa. Contoh adalah proses perpindahan panas
yang terjadi didalam ruang bakar ( Furnace ) ketel
ketika panas dari nyala api dipancarkan kedinding
ruang bakar ( wall tube ).
Konduksi: adalah proses perpindahan panas
yang berlangsung secara merambat atau estafet
melalui molekul-molekul benda. Misalnya
sebatang logam yang panjang salah satu ujungnya
dipanaskan. Setelah beberapa lama bila ujung lain
disentuh juga akan terasa panas.ini berarti panas
berpindah dari satu ujung logam keujung lainnya
secara merambat. Contoh adalah panas yang
berpindah dari permukaan bagian luar
kepermukaan bagian dalam pipa-pipa ketel,
condenser dan sebagainya.
Konveksi: adalah proses perpindahan panas
yang berlangsung melalui perantaraan pergerakan
fluida. Jadi molekul-molekul fluida merupakan
perantara yang membawa panas dari satu tempat
ketempat lain.Contoh adalah proses perpindahan
panas dari gas bekas ke elemen economizer
didalamketel.
Pada prakteknya terkadang sulit memisahkan
ketiga mekanisme perpindahan panas
tersebut,karena seringkali ketiganya berlangsung
secara serentak dan bersamaan.
1.2. Pengaruh Deposit Pada Perpindahan
Panas.

Bila pada perrmukaan pemindah panas


terjadi deposit, maka proses perpindahan
panas akan terhambat. Hal ini disebabkan
karena deposit merupakan hambatan
/resistansi terhadap laju aliran panas terutama
pada proses perpindahan panas konduksi,
seperti gb. dibawah.
Disamping itu deposit yang cukup tebal dibagian dalam
pipa juga akan mengurangi luas permukaanbagian dalam
pipa, hal ini berarti akan mengurangi luas
penampang perpindahan panas sehingga juga
akan mengurangi laju aliran panas (Q).

Dengan demikian maka segala macam deposit baik bagian


dalam maupun bagian luar pipa harus diusahakan agar
jangan sampai terbentuk. Bila sudah terlanjur terbentuk
segera lakukan tindakan koreksi atau laporkan kondisi
tersebut agar pihak yang lebih berwenang dapat
melakukan tindakan koreksi.
Rumus :
Q = K. F. t
Dimana :

Q = laju perpindahan panas ( kj/jam )


K = koefisien perpindahan panas total
( kj/m2jamoC )
F = luas permukaan perpindahan panas
( m2 )
t = perbedaan temperatur ( oC )
6. DASAR LOGIC & SEQUENCE

Logic atau logika menurut bahasa adalah sesuatu yang dapat


diterima oleh akal. Namun logic yang dimaksudkan disini adalah logic
yang lazim digunakan dalam dunia keteknikan.

Selanjutnya logic tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk


simbol yang dikenal dengan simbol gerbang logic (logic gate). Simbol-
simbol tersebut tidak menjelaskan bagaimana bentuk alat itu,
melainkan hanya menyatakan fungsinya.

Sequence menurut pengertiannya adalah urut-urutan, dalam hal ini


urut-urutan menjalankan atau memberhentikan suatu peralatan pada
suatu proses di dalam power plant/industri.

Menjalankan (start-up) maupun memberhentikan (shut-down) suatu


peralatan yang diatur sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap peralatan
telah disesuaikan dengan syarat-syarat yang telah dipenuhi.
Pengendalian sejumlah peralatan tersebut pada
berbagai macam proses dapat dikenal melalui
sistem logic dan sekuensial yang mengendalikan
urutan saat-saat start-up maupun shut-down, dan
sekaligus di dalam sistem tersebut juga
mengandung fungsi pengamanan saat sedang
operasi.

Oleh karenanya uraian yang akan disajikan dalam


kursus ini menitik-beratkan pada pemahaman
terhadap rangkaian operasi suatu peralatan
melalui rangkaian Logic dan Sekuensial.
7. DIAGRAM RANGKAIAN LISTRIK

Simbol-simbol rangkaian logic ini


menggambarkan logic suatu diagram yang
dipakai sebagai dasar sistem logic yang
hanya dijelaskan dengan menyusun blok-blok
logic. Blok-blok logic ini diimplementasikan
dalam bentuk gerbang-gerbang logic, dimana
gerbang-gerbang ini digunakan sebagai
pengganti kata-kata dalam mencapai
kesimpulan-kesimpulan logic berdasarkan
pada manipulasi huruf-huruf dan lambang-
lambang logic.
1
Seperti diperlihatkan pada logic diagram di atas
bahwa persiapan untuk stop Boiler Feed Pump
antara lain :

- Control Switch (CS) posisi "Stop".


- Level Deaerator low.
- BFP suction valve tidak 100% open.
- Terjadi beban lebih pada motor.

Apabila salah satu dari keempat persyaratan di


atas terpenuhi atau control switch posisi START
dan lube oil pressure low selama 10 detik maka
BFP Stop.
Dari logic diagram di atas menunjukkan
persyaratan Start Boiler Feed Pump antara lain:

- Level deaerator tidak low


- BFP Suction Valve 100% open
- Motor Lube Oil Recirculation reset
- BFP Recirculation Valve 100% open
- Control Switch (CS) posisi "START"

Apabila kelima persyaratan di atas telah terpenuhi


maka agar Boiler Feed Pump Start diperlukan satu
persyaratan lagi yaitu Lube Oil Pressure tidak low
selama 10 detik.
Boiler Pipa Api

Pada jenis Boiler pipa api, gas panas hasil


pembakaran (flue gas) mengalir melalui
pipa-pipa yang dibagian luarnya diselimuti
air sehingga terjadi perpindahan panas dari
gas panas ke air dan air berubah menjadi
uap. Gambar Boiler pipa api dapat dilihat
pada gambar 1.
Gambar 13 . Boiler Pipa Api
Boiler Pipa Air

Pada boiler (Boiler) jenis ini, air berada


didalam pipa sedangkan gas panas berada
diluar pipa. Boiler pipa air dapat beroperasi
dengan tekanan sangat tinggi (lebih dari 100
Bar). Gambar Boiler pipa air dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 14 . Boiler Pipa Air
BAGIAN-BAGIAN BOILER DAN ALAT BANTUNYA

Gambar 15 . BOILER DAN ALAT BANTUNYA


SOOTBLOWER

Setiap proses pembakaran tentunya akan menghasilkan gas buang (Flue gas) begitu juga untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
yang berbahan bakar batubara yang salah salu komponen gas buangnya (flue gas) adalah fly ash.
Proses pembakaran di boiler untuk menghasilkan uap berawal pada furnace kemuadian gas buang yang mengandung Fly ash akan
bergerak melalui heating surface pipa boiler sebagai berikut ; furnace, reheater, economizer, superheater dan air heater. Dalam kurun
waktu tertentu fly ash / abu tersebut akan menempel di pipa-pipa tersebut.
Gambar 16 . Jenis-jenis Sootblower
1.3. BURNER
1.3.1. Fungsi

Burner adalah alat yang dipakai untuk memasukkan bahan bakar


kedalam ruang bakar dan menghasilkan pengabutan yang
memudahkan reaksi pembakaran

1.3.2.Jenis dan Konstruksi

Pada dasarnya ada tiga jenis pembakaran (burner) minyak dan


ketiganya menggunakan cara yang berbeda untuk mengatomisasikan
minyak :
Mekanikal (atau tekanan)
Diatomisasikan dengan Uap

Diatomisasikan dengan udara


1.3.3. Pembakaran minyak dengan diatomosasikan
secara mekanikal

Didalam pembakaran ini minyak diatomisasikan oleh tekanan yang


didapat dari pompa minyak. Minyak dengan tekanan yang sesuai
melewati piringan penyemprotan yang berisikan sejumlah jalur-jalur
laluan tangensial untuk selanjutnya minyak menuju ruang dipusat
piringan. Disini minyak bergerak memutar dengan kecepatan tinggi
yang selanjutnya keluar melalui orifer dalam bentuk kabut kerucut.

Dapat dilihat bahwa adanya perubahan tekanan minyak atau keausan


orifice dan jalur tangensial akan menyebabkan atomisasi minyak
menjadi terganggu dan titik-titik minyak akan banyak terpancar lewat
burner. Gambar burner dengan atomisasi mekanik dapat dilihat pada
gambar 10 dibawah ini.
Gambar 17 . Burner minyak dengan Atomisasi Mekanik
Gambar 18 . Burner Minyak dengan Atomisasi Uap
1.4. FAN-FAN

Penggunaan fan pada PLTU batubara lebih dari satu jenis,


yaitu ID fan, FD fan, PA fan dan ada pula yang dilengkapi
dengan GR fan.

1.4.1. FD Fan berfungsi sebagai pemasok udara


pembakaran kedalam ruang bakar.

1.4.2.ID Fan berfungai menarik/mempertahankan tekanan


di ruang bakar (Pengendali tekanan ruang bakar).

GR Fan berfungsi menarik kembali sisa gas panas yang


dikembalikan ke ruang bakar, yang bertujuan
meningkatkan efisiensi boiler
Gambar 19 . Fan
Gambar 20 . Fan
Air Heater

Adalah pemanas udara sehingga temperatur


udara pembakaran dapat mencapai + 300oC
menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna.
Air heater terpasang dari jenis elemen-elemen plat
yang berfungsi mengambil panas dari gas bekas
dan kemudian ditransfer ke udara pembakaran
(discharge FD Fan) dengan mekanisme
perpindahan panas konveksi. Lihat gambar 15.
Gambar 21 . Air Heater
Gambar 22 . Element Air Heater
2. SIRKULASI AIR DAN UAP

Gambar 23 . Prinsip Sirkulasi Alami pada Boiler


Gambar 24 . Sirkulasi Air dan Uap di Boiler
Gambar 25 . Boiler Drum
2.5. Superheater

Gambar 26 . Sirkulasi Uap Menuju Superheater


2.6. Reheater

Gambar 27 . Sirkulasi Uap Reheater


3. SISTEM BAHAN BAKAR
3.1. Bahan Bakar Minyak
Gambar 28 . Sistem Transfer Bahan Bakar Minyak Residu
3.2. Bahan - bahan Gas

Bahan - bahan gas dikirim ke PLTU dengan menggunakan


pipa. Gas yang digunakan adalah gas alam (natural gas).
Gas dipompa langsung dari sumber (sumur) gas setelah
melalui header. Didalamn PLTU tidak disediakan tangki
penyimpan gas, tetapi dilengkapi dengan regulator
pengatur tekanan dan separator serta katup pengaman.

Penggunaan gas biasanya secara kontinyu sesuai


perjanjian kontrak dengan pihak penyedia. Mesin yang
dioperasikan dengan bahan bakar gas pembakarannya
tidak menghasilkan abu atau debu sehingga pemeliharaan
lebih mudah dan ringan.
2. SISTEM UDARA DAN GAS BUANG

Gambar 29 . Sirkulasi Udara dan Gas


3. SISTEM PENGAMAN

Gambar 30 . Katup Pengaman Jenis Pegas


A. FUNGSI DAN JENIS VENT

1. Fungsi Vent
Fungsi vent adalah untuk membuang gas- gas saat
start boiler dan akan ditutup bila tekanan boiler telah
mencapai antara 2 sampai dengan 5 kg/cm2.
Disamping di boiler drum vent dipasang juga pada
heater superheater, reaheater dan juga mainsteam
lain.

2. Jenis Vent
Pada umumnya jenis vent adalah globe valve dan

tahan pada temperatur dan tekanan tinggi


B. FUNGSI DAN JENIS KATUP

1. Fungsi Katup

Fungsi Katup adalah sebagai isolasi aliran fluida atau


pengaman tekanan lebih.

2. Jenis Katup

Pada umumnya jenis katup adalah globe valve dan


tahan pada temperatur dan tekanan tinggi
Gambar 31 . Katup Pengaman Jenis Pegas
Gambar 32 . Penempatan Katup Pengaman Pada Boiler
8. PENGATURAN
8.1. KONTROL LEVEL DRUM

Gambar 33 . Single Elemen Feed Water Control


TABEL FEED WATER CONTROL SYMBOLS
Gambar 34 . Three Elemen Cascade FeedForward Control Loop for Feed
Water Flow
KONTROL TEKANAN RUANG BAKAR
Induced Draft Fan bagian untuk mengontrol dari sistem flue gas dan furnace
pressure pada harga set point dan mengamankan dari tekanan lebih dan
ledakan. Over pressure akan menjadikan gangguan utama di dalam
pembakaran dalam skala kecil atau akan menggagalkan pembakaran.

Jika aliran bahan bakar tidak dihentikan dengan segera, akan menimbulkan
ledakan pembakaran. Sistem proteksinya khusus pada pembakaran dengan
temperatur tinggi. Jika tekanan pembakaran melebihi batas tingginya dari yang
ditetapkan, boiler akan trip. Pada kondisi vakum di dalam pembakaran akan
menimbulkan unit trip dan peralatan tidak berfungsi. Kontrol sistemnya di disain
untuk mengetahui adanya bahan bakar trip dan mengambil langkah untuk
mengurangi tekanan negatip yang terjadi ketika pembakaran terhenti.

Sistem kontrolnya harus mengendalikan Damper IDF atau inlet Vanes kearah
posisi menutup. Jika tekanan pembakaran Drop di bawah batas. Aksi
kontrolnya harus menolak dan Damper dari IDF atau inlet vanes rnenuju posisi
menutup.
Gambar 35 . Kontrol Furnace Draft
8.3. KONTROL PEMBAKARAN MINYAK DAN GAS

Suatu sistem kontrol pembakaran mengatur bahan bakar dan udara


pembakaran atau kecepatan api, ke ruang bakar untuk reaksi terhadap
besaran beban. Kebutuhan dari besarnya pembakaran, karena
kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh sistem untuk disesuaikan
dengan energi pengambilan suatu titik dalam suatu siklus. Untuk
sistem kontrol dan pengoperasian boiler, variasi tekanan output dari
boiler seringkali di gunakan sebagai index dari tidak seimbangnya
antara energi input dan energi yang digunakan dalam output steam.

Variasi dari sistem kontrol pembakaran, kini telah di kembangkan agar


di dapat yang lebih baik. Permintaan beban, Philosopi Operasi, Plant
Layout, dan tipe dari Pembakaran harus dipertimbangkan. Aliran bahan
bakar mengalir dan di kontrol dari steam pressure ke boiler Master, dan
dapat di atur dari aliran bahan bakar dan aliran udara. Tekanan minyak
atau gas dapat digunakan sebagai indeks dari aliran bahan bakar .
Gambar 36 . Sistem Kontrol Pembakaran Dengan Gas
Dan Minyak
9. PENGUKURAN

9.1. PENGUKURAN ALIRAN BAHAN BAKAR

Meter Aliran Magnetik


Meter aliran magnetik bekerjanya
berdasarkan pada hukum Faraday, yaitu
tentang induksi tegangan.
Pada suatu aliran muatan listrik yang
melintasi medan magnit akan ditimbulkan
tegangan yang besarnya adalah :

e = B . I . v . 10-8 Volt
dimana : e = tegangan induksi (Volt)
B = fluk density (Gauss)
I = panjang konduktor (Cm)
v = kecepatan dan aliran
(Cm/dt)

Bagan flow meter ini bisa dilihat pada


gambar .
Cairan yang melewati pipa akan memotong
fluk magnit. Adanya aliran fluida yang
bergerak relatif terhadap medan magnit
akan menyebabkan tegangan induksi yang
arahnya tegak lurus terhadap v dan B.

Tegangan yang ditimbulkan dideteksi oleh


elektroda yang diletakan diluar pipa dan
besarnya sebanding dengan kecepatan
aliran fluida v.
Gambar 37 . Meter Aliran Magnetik
PENGUKURAN LEVEL TANGKI
Seperti pada gambar , apabila level permukaan naik dan pelampung
bergerak keatas maka lengan pelampung akan mendorong bellow
sebelah atas sehingga volumenya mengecil sementara bellow bagian
bawah akan tertarik keatas, sehingga bellow akan memanjang dan
volumenya membesar. Gerakan mengembang dari bellow bawah dan
mengerut bellow atas (indikator) menyebabkan jarum indikator akan
bergerak searah jarum jam.

Apabila terjadi perubahan temperatur yang sekaligus akan


mempengaruhi volume zat cair, maka perubahan tersebut akan
dinetralisir oleh rangkaian konpensasi suhu.

Perubahan temperatur akan mempengaruhi volume kedua bellow,


sehingga resultan yang dihasilkan adalah nol. Artinya perubahan
temperatur tidak akan merubah penunjukan level
Gambar 38 . Pengukuran Tinggi Permukaan dengan Pelampung
System Hydrolik
A. PERSIAPAN PENGOPERASIAN

1. Pemeriksaan dan Persiapan untuk Start Boiler

Sebelum mengoperasikan Boiler semua peralatan


atau bagian peralatan utama yang diisolasi (diblokir)
harus dibebaskan. Operator bertanggung jawab
untuk mengecek apakah unit dalam keadaan siap
untuk dioperasikan, dan melakukan pemeriksaan
semua peralatan. Semua peralatan pemadam
kebakaran yang meliputi detektor, tegangan, alat
pemadam, dan pompa dalam keadaan siap dan
posisi auto.
Secara umum pemeriksaan sebelum start pada Boiler
meliputi :

- Semua pintu masuk man hole dan access door telah


pada posisi yang benar.
- Semua katup sudah bebas untuk dioperasikan, baik
secara manual (lokal) atau secara remote (jarak jauh) dan
dalam posisi yang benar untuk start.
- Semua pasok pneumatic (udara) dan hydrolik (minyak)
untuk mengoperasikan katup dan damper tersedia.
- Semua damper dapat dioperasikan dari remote secara
tepat dan penunjukkan di kontrol room sesuai dengan
penunjukkan sebenarnya di lokal.
- Semua bagian unit yang lain, seperti switch
gear, atau selector sewitch dalam posisi remote.

- Pelumasan untuk semua bagian yang bergerak


atau berputar,telah siap.

- Minyak untuk penyala awal telah disirkulasikan


dalam saluran utamanya.

- Pasok untuk burner minyak dan penyala


(tegangan listrik, udara/uap atomisasi dan
gas/HSD), telah tersedia.

- Semua penghalang seperti tangga, ladder dan


sebagainya harus disingkirkan dan saluran
bagian unit telah dibersihkan.
SISTEM BAHAN BAKAR MINYAK

Minyak HSD digunakan untuk penyalaan dan


stabilisasi pembakaran, sedang minyak residu
sebagai bahan bakar utama atau cadangan pada
Boiler batubara. Peralatan sistem bahan bakar
minyak HSD, terdiri dari bunker, pompa, katup
pengatur (CV), dan ignitor (burner HSD).
Persiapan dan pengoperasian sistem
bahan bakar HSD antara lain :

- Periksa level bunker HSD


- Periksa jalur dari bunker hingga ignitor
- Periksa pompa
- Periksa katup pengatur tekanan
- Periksa sistem resirkulasi.
Bahan bakar HSD digunakan untuk
penyalaan awal dan menaikkan tekanan
pada saat start dingin. Penyalaan dapat
dilakukan apabila Boiler telah di bilas
(purging) udara untuk penyalaan dapat dari
FD fan atau dari kompresor. Biasanya aliran
minyak HDS tidak dapat diatur, jadi
mengatur pembakarannya dengan
menambah atau mengurangi jumlah, ignitor.
Gambar 39 . Sistem Bahan Bakar Minyak HSD.
2. Bahan Bakar Residu

Bahan bakar residu baru dapat diatomisasi


setelah dipanaskan. Oleh karena itu
pembakaran residu harus menunggu
tersedianya uap pemanas peralatan didalam
sistem bahan bakar residu antara lain :

- Bunker persediaan dan harian


- Pompa pemindah dan pompa residu
- Pemanas (oil heater)
- Katup pengatur
- Burner residu
Persiapan dan Pengoperasian MFO

- Isi tangki harian dengan pompa pemindah


hingga level cukup
- Start pompa residu
- Operasikan pemanas minyak
- Resirkulasi minyak untuk menaikkan temperatur
- Operasikan alat atomisas, bila tersedia
- Buka trip valve setelah temperaturnya tercapai
- Atur aliran sesuai kebutuhan.
Bila minyak residu sebagai bahan bakar utama,
maka persediaan di tangki harus cukup. Bahan
bahan bakar residu dioperasikan bila tekanan
Boiler telah cukup dan tersedia uap untuk
pemanas residu. Bila minyak residu sebagai
bahan bakar cadangan, maka dioperasikan hanya
bila bahan bakar utama terganggu atau sebab-
sebab lain.

Pengaturan aliran minyak residu ada yang berada


pada sisi masuk burner, ada pula yang berada
pada sisi keluar burner (return valve).
Tekanan minyak harus diatur diatas batas
minimum, karena dapat menimbulkan
gangguan pada atomisasi. Faktor yang
banyak mengganggu pengoperasian minyak
residu adalah adanya air dan kekotorannya.

Oleh karena itu saringan sisi masuk pompa


harus selalu dicek untuk mencegah
terganggunya pengoperasian sistem bahan
bakar residu. Bunker minyak juga harus
didrain secara berkala untuk membuang air
yang ada di dalam minyak.
Gambar 40 . Sistem Bahan Bakar Residu
3. Pengisian Boiler

Dalam kondisi dingin dan tidak bertekanan ada


dua cara untuk mengisi air ke Boiler, yaitu :

- Lewat jalur air pengisi


- Melalui jalur khusus menggunakan pompa
filling up (pengisi bantu)

Apabila pengisian dilakukan melalui jalur air


pengisi, maka urutannya adalah :

- Isi hotwell kondensor dengan pompa make up


atau katup make up
- Isi tangki deaerator dengan pompa kondensat
- Isi drum Boiler dengan pompa air pengisi
Sebelum mengisikan air ke drum Boiler harus
dipastikan bahwa katup venting drum terbuka dan
katup blow down tertutup. Mengisi hotwell
kondensor dengan cara membuka katup atau
pompa (bila tersedia) air penambah. Setelah level
hotwell cukup, jalankan pompa kondensat untuk
mengisi deaerator. Atur alirannya sesuai
persediaan air di hotwell. Apabila level deaerator
sudah cukup, isi drum Boiler secara berlahan-
lahan dengan menjalankan pompa air pengisi.
Atur aliran hingga level air di atas batas minimum
dan di bawah level kerja normal.
B. PENGOPERASIAN BOILER

1. Pengoperasian Fan dan Purge

Persyaratan umum untuk menjalankan fan


adalah menutup sisi hisapnya. Bila Boiler
tidak dilengkapi ID fan, maka FD fan
dijalankan setelah pemanas udara. Tetapi
bila dilengkapi ID fan, ID fan lebih dahulu
dijalankan, kemudian FD fan. Setelah fan
start dan putaran sudah stabil, buka
damper pengatur perlahan-lahan untuk
mengatur aliran udara. Aliran udara untuk
start (purging) Boiler minimum 30% beban
penuh.
Urutan pengoperasian fan pada Boiler batubara adalah :

- Start ID fan, tunggu hingga putaran normal (stabil)

- Start FD fan, tunggu hingga putaran normal (stabil)

- Atur tekanan ruang bakar hingga - 10mm ka dan aliran


udara di atas 30% beban penuh

- Start gas resirkulasi fan

- Buka semua damper


1.1. Purge (Pembilasan)

Sebelum melakukan penyalaan awal Boiler harus di-purge.


Tujuan dari purge adalah untuk membuang gas yang dapat
terbakar (combustible) dari dalam Boiler. Gas yang dapat
terbakar berada di dalam Boiler berasal dari bahan bakar
yang tidak terbakar. Ketika Boiler beroperasi selalu ada
resiko masuknya bahan bakar yang tidak terbakar kedalam
Boiler. Lama purging berkisar antara 3 ~ 5 menit.

Selain pada saat start Boiler, pada waktu shut-down dan


trip, Boiler juga harus di-purge. Cara melakukan purge
adalah mengalirkan udara di Boiler dengan aliran di atas
30% dan membuka semua damper laluan udara dan gas.
Gambar 41 . Udara Purginng
Beberapa persyaratan umum yang harus
dipenuhi sebelum Boiler di-purge adalah :

- Aliran udara di atas 30%

- Katup trip (penutup cepat) bahan bakar


tertutup

- Semua damper udara dan gas terbuka

- Level air di drum di atas minimum


2. Penyalaan dan Penaikan Temperatur

Untuk melakukan penyalaan maka harus disiapkan :

- Bahan bakar untuk penyala (gas LPG atau minyak


HSD), cukup tersedia.

- Damper udara dalam posisi untuk penyalaan.

- Tekanan uap atau udara untuk atomisasi cukup.

- Elektrode untuk busi dalam keadaan bersih.

- Flame detector terpasang dan stand by.

- Tekanan bahan bakar untuk penyala cukup.

- Ignitor terpasang dan siap.


Apabila purge telah selesai maka penyalaan dapat dilakukan dengan
membuka katup penutup cepat bahan bakar, dan meng-on-kan ignitor.
Begitu ada sinyal start, maka :

- Ignitor gun masuk ke ruang bakar


- Ignitor on (busi mengeluarkan bunga api)
- Katup uap atau udara atomisasi terbuka
- Katup minyak atau gas penyala terbuka

Tetapi bila sistem penyala menggunakan oil torch, dan burner HSD,
maka setelah menyulut burner HSD, oil torch mati dan akan mundur
(retract). Jika nyala api yang ditangkap oleh flame detector
memuaskan, maka penyalaan berlangsung terus. Jika nyala api yang
ditangkap tidak memuaskan, maka ignitor trip (katup bahan bakar dan
atomisasi tertutup, busi mati).
3. Pengisian Pipa Uap Panas

Bila terdapat akumulasi air pada dasar pipa uap dan


air tersebut tidak di-drain, maka begitu uap dialirkan
ke pipa tersebut akan terbentuk gelombang (riak) air.
Karena kecepatan uap tinggi maka riak airnya
bergerak dengan kecepatan yang sama dengan air.

Bila air tersebut menjumpai penghalang atau


hambatan, seperti belokan, ia akan membentur dan
berbalik tetapi uapnya tidak. Timbul gelombang-
gelombang pendek yang menyebabkan water
hammer dan dapat menyebabkan kerusakan.
Untuk menghindari terjadinya water hammer, sebelum mengisi
(mengalirkan) uap pada pipa yang lebih dingin, maka :

- Buka katup drain

- Buka sedikit katup untuk pemanasan atau bila tersedia


by-pass, buka katup by-passnya sementara katup utama
tetap dalam posisi tertutup.

- Bila air telah keluar semua dari pipa tutup katup drain.

- Tunggu hingga, temperatur dan tekanan sesudah katup


mendekati sama dengan temperatur dan tekanan
sebelum katup.

- Buka penuh katup utama


Bila dilengkapi by-pass buka penuh katup utama dan tutup
katup by-passnya. Bila saluran tersebut dilengkapi dengan
katup venting, maka buka venting pada saat pemanasan,
bila udara telah keluar semua, tutup kembali venting
tersebut. Bila pipa yang akan dialiri uap sudah panas dan
temperaturnya di atas temperatur jenuh sehingga tidak
mungkin terjadi kondensasi, maka saat mengalirkan uap,
katup drain tidak perlu dibuka.

Prosedur di atas sekaligus juga mencegah terjadinya


thermal stress karena perbedaan tekanan dan temperatur
sebelum dan sesudah katup. Thermal stress
mengakibatkan packing flange rusak apabila sangat kuat
dapat menyebabkan pipa retak bahkan pecah.
Gambar 42 . Sirkulasi Uap
C. PENGENDALIAN
OPERASI
2. Sirkulasi Air Boiler

Gambar 43 . Sirkulasi Air Pengisi Boiler


2. SISTEM UDARA DAN GAS

Gambar 44 . Sirkulasi Udara dan Gas


Pengendalian Aliaran Udara

Pengendalian aliran udara dalam Boiler dilakukan


menggunakan FD Fan (Kipas Tekan Paksa) dan ID Fan
(Kipas Hisap Paksa). Tujuan dari pengendalian aliran
udara adalah untuk mengatur tekanan ruang bakar,
mengimbangi beban Boiler, pengotoran Boiler dsb.

Ada dua cara dasar pengaturan kipas yaitu :

- Pengaturan aliran dengan damper atau sudu atur (vane)


- Pengaturan kecepatan yang bervariasi dengan kontrol
elektris dari kecepatan motor atau dengan penggunaan
slip coupling (kopling gelincir).
4. Damper

Pengaturan ini sederhana, handal dan murah pemasangannya,


tetapi karena efisiensinya yang rendah maka jarang digunakan
untuk fan-fan yang besar pada pusat pembangkit yang modern.

Sebaliknya, pengaturan dengan damper mempunyai biaya


pemasangan yang rendah dan kerugian daya tidak berarti atau
bila daerah pengaturan yang cukup kecil, cara pengaturan fan
ini mungkin sesuai sebagai contoh, digunakan untuk pengaturan
aliran udara/gas pada fan untuk burner minyak penyalaan Boiler
pada beberapa unit 500 MW.

Damper juga digunakan untuk mengisolasi fan untuk tujuan

operasi dan pemeliharaan.


5. Sudu Atur (Vane)
Sebagian besar dari fan hisap paksa dan tekan paksa mempunyai
pengatur vane (lihat gambar 12). Ilustrasi menunjukan satu set vane
pada saluran masuk ke fan, disusun sedemikian sehingga mereka
memberikan suatu dorongan ke udara atau gas yang masuk ke fan.
Keluaran fan diatur dengan mengubah sudut vane, hal ini memberikan
suatu cara pengaturan yang efisien sampai paling rendah 15% dari
kapasitas penuhnya.

Jika sebuah fan harus dioperasikan untuk periode yang lebih lama pada
beban tak penuh, maka pengaturan dengan vane dan motor dengan
dua macam kecepatan akan lebih ekonomis dan menarik. Oleh karena
itu kita sering menemukan pengaturan dengan vane pada fan hisap
paksa yang jarang beroperasi dengan keluaran maksimumnya.

Damper isolasi yang berdiri sendiri juga dipasang untuk memungkinkan


pekerjaan pemeliharaan dilakukan secara aman pada pengaturan

dengan vane.
Gambar 45 . Sistem Pengaturan Dengan Sudu Atur Pada Sisi Masuk Fan
6. Putaran Variabel

Pengaturan putaran variable ada dua yaitu :

- Motor dengan kecepatan bervariasi

- Kopling gelincir (slip coupling)

- Turbo Coupling
D. SHUTDOWN BOILER

1. Shutdown Normal

Penurunan beban boiler menyesuaikan beban turbin, dapat


dilakukan secara otomatis atau manual. Urutannya
kebalikan dengan proses start-up dengan mengendalikan /
mempertahankan :

- Level drum
- Tekanan ruang bakar
- Penurunan temperatur pipa dinding ruang bakar tidak
boleh maksimumnya (sesuai SOP).
- Stop boiler setelah turbin generator stop (Pembakaran
stop, fan-fan stop, drain-drain valve stop, level drum
maksimum, air heater tetap beroperasi sesuai dengan
SOP)
2. Shutdown Emergency

Stop emergency ini dilakukan bila terjadi hal-hal


yang membahayakan / merusak boiler ataupun
alat bantunya.

Catatan :

Hindari stress temperatur pada boiler dan alat


bantunya
Mengikuti SOP unit masing-masing
A. PENGERTIAN TENTANG EFISIENSI,
EFISIENSI SIKLUS DAN HEAT RATE

1. Pengertian Tentang Efisiensi.

Efisiensi merupakan istilah yang banyak


di gunakan di berbagai bidang. Namun
dalam bahasa ini pengertian efisiensi
adalah khusus mengenai efisiensi unit
PLTU atau bagian dari sistem dalam
unit PLTU.
Pernyataan matematis tersebut di atas
menyatakan bahwa efisiensi merupakan
perbandingan antara OUTPUT dengan
INPUT.

Dalam kondisi ideal yaitu apabila LOSSES


= 0 maka besarnya efisiensi adalah 1 (satu )
atau 100 %.
Efisiensi Siklus.

Seperti yang sudah di jelaskan terdahulu, PLTU mengubah


energi kimia bakar menjadi energi listrik.

Urutan selengkapnya adalah :

Energi Kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi


panas. Proses ini terjadi di dalam ketel ( Boiler ).

Energi panas diubah menjadi energi mekanis. Proses ini


terjadi di Turbin.
Energi mekanis di ubah menjadi Energi Listrik. Proses ini
terjadi di Generator listrik.
ENERGI LISTRIK

BAHAN
BAKAR

BOILER TURBIN GENERATOR


LISTRIK

Gambar 46 . Perubahan (Konversi ) Energi di PLTU


Akibat keseluruhan dari rantai proses konversi energi ini adalah output
energi listrik di peroleh dari input bahan bakar.

Efisiensi siklus dapat di hitung apabila data data tersebut di bawah ini
di ketahui :

Energi Listrik yang di diproduksi . KWh


Berat bahan bakar yang di bakar Kg
Nilai kalor bahan bakar .. Kj/Kg
Suatu unit PLTU dibebani 100 MW, dalam satu jam
menghabiskan bahan bakar batubara sebanyak 50.000 kg.
Nilai kalor bahan bakar adalah 23.000 Kj/Kg.

Berapa efisiensi siklus keseluruhan (Overall effisiensi) ?


Jawab :

Panas masuk = Berat bahan bakar X Nilai Kalor


= 50.000 X 23.000 Kj/Kg
= 1.150.000.000 Kj
maka INPUT = 1.150.000.000 Kj
Efisiensi siklus juga dapat dihitung apabila efisiensi
komponen yang membentuk siklus tersebut diketahui .

Contoh

Efisiensi Boiler : 90%


Efisiensi Turbin : 80%
Efisiensi Generator : 98%
Efisiensi Sistem Uap Air : 50%
Overall Efficiency : 90% X 80% X 98%
X 50%
: 35,28%
: 0,3528%
2. Heat Rate.

Apabila dalam perhitungan efisiensi di perbandingkan energi Output dibagi


Input, maka dalam perhitungan Heat Rate adalah kebalikan dari perhitungan
efisiensi dan satuan energi Output tidak harus dengan satuan energi Input.
B. SIKLUS RANKINE SUPERHEAT DAN REHEAT
1. Siklus Rankine Superheat

3 4

a.PLTU Dengan Superheater.


Dari gambar terlihat bahwa unsur-unsur dalam
siklus adalah sebagai berikut :

Input = (h4 - h3) +(h3 - h2) + (h2 - h1)


= h4 - h1

Losses = T (S5 - S1)

Output = h4 - h5
Sebagai contoh misalnya tekanan boiler untuk siklus
seperti gambar 5.1.b, adalah 100 bar absolut. Temperatur
uap keluar Superheater = 500 0C dan tekanan kondensor
= 0,07 bar absolut. Berapakah efisiensi Rankine untuk
siklus tersebut.

Untuk menyelesaikan persoalan ini diperlukan bantuan


Tabel Uap. Karena titik 4 ada diluar garis lengkung jenuh,
maka digunakan tabel uap panas lanjut. Untuk tekanan 100
bar dan temperatur 500 0C, diperoleh :

h4 = 3374,6
S4 = S5 = 6,6994.
Sedangkan dari Tabel Uap jenuh untuk
tekanan 0,07 bar diperoleh :

T1 = 39,025 + 273,15 = 312,175

hf = h1 = 163,4

Sf = S1 = 0,5591.
Siklus Rankine Superheat Reheat

Pada PLTU berkapasitas besar, ternyata pemanas lanjut


saja masih kurang memenuhi kebutuhan. Untuk itu, selain
pemanas lanjut juga dilengkapi dengan pemanas ulang
uap (Reheater). Pada siklus dengan pemanas ulang, uap
dari turbin tekanan tinggi dialirkan kembali kedalam elemen
pemanas lagi dan baru kemudian dialirkan ke turbin
tekanan menengah dan turbin tekanan rendah. Proses
yang berlangsung dalam pemanas ulang sama dengan
proses yang berlangsung dalam supereheater yaitu
pemanasan uap secara isobar. Tampilan siklus Rankine
Superheat Reheat terlihat seperti gambar . ulang
(Reheater) untuk dipanaskan
Sebagai contoh misalkan siklus seperti gambar
6.1.b, tekanan dan temperatur uap masuk turbin
tekanan tinggi (T.T) adalah 100 bar dan 500 0C.
Tekanan dan temperatur uap keluar turbin (TT)
adalah 40 bar dan 300 0C yang selanjutkan
dialirkan kembali ke Reheat. Temperatur uap
keluar reheater = 500 0C. Uap tersebut selanjutnya
mengalir kedalam turbin tekanan menengah dan
turbin tekanan rendah untuk akhirnya masuk ke
kondensor. Tekanan kondensor adalah 0,07 bar
absolut. Berapakah efisiensi Rankine untuk siklus
tersebut ?.
Untuk menyelesaikan masalah kembali diperlukan
Tabel Uap, karena titik 4,5 dan 6 ada diluar garis
lengkung jenuh, maka dipakai tabel uap panas
lanjut. Dari tabel tersebut untuk tekanan 40 bar
dan temperatur 500 0C, diperoleh :

h6 = 3445
S6 = S7 = 7,0909

Pada tekanan 40 bar temperatur 300 0C diperoleh:


h5 = 2962

Pada tekanan 100 bar, 500 0C, diperoleh :


h4 = 3374,6
Sedangkan dari tabel uap jenuh untuk
tekanan 0,07 bar diperoleh :

T1 = 39,025 + 273,15 = 312,175 K


hf = h1 = 163,4
Sf = S1 = 0,5591
Dengan demikian terbukti lagi bahwa
dengan penambahan pemanas ulang, maka
efisiensi siklus menjadi lebih tinggi lagi.
Selain menguntungkan dari sisi efisiensi,
pemanas ulang juga dapat memperpanjang
umur turbin tekanan rendah karena kualitas
uap bekas pada siklus dengan pemanas
ulang menjadi lebih baik.
C. BAGIAN-BAGIAN YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI
KETEL

1. Nilai Kalor Bahan Bakar.

Ketel konvensional mendapatkan Heat Input dari hasil pembakaran


bahan bakar, baik bahan bakar padat, cair atau gas Bahan bakar
padat yang banyak digunakan diantaranya adalah kayu, peat,
lignate (brown coal), bitiminous coal dan antracite. Bahan bakar
cair yang banyak digunakan untuk proses pembakaran didalam
ketel adalah HSD dan Heavy Oil, sedangkan bahan bakar gas
umumnya menggunakan gas alam.

Contoh komposisi bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 3.


Pada rekasi pembakaran bahan bakar dengan
oksigen dilepaskan sejumlah panas yang
besarnya tergantung dari nilai kalor bahan bakar
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

Nilai kalor bahan bakar dapat dinyatakan dalam


Nilai Kalor Terendah atau Lower Calarific Value
(LCV) dan dapat pula dinyatakan dalam Nilai Kalor
Teratas atau Higher Calorific Value (HCV) atau
Gross Calorific Value (GVC).
HCV adalah panas total yang dihasilkan dari
proses pembakaran. Bahan bakar mengandung
Gas Hydrogen yang apabila bereaksi akan
membentuk air. Air yang terbentuk akan menyerap
sebagian panas sehingga air tersebut berubah
menjadi uap. Panas yang diserap ini tidak dapat
dimanfaatkan.

LCV adalah panas yang bermanfaat atau HCV


dikurangi panas yang digunakan untuk
menerapkan air yang terbentuk.
TABEL 3 : Contoh Komposisi Bahan Bakar.

UNSUR BAHAN BAKAR BAHAN BAKAR BAHAN BAKAR


BATUBARA MINYAK GAS ALAM

Carbon ( C ) % by wt 75,0 86,5


Hydrogen( H2 ) 5,0 11,5
Sulphur ( S ) 2,3 2,0
Nitrogen ( N2 ) 1,5 -
Oxigen (O2) 6,7 -
Ash 7,0 -
Moisture 2,5 -

Hydrogen ( H2 ) % by vol 0,00


Ruthan (CH4 ) 83,40
Ethylene (C2H4) 0,00
Ethane(C2 H6 ) 15,80
Nitrogen (N2 ) 0,80
Unsur-unsur bahan bakar yang dapat
menghasilkan panas adalah C,S dan H .

1 kg C Menghasilkan 8.100 kcal / kg


1 kg S Menghasilkan 2.220 kcal / kg
1 kg H2 Menghasilkan 34.400 kcal / kg

Harga HCV dan LCV dapat dihitung apabila


komposisi bahan bakar diketahui .
Contoh perhitungan :

Suatu bahan bakar mempunyai komposisi berat


sebagai berikut :

C = 75,0% atau 0,75 kg / kg bahan bakar


H2 = 5,0% atau 0,05 kg / kg bahan bakar
S = 2,0% atau 0,02 kg / kg bahan bakar
O2 = 7,0% atau 0,07 kg / kg bahan bakar
2. Panas Yang Diserap Oleh Ketel.

Idealnya, semua panas yang dihasilkan dari proses


pembakaran diserap oleh ketel untuk pemanasan dan
penguapan air, akan tetapi dalam kenyataannya tidak
semua panas dapat diserap oleh ketel, karena sebagian
kecil terbuang sebagai losses, diantaranya ;

1. Kerugian karena kandungan air dalam bahan bakar


2. Kerugian karena kandungan hydrogen dalam bahan
bakar
3. Kerugian karena panas terbuang oleh flue gas ke
cerobong
4. Kerugian akibat pembakaran tidak sempurna.

5. Kerugian karena masih adanya unsur-unsur.


bahan bakar belum terbakar didalam abu/debu.

6. Kerugian karena radiasi.

7. Agar supaya panas yang diserap oleh Ketel


maksimal, maka kerugian-kerugian tersebut
diatas harus dibuat minimal.
3. Kerugian Karena Kandungan Air Dalam
Bahan Bakar.

Kandungan air dalam bahan bakar, terutama pada


bahan bakar batubara biasanya diakibatkan oleh
penimbunan batubara yang kurang baik, misalnya
terkena hujan.

Kerugian yang diakibatkan oleh adanya air dalam bahan


bakar adalah sebanyak :

Berat air dalam bahan bakar x 558,76 kcal/kg bahan


bakar
4. Kerugian Karena Kandungan Hydrogen
Dalam Bahan Bakar.

Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu,


hydrogen dalam bahan bakar akan membentuk
air, dan air ini menyerap panas untuk
penguapan (Lihat Uraian pada Bab 3.1).
5. Kerugian Panas Terbuang Oleh Flue
Gas Ke Cerobong.

Gas asap yang keluar ke Cerobong terutama


terdiri dari CO2 , Nitrogen, Udara lebih dan Uap
air. Banyaknya panas yang terbuang ke
cerobong tergantung dari temperatur dan
volume flue gas.Prosentase CO2 tidak dapat
dikurangi karena gas tersebut merupakan
unsur utama produk pembakaran.
Udara lebih masih memungkinkan untuk dikurangi dengan
catatan tidak menyebabkan pembakaran menjadi tidak
sempurna, karena udara lebih ini diperlukan untuk
sempurnanya pembakaran. Sebagian besar dari Udara
adalah Nitrogen, jadi dengan mengurangi udara lebih
berarti mengurangi volume hydrogen. Uap air yang
terbentuk dari proses pembakaran hydrogen sulit untuk
dikurangi, sedangkan yang masih memungkinkan adalah
mengurangi kadar air dalam bahan bakar.

Kondisi lain yang mempengaruhi besarnya panas terbuang


ke cerobong adalah temperatur flue gas, oleh karena itu
temperatur flue gas harus dibuat serendah mungkin dalam
batas amannya agar tidak terjadi pengembangan sulphur
yang akan menyebabkan korosi.
6. Kerugian Akibat Pembakaran Tidak
Sempurna.

Pembakaran yang tidak sempurna dapat diakibatkan


oleh pengabutan bahan bakar tidak baik, butir batubara
serbuk terlalu besar, percampuran bahan bakar dengan
udara tidak homogen, kekurangan udara lebih dan lain
sebagainya.

Akibat dari pembakaran tidak sempurna mungkin terjadi


adanya serbuk atau butir-butir cairan bahan bakar
terbawa ke cerobong, atau jatuh ke bagian bawah ruang

bakar (furnance).
Pembakaran tidak sempurna juga dapat
menghasilkan gas CO yaitu gas yang masih
dapat terbakar. Gas CO ini akan terbuang
ke cerobong. Baik adanya bahan bakar
yang belum terbakar maupun gas CO akan
mengurangi jumlah panas yang dihasilkan
oleh proses pembakaran.
Kerugian Karena Masih ada Unsur-unsur
Bahan Bakar Belum Terbakar dalam
Abu/Debu.

Walaupun proses pembakaran diusahakan


sempurna, ternyata masih sering dijumpai adanya
unsur Carbon (C) didalam abu/debu. Carbon
adalah unsur yang menghasilkan panas, sehingga
dengan tertinggalnya carbon dalam abu/debu
akan mengurangi panas dari proses pembakaran.
Kerugian Karena Radiasi.

Kerugian ini diakibatkan oleh radiasi


(pancaran panas) dari ketel. Perhitungan
panas radiasi sulit dilakukan dan umumnya
mempunyai nilai kecil apabila boiler di
isolasi dengan baik.
Perhitungan metoda kerugian (Loss Method) :

Perhitungan dengan cara Direct Method sulit dilaksanakan pada PLTU


berbahan bakar Batubara, karena coal weigher (alat penimbang
batubara) bukan merupakan bagian dari Milling Plant sehingga jumlah
berat batubara dibakar sulit untuk diketahui dengan akurat. Disamping
itu untuk mendapatkan nilai kalor batubara terlebih dulu diambil sample
dan dianalisa di laboratorium. Karena lamanya perbedaan waktu antara
pengambilan sample dengan mendapatkan hasil analisa, nilai kalor
batubara yang dibakar mungkin berbeda dengan yang dianalisa.

Cara perhitungan yang lebih baik adalah menggunakan Loss Method,


yaitu terlebih dulu menghitung Losses (seperti yang sudah dijelaskan
terdahulu), kemudian dihitung besarnya output dan input.
Gambar 50 . Efisiensi Ketel Terhadap Rated Capacity.
A. FUNGSI PELAPORAN :

1. Sebagi informasi kondisi unit untuk petugas operasi.

2. Sebagai bahan atau data analisa pengusahaan maupun


data analisa performa unit.

3. Berisi tentang catatan-catatan penting atau darurat.


peralatan maupun system.

4. Sebagai bahan untuk mengusulkan perbaikan atau


perawatan.

5. Sebagai informasi untuk Manager dalam mengambil

keputusan atau langkah pengendalian unit.


B. PEMBUATAN LAPORAN

1. Laporan pengoperasian menggunakan format


yang telah tersedia

2. Log sheet di isi tiap satu jam sambil


melaksanakan patrol.

3. Bila terjadi kelainan cata di buku laporan dan


Log sheet.

4. Bila ada salah satu peralatan yang harus distop


dan tidak boleh dioperasikan maka pasang
kartu gantung dan catat buku laporan

Anda mungkin juga menyukai