Anda di halaman 1dari 2

Ini adalah 

posting nostalgia, kembali mengenang saat-saat pertama kali saya berprofesi


sebagai konsultan, mulai belajar sebagai konsultan. Posting ini sekaligus menjawab
sebuah e-mail yang dikirim ke saya seminggu yang lalu, tentang bagaimana pertama kali
menjadi konsultan …

Itu adalah tahun 1995, di mana saya diterima bekerja di sebuah consulting firm yang
masuk big-5 saat itu, yaitu KPMG (Klynvelt Peat Marwick Gorderler), di kantor Jakarta.
Sesuai dengan latar belakang pendidikan saya saat itu, yaitu computer science, saya
ditempatkan di Divisi Teknologi Informasi. Divisi ini memiliki 2 tugas utama, yaitu melayani
kebutuhan TI internal KPMG serta melayani jasa konsultansi TI untuk para klien KPMG. Jasa
konsultansi yang diberikan yaitu implementasi business application software (saat itu KPMG
di Indonesia bekerja sama dengan Scala), serta integrasi aplikasi atau perangkat lunak
pada skala yang lebih kecil.

Saya hanya mengalami masa orientasi selama 3 minggu di kantor pusat di Jakarta. Setelah
itu, saya benar-benar diterjunkan dalam proyek pengembangan sistem informasi untuk
klien. Proses itu benar-benar membuat saya kelimpungan. Semua berlangsung dengan
cepat, belajar sambil bekerja.

Ada beberapa lessons learned yang saya peroleh di awal-awal karir sebagai konsultan, dan
itu sangat membentuk karakter saya sebagai konsultan. Standar code of conduct KPMG pun
ikut mewarnai pembentukan gaya konsultansi saya ….

 Tugas konsultan adalah problem solving, jadi konsultan adalah part of solution,


bukan menjadi part of the problem. Tugasnya meringankan beban klien, bukan menambah
beban klien. Jadi, dalam berkomunikasi dengan klien, selalu berikan solusi, jangan
menggunakan bahasa yang menambah beban klien.

 Jangan menunda pemecahan persoalan. Persoalan hari itu sebisanya dipecahkan hari
itu juga. Penundaan dilakukan kalau memang diperlukan suatu koordinasi, yang tidak bisa
diselesaikan hari itu juga.

 Menjaga hubungan baik dengan klien itu penting. Jika sikap saling percaya atau trust
sudah terbentuk, maka pekerjaan akan sangat mudah dilakukan. Dahulukanlah kepentingan
klien. Walaupun demikian, konsultan tidak boleh didikte oleh klien, selalu bersikap
profesional dalam memberikan solusi.

 Keterampilan teknis itu penting, tetapi keterampilan komunikasi antar manusia, itu
lebih penting. Kemampuan itu mencakup bagaimana meyakinkan klien, bagaimana
melakukan negosiasi, dan sebagainya.

 Semua informasi mengenai klien adalah rahasia, bukan untuk konsumsi publik,
melainkan hanya untuk konsumsi konsultan semata. Profesionalisme konsultan
mengharuskan dia menjaga semua informasi mengenai kliennya. Jika dia ingin memberikan
informasi kepada publik, maka harus seizin klien tersebut.

 Walaupun ada teman sesama konsultan dalam team berbuat salah, jangan pernah
berdebat, apalagi bertengkar, di depan klien. Semuanya harus diselesaikan dalam rapat
internal tim konsultan. Ini masalah reputasi dan kredibilitas tim konsultan di mata klien.
 Bersiaplah untuk setiap penugasan yang tidak terduga, bahkan kita tidak pernah
tahu ke mana kita harus travelling keesokan harinya … Apalagi kalau klien kita tersebar di
berbagai wilayah.

 Konsultan adalah knowledge worker, jadi selalu harus membuat dirinya up to


date dengan pengetahuan dan keterampilan baru di bidangnya. Kemampuan untuk belajar
secara mandiri mutlak diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai