Anda di halaman 1dari 12

P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

Ekasakti Jurnal Penelitian & Pegabdian


(EJPP)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN


IPA MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM
SOLVING) DI KELAS IV SD NEGERI 10 AUR DURI KECAMATAN
PADANG TIMUR KOTA PADANG
Ernita1
1)
Kepala SD Negeri 10 Aur Duri Kecamatan Padang Timur, Kota Padang

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Penelitian ini berawal dari hasil studi pendahuluan pada siswa kelas IV SD
Received : 12/02/2021 Negeri 10 Aur Duri. Diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa masih rendah. Hal
Revised : 27/02/2021 ini dikarenakan guru dalam pembelajaran IPA masih menggunakan metode
Publish : 01/05/2021 ceramah dan tidak mengajak siswa untuk menyelesaikan masalah sehingga
menyebabkan siswa merasa jenuh dengan materi pembelajaran. Penggunaan
metode pemecahan masalah merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan
Kata Kunci: masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA dengan
Hasil Belajar yang Lebih metode pemecahan masalah bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Baik, Metode Pemecahan Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam
Masalah. dua siklus dengan empat pertemuan yang meliputi tahapan perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada setiap siklus. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan lembar tes untuk 25 siswa
SD Negeri 10 Aur Duri. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada setiap
siklusnya. Peningkatan tersebut terlihat dari: (a) Perencanaan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I diperoleh skor rata-rata 80,36% dengan kategori baik
meningkat menjadi 96,43% dengan kategori sangat baik pada siklus II, (b)
Pelaksanaan pembelajaran, Dari aspek guru memperoleh skor 75% pada siklus I
meningkat menjadi 95% pada siklus 2 dan dari aspek siswa memperoleh skor
65% dalam kategori cukup pada siklus I meningkat menjadi 92,5% dalam
kategori sangat baik. kategori pada siklus II, (c) Hasil belajar IPA siklus I dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor memperoleh skor rata-rata 64,19%
dengan kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 85,00% pada kategori
baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode problem solving dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD
Negeri 10 Aur Duri Kec. Padang Timur.

Page | 276
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

ABSTRACT
Keywords: This research was initiated from the results of a preliminary study of the fourth
Improved Learning grade students of SD Negeri 10 Aur Duri. It was found that the students' learning
Outcomes, Problem outcomes in science were still low. This is because teachers in science learning
Solving Methods. still use the lecture method and do not take students to solve problems, causing
students to feel bored with the learning material. The use of problem solving
methods is one way to solve problems that occur in the science learning process.
Learning science with problem solving methods aims to improve student learning
outcomes. This research is a Classroom Action Research which is carried out in
two cycles with four meetings covering the stages of planning, implementing,
observing, and reflecting on each cycle. The approach used is qualitative and
quantitative approaches. Data were collected using observation sheets and test
sheets for 25 students of SD Negeri 10 Aur Duri. The results showed an increase
in each cycle. The improvement can be seen from: (a) Planning for the
implementation of learning in cycle I obtained an average score of 80.36% with
a good category increasing to 96.43% with a very good category in cycle II, (b)
Implementation of learning, from the aspect of the teacher obtaining the score of
75% in cycle I increased to 95% in cycle 2 and from the aspect of students getting
a score of 65% in the sufficient category in the first cycle increased to 92.5% in
the very good category in cycle II, (c) Science learning outcomes in cycle I from
cognitive, affective, and psychomotor aspects, it got an average score of 64.19%
with a fairly increased category in the second cycle to be 85.00% in the good
category. So it can be concluded that the problem solving method can improve
student learning outcomes in science learning in class IV SD Negeri 10 Aur Duri
Kec. East Padang.

PENDAHULUAN

Pembelajaran IPA menurut pendapat Panut, dkk (2004: iii) yaitu “pembelajaran IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan”. Pendidikan IPA atau sains di sekolah dasar
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar.
Dari pendapat di atas berarti siswa SD yang usianya berkisar antara 7-12 tahun dan
berada dalam tahap perkembangan operasional konkret perlu diajak langsung dalam
pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih nyata. Siswa pada tahap operasional konkret akan
lebih memahami apa yang dialaminya atau dilihatnya secara nyata.
Cara untuk membawa siswa agar mengalami langsung proses pembelajaran adalah
dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dan yang mampu membawa
siswa terlibat dalam pembelajaran. Dengan penggunaan metode, siswa dapat terlibat dalam proses
pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penggunaan metode dalam pembelajaran akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Penggunaan metode yang tepat dapat memaksimalkan hasil belajar yang diperoleh. Seperti yang
dijelaskan oleh Ibrahim (dalam Sudjana, 2009:43) “penggunaan metode atau pendekatan yang
tepat oleh guru dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar
siswa”. Begitu pentingnya metode dalam pembelajaran, sehingga guru dituntut mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam memilih dan menerapkan berbagai metode pembelajaran

Page | 277
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pembelajaran. Dengan penggunaan metode
siswa akan lebih memahami pembelajaran yang mereka hadapi. Siswa akan lebih tertarik untuk
belajar apalagi dengan menggunakan metode yang bervariasi untuk setiap pembelajarannya.
Sehingga hasil yang dicapai siswa akan sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan pengalaman peneliti, pembelajaran di lapangan masih bertolak belakang
dengan metode problem solving. Dalam proses pembelajaran peneliti masih menggunakan metode
ceramah, sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dengan materi yang sedang dibahas. Siswa
tidak diajak untuk memecakhan dan mencari sendiri pengetahuan yang mereka dapatkan. Siswa
tidak mengalami langsung hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Keadaan ini berdampak pada siswa, membuat siswa pasif dalam belajar dan tidak
bersemangat dalam belajar, siswa terlihat bosan selama pembelajaran berlangsung. Selain itu,
siswa tidak ada yang bertanya walaupun belum mengerti dengan pembelajaran yang diberikan.
Pemahaman konsep IPA siswa rendah. Ini terbukti ketika guru mengajukan pertanyaan sebagian
siswa tidak bisa menyelesaikan pertanyaan tersebut, siswa hanya duduk mendengarkan dan
menunggu sajian dari guru. Siswa tidak dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah dalam
pertanyaan yang dihadapinya. Akibatnya siswa menjadi lengah dan tidak memperhatikan apa yang
disampaikan guru, yang menyebabkan hasil belajar IPA belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan
Untuk meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, guru harus memilih dan
menggunakan metode yang sesuai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA, salah satunya
adalah metode pemecahan masalah (problem solving). Metode pemecahan masalah (problem
solving) adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Sudjana (2009:85) “metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya
sekedar mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan”.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang dilakukan merupakan pendekatan kwalitatif dan pendekatan


kuantitatif. Pendekatan ini berkenaan dengan perbaikan dan peningkatan pembelajaran pada suatu
kelas. Sedangkan jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Wardhani (2008:1.15) “penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang
dilakukan oleh guru kelas sendiri dengan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat”.

Page | 278
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan dalam siklus II pertemuan 2 yaitu menyiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan standar kompetensi memahami beragam sifat dan perubahan
wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Kompetensi dasar yang
harus dicapai siswa adalah mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud
cair→padat→cair,cair→gas→cair→padat→gas.
Indikator yang digunakan pada siklus II pertemuan 2 adalah:
1. Menyebutkan nama perubahan wujud benda dari padat ke gas;
2. Membuktikan perubahan wujud benda dari padat ke gas;
3. Menjelaskan penyebab perubahan wujud dari benda dari padat ke gas.
Kemudian menyiapkan media yang cocok untuk materi pembelajaran, lembaran kerja
siswa untuk membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran, menyusun lembaran observasi dan
menyusun lembaran tes. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode problem solving
menurut Sudjana (2009:85) dengan langkah-langkah yaitu:
a. Adanya masalah yang jelas;
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut misalnya dengan membaca buku, bertanya jawab atau diskusi;
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut;
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut; dan
e. Menarik kesimpulan.
Hasil belajar siswa diamati dari ketiga ranah yaitu aspek kognitif, efektif dan psikomotor.
Aspek efektif meliputi kerjasama siswa dalam kelompok, keaktifan siswa dalam kelompok dan
keseriusan siswa dalam melakukan percobaan. Sedangkan aspek psikomotor meliputi ketetapan
siswa dalam melakukan langkah-langkah percobaan, ketepatan siswa dalam memilih alat untuk
melakukan percobaan dan ketepatan siswa menggunakan alat dalam melakukan percobaan.

Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan terdiri dari 3 (tiga) kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan Awal
Guru menyiapkan kondisi kelas untuk belajar. Selanjutnya guru mengecek kehadiran
peserta didik. Peserta didik mengacungkan tangan sebagai tanda kehadiran. Guru
melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab mengenai pembelajaran pada
pertemuan sebelumnya mengenai menguap dan mengembun. Guru dan siswa lalu
bertanya jawab tentang perubahan wujud benda. Selanjutnya guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, proses pembelajaran disesuaikan dengan langkah langkah metode

Page | 279
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

problem solving.
a. Tahap pertama yaitu adanya masalah yang jelas untuk dipecahkaan.
Pada tahap ini siswa diminta memperhatikan dua buah kapur barus yang bentunya
sama tapi ukurannya berbeda. Guru dan siswa bertanya jawab tentang benda
kemudian siswa diminta mengemukakan permasalahan yang terjadi. Selanjutnya
diadakan tanya jawab agar lebih memahami masalah dan untuk mencari data atau
keterangan untuk memecahkan masalah. Siswa dibantu dengan pertanyaan
“Apa yang menyebabkan ukuran kapur barusnya berkurang?”. Pada tahap ini siswa
bertanya jawab. Dari jawaban yang diberikan siswa kemudian dilakukan tahap
menetapkan jawaban sementara. Siswa mengemukakan jawaban sementaranya
atas permasalahan yang terjadi. Siswa mengemukakan bahwa kapur barus menjadi
lebih kecil karena mengalami perubahan wujud. Pada langkah ini siswa sudah
berani mengemukakan pendapatnya dan menjawab dengan berani bila ditanya.
Siswa juga menjawab bila sudah ditunjuk oleh gurunya sehingga pembelajaran
terlaksana dengan baik dan tidak meribut.
b. Tahap selanjutnya menguji kebenaran jawaban sementara.
Pada tahap ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Siswa dalam
kelompoknya dimintra melakukan percobaan berdasarkan LKS yang telah
dipersiapkan. Siswa diminta mengerjakan LKS berdasarkan langkah-langkah yang
ada adalam LKS. Selama pengerjaan LKS siswa dibimbing oleh guru. Dalam
mengerjakan LKS siswa sudah tertib dan sudah bisa bekerja sama dengan anggota
kelompoknya. Siswa tidak lagi meribut dan mengganggu kegiatan temannya
dikelompok lain.
c. Setelah siswa mengerjakan LKS maka tahap selanjutnya menarik kesimpulan.
Siswa diminta menyampaikan hasil kerja kelompok kedepan kelas. Kemudian
kelompok lain diminta menanggapi laporan temannya, apakah ada pertanyaan atau
tanggapan terhadap laporan yang disampaikan temannya. Pada tahap ini siswa
sudah berani bertanya dan memberikan saran atau tanggapan kepada temannya.
Selanjutnya dari laporan yang telah disampaikan siswa, guru menanyakan pada
siswa apakah jawaban tentang permasalahan itu benar kemudian secara serentak
menjawab. Kemudian siswa dengan bantuan guru menyimpulkan bahwa kapur
barus berukuran menjadi lebih kecil karena mengalami perubahan wujud benda dari
padat menjadi gas.
3. Kegiatan penutup
Pada kegiatan akhir guru meminta siswa menyimpulkan pelajaran. Siswa dibimbing
untuk menemukan kesimpulan pelajaran. Selanjutnya diadakan evaluasi untuk melihat
sejauh mana siswa mengerti dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam
mengerjakan evaluasi siswa mengerjakannya sendiri-sendiri. Tahap berikunya
melakukan tindak lanjut, siswa diminta mengulang pelajaran dirumah.

Page | 280
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

Pengamatan
Kejelasan proses pembelajaran memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik. Langkah
pembelajaran juga mendapat skor 4 kategori sanagat baik. Teknik pembelajaran memperoleh skor
4 dengan kategori sangat baik. Sedangkan kelengkapan instrumen juga mendapatkan kategori
sangat baik dengan skor 4. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh persentase penilaian RPP
yang pada siklus II pertemuan 2 yaitu 100 % dengan kualifikasi sangat baik.
1. Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Metode Problem
solving.
a. Aktivitas guru
Langkah keempat menguji kebenaran jawaban sementara. Untuk membantu siswa
untuk menguji kebenaran siswa diberikan LKS yang dikategorikan sangat baik
dengan perolehan skor 4. Langkah yang terakhir yaitu menarik kesimpulan
memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik.
b. Aktivitas siswa
Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan metode problem
solving mencapai kategori sangat baik. Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus
II pertemuan 2 nilai yang diperoleh siswa rata-ratanya 100 %. Aktivitas siwa pada
siklus II mendapat kategori sangat baik. Pengamatan ini dilakukan oleh guru kelas
sebagai pengamat dan teman sejawat.
2. Pengamatan terhadap hasil belajar
Penilaian pada pembelajaran IPA melalui metode problem solving melalui tiga aspek
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian afektif dan psikomotor
dilakukan selama proses pembelajaran berlansung sedangkan penilaian kognitif
dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir.
a. Aspek Kognitif
Nilai kognitif yang diambil adalah nilai individu peserta didik setelah proses
pembelajaran berlangsung. Dari hasil pengamatan pada siklus II pertemuan 2 siswa
memperoleh nilai 95,20% dari 25 orang siswa semuanya sudah mencapai KKM
b. Aspek Afektif
Nilai efektif diambil selama proses pembelajaran yang meliputi kerjasama siswa
dalam kelompok memperoleh 86,00% (SB), keaktifan siswa dalam kerja kelompok
memperoleh 87,00% (SB), dan keseriusan siswa dalam melakukan percobaan
memperoleh 87,00% (SB).
c. Aspek psikomotor
Nilai psikomotor meliputi ketepatan siswa melakukan langkah-langkah percobaan
memperoleh 88,00% (B), ketepatan dalam memilih alat memperoleh 90,00% (SB),
ketepatan menggunakan alat dalam percobaan memperoleh 86,00% (B)
berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II pertemuan 2 persentase ketuntasan
yang dicapai siswa 88,00%

Page | 281
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

Berdasarkan hasil pengamatan dari ketiga aspek dalam pembelajaran IPA dengan
metode problem solving dapat disimpulkan bahwa nilai rata rata siswa pada siklus II
dari aspek kognitif 88,00%, aspek afektif 84,00% dan aspek psikomotor 86,00%.

Refleksi
Refleksi terhadap perencanaan pembelajaran ditemukan bahwa perencanaan
pembelajaran sudah sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan kontribusi bagi guru kelas.
Refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran ditemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran
ditemukan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Siswa sudah terbiasa dengan kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan lancar. Refleksi terhadap hasil pembelajaran ditemukan bahwa hasil
pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil dari aspek kognitif memperoleh skor
95,20% dengan kategori sangat baik, aspek efektif memperoleh skor 86,67% dengan kategori
baik dan aspek psikomotor memperoleh skor 88,00% dengan kategori baik.

PEMBAHASAN

Siklus I
1. Rancangan Pembelajaran IPA Dengan Menerapkan Metode Problem solving di
kelas IV SD
Rancangan pembelajaran IPA disusun dalam bentuk RPP seperti halnya yang
diungkapkan oleh Susanto (2007:167) mengatakan bahwa “Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah penjabaran silabus ke dalam unit satuan kegiatan
pembelajaran untuk dilaksanakan di kelas. Rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan rencana operasional pembelajaran yang memuat beberapa indikator yang
terkait untuk dilaksanakan dalam satu atau beberapa kali pertemuan”. Dalam
penelitian ini, sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru
mempersiapkan rancangan pembelajaran yang mencerminkan metode problem
solving.
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mengalami kegagalan pada urutan
rumusan tujuan pembelajaran, menyesuaikan dengan lingkungan, penggunaan alokasi
waktu dan dan pemberian skor soal. Alokasi waktu yang waktu yang digunakan tidak
sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Dalam proses pembelajaran, langkah-
langkah proses pembelajaran belum jelas. Guru tidak menjelaskan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga siswa dalam proses pembelajaran
menjadi tidak fokus dan kegiatan pembelajaran tidak berjalan efektif dan efisien.
Seharusnya waktu yang digunakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
sehingga pembelajaran berjalan efektif. Guru hendaknya menerangkan langkah proses
pembelajaran agar siswa bisa fokus terhadap pembelajaran dan tidak melakukan
kegiatan yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan maka kekurangan pada Rencana Siklus I ini adalah

Page | 282
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

perencanaan dalam tujuan pembelajaran, penyesuaian dengan lingkungan dan


kurangnya penggunaan waktu secara efektif saat pembelajaran dilaksanakan sehingga
waktu yang dipergunakan melebihi rencana yang telah ditetapkan dan kurangya
penjelasan atas proses pembelajaran sehingga siswa menjadi tidak fokus dalam
pembelajaran. Untuk itu perlu diperbaiki pada siklus II.
2. Pelaksanaan Pembelajaran IPA Dengan Menerapkan Metode Problem solving di
Kelas IV SD.
Pelaksanan Pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pembahasan tindakan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan
metode problem solving menurut Nana (2009:85) meliputi:
a. Tahap adanya masalah yang harus dipecahkan;
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah;
c. Menetapkan jawaban sementara;
d. Menguji kebenaran jawaban sementara; dan
e. Menerik kesimpulan.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada pelaksanaan dan pengamatan tindakan
terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode problem solving
pada siklus I maka ditemukan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pertanyaan
yang dikemukakan belum jelas dan sulit dipahami siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang telah dipersiapkan belum membuat siswa aktif dalam bekerja.
Siswa juga belum memahami LKS yang telah diberikan. Hal ini dikarenakan guru
tidak menjelaskan LKS tersebut terlebih dahulu,sementara siswa belum terbiasa
menggunakan LKS dalam kegiatan pembelajaran. Siswa kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan metode yang diterapkan. Siswa menjadi kurang
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan kesimpulan yang
diambil belum sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Kesimpulan yang diambil
juga sulit dipahami. Kelemahan lainnya dalam kegiatan pembelajaran siswa juga
belum berani mengemukan pendapatnya sendiri. Siswa belum mampu menunjukan
dirinya. Untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus II.
3. Penilaian Pembelajaran IPA Melalui Metode Problem solvingdi Kelas IV SD
Berdasarkan paparan data penilaian pembelajaran IPA dengan menerapkan metode
problem solving pada siklus I, penilaian pembelajaran yang dilakukan yaitu penilaian
proses dan penilaian hasil. Aspek yang diamati pada penilaian proses adalah aspek
efektif dan psikomotor. Aspek efektif meliputi kerjasama siswa dalam kelompok,
keaktifan siswa dan keseriusan siswa dalam belajar dan melakukan percobaan.
Sedangkan aspek psikomotor meliputi ketetapan siswa dalam memilih alat dan
ketepatan siswa dalam melakukan langkah-langkah percobaan, ketetapan siswa dalam
memilih alat dan ketepatan siswa dalam menggunakan alat. Penilaian hasil dilihat
dari aspek kognitif yang diambil dari hasil yang diperoleh siswa saat mengerjakan
evaluasi.

Page | 283
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

Berdasarkan data yang diperoleh, siswa masih mengalami kesulitan pada aspek efektif
dan psikomotor. Siswa belum aktif dalam kegiatan pembelajaran dan masih banyak siswa yang
tidak lengkap membawa alat-alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Hasil pengamatan
penilaian pembelajara IPA dengan mnerapkan metode problem solving pada siklus I diperoleh
nilai pada aspek kognitif, siswa mencapai keberhasilan dengan perolehan skor 62,40% (C), aspek
efektif dengan dengan skor 64,67% (C) dan aspek psikomotor memperoleh skor 65,50% (C).

Siklus II
1. Rancangan Pembelajaran IPA Dengan menerapkan Metode Problem solving di
Kelas IV SD
Berdasarkan paparan data perencanaan peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran
IPA menggunakan metode problem solving. Perencanaan pembelajaran pada siklus II
di fokuskan kepada perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang terjadi pada
siklus I. Perencanaan pembelajaran disusun berurut mulai dari kegiatan awal sampai
kegiatan akhir pembelajaran.
Perencanaan pada siklus II sudah sesuai dengan yang diharapkan. Kelemahan pada
siklus I seperti penggunaan alokasi waktu,pada siklus II sudah dapat diatasi. Waktu
yang digunakan pada siklus II sudah sesuai dengan perencanaan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran IPA Dengan Menerapkan Metode Problem solving di
Kelas IV SD
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pembahasan tindakan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan
metode problem solving menurut Nana (2009:85) meliputi:
a. Tahap adanya masalah yang harus dipecahkan;
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memcahkan masalah;
c. Menetapkan jawaban sementara; dan
d. Menarik kesimpulan.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada pelaksanaan dan pengamatan tindakan
terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode problem solving
pada siklus II fokus perbaikan kelemahan siklus I. Pelaksanaan pembeelajaran pada
siklus II sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kekurangan pada pelaksanaan
siklus I sudah diperbaiki pada siklus II. LKS yang diberikan kepada siswa sudah
membawa siswa bekerja aktif dalam pembelajaran.siswa sudah terbiasa dengan
langkah-langkah metode yang dilakukan sehingga pembelajaran berjalan efektif dan
efisien. Dengan dipahaminya LKS yang diberikan, kesimpulan yang diambil sudah
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
3. Penilaian Pembelajaran IPA Melalui Metode Problem solving di Kelas IV SD
Berdasarkan paparan data penilaian pembelajaran IPA dengan menerapkan metode
problem solving pada siklus II, penilaian pembelajaran yang dilakukan yaitu penilaian
proses dan penilaian hasil. Keaktifan siswa dan keseriusan siswa dalam belajar dan
melakukan percobaan. Sedangkan aspek psikomotor meliputi ketepatan siswa dalam

Page | 284
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

melakukan langkah-langkah percobaan, ketepatan siswa dalam memilih alat dan


ketepatan siswa dalam menggunakan alat. Penilaian hasil dilihat dari aspek kognitif
yang diambil dari hasil yang diperoleh siswa saat mengerjakan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengamatan penilaian pembelajaran IPA dengan menerapkan
metode problem solving pada siklus II diperoleh penilaian pada aspek kognitif siswa
mencapai keberhasilan dengan skor 88,00%, aspek efektif dengan skor 84,00% dan
aspek psikomotor dengan skor 86,00%. Masing-masingnya dikategorikan baik. Rata-
rata keseluruhan penilaian pada siklus II adalah 85,00% dengan kategori baik.
Peningkatan hasil yang diperoleh pada siklus II dengan menerapkan metode problem
solving jauh lebih baik daripada siklus I. Siswa sudah mampu mencapai ketuntasan yang
diharapkan, bahkan beberapa siswa sudah melebihi standar yang ditetapkan. Berdasarkan hasil
pengamatan siklus I dan siklus II, guru sudah berhasil dalam usaha peningkatan hasil belajar IPA
siswa dengan menerapkan metode problem solving di kelas IV SD Negeri 10 Aur Duri Kecamatan
Padang Timur.

KESIMPULAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Sebelum proses pembelajaran dilakukan perencanaan pembelajaran.Pelaksanaan
perencanaan berdasarkan standar kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP.
Pelaksanaan perencanan diujutkan dengan penyusunan RPP dengan menerapkan
metode problem solving. Perencanaan yang matang oleh guru terutama memilih dan
penggunaan media, metode, serta pembagian kelompok siswa yang bervariasi dapat
mendorong siswa untuk belajar dengan prinsip tolong menolong dalam kerjasama
yang baik dalam kelompok. Perencanaan pada siklus I pertemuan 1 memperoleh nilai
rata-rata 75%, pertemuan 2 dengan skor rata-rata 85,71%. Maka pada siklus I
memperoleh nilai 80,36% dengan kategori baik meningkat menjadi 96,43% pada
siklus II dengan kategori sangat baik, dengan rincian siklus II pertemuan 1 92,86%
dan siklus II pertemuan 2 100%. Jadi perencanan pembelajaran dengan metode
problem solving terlaksana dengan baik.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving membuat
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, karena siswa dapat terlibat lansung dalam
proses pembelajaran, siswa belajar untuk memecahkan masalah semenjak kecil dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving, dilakukan penilaian
proses dan penilaian akhir. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode probem solving
menggunakan langkah-langkah yaitu adanya masalah yang jelas, mencari data
atau keterangan, menetapkan jawaban sementara, dan menarik kesimpulan.

Page | 285
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diperoleh, peneliti mengajukan saran yaitu:
1. Pada tahap perencanaan guru harus merencanakan pembelajaran dengan
maksimal agar dapat membuat siswa belajar secara efektif, aktif dan
menyenangkan. Guru memilih metode yang sesuai dan efektif dengan materi
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun, menggunakan media yang cocok dan menarik minat
siswa, sehingga siswa tertarik pada materi yang diajarkan. Materi yang
diajarkan disesuaikan dengan lingkungan siswa sehingga siswa lebih
memahami pembelajaran. Penggunaan metode dalam pembelajaran
hendaklah bervariasi untuk tiap materi pembelajaran agar siswa tidak cepat
bosan.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hendaknya mengkondisikan kelas
terlebih dahulu sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan serius.
Guru hendaknya menjelaskan kepada siswa gambaran kegiatan pembelajaran
secara umum sehingga siswa menjadi lebih fokus terhadap materi
pembelajaran yang dihadapinya. Guru juga menjelaskan langkah-langkah yang
akan digunakan dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bermain dalam
belajar.

REFERENSI

Anitah W Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Asy’ari Asy’ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains–Teknologi–Masyarakat dalam


Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Depdiknas. 2007. Standar Kompetensi Dasar Tingkat SD.MI. Jakarta. BNSP Depdiknas. 2008.
Permen No.22 Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Tingkat SD/MI. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional.

Dimayanti Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT. Rieneka Cipta.

Hamalik Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara

Panut.dkk. 2004. Dunia Sains Untuk Kelas IV Sekolah Dasar. Yudistira Poppy

K. Devi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta. Pusat Perbukuan

S. Rositawaty. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat Perbukuan

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Page | 286
P-ISSN: 2746-7538 Volume 1, Issue 2, Mei 2021

Sudjana Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo

.2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosda
Karya

Sulistyanto Heri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan

Taufik Agus. Hera L.Mikarsa. Puji L. Prianto. 2010. Pendidikan Anak di SD. Jakarta.
Universitas Terbuka

Page | 287

Anda mungkin juga menyukai