Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


MELALUI PENGUATAN PERAN DAN FUNGSI KEPALA RUNGAN DI
RUMAH SAKIT

Dosen Pengampuh:

Ns. Norman Alfiat Talibo S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

NAMA : Adisty Maharani Posumah

NIRM : 1801002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Segala puji saya haturkan


kepada Allah SWT dan semoga hidayah dan inayah selalu tercurahkan kepada
saya sehinggah bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam yang tidak
tahuan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Saya berterimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya khususnya dan
pembaca pada umumnya. Adapun dalam penyususnan makalah ini terdapat
berbagai kesalahan baik dalam penulisan atau penempatan kata serta dalam
mendefinisikan isi makalah. Oleh karana itu kritik dan saran dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Manado, 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ......ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumsan masalah ........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................... .........3

BAB II PEMBAHASAN
A. Varibel Independen...................................................................................4

1 pencegahan pengendalian infeksi (PPI) .........................................4


2. b. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi……………….5
3 Ruang lingkup PPI……………............................................................5

4 Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah


Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya………………….5
5. Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi…………………5
B. Variabel Dependen............................................................................... ....6
1. Peran Kepala Ruangan Kepala................................................. ........6

2 Fungsi Kepala Ruangan Adapun fungsi kepala rungan…………..6

3. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan...........................7

BAB III Analisa Jurnal

A. Analisa Jurnal Menggunakan Metode PICOT.....................................16

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 18

B. Saran ......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ...19


BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut WHO (2009) Fakta-fakta menunjukkan bahwa di negara berkembang
dan negara dengan masa transisi risiko infeksi dari pelayanan kesehatan yang
buruk sebanyak 20 kali lebih tinggi daripada negara maju, setiap waktu, 1,4 juta
orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh dari rumah sakit.Menurut
Permenkes No. 27 Tahun 2017, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah
upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan, Pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dimaksud dilaksanakan melalui penerapan
kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi. Beberapa penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui penerapan kewaspadaan standar di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya menyatakan bahwa masalah infeksi nosokomial
menjadi semakin jelas, perlu dicari kebijakan baru untuk menguranginya, salah
satunya adalah dengan penerapan kewaspadaan standar. Dipertegas lagi oleh
Menteri kesehatan dalam Permenkes No 27 Tahun 2017 yang memerintahkan
supaya SDM fasilitas pelayanan kesehatan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi. Strategi yang
digunakan adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dengan metode
Kewaspadaan Standar yang diterapkan pada semua orang (pasien, petugas atau
pengunjung) yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan tanpa menghiraukan
mereka terinfeksi atau tidak serta kewaspadaan berdasarkan penularan yang
diperuntukkan bagi pasien rawat inap dengan menunjukkan gejala, terinfeksi
dengan kuman yang bersifat patogen.Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi adalah suboptimal dan membutuhkan
kepimpinan yang kuat ( leuenberger ,fierz,hinck,bodmer,haseman,2017 )

B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini ialah apakah ada pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi
melalui penguatan peran dan fungsi kepala ruangan di rumah sakit ?

c. Tujuan

untuk mengetahui apakah ada pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi


melalui penguatan peran dan fungsi kepala ruangan di rumah sakit ?

BAB II
PENDAHULUAN

1.Variabel Independen pencegahan dan pengendalian infeksi

a. pencegahan pengendalian infeksi (PPI)


Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka
kejadian infeksi di rumah sakit. Proses terjadinya infeksi bergantung kepada
interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan
dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor risiko pada pejamu dan
pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya
infeksi nosokomial/HAIs, baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.
b. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
1) Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat ditingkatkan dengan
pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis B) atau pemberian imunisasi
pasif (immunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang
adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2) Inaktivasi agen penyebab infeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan
dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan
(pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi
termasuk klorinasi air, disinfeksi peralatan dan lingkungan, serta penggunaan
antibiotika
3) Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada
ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan
pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan
Isolasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu “Standard Precaution”
(Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).
4) Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/ PEP)
terhadap petugas kesehatan. Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen
infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi
karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu
mendapat perhatian adalah hepatitis B, hepatits C, dan HIV.
c. Ruang lingkup PPI
Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan oleh komite pencegahan dan
pengendalian infeksi meliputi:
1. Kewaspadaan Isolasi meliputi kewaspadaan dan kewaspadaan
transmisi sebagai berikut:
a) Kewaspadaan Standard
1) Cuci tangan
2) Penggunaan alat pelindung diri
3) Pengendalian lingkungan rumah sakit
4) Penanganan limbah RS dan benda tajam
5) Penanganan linen dan laundry
6) Pemrosesan peralatan perawatan pasien (pembersihan,
desinfeksi, sterilisasi)
7) Penempatan
8) Kesehatan karyawan
9) Etika batuk
10)Penyuntikan yang aman
11)Praktek lumbal punksi
b) Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
1) Airbone
2) Droplet
3) contact
2. Penggunaan anti biotika yang rasional
3. Surveilans
4. Pendidikan dan pelatihan infeksi nosokomial
5. Pencegahan infeksi nosokomial
d. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
1) Falsafah dan Tujuan
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya merupakan suatu standar mutu pelayanan dan
penting bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pengendalian infeksi harus dilaksanakan
oleh semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya untuk
melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian infeksi
dengan memperhatikan cost effectiveness.
Kriteria Pendukung :
a) Ada pedoman tentang PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya yang meliputi tujuan, sasaran, program, kebijakan, struktur organisasi,
uraian tugas Komite dan Tim PPI.
b) Terdapat cakupan kegiatan tertulis mengenai program PPI memuat pengaturan
tentang pencegahan, kewaspadaan isolasi, surveilans, pendidikan dan latihan,
kebijakan penggunaan antimikroba yang rasional dan kesehatan karyawan.
c) Pelaksanaan program PPI dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara berkala
d) Kebijakan dan prosedur dievaluasi setiap 3 (tiga) tahun untuk
disempurnakan.
e. Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat
mencapai visi, misi, dan tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk
berdasarkan kaidah organisasi yang miskin struktur namun kaya fungsi dan dapat
menyelenggarakan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan
efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dapat dimanfaatkan secara optimal.
1) Pimpinan dan Staf
Pimpinan dan petugas kesehatan dalam komite dan Tim PPI diberi kewenangan
dalam menjalankan program dan menetukan sikap pencegahan dan pengendalian
infeksi.
B. Variabel Dependen
2. Peran Kepala Ruangan Kepala
Ruangan diberi tanggung jawab untuk memperkerjakan, mengembangkan dan
mengevaluasi stafnya. Mereka di berikan tanggung jawab untuk pengembangan
anggaran tahunan unit yang di pimpinnya dan memegang kewenangan untuk
mengatur unit sesuai tugas dan tanggung jawabya, memantau kualitas perawatan,
menghadapi masalah tenaga kerjanya, dan melakukan hal-hal tersebut dengan
biaya yang efektif (Potter & Perry, 2005). Menurut Arwani (2006) Kepala
ruangan disebuah ruangan keperawatan, Perlu melakukan kegiatan koordinasi,
kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi,
kegiatan penampilan kerja staff dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan
pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan
jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang
bersangkutan.
3. Fungsi Kepala Ruangan Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis
dan Houston (2000) sebagai berikut:
1. Perencanaan Dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan,
dan peraturan - peraturan, membuat perencanaan jangka panjang dan jangka
pendek untuk mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi, menetapkan biaya -
Universitas Sumatera Utara biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelolaan rencana perubahan.
2. Pengorganisasian Meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan,
menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling
tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuaan unit, serta melakukan
peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewenang
dengan tepat,
3. Ketenagaan Pengaturan ketenagaan dimulai dari rekrutmen, interview, mencari,
orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosial isasi staf, dan
sosialisasi staf.
4. Pengarahan Mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia
seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi
dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan Meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika
aspek legal, dan pengawasan pofesional. Seorang manejer dalam mengerjakan
kelima fugsinnya tersebut sehari-hari akan bergerak dalam berbagai bidang
penjualan, pembelian, produksi, personalia dan lain - lain.
4. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut Depkes
(1994) adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1) Melaksanakan jumlah dan kategori tenaga serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai
dengan kebutuhan dan ketentuan/ peraturan yang berlaku (Bulanan, Mingguan,
harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga
lain yang bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada perawatan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai standart.5) Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada
dengan cara bekerja sama dengan pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang
rawat.
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaan
sesuai kebutuhan pasien agar pelayanan optimal.
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang
diperlukan di ruang rawat.
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
9) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya.
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan
mencatat program pengobatan.
12) Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk
tingkat kegawatan, infeksi dan non infeksi, untuk memudahkan pemberian
asuhan keperawatan.
13) Mengadakan pendekataan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan
masalah yang sedang dialami pasien.
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindung selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/ keluarga dalam batas
wewenangnya.
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindung selama
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan
keperawatan dan kegiatan yang dilakukan secara tepat dan benar. 18)
Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang lain, seluruh kepala
seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Universitas
Sumatera Utara Sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja antara petugas kesehatan lain,
pasien dan keluarga pasien yang dirawat.
20) Memberi motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara kebersihan
ruangan dan lingkungan.
21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruangan.
22) Memelihara dan meneliti pengisian daftar pemintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa/ meneliti ulang saat
pengkajianya.
23) Memeiihara buku register dan bekas catatan medis.
24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan
serta kegiatan Iain di ruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan, melaksanakan penilain terhadap upaya peningkatan pengetahuan
keterampilan di bidang perwatan.
2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan pegawai (D.P.3) bagi pelaksanaan keperawatan dan
tenaga lain di ruang yang berada di bawah tangung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat/ golongan, melanjutkan sekolah).
3) Mengawasi dan mengendalikan pendaya gunaan peralatan perawatan serta
obat - obatan secara efektif dan efisien.
4) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat
BAB III
ANALISA JURNAL

Picot Analisa jurnal


P ( POPULASI ) Sampel penelitian ini adalah 34 perawat pelaksana pada
kelompok intervensi yang diberikan penguatan peran dan
fungsi karu terhadap pelaksanaan PPI dan 34 perawat
pelaksana pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
penguatan peran dan fungsi karu terhadap pelaksanaan PPI
I Manajer keperawatan mempunyai peranan penting dalam
(INTERVENSI ) memberikan motivasi terhadap kepatuhan perawat. Hal-hal
yang dapat dilakukan seorang manajer keperawatan untuk
meningkatkan kepatuhan perawat adalah memberikan
harapan yang jelas dengan mengakomodasi setiap kebutuhan
perawat. Selanjutnya menghindari perbedaan antar perawat
dengan memberi kesempatan menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya dengan implikasi mengetahui dampak
dari keputusan yang dilakukan. Manajer keperawatan perlu
menciptakan hubungan kekeluargaan dengan memberikan
kesempatan koreksi dan pengawasan.
C Hasil penelitian menekankan bahwa ada pengaruh signifikan
(COMPARATIO penguatan peran dan fungsi karu terhadap pelaksanaan PPI.
N) Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya dalam
Halton, Hall, Gardner, MacBeth, & Mitchell, (2017)
didapatkan hasil bahwa peran pemimpin sangat
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melakukan sesuatu
tindakan. Peran pemimpin yang aktif dapat meningkatkan
kepatuhan staf dalam bekerja. Kurangnya peran pemimpin
klinik di ruang rawat dalam PPI. Dalam hal ini sangat
dibutuhkan peran pimpinan untuk terlebih dahulu patuh
dalam pelaksanaan PPI sehingga mendorong perawat juga
patuh dalam pelaksanaan PPI.
O ( OUTCOME ) Rata-rata kepatuhan pelaksanaan PPI setelah dilakukan
penguatan peran dan fungsi karu pada kelompok Intervensi
adalah 3.35 (83.75%) sedangkan pada kelompok kontrol
adalah 3.14 (78.50%). Hasil uji menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan kepatuhan pelaksanaan PPI pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi
(p=0,03;α=0,05). Hasil ini membuktikan adanya pengaruh
yang bermakna dari intervensi penguatan peran dan fungsi
karu dalam pelaksanaan PPI kepada perawat.
T ( TIME) Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan mulai
tanggal 08 Mei sampai dengan 30 Mei 2017

BAB IV
A. KESIMPULAN
Karakteristik perawat yang menjadi responden dalam penelitian ini jenis
kelamin perempuan lebih banyak dari penguatan peran dan fungsi karu
dalam pelaksanaan PPI. Ada pengaruh yang bermakna dari penguatan
peran dan fungsi karu terhadap pelaksanaan PPI di RS Siaga Raya sebagai
kelompok intervensi.

B. SARAN
Saran peneliti untuk manajemen pelayanan di Rumah Sakit adalah
Direktur Rumah sakit hendaknya membuat kebijakan untuk memberikan
kewenangan klinis kepada kepala ruang untuk melaksanakan peran dan
fungsinya dalam pelaksanaan PPI. Rumah sakit hendaknya
mengembangkan manajemen pembinaan sumber daya keperawatan
dengan mengaplikasikan peran dan fungsi karu dalam pelaksanaan PPI.
Rumah sakit hendaknya menggunakan modul penguatan peran dan fungsi
karu sebagai acuan bagi bidang keperawatan untuk meningkatkan
kompetensi karu dan meningkatkan kepatuhan pelaksanaan PPI di RS
Saran untuk institusi pendidikan adalah penelitian ini memberikan materi
mengenai peran dan fungsi karu sebagai upaya manajemen pembinaan
sumber daya keperawatan dan bentuk penguatan peran dan fungsi karu
yang dapat dilakukan untuk mendukung peningkatan kepatuhan
pelaksanaan

DAFTAR PUSTAKA
Almost, J., Doran, D. M., Mcgillis Hall, L., & Spence Laschinger, H. K. (2010).
Antecedents and consequences of intra-group conflict among nurses. Journal of
Nursing Management, 18(8), 981–992. http://doi.org/10.1111/j.1365-
2834.2010.01154.x

Baddar, F., Salem, O. A., & Hakami, A. A. (2016). Nurse Manager ’ s Attitudes
and Preparedness towards Effective Delegation in Saudi Hospitals. Health Science
Journal ISSN 1791- 809X 2016, 10(3), 1–10

Clark, E. (2014). Bedside to blueprints: The role of nurses in hospital design.


Health Environments Research and Design Journal, 7(4), 100–107.
http://doi.org/10.1177/1937586714 00700409

Darmstadt, G. L., Ahmed, a S. M. N. U., Saha, S. K., Chowdhury, M. a K. a,


Alam, M. a, Khatun, M., … Santosham, M. (2005). Infection control practices
reduce nosocomial infection and mortality in preterm infants in Bangladesh.
Journal of Perinatology, 25(5), 331–335. http://doi.org/10.1038/sj.jp.721128 3

Jefferson, T., Klass, D., Lord, L., Nowak, M., & Thomas, G. (2014). Context and
the leadership experiences and perceptions of professionals. Journal of Health
Organization and Management, 28(6), 811–829. http://doi.org/10.1108/JHOM-07-
2012-0129

Afandi, M, Pembelajaran model praktek keperawatan profesional pendekatan


modifikasi keperawatan primer, PSIK FK UMY, diakses pada 15 Desember 2017,

Arwani & Supriyatno, H 2006, Manejemen bangsal keperawatan, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai