Anda di halaman 1dari 38

“BENEFIT COST RATIO (BCR)”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

- ALTIA MISSISTA DEVI (2016 22 201 004)


- FITRIAH NURSANTI (2016 22 201 009)
- TANIA UTARI REYAAN (2016 22 201 021)
- ASRIAMA NURDIN (2016 22 201 033)

UNIVERSITAS MUSAMUS

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat, hidayah dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah. Makalah ini

dibuat dengan tujuan agar dapat menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah

Ekonomi Jalan Raya.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tepat pada

waktunya. Khususnya kepada Dosen mata kuliah Ekonomi Jalan Raya kami, Bapak

Muh. Akbar, ST., MT. yang senantiasa dengan sabar membimbing kami.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan

baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu kami sangat

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya

kesempurnaan pada makalah berikutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi tambahan bagi masyarakat dan

bias bermanfaat utuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua khususnya

dalam mengembangkan diri di kehidupan masyarakat sehari-hari.

Merauke, Oktober 2019

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Pengertian Analisis Benefit Cost Ratio.........................................................................6
2.2 Manfaat Analisis Benefit Cost Ratio.............................................................................7
2.3 Penerapan Analisis Benefit Cost Ratio..........................................................................8
2.4 Tahapan Penetapan BCR.............................................................................................15
2.5 Tingkat Dikonto (Suku Bunga)...................................................................................21
2.6 Contoh Penerapan Benefit Cost Ratio..........................................................................27
BAB III..................................................................................................................................35
PENUTUP.............................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................37

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterbatasan anggaran pemerintah merupakan hal yang umum ditemui. Hal

tersebut menyebabkan pemerintah harus jeli dalam menentukan program yang

diprioritaskan. Pemilihan prioritas suatu proyek tidak mudah. Dalam memutuskan

kelayakan suatu proyek yang berhubungan dengan sektor publik, pemerintah

dihadapkan pada banyak pertimbangan dan permasalahan. Dalam hal ini, prioritas

yang dipilih harus mempertimbangkan kepentingan

Terkait dengan proses pengambilan keputusan mengenai kelayakan suatu

proyek atau program, pemerintah memerlukan suatu alat analisis yang mampu

digunakan dalam meminimalkan kesalahan dalam pemilihan keputusan. Salah satu

analisis yang dapat digunakan sebagai alat untuk memilih program yang layak

diprioritaskan adalah dengan menggunakan analisis Benefit Cost Ratio (BRC) atau

disebut juga analisis manfaat dan biaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Benefit Cost Ratio (BCR)?

2. Bagaimana contoh penerapan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Benefit Cost Ratio (BCR)?

2. Mengetahui bagaimana contoh penerapan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Benefit Cost Ratio

Analisis manfaat biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

besaran keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam perhitungannya,

analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari

pelaksanaan suatu program. Dalam analisis benefit dan cost perhitungan manfaat

biaya serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan

yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan

makna tekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai

penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan/kerugian suatu program atau suatu

rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang

akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam

upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis manfaat dan

biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan

dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan

adalah pada rasio finansial atau keuangan.

Penerapan Benefit Cost Ratio (BCR) telah banyak mengalami perkembangan.

Salah satu perkembangan analisis BCR antara lain yaitu penerapan dalam bidang

6
pengembangan ekonomi daerah. Dalam bidang pengembangan ekonomi daerah,

analisis ini umum digunakan pemerintah daerah untuk menentukan kelayakan

pengembangan suatu proyek.

Relatif berbeda dengan penerapan BCR di bidang investasi, penerapan BCR

dalam proses pemilihan suatu proyek terkait upaya pengembangan ekonomi daerah

relative lebih sulit. Hal ini dikarenakan aplikasi BCR dalam sektor publik harus

mempertimbangkan beberapa aspek terkait social benefit (social welfare function)

dan lingkungan serta tak kalah penting adalah factor efisiensi. Faktor efesiensi mutlak

menjadi perhatian menimbang terbatasnya dana dan kemampuasn pemerintah daerah

sendiri.

Secara rinci aspek-aspek tersebut juga mempertimbangkan dampak penerapan

suatu program dalam masyarakat baik secara langsung (direct impact) maupun tidak

langsung (indirect impact).

2.2 Manfaat Analisis Benefit Cost Ratio

Terkait dengan penerapan BCR dalam perekonomian suatu daerah, maka sesuai

dengan pedoman penyusunan anggaran berbasis kinerja, pemerintah harus

menentukan target kinerja. Target tersebut ditetapkan berdasarkan prioritas tertentu.

Dalam hal ini, BCR tidak hanya membantu pengambil kebijakan untuk memilih

alternatif terbaik dari pilihan yang ada, yang dalam hal ini pemilihan alternatif terbaik

7
dilakukan berdasarkan alasan perbandingan antara life-cycle’s benefit dengan biaya

dikeluarkan, melainkan juga dapat membandingkan alternatif-alternatif tersebut.

Analisis BCR masih dapat diterapkan ketika suatu proyek telah diputuskan

untuk dilakukan, sehingga manfaat yang kedua dari dilakukannya analisis BCR

adalah dapat mengontrol perkembangan dari proyek yang bersangkutan pada tahun-

tahun ke depan.

BCR dapat digunakan untuk evaluasi suatu proyek yang telah selesai

dikerjakan. Tujuan dilakukannya evaluasi ini untuk mengetahui kinerja suatu proyek

dan hasil analisis yang telah dilakukan dapat digunakan untuk perbaikan program

selanjutnya.

Berdasarkan hasil analisis ini, pemerintah dapat menentukan pilihan yang tepat

dan anggaran dapat dialokasikan secara efektif. Pemelihan alternatif dan penentuan

prioritas ini berkontribusi pada pencapaian anggaran berbasis kenerja, yang

merupakan salah satu pilar reformasi anggaran. Secara umum BCR dapat membantu

penggunanya untuk:

1. Membantu dalam proses pengambilan keputusan

2. Membantu alternatif atau pilihan, dan

3. Mengurangi biaya alternatif yang tidak efektif

2.3 Penerapan Analisis Benefit Cost Ratio

Salah satu pengembangan dari model BCR di Indonesia adalah mode Analisis

Kelayakan Suatu Proyek. Metode ini umum digunakan dalam penilaian kelayakan

8
suatu proyek. Analisis ini merupakan suatu analisis dari berbagai aspek yang harus

dilakukan secara terpadu. Pada prinsipnya analisis ini mencakup analisis aspek

pemasaran, analisis aspek keuangan, analisis aspek teknis dan operasi, analisis

sumber daya manusia, analisis aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta analisis

dampak lingkungan. Keseluruhan aspek yang menjadi bahan pertimbangan dalam

metode Analisis Kelayakan Proyek dapat dilihat pada Gambar 1. Hirarki untuk

penilaian kelayakan proyek investasi.

Gambar 1. Hirarki Penilaian Kelayakan Proyek Investasi

Dalam Gambar. 1 tersebut, analisis aspek persamaan merupakan kunci utama dalam

menentukan kelayakan suatu proyek. Pemahaman terhadap pasar menurut Kottler

9
diawali dengan identifikasi produk yang akan dipasarkan dan seberapa besar produk

ini dibutuhkan oleh onsumen. Salah satu persyaratan suatu proyek yang layak adalah

keharusan dalam memiliki prospek penguasaan pangsa pasar yang baik. Namun tidak

cukup hanya itu, penting juga untuk menganalisis kesinambungan performansi

penguasaan pasar di masa depan. Hal ini harus dipersiapkan dalam penyusunan

business plan dan road map proyek.

Analisis kedua yang harus dilakukan adalah analisis finansial. Dalam analisis

ini dilakukan pengukuran kelayakan suatu proyek secara finansial dimulai dari

estimasi biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari proyek tersebut. Estimasi biaya

menurut Petty. J.W.2 mencakup:

1. Estimasi biaya investasi awal

Estimasi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang pasti mengenai

keseluruhan biaya yang dibutuhkan. Keseluruhan biaya ini meliputi biaya

perolehan izin usaha, biaya peralatan, biaya instalasi, biaya engineering, biaya

pelatihan, biaya pembelian tanah dan biaya lain yang dikeluarkan pada awal

investasi dilakukan.

2. Estimasi biaya operasi

Terdapat tiga macam biaya operasi. Pertama biaya langsung, yaitu segala

biaya yang mempunyai keterkaitan langsung dengan proses produksi

mencakup biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Kedua,

biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak terkait langsung dengan proses

produksi. Biaya ini mencakup biaya bahan tidak langsung, biaya tenaga kerja

10
tak langsung dan berbagai biaya tak langsung lainnya. Ketiga, biaya

komersial. Biaya komersial adalah biaya yang mencakup biaya pemasaran dan

biaya administrasi.

3. Estimasi pendapatan

Biaya pendapatan dapat diestimasi dengan mengunakan proyeksi pendapatan

yang akan diperoleh per tahun. Estimasi per tahun dilakukan untuk

mempermudah perhitungan sehingga estimasi yang dilakukan cenderung lebih

tepat. Perlu dicatat bahwa estimasi pendapatan ini dilakukan berdasarkan cash

flow yaitu aliran kas yang akan dihasilkan oleh suat proyek. Dalam evaluasi

adalah menggunakan cash flow dan bukan menggunakan pendapatan. Hal ini

dilakukan karena perhitungan dividen maupun reinvestasi yang akan

dilakukan adalah menggunakan kas dan bukan menggunakan pendapatan.

Terdapat dua indikator finansial yang umum digunakan untuk menilai sehat atau

tidaknya suatu proyek secara finansial. Indikator-indikator ini juga biasa digunakan

dalam perhitungan analisi benefit cost (analisis benefit cost ratio). Indikator-indikator

tersebut antara lain:

1. Internal Rate of Return (IRR)

IRR (Tingkat Pengembalian Internal) didefinisikan sebagai tingkat

pengembalian investasi yang dihasilkan suatu proyek yang diukur dengan

membandingkan cash flow yang dihasilkan proyek dengan investasi yang

dikeluarkan untuk proyek tersebut. Untuk dapat digunakan sebagai analisi

11
perbandingan dalam keputusan investasi maka nilai IRR harus

dibandingkan dengan nilai perhitungan Minimal Attsractive Rate of

Return (MARR). MARR merupakan suatu tingkat pengembalian tertentu

yang diperoleh relatif tanpa risiko misalnya dengan membandingkan

tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan melalui deposito.

2. Net Present Value (NPV)

NPV didefinisikan sebagai nilai dari proyek yang bersangkutan yang

diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap

investasi yang dikeluarkan. NPV yang dianggap layak adalah NPV yang

bernilai posotif. NPV bernilai positif mengidikasikan cash flow yang

dihasilkan melebihi jumlah yang diinvestasikan. Perhitungan NPV dapat

diketahui sebagai berikut.

B1 B2 Bn
NVP=B 0+ + 2
+…+ n
(1+r ) (1+r ) (1+ r )

atau
t =n
B
∑ (1+ tr)2
t =0

Di mana,

B1= cash flow tahun 1 dikurangi investasi pada tahun 1 (b 1−C1)

B2= cash flow tahun 2 dikurangi investasi pada tahun 2 (b 2−C2)

Bt = (b t−C t )

12
f = discount rate (tingkat diskon)

3. Payback Period

Payback Period adalah periode waktu yang dibutuhkan agar cash flow

yang dihasilkan sama besar dengan investasi yang dikeluarkan. Terkait

dengan hal ini, semakin singkat payback period suatu investasi

menujukkan investasi tersebut lebih disukai oleh investor.

Dalam melakukan analisis baik dengan menggunakan IRR maupun NPV, terdapat

dua faktor yang perlu diperhatikan, yaitu periode evaluasi dan konsep nilai uang

terhadap waktu (time value of money). Dalam periode evaluasi, periode yang

dipergunakan untuk melakukan evaluasi secara finansial diestimasikan berdasarkan

faktor tertentu, misalnya usia kepemilikan (ownership life). Sementara itu dalam

konsep time value of money, uang didefinisikan mempunyai nilai terhadap waktu dan

besaran nlai tersebut sangat tergantung pada saat kapan uang tersebut diterima.

Konsep ini mengandung implikasi bahwa nilai uang sekarang tidak sama dengan nilai

uang yang sama pada masa lalu maupun masa yang akan dating.

Suatu proyek yang dapat dikatakan layak secara teknis dan operasi harus

memperhitungkan kelayakan dari beberapa aspek operasional. Menurut Heizer. J dan

Render3 , terdapat enam aspek yang merupakan aspek operasional suatu proye.

Keenam aspek operasional tersebut antara lain adalah perencanaan produk,

perencanaan kapasitas, perencanaan proses dan fasilitas produksi, perencanaan lokasi,

pemilihan lokasi ditentukan oleh tiga faktor antara lain adalah aspek sumber faktor

13
produksi (akses terhadap sumber faktor produksi berupa bahan baku, sumber daya

manusia, tanah, modal dan infrastruktur), aspek produk dan aspek lingkungan.

Terkait dengan analisis kelayakan suatu proyek dalam sektor publik, selain

menekankan pada analisis aspek keuangan atau finansial, analisis BCR juga

menekankan pada analisis ekonomi dan social serta lingkungan. Hal ini disebabkan

penerapan BCR dalam pengembangan ekonomi wilayah (sektor publik) tidak dapat

lepas dari berbagai pertimbangan dengan memasukkan berbagai variable kualitatif

selain variabel kuantitatif.

Salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan sektor public adalah

proporsi kontribusi sektor tersebut dalam masyarakat. Aspek social yang berkaitan

dengan penerapan BCR dalam sektor publik ini harus mempertimbangkan kriteria

Social Cost and Benefit Analysis (SCBA). Analisis ini memperhatikan eksternalitas,

yaitu dampak eksternal yang ditimbulkan baik yang menguntungkan atau merugikan

bagi perekonomian daerah sekitar proyek, distribusi penghasilan masyarakat,

peningkatan saving yang diharapkan untuk meningkatkan investasi, maupun

pertimbangan manfaat pada masyarakat.

Aspek social ekonomi penting dilakukan agar pada masa suatu depan suatu

proyek investasi tidak membebani daerah tersebut. Analisis ekonomi ini, menurut

Suad Husnan dan Suwarsono4 , harus dilakukan mengingat adanya

ketidaksempurnaan pasar, adanya pajar dan subsidi, dan berlakunya konsep

consumers surplus (berkaitan erat dengan konsep consumers willingness to pay yang

berguna untuk menghitung harga yang relevan dengan kemampuan konsumen) dan

14
producers surplus (berkaitan erat dengan konsep producers willingness to invest yang

berguna untuk menghitung biaya yang akan diinvestasikan).

Pada hakikatnya kegiatan kegiatan pembangunan adalah upaya peningkatan

taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

Namun, dampak negatif seringkali timbul dan memberikan akibat hal-hal yang tidak

diinginkan dimana kegiatan itu dilaksanakan, baik terhadap lingkungan social,

ekonomi, dan budaya.

Pada aspek lingkungan, analisis dampak lingkungan mencakup jumlah manusia

yang terkena dampak, luas wilayah penyebaran dampak, lamanya dampak

berlangsung dan intensitas dampak. Kelayakan proyek sangat ditentukan oleh

seberapa besar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan sampai dengan batas

toleransinya. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan upaya ini harus diperhitugkan

dalam evaluasi risiko proyek investasi.

2.4 Tahapan Penetapan BCR

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum menganalisis BCR

1. Jenis Proyek

Dalam meningatkan pedapatan daerahnya berbagai macam proyek pegembaga usaha

unggulan dicanangkan oleh pemeritah daerah. Proyek pengembangan daerah tersebut

dapat berbagai macam jenis dan bidang yang berbeda. Jenis proyek sangat

menentukan dalam penentuan variable-variabel yang akan digunakan dalam

perhitunga BCR. Variabel yang digunakan dalam proyek yang menghasilkan

15
keuntungan atau pendapatan daerah cenderung berbeda dengan variable yang

digunakan dalam proyek untuk mendukug perekonomian masyarakat.

2. Estimasi Biaya Proyek

Terdapat tiga macam biaya proyek yanag dimasukan dalam perhitungan Pertama,

biaya keseluruhan proyek (Project Cost) dalam hal ini adalah biaya keuangan atau

financial. Biaya ini meliputi biaya tetap (Fixed Cost),Biaya Variabel (Variabel

Cost),Pajak (Texas), Pengembalian Pinjaman (Loan Repayment),Biaya Bunga

(Interest). Terkait dengan perhitungan biaya proyek untuk mempermudah

perhitungan maka Sunken Cost tidak dimasukan dalam perhitungan Project Cost.

Sunken Cost adalah biaya yang telah dikuluarkan untuk proyek yang bersangkutan

sebelum dilakukannya analisis BCR.

Kedua, biaya ekonomi dalam masyarakat (jEconomic Cost to the Community). Jenis

biaya yang kedua tersebut cenderug sulit untuk dilakukan karena memasukkan

keseluruhan variable yang mempengaruhi masyarakat akibat dari hadirnya

(dilakukannya) proyek tersebut di wilayah yang bersangkutan.

3. Estimasi Keuntungan

Estimasi ini dilakukan per tahun sepanjang proyek terkait masih berlangsung.

Perhitungan keuntungan ini memasukkan Revenue per tahun dan serta manfaat

proyek tersebut dalam masyarakat. Estimasi keuntungan yang memasukkan biaya

kesejahteraan masyarakat sulit dilakukan karena harus memperhatikan banyak faktor

lain. Faktor-faktor yang mempersulit perhitungan ini antara lain dapat dilihat pada

tabel 1. Utuk mempermudah perhitungan estimasi keuntungan maka diharapka

perhitungan shadow pricing.

16
Dari Tabel 1 dapat dilihat beberapa variable yang dapat digunakan sebagai proksi

perhitungan dampak suatau proyek dalam masyarakat. Variabel yang dapat

digunakan sebagai proksi utuk mengetahui dampak langsug suatu proyek antara lain

adalah variable tenaga kerja. Pendapatan atau gaji teaga kerja serta pemanfaata lahan

disekitar lokasi proyek. Sementara variable proksi yang dapat digunakan utuk

mengetahui dampak tidak langsung suatu proyek antara lain efek multiplier pada

tenaga kerja. Peningkatan nilai property serta biaya social lainya. Sementara variable

dampak tidak langsung cenderung lebih banyak dibading dampak langsung.

Tabel 1
Perhitungan Dampak Suatu Proyek

Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung


Tenaga Kerja Tenaga Kerja Pendapatan
 Konstruksi  Adanya multiplier  Multiplier effect
 Permanent Effect dalam Fungsi Lahan
Pendapatan (Incame) Membentuk  Pembangunan baru
 Upah dan gaji tenaga kerja lapangan disekitar Proyek
 Kelompok masyarakat pekerjaan seperti misalhnya
yang berpendapatan rendah  Terjadi perumahan dan bisnis
 Laba/keuntungan pengangguran  Menigkatnya ilai
Fungsi Lahan tenaga kerja pada Property
 Perubahan pada Nilai sektor lain  Munculnya berbagai
Lahan  Adanya peningkatan prasyarat perumahan
dalam bidang Biaya social dan
pendidikan dan Lingkungan
pelatihan  Kemacetan lalu lintas
Pemasukan (Revenue) dan transportasi
 Penjualan  Keramahan social
 Pajak Property  Peningkatan polusi
 Perijinan Usaha udara
Biaya Layanan  Bermunculanya
 Sanitasi program-program
 Sekolah sosial

17
4. Perhitungan benefit-cost ratio dan Internal rate of return

Setelah melewati berbagai tahapan awal, maka tahap terakhir yang harus dilakukan

adalah melakukan perhitungan BCR dan Internal rate of return. Perhitungan BCR

dilakuka dengan memperhatikan Net Present Value (NPV). Rumus Preset Value

adalah :

A
Present Value= n
(t +r )

Keterangan :

A : Variabel

n : Jumlah tahun perhitungan discount rate

r : discount rate

Secara umum, konsep dasar dari analisa BCR adalah memanfaatkan model

perhitungan keuangan dari egiatan yang sedang atau akan dilakukan. Dalam

perkembangannya, terdapat beberapa perbedaan dalam perhitungan BCR.

A. Konsep Time Value of Money

Dalam BCR seluruh alternative diukur (Benefit) dihitung dari kemauan seseorang

untuk membayar sejumlah tertentu utuk mendapatkan Output tertentu. Benefit

juga dapat diartikan sebagai cash flow (aliran kas) yang termasuk laba setelah

dikurangi pajak dan penyusutan, dan ditambah degan penjualan aktiva.

Sementara itu, biaya dihitung berdasarka jumlah yang harus dibayarkan sebagai

bentuk kompensasi yang diberikan karena adanya konsekuesi negative dari suatu

program. Dengan kata lain, biaya mencerminkan jumlah penggunaan dana kecuali

18
pembayaran pada pemegang saham dikurangi penerima yang terkait dengan

kewajiban dari utang.

Komponen yang termasuk dalam biaya antara lain biaya pengembanga, biaya

pelaksanaan, biaya tenaga kerja, biaya fasilitas, dan biaya material/bahan yang

digunakan. Resiko yang terdapat pada setiap pilihan juga perlu untuk di

integrasikan dalam komponen biaya.

Konsep lain yang harus dipahami dalam penggunaan analisis BCR ini antara

lain,tangible dan Intangible Benefit serta cost. Tangible benefit adalah keuntungan

yang timbul dari suatu pilihan namun dapat dinilai dan dipasarkan di pasar.

Sebaliknya, Intangible Benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat dinilai

dan dipasarkan di pasar. Sementara itu, Tangible cost menunjukkan biaya yang

dapat diukur dan berwujud, dan sebaliknya Intangible cost merupakan biaya-

biaya yang pada dasarnya muncul tetapi tidak bisa dihitung.

Pemanfaatan BCR ini lazim menggunakan durmula time value of money (nilai

waktu uang). Hal ini dilakukan dengan mengonversikan biaya da keuntunga di

masa datang kedalam nilai waktu sekarang. Sebagai contoh, prakiaran biaya yang

akan dikeluarka dalam lima tahun mendatag adalah Rp. 1.000 yang nilainya sama

dengan Rp. 1.500 saat ini.

Untuk menghitung nilai uang sekarang, pengambilan keputusan dapat

memanfaatkan persamaan berikut.

Pt
P 0= t
( 1+i)

19
Keterangan :

P0 : Nilai uang sekarang

Pt : Nilai uang di masa datang

i : tingkat diskonto (suku bunga)

t : Periode

Konsep time value of money ii memperhitungkan nilai uang yang dikorbankan

untuk dikonsumsi saat ini. Selain itu, aspek social Opportunity cost juga

diperhatika, yaitu menyangkut biaya dan manfaat suatu program dalam

penyerapan tenaga kerja dan devisa.

Beberapa masalah dalam memperhitungkan besarnya keuntungan yang akan

diperoleh antara lain :

1. Peetuan hasil kegiatan/program

2. Hasil tidak lagsung akibat dilaksaakanya suatu kegiatan/program

Kriteria yang digunakan dalam alat analisa ini adalah apabila rasio B/C>1 akan

berimplikasi proyek tersebut layak di pilih. Sebaliknya, apabila rasio kotor B/C<1,

maka proyek tersebut tidak layak dipilih da dijalankan. Formula yang

dipergunakan adalah sebagai berikut

n
B
∑ (1+ti)t
t =1
B/C= n
t C +K
t
∑ (1+ i)
t
t =1

Keterangan :

K t = Kapital yang digunakan pada awal periode

20
Bt = Penerimaan sampai tahun t

C t = Pengeluaran sampai tahun t

2.5 Tingkat Dikonto (Suku Bunga)


Sebelum menggunakan BCR dalam analisis, pemerintah sebelumnya harus

mengidentifikasi alternative-alternatif yang mungkin dilakukan. Setelah alternative-

alternatif tersebut berhasil di identifikasi, langkah selanjutnya yaitu menghitung

kebutuhan (biaya) dan keuntungan yang akan diperoleh dari masing-masing pilihan.

Dalam hal ini, pengambilan keputusan dapat menghitung dapat menghitung biaya

yang dikeluarkan untuk melaksanakan masing-masing pilihan dari tahap awal sampai

pilihan tersebut menghasilkan keuntungan. Diluar perhitungan ekonomis yang

dilakukan, pengambilan keputusan harus memperhitungkan biaya sosial dan

eksternalitas yang muncul dari masing-masing pilihan.

Setelah memperhitungan pehitungan diatas pengambil keputusan akan

mengurutkan pilihan tersebut dengan membuat pemeringkatan. Pemeringkatan ini

dibuat dengan menggunakan perhitunagn Net Present Value (nilai waktu sekarang)

dan Interest Rate of Return (tingkat pengambilan bunga).

Selain mengetahui perhitungan BCR, pengambil keputusan juga perlu

mengetahui prinsip-prinsip Net Present Value (NPV) atau nilai uang sekarang,

perhitungan BCR dengan menggunakan nilai waktu sekarang akan mempermudah

pengambil keputusan untuk menentukan pilihan mana yang akan di prioritaskan.

21
Untuk mempermudah pemahaman terhadap penjelasan tersebut. Berikut

disajikan contoh perhitungannya.

Tabel 2
Contoh Perhitungan Benefit Cost Ratio
Tingkat
Tahun Modal Biaya Keuntung K+C NPV NPV
Diskonto
(K) (C) n (B) (K+C) (B)
(Misal:1=10%
)
(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8)
(5)
0 65 0 0 1 65 65 0
1 25 2 0 0,909 27 24,545 0
2 10 5 15 0,826 15 12,397 12,397
3 0 7 22 0,751 7 5,259 16,529
4 0 8 28 0,683 8 5,464 19,124
5 0 10 40 0,621 10 6,209 24,837
6 0 11 46 0,564 11 6,209 25,966
7 0 12 50 0.513 12 6,1598 25,658
8 0 15 50 0,467 15 6,998 23,325
9 0 20 45 0,424 20 8,482 19,084
10 0 25 40 0,386 25 9,639 15,422

Penyelesaian :

 Rasio Kotor B/C


n
B
∑ (1+ti)t
t =1
B/C= n
t tC +K
∑ (1+ i)
t
t =1

n
t B
∑ (1+i)t = 182,342 Kolom (B)
t =1

22
n
t C +K
t
∑ (1+ i)t = 156.360 Kolom (7)
t =1

B 182,342
Rasio Kotor = =1,166 Rasio Kotor B/C >1
C 156,360

Dengan demikian proyek tersebut layak dipilih

Pada perhitungan baik BCR mauapun NPV, diperlukan variabel tingkat

diskonto penentu tingkat dikonto ini merupakan hal yang sangat menentukan akurasi

hasil analisis. Tingkat diskonto harus dapat mencerminkan biaya oportunitas

penggunaan dana. Penentuan tingkat diskonto mengacu pada tingkat bunga tabungan,

deposito, atau bunga pinjaman bank.

Tidak ada perbedaan antara tingkat diskonto yang digunakan oleh pemerintah

dan swasta. Hal ini mengingat aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah

juga harus mencerminkan biaya penggunaan dana oleh sektor swasta.

B. Maksimalisasi Benefit-Cost
Maximize Benefit-Cost
Kendala : a) fungsi
b) anggaran
c) lainnya
Asumsi yang digunakan dalam metode Maksimalisasi Benefit-Cost ini adalah
proyek dinyatakan baik dan layak operasi apabila benefit yang dihasilkan melebihi
costi yang harus ditanggung. Rumus umum yang dapat digunakan adalah:
Max Tb-TC s.t constraint of production foundation

j=s l= z
TB=∑ f j ( x j ) TC=∑ f t (h t )
j =f l=f

23
x j = Jumlah barang/jasa
ht = Jumlah Input

Kelebihan Benefit Cost Ratio


BCR merupakan alat analisis yang sederhana, sehingga memudahkan

pengambil keputusan dalam menentukan prioritas. Selain itu BCR juga sangat

membantu pengambil keputusan dalam mengurutkan prioritas pilihan. Penentuan

prioritas ini tentu saja akan meningkatkan efektifitas penggunaan anggaran.

Apabila BCR atau alat lain tidak dimanfaatkan oleh pengambil keputusan,

terdapat kemungkinanan bahwa pengambil keputusan tersebut telah membuang

waktu, tenaga, dan biaya untuk pilihan program yang kurang esensial untuk

dilaakukan pada waktu tertentu. Sebaliknya, penggunaan BCR dapat menjadi alat

untuk membandingkan pilihan-pilihan yang tidak seragam dalam kerangka waktunya.

Dalam laporan RPJMD tahun 2004 menyebutkan bahwa terdapat beberapa

pendekatan yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan kemitraan

pemerintah-swasta, namun tidak semua jenis prasarana dan sarana dapat dilakukan

kerja sama, ada bagian-bagian tertentu yang memungkinkan dapat dilakukan. Pada

kenyataannya, calon investor umunya menilai kriteria financial atau ekonomi, seperti

Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),

dan Play Back Period. Untuk menunjang hal tersebut maka apparat pemerintah

24
daerah harus mampu meningkatkan kapabilitasnya agar dapat menjalin kemitraan

dengan berbagai pihak dibidang penyediaan pelayanan jasa bagi masyarakat.

Kekurangan Benefit Cost Ratio

Mengingat BCR menggunakan pendekatan peramalan nilai waktu uang, metode

ini memiliki masalah dalam hal akurasi. Peramalan biaya dan keuntungan tidak

selamanya mendekati nilai rill pada saat yang ditentukan. Selisih antara nilai

prakiraan dan nilai rill dapat positif, dan sebaliknya negative. Meskipun demikian,

ketidaksesuaian ini terkadang disebut sebagai risiko yang harus dihadapi oleh

pengambilan keputusan.

Meskipun pada bagian sebelumnya telah disebutkan biaya yang perlu

dimasukkan ke dalam analisis BCR, pada praktiknya pengambil keputusan sering kali

mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi pos biaya yang akan dianalisi. Hal ini

tentu saja mempengaruhi akurasi hasil BCR.

Terdapat beberapa faktor publik yang sulit dilakukan penerapan BCR dalam

studi kelayakan proyek. Proyek publik tersebut antara lain adalah air minum, jalan,

kesehatan, pendidikan dan petahanan keamanan. Analisis BCR akan sangat sulit

dilakukan dalam proyek-proyek tersebut dikarenakan banyaknya pertimbangan dan

kepentingan di dalamnya.

Dalam pengunaan BCR, aspek ketidakpastian menjadi bagian yang tidak dapat

dipisahkan. Untuk menyiasati ketidakpastian ini, pengambil keputusan dapat

menggunakan salah satu dari tiga metode di bawah ini:

25
1. Analisis nilai yang diekspetasi (expected value analysis)

Metode ini digunakan untuk melihat kemungkinan besarnya nilai variabel

tertentu. Sebagai contoh biaya listrik per kilowat/jam saat ini adalah Rp.

1.000. Selama 20 tahun ke depan, kemungkinan harganya tetap adalah 50%,

sedangkan kemungkinan biayanya akan turun menjadi Rp.700 adalah 25%.

Sementara itu, kemungkinan biaya listrik naik menjadi Rp. 1.500 adalah

75%. Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan tersebut, maka eskpetasi

biaya listrik dalam 20 tahun ke depan adalah:

L (Harga Ekspetasi) = (0.5) (1000) + (0.25) (700) + (0.75) (1500)

= 500 + 175 + 1125

= 1.800

Dengan demikian, ekspetasi biaya listrik dalam 20 tahun mendatang adalah

Rp.1.800 per kilowat/jam.

2. Analisis sensitifitas (sensitivity analysis)

Analisis sensitifitas adalah metode yang menganalisis ketidakpastian

dengan mengganti variabel input dan melihat sensitifitas perubahannya.

Dalam analisis BCR, analisis sensitifitas dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa tingkat diskon. Variasi nilai BCR yang dihasilkan

dapat menjadi rambu-rambu bagi pengambil keputusan untuk memilih

alternative mana yang akan diprioritaskan.

3. Evaluasi pilihan (evaluating “option”)

26
Evaluasi pilihan ini pada dasarnya lebih mengarah pada langkah mencari

alternatif lain selain pilihan yang telah ada. Terdapat dua tipe analisis, yaitu

sequential decision analysis dan irreversible investment theory. Pendekatan

pertama adalah dengan membagi proses pelaksanaan dan tahap pos

pelaksanaan. Dengan demikian, perhitungan manfaat dan biaya dalam BCR

dilakukan untuk setiap tahap program yang ditentukan. Hasil BCR dengan

menggunakan metode ini tentu saja menjadi lebih detail. Sementara itu

untuk pendekatan irreversible investment theory lebih memperhitungkan

apakah suatu program benar-benar akan dilaksanakan atau tidak. Pengambil

keputusan dapat melihat apakah dana yang disiapkan sebaiknya

diinvestasikan sekarang atau tidak

2.6 Contoh Penerapan Benefit Cost Ratio

Dalam kerangka keuangan daerah, BCR dapat digunakan untuk menganalisis

pilihan investasi pemerintah yang menjanjikan. Selain itu analisis BCR juga

membantu pemerintah dalam mengevaluasi pengeluaran pemerintah.

Contoh Penggunaan Analisis BCR

Sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah, pemerintah Daerah Kediri berencana

untuk membangun beberapa fasilitas public, antara lain pembangunan pasar dan

terminal. Dalam sepuluh tahun kedepan, diharapkan ketiga fasilitas public tersebut

dapat terealisasi.

27
A. Pembangunan pasar

Tujuan:

Pembangunan pasar ditujukan untuk membantu pedagang kecil dalam

berusaha. Dengan lokalisasi ini tidak hanya pedagang yang dipermudah,

melainkan juga konsumen pasar. Bagi pemerintah, pembangunan pasar

berpotensi mendtangkan penerimaan, khususnya dari pos retribusi.

Pembangunan pasar ini diperkirakan memakan waktu tiga tahun dengan biaya

sebesar Rp.400 juta. Penerimaan sewa dan retribusi baru akan diterima oleh

pemerintah dalam empat tahun mendatang. Besarnya penerimaan per tahun

diasumsikan sebesar Rp.50 juta. Sementara itu pasar diperkirakan akan dapat

berfungsi dengan baik selama 15 tahun. Saat ini, tingkat bunga tabungan

masyarakat nasional sebesar 10% per tahun, tabungan masyarakat di Kediri

sebesar 11%, dan tingkat bunga deposito mencapai 13% per tahun.

Berdasarkan ilustrasi singkat di atas, perhitungan BCR dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut.

1. Pilih tingkat diskonto yang akan digunakan (misalnya 10%)

2. Masukkan data kedalam excel dengan cara seperti terlihat dalam Gambar

3 berikut.

28
Gambar 3. Memasukkan Data ke Dalam Excel

3. Buatlah rumus dalam excel untuk menghitung tingkat diskonto

Gambar 3. Menentukan Tingkat Diskonto

29
Tuliskan dalam kolom diskonto: =(1+10%)^0. Pangkat ini akan berubah

sesuai dengan tahun yang dihitung.

4. Menghitung nilai sekarang untuk total biaya dan manfaat

Total biaya yang dikeluarkan merupakan hasil penjumlahan kolom modal

(K) dan biaya (C). Jumlah biaya tersebut kemudian dihitung berdasarkan

nilai waktu sekarang. Rumus yang digunakan adalah:

Total C = (Kt + C1 ) / (1 + i)t

Demikian pula dengan perhitungan manfaat dapat diperoleh dari rumus:

Total B = Bt / (1 + i)t

Dengan memasukkan rumus tersebut dalam excel, maka didapatkan

perhitungan sebagaimana terdapat dalam Gambar 5.

Gambar 5. Perhitungan Benefit Cost Ratio Pembangunan Pasar

30
Hasil perhitungan BCR dengan rumus yang terdapat pada bagian

sebelumnya, diketahui bahwa jumlah keuntungan yang diterima sebesar

294, sedangkan jumlah biaya yang dikeluarkan sebesar 281. Dengan

angka tersebut, nilai BCR didapatkan dari pembagian 294 oleh 281 dan

menghasilkan rasio sebesar 1,039. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

kegiatan tersebut layak untuk dilakukan.

B. Pembangunan terminal

Tujuan

Pembangunan terminal ditujukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas

akibat kurang teraturnya pemberhentian kendaraan umum. Selain itu,

kendaraan umum yang berhenti di sembarang tempat juga memperburuk

kualitas udara. Manfaat pembangunan terminal juga meliputi penerimaan

retribusi bagi pemerintah, baik yang berasal dari kendaraan yang masuk

maupun pedagang yang berusaha di dalamnya.

Biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah terminal cukup besar, selain

memakan waktu yang tidak singkat. Untuk menyelesaikan bangunan lengkap

diperlukan waktu empat tahun. Pemerintah baru akan mendapatkan manfaat

terminal pada tahun ke lima. Setiap tahunnya, terminal diperkirakan dapat

berkontribusi sebesar Rp.60 juta. Sementara itu, biaya yang harus dikeluarkan

untuk mengadakan dan memelihara terminal tersebut sebesar Rp.250 juta.

Dengan biaya tersebut, diperkirakan bangunan tersebut dapat berfungsi

31
selama 20 tahun. Tingkat diskonto yang dipilih mengikuti bunga tabungan

masyarakat Kediri yaitu 11%.

Dengan melakukan proses perhitungan yang sama dengan contoh sebelumnya,

didapatkan hasil sebagaimana terdapat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Benefit Cost Ratio Pembangunan Terminal

Dengan angka dalam tabel, jumlah keuntungan yang diperoleh sebesar 249,

sedangkan total biaya yang dikeluarkan mencapai 222. Berdasarkan hasil

perhitungan dalam rumus BCR diperoleh nilai BCR yaitu sebesar 1,123.

Sesuai dengan aturan umum BCR, proyek ini pun layak untuk dilakukan.

Sesuai dengan hasil perhitungan BCR, diketahui bahwa kedua program

pemerintah ini layak untuk dilaksanakan. Tugas pemerintah selanjutnya

adalah menentukan program mana yang akan diprioritaskan untuk dijalankan

tahun depan.

32
Dengan membandingkan nilai BCR, terlihat bahwa program yang perlu

diprioritaskan adalah program yang memiliki rasio lenih besar, yaitu

pembangunan terminal. Apabila dianalisis lebih lanjut, pembangunan terminal

dapat menimbulkan intangible benefit yaitu terserapnya tenaga kerja selama

proses pembangunan dan semakin lancarnya distribusi faktor-faktor produksi.

Dari keseluruhan pembahasan BCR dalam implikasinya di bidang

perekonomian daerah dapat disimpulkan bahwa kajian kelayakan terhadap suatu

proyek harus dilakukan secara integral terhadap setiap aspek dan merupakan suatu

tanggung jawab yang harus dilaksankan secara sunggug-sungguh.

Sebagai contoh lainnya diketahui suatu proyek besar menghasilkan estimasi biaya

dan manfaat sebagai berikut :

– Umur proyek 6 tahun

– Tingkat DF yang berlaku 10 %

– Biaya Investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar

Rp 500 jt dan Rp 400 jt kemudian biaya operasioanal tiap tahunnya sebesar Rp 50

jt.

33
– Manfaat yang diterima mulai tahun ke-2 sampai tahun ke-6 masing-masing sebesar

Rp 100 jt, Rp 200 jt, Rp 300 jt, Rp 400 jt, dan Rp 500 jt.

Tahun Cost Benefit Netbenefit DF 10% PV

1 500 (500) 0.909 (454.5)

2 400 100 (300) 0.826 (427.8)

3 50 200 150 0.751 150.2

4 50 300 250 0.683 204,9

5 50 400 350 0.620 248

6 50 500 450 0.564 282

Hasil pehitungannya adalah 1,074 > 1 maka usaha tersebut dinyatakan layak dan

dilanjutkan.

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Analisis manfaat biaya merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui besaran keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek.

Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat

yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program. Dalam analisis benefit

dan cost perhitungan manfaat biaya serta biaya ini merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan.

2. Sebagai contoh lainnya diketahui suatu proyek besar menghasilkan estimasi

biaya dan manfaat sebagai berikut :

– Umur proyek 6 tahun

– Tingkat DF yang berlaku 10 %

– Biaya Investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-

masing sebesar Rp 500 jt dan Rp 400 jt kemudian biaya operasioanal tiap

tahunnya sebesar Rp 50 jt.

– Manfaat yang diterima mulai tahun ke-2 sampai tahun ke-6 masing-

masing sebesar Rp 100 jt, Rp 200 jt, Rp 300 jt, Rp 400 jt, dan Rp 500 jt.

35
Tahun Cost Benefit Netbenefit DF 10% PV

1 500 (500) 0.909 (454.5)

2 400 100 (300) 0.826 (427.8)

3 50 200 150 0.751 150.2

4 50 300 250 0.683 204,9

5 50 400 350 0.620 248

6 50 500 450 0.564 282

Hasil pehitungannya adalah 1,074 > 1 maka usaha tersebut dinyatakan layak

dan dilanjutkan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Bjomstad, Dave. “Benefut Cost Ratio.” National Center for Environmental Decision-

Making Reseach (NCEDR). www.ncedr.org

Dent, Geoffrey. 2001. Ex-post Evaluation of Kecamatan De velopment Program

(KDPt) Infrastrusture Projects

Handbook For The Economic Analysis Of Water Supply Projects. “Chapter 5:

Financial Benefit Cost Analysis.”

Heizer, Jay dan Bary Render. 1997. Principless of Operastions Management

Isnor, Roland R. “Cost-Benefit Analysis and ROI: Essential Tools for Serious

Managers”

J. William Petty. 1996. Basic Financial Management.

Joerson, Tati S. 2001. Investment Project Feasibility Dalam Rangka Pelaksanaan

Otonomi Daerah. Makalah disampaikan pada Seminar Sosialisasi Badan

Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa-Barat Fakultas Ekonomi –

Universitas Padjajaran

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management.

37
Portney, Paul R. “Benefit-Cost Analysis. “www.econlib.org

Suad Husnan dan Suwarsono.1994. Studi Kelayakan Proyek.

Sugiyono, Agus. 2001. “Analisis Manfaat dan Biaya Sosial.” Program Pascasarjana

Magister Sains dan Doctor Universitas Gadjah Mada

Washington County Mitigation Action Plan: Appedndix C. 2000.”Economic Analysis

of Natural Hazard Mitigation Projects.” Federal Rmergency Managemenet

Agency Publication 331, Report on Costs and Benefits of Natural Hazard

Mitigation.

William B. Werther, Jr. and Keith Davis, 1993. Human Resources and Personnel

Management.

www.econlib.org

www.wikipedia.com

38

Anda mungkin juga menyukai