Lebih spesifik, perbedaan pemimpin (leader) dan manajer dapat dilihat dari
tiga hal yang selalu berkaitan dengannya, yaitu: sumber kekuasaan yang diperoleh,
bawahan, dan lingkungan kerja.
Leader Menginspirasi
Seorang Leader mempunyai integritas dan bisa menjadi sosok yang
menginspirasi karyawan lain atau bawahannya. Pemimpin (Leader) dituntut optimis
agar mampu mempengaruhi anak buahnya untuk menjadi yang lebih baik demi
mencapai visi dan misi perusahaan. Seorang Leader juga berani berubah dan berani
mengambil langkah untuk sebuah perubahan. Langkah dan strategi yang diambil
seorang Leader biasanya melibatkan anak buahnya, sehingga apa yang di lakukan
seorang Leader lebih terlihat transparan yang penting goal/tujuan nya sama. Hal
itulah yang membuat seorang Leader dikagumi oleh anak buahnya.
Bahkan seorang Leader tidak memerlukan sebuah jabatan, karena secara
tidak sadar karakter dan pribadi seorang Leader yang terbuka akan membuat anak
buahnya mau mengikuti langkah yang diambil oleh Leader tersebut bukan karena
Leader adalah atasanya, namun mereka memang mengagumi dan respek pada
rencana yang sudah disusun oleh Leadernya. Dengan demikian
terbentuklah karakter seorang pemimpin yang memang jadi panutan dan patut di
contoh oleh anak buahnya. Bahkan seorang Leader jauh lebih ulet dibandingkan
dengan karyawan lain, pemikirannya pun konstruktif dan kreatif sehingga mampu
menyuntikkan semangat kerja bagi anak buahnya.
Untuk menggabungkan visi, para pemimpin harus memiliki visi pribadi dan berbagi
visi pribadi mereka dengan orang lain dan mendorong orang lain untuk mengekspresikan
impian mereka untuk masa depan. Ini membutuhkan keterbukaan, kemampuan
mendengarkan yang baik, dan keberanian untuk terhubung dengan orang-orang pada tingkat
emosional.Tanggung jawab utama seorang pemimpin adalah untuk berhubungan dengan
harapan dan impian yang mendorong karyawan dan menemukan kesamaan yang mengikat
impian pribadi menjadi visi bersama untuk organisasi.Visi menjadi benang merah yang
menghubungkan orang, melibatkan mereka secara pribadi dan emosional dalam organisasi.
CONTOH:
Ada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing sparepart motor, tepatnya
piston. Perusahaan ini sedang mengalami loading turun, dan sebagian karyawannya di
perbantukan ke perusahaan sebelah, karena tidak ada lagi yang harus di kerjakan. Jika dilihat
dari segi yang paling menonjol, penurunan loading perusahaan tersebut diakibatkan oleh
Sales yang kurang aktif dalam menjual atau menawarkan barang sehingga penjualan menurun
drastis dan beberapa customer besar pun permintaannya menurun. Namun, perusahaan ini
tertolong oleh seorang Kepala Departemen PPIC. Ia bukan seorang Manajer namun ia adalah
seorang Leader, cara dia bekerja walau ia seorang Kepala Departemen tapi ia langsung turun
ke lapangan. Ia mencari tau dimana letak kesalahan mengapa loading perusahaan bisa
menurun. Dan ia terus berusaha membuat ide-ide baru untuk mempromosikan brand
perusahaan tersebut. Bahkan perkerjaan yang seharusnya di lakukan oleh seorang Sales pun
ia kerjakan. Ia menyusun strategi pendekatan pada beberapa customer dan terus mem-follow
up customer dengan taktik-taktik jitu sehingga perusahaan ini sedikit tertolong dengan
adanya beberapa customer baru yang open PO untuk perusahaan piston tersebut. Kepala
Departemen PPIC ini patut diacungi jempol dan layak dinobatkan sebagai pemimpin
(Leader). Karena ia mampu berinovasi dan bisa membuat strategi-strategi baru. Beda dengan
Sales Section Head sekaligus Manajer di perusahaan tersebut yang kaku dan cenderung pasif
dalam menghadapi masalah penurunan permintaan di perusahaannya. Ia malah tetap pada
customer yang sama tanpa mencari customer baru. Dan ia juga tetap mempertahankan
strategi yang biasa ia gunakan walau hasilnya nihil. Jika perusahaan piston ini tetap pada
strategi yang di gunakan oleh Manajernya ini tentu perusahaan piston ini akan collapse. Tapi
berkat adanya seorang Leader (Kepala Departemen PPIC) perusahaan ini tertolong. Jadi
Leader yang berinovasi dan Manajer yang mengelola. Maka dari itu setiap perusahaan
membutuhkan seorang Leader yang dapat membuat sesuatu yang baru dan dapat membawa
perusahaan kearah yang lebih baik, serta membuat anak buah ikut andil dalam proses menuju
visi dan misi perusahaan tersebut.
Contoh:
Dalam sebuah perusahaan tentu akan membicarakan soal untung dan rugi, dan bagaimana
agar dapat meraih keuntungan tersebut. Setiap perusahaan pasti mempunyai goal, serta visi
dan misi. Dan untuk mencapai goal tersebut pemilik perusahaan tentu tidak dapat bekerja
sendiri. Untuk mencapainya pemilik perusahan perlu merekrut karyawan agar dapat
membantu perusahaan dalam mencapai tujuan atau goalnya tersebut. Sebenarnya karyawan
dan perusahaan itu saling membutuhkan, namun bagaimana agar perusahaan dan karyawan
dapat bersinergi dengan baik? Tentu perlu ada pendekatan antara perusahaan dan karyawan.
Disinilah peran seorang Leader dibutuhkan untuk dapat menginspirasi karyawan. Misalnya,
Leader akan selalu melibatkan anak buahnya dalam project apapun, serta terus menjaga
semangat anak buahnya untuk tetap bekerja aktif. Walau seberat apapun masalah yang
sedang dihadapi oleh perusahaan seorang Leader akan menyampaikan pada anak buahnya
dan tetap optimis untuk terus maju. Jika ada kesulitan seorang Leader akan ikut turun tangan
untuk mencari solusi dari kesulitan tersebut. Hal seperti itulah yang akan membuat hubungan
perusahaan dan karyawan berjalan dengan baik. Namun beda halnya dengan seorang
Manajer, seorang Manajer akan tetap keep pada masalah yang sedang dihadapi perusahaan.
Dan akan terus mengontrol kinerja anak buahnya tanpa memberikan motivasi atau semangat,
sehingga anak buahnya bekerja hanya sekedar kerja tanpa ada rasa peduli pada perusahaan.
Yang penting bagi seorang manajer adalah, anak buah bekerja dan perusahaan memberi gaji.
Manajer menentukan job desc nya dan anak buah mengerjakannya. Jadi bedanya adalah, cara
seorang Leader untuk mencapai target adalah dengan memotivasi dan bekerjasama dengan
anak buahnya, sedangkan Manajer hanya mengontrol pekerjaan anak buahnya dan
mempertaruhkan jabatan atau gaji.
Contoh:
Ketika sebuah perusahaan mendapati barang yang NG (Not Good), lalu barang NG tersebut
lolos dari pengecekan dan sampai ke customer sehingga customer tersebut langsung complain
pada perusahaan. Hal ini adalah sebuah masalah, karena bisa saja dengan terjadinya hal
seperti itu customer tidak mau lagi memebeli barang dari perusahaan tersebut. Disini lah
peran seorang Leader yang dibutuhkan, karena Leader akan meneliti dan menganalisa dimana
letak kesalahannya. Lalu Leader tersebut turun langsung ke lapangan untuk melihat serta
mencari dimana letak kesalahan, kenapa barang NG bisa lolos dari pengekecan sehingga
sampai ke customer. Setelah masalah tersbut di temukan, Leader ini akan mencari solusi agar
kesalahan tersebut tidak terulang lagi. Beda halnya dengan seorang Manajer. Ketika
mendapati hal seperti ini seorang Manajer justru marah dan tidak mau tau, pokoknya maslah
tersebut harus segara di selesaikan! Setelah selesai lalu ia akan bertanya “bagaimana?
masalah kemarin sudah beres belum?”. Nah begitu lah kira-kira contoh Pemimpin (Leader)
bertanya “what” dan “why”. Sedangkan manajer bertanya “how”.
Jadi, menurut saya, seorang Manajer itu tidak selalu menjadi seorang Leader, dan seorang
Leader juga tidak harus menjadi seorang manajer. Tergantung bagaimana sifat dan karakter
seseorang tersebut menyikapi dan menangani sebuah masalah.